2.5.3 Peranan Flora Bakterial
Flora bakteri pada apendiks sama dengan di kolon, dengan ditemukannya beragam bakteri aerobik dan anaerobik sehingga bakteri yang terlibat dalam
apendisitis sama dengan penyakit kolon lainnya. Penemuan kultur dari cairan peritoneal biasanya negatif pada tahap apendisitis sederhana. Pada tahap
apendisitis supurativa, bakteri aerobik terutama Escherichia coli banyak ditemukan, ketika gejala memberat banyak organisme termasuk Proteus,
Klebsiella, Streptococcus dan Pseudomonas dapat ditemukan. Bakteri aerobik yang paling banyak dijumpai adalah E.coli. Sebagian besar penderita apendisitis
gangrenosa atau apendisitis perforasi banyak ditemukan bakteri anaerobik terutama Bacteroides fragilis. Gearhart S.L. Silen W., 2008
2.6 Manifestasi Klinis
Merupakan kasus akut abdomen yang dimulai dengan ketidak nyamanan perut dibagian atas, diikuti dengan mual dan penurunan nafsu makan. Nyeri
menetap dan terus menerus, tapi tidak begitu berat dan diikuti dengan kejang ringan di daerah epigastrium, kadang diikuti pula dengan muntah, kemudian
beberapa saat nyeri pindah ke abdomen kanan bawah. Nyeri menjadi terlokalisir, yang menyebabkan ketidak enakan waktu
bergerak, jalan atau batuk. Penderita kadang juga mengalami konstipasi. Sebaliknya karena ada gangguan fungsi usus bisa mengakibatkan diare, dan hal
ini sering dikacaukan dengan gastroenteritis akut. Penderita apendisitis akut biasanya ditemu berbaring di tempat tidur serta memberikan penampilan
kesakitansomatic pain. Pemeriksaan pada abdomen kanan bawah, menghasilkan nyeri terutama
bila penderita disuruh batuk. Pada palpasi dengan satu jari di regio kanan bawah ini, akan teraba defans musculer ringan . Tujuan palpasi adalah untuk menentukan
apakah penderita sudah mengalami iritasi peritoneum atau belum. Pada pemeriksaan auskultasi, peristaltik usus masih dalam batas normal, atau kadang
Universitas Sumatera Utara
sedikit menurun. Suhu tubuh sedikit naik, kira-kira 7,8
o
C, pada kasus appendix yang belum mengalami komplikasi. Nyeri di epigastrium kadang merupakan awal
dari appendicitis yang letaknya retrocaecal retroileal. Untuk appendix yang terletak retrocaecal tersebut, kadang lokasi nyeri sulit ditentukan bahkan tidak ada
nyeri di abdomen kanan bawah. Karena letak appendix yang dekat dengan uretra pada lokasi retrocaecal ini, sehingga menyebabkan frekuensi urinasi bertambah
dan bahkan hematuria. Sedangkan pada appendix yang letaknya pelvical, kadang menimbulkan gejala seperti gastroenteritis akut.
2.7 Nilai Leukosit pada Apendisitis Akut
Pemeriksaan laboratorium merupakan alat bantu diagnosis yang masih merupakan bagian penting untuk menilai awal keluhan nyeri kwadran kanan
bawah dalam menegakkan diagnosis apendisitis akut. Pada pasien dengan apendisitis akut, 70-90 hasil laboratorium nilai leukosit akan meningkat,
walaupun hal ini bukan hasil yang karakteristik. Penyakit infeksi pada pelvis terutama pada wanita akan memberikan gambaran laborotorium yang terkadang
sulit dibedakan dengan apendisitis akut. Brian K.S., 2009 Pada pasien dengan keluhan dan pemeriksaan fisik yang karakteristik
apendisitis akut, akan ditemukan pada pemeriksaan darah adanya lekositosis 10.000-18.000mm
3
. Menurut Raffensperger 1990, jika jumlah lekosit lebih dari 18.000mm
3
maka umumnya sudah terjadi perforasi dan peritonitis. Brian K.S., 2009
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian