Menentukan Metode Analisis Faktor

3. Menentukan Metode Analisis Faktor

Setelah ditetapkan bahwa analisis faktor merupakan teknik yang tepat untuk menganalisis data yang sudah dikumpulkan, kemudian ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara atau metode yang bisa dipergunakan dalam analisis faktor, khususnya untuk menghitung koefisien skor faktor, yaitu analisis komponen utama Principal Component Analysis dan analisis faktor umum Common Factor Analysis Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam data dipertimbangkan. Principal Component Analysis direkomendasikan kalau hal yang pokok ialah menentukan bahwa banyaknya faktor harus minimun dengan memperhitungkan varian maksimum dalam data untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat lebih lanjut. Faktor-faktor tersebut dinamakan principal components. Di dalam common factor analysis, faktor diestimasi didasarkan pada common variance, communalities dimasukkan di dalam matriks korelasi. Metode ini dianggap tidak tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenalimengidentifikasi dimensi yang mendasari dan common variance yang menarik perhatian. Metode ini juga dikenal sebagai principal axis factoring Supranto, 2004. Communalities ialah jumlah varian yang sumbangkan oleh suatu variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi atau bagian varian yang dijelaskan common factor, atau besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel. Semakin besar communalities sebuah variabel, berarti semakin kuat hubungannya dengan faktor yang dibentuknya. Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor. Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian yang dianalisis. Wibowo, 2006. 4. Rotasi Faktor-Faktor Suatu hasil atau output yang penting dari analisis faktor ialah apa yang disebut matriks faktor pola factor pattern matrix. Matriks faktor berisi koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan dinyatakan dalam faktor. Koefisien-koefisien ini yang disebut muatan faktor, mewakili korelasi antar- faktor dan variabel. Suatu koefisien dengan nilai absolutmutlak yang besar menunjukkan bahwa faktor dan variabel berkorelasi sangat kuat. Koefisien dari matriks faktor bisa dipergunakan untuk menginterpretasikan faktor. Meskipun matriks faktor awal yang belum dirotasi menunjukkan hubungan antar faktor masing-masing variabel, jarang menghasilkan faktor yang bisa diinterpretasikan diambil kesimpulannya, oleh karena faktor-faktor tersebut berkorelasi atau terkait dengan banyak variabel lebih dari satu. Di dalam melakukan rotasi faktor, kita menginginkan agar setiap faktor mempunyai muatan atau koefisien yang tidak nol atau yang signifikan untuk beberapa variabel saja. Dimana gunanya rotasi adalah untuk mengontrolmemeriksa variabel yang belum layak dimasukkan menjadi layak dimasukkan dalam buat penamaan. Demikian halnya kita juga menginginkan agar setiap variabel mempunyai muatan yang tidak nol atau signifikan dengan beberapa faktor saja, kalau mungkin dengan satu faktor saja. Kalau terjadi bahwa beberapa faktor mempunyai muatan tinggi dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk membuat interpretasi tentang terhadap seluruh varian dari seluruh variabel asli mengalami perubahan. Ada dua metode rotasi yang berbeda yaitu : 1. Orthogonal ratation, kalau sumbu dipertahankan tegak lurus sesamanya bersudut 90 . Metode rotasi yang banyak dipergunakan yaitu varimax, prosedur. Karena varimax adalah solusi awal yang terbaik dimana gamma=1 yang menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi. Prosedur ini merupakan metode orthogonal yang berusaha meminimumkan membuat sedikit mungkin banyaknya variabel dengan muatan tinggi high loading pada satu faktor, dengan demikian memudahkan pembuatan interpretasi mengenai faktor. Rotasi orthogonal menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi satu sama lain uncorreclated each other antara lain none, equimax, varimax, quartimax, orthomax. - None adalah pilih tidak untuk memutar solusi awal. - Equimax adalah pilih untuk melakukan rotasi equimax solusi awal gamma=jumlah faktor 2. - Variamx adalah pilih untuk melakukan rotasi varimax solusi awal gamma=1. - Quartimax adalah pilih untuk melakukan rotasi quatimax solasi awal gamma=0. - Orthomax adalah pilih untuk melakukan rotasi orthomax solusi awal, kemudian masukkan gamma nilai antara 0 dan 1. 2. Oblique ratation, kalau sumbu tidak dipertahankan harus tegak lurus sesamanya bersudut 90 dan faktor-faktor tidak berkorelasi. Kadang-kadang dengan membolehkan korelasi antar-faktor bisa menyederhanakan matriks faktor pola factor pattern matrix. Oblique ratation harus dipergunakan kalau faktor dalam populasi berkorelasi sangat kuat Supranto, 2004. 5. Interpretasi Faktor Interpretasi dipermudah dengan mengindentifikasi variabel yang muatannya besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel yang mempunyai muatan tinggi padanya. Manfaat lainnya di dalam membantu untuk membuat interpretasi ialah menge-plot variabel, dengan menggunakan factor loading sebagai sumbu koordinat sumbu F1 dan F2. Variabel pada ujung atau akhir suatu sumbu ialah variabel yang mempunyai high loading hanya pada faktor tertentu faktor F1 dan F2 oleh karena itu bisa menyimpulkan bahwa faktor tersebut terdiri dari variabel-variabel tersebut. Sedangkan variabel yang dekat dengan titik asal perpotongan sumbu F1 dan F2 mempunyai muatan rendah low loading pada kedua faktor. Variabel yang tidak dengan sumbu salah satu faktor berarti berkorelasi dengan kedua faktor tersebut. Kalau suatu faktor tidak bisa diberi label sebagai faktor tidak terdefinisikan atau faktor umum. Variabel-variabel yang berkorelasi kuat nilai factor loading yang besar dengan faktor tertentu dan memberikan inspirasi nama faktor yang bersangkutan Supranto, 2004 6. Menghitung Skor dan Nilai Faktor Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan representasi suatu variabel oleh masing-masing faktor. Nilai faktor menunjukkan bahwa suatu data mewakili karakteristik khusus yang direpresentasikan oleh faktor. Nilai faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan. Sebenarnya analisis faktor tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nilai faktor, sebab tanpa menghitung pun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel aslinya. 7. Memilih Surrogate Variables Surrogate variable adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih untuk digunakan di dalam analisis selanjutnya. Pemilihan surrogate variable meliputi sebagian dari beberapa variabel asli untuk dipergunakan di dalam analisis selanjutnya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis lanjutan dan menginterpretasikan hasilnya dinyatakan dalam variabel asli bukan dalam skor faktor. Dengan meneliti matriks faktor, kita bisa memilih untuk setiap faktor variabel dengan muatan tinggi pada faktor yang bersangkutan. Variabel tersebut kemudian bisa dipergunakan sebagai variabel pengganti atau surrogate variable untuk faktor yang bersangkutan. Proses untuk mencari variabel pengganti akan berjalan lancar kalau muatan faktor factor loading untuk suatu variabel jelas-jelas lebih tinggi daripada muatan faktor lainnya. Akan tetapi pilihan menjadi susah, kalau ada dua variabel atau lebih mempunyai muatan yang sama tingginya. Di dalam hal seperti ini, pemilihan antara variabel-variabel ini harus didasarkan pada pertimbangan teori dan pengukuran sebagai contoh, mungkin teori menyarankan bahwa suatu variabel dengan muatan sedikit lebih kecil mungkin lebih penting daripada dengan sedikit lebih tinggi. Demikian juga halnya, kalau suatu variabel mempunyai muatan sedikit lebih rendah akan tetapi telah diukur lebih telitiakurat, seharusnya dipilih sebagai surrogate variable. 8. Proses Analisis Faktor Secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut: 1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Oleh karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokkan. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau Bartlett’s Test dapat digunakan untuk keperluan ini. 2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ”ekstraksi” variabel tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor. 3. Faktor yang terbentuk dapat menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor yang ada. Hal tersebut akan mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor lain. 4. Kemudian mengartikan hasil penemuan artinya faktor-faktor tersebut mewakili variabel yang mana saja

2.4. Alur Penelitian