BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di
Indonesia yang salah satunya sebagai negara yang berkembang masih mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan negara-negara industri maju dalam pembagunan ekonominya yang masih
mengharuskan pemerintah untuk mengambil peranan sebagai motor penggerak pembagunan ekonomi nasional.
Pembangunan ekonomi di negara berkembang memiliki kesamaan dengan negara-negara maju yang dimana membutuhkan beberapa faktor yang menjadi modal pembangunan, yaitu
sumber daya manusia, sumber daya alam, pembentukan modal, dan tingkat teknologi. Tetapi kenyataannya di negara-negara berkembang faktor dari pertambahan penduduk menjadi faktor
tambahan pertumbuhan ekonomi. Pertambahan jumlah penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi
pendorong maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi. Apabila laju pertumbuhan sama dengan tingkat pertambahan penduduk maka akan terjadi stagnasi ekonomi. Dan apabila
pertumbuhan lebih lambat dari pertambahan penduduk maka akan terjadi kemunduran dalam ekonomi.
Penduduk yang bertambah akan juga memperbesar jumlah tenaga kerja yang ada, dan penambahan tersebut memungkinkan suatu negara menambah jumlah produksinya.
Bertambahnya jumlah penduduk juga akan mendorong bertambahnya jumlah lapangan kerja yang tidak dapat disangkal lagi bahwa ini merupakan salah satu masalah pokok yang dihadapi
dalam pembangunan. Lapangan kerja sendiri berfungsi sebagai wahana untuk menempatkan tenaga kerja dalam posisi sentral pada pembagunan. Lapangan kerja merupakan sumber
pendapatan bagi angkatan kerja yang bekerja Sayuti Hasibuan,1996:99. Angkatan kerja adalah bagian dari penduduk yang berumur 15 keatas, atau tidak sekolah
lagi dan mampu bekerja secara aktif mencari pekerjaan atau dalam status sedang bekerja. Mengetahui tentang berbagai karakteristik angkatan kerja harus diakui merupakan hal yang
pokok. Namun juga harus diketahui bahwa pentingnya mengamati gerak perubahan dari total angkatan kerja secara keseluruhan.
Pertumbuhan jumlah angkatan kerja yang tidak dapat di imbangi dengan laju pertumbuhan ekonomi dalam menciptakan kesempatan kerja yang baru, pada akhirnya akan
menyebabkan semakin tingginya jumlah pencari kerja. Dan hal ini apabila tidak diatasi dengan baik oleh pemerintah maka berbagai masalah akan timbul sperti meningkatnya jumlah
pengangguran yang mengarah kepada kemiskinan sehingga terjadi kemerosotan dalam ekonomi. Sementara kebijakan-kebijakan yang tepat dibutuhkan dalam menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, kestabilan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja bagi seluruh rakyat Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tidak disertai dengan perbaikan struktur
perekonomian yang kokoh, dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dalam negeri, tingkat inflasi yang tinggi, neraca pembayaran yang kurang seimbang akibat banyaknya keuntungan dari
perusahaan penanam modal asing yang ditarik kembali ke negerinya, serta kesenjangan antar penduduk dan regional yang semakin mencolok. Dari sisi penawaran uang semakin tidak
terkendali karena ekspansifnya dunia perbankan memberikan kredit, akibat penurunan suku bunga.
Hal ini akan menyebabkan penawaran dana untuk investasi akan menurun, dan sebagai akibatnya investasi sektor swasta tertekan sampai kebawah tingkat keseimbanganyang
disebabkan oleh terbatasnya penawaran dana yang dapat dipinjamkan. Karenanya, sejauh inflasi menuntun kearah tingkat bunga yang rendah dan ketidakseimbangan pasar modal, inflasi dapat
memperkecil investasi dan pertumbuhan. Kondisi perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan perubahan-
perubahan dalam output dan kesempatan kerja. Tingkat inflasi yang tinggi berdampak pada pengangguran. Bila tingkat inflasi tinggi, dapat menyebabkan angka pengangguran tinggi, ini
berarti perkembangan kesempatan kerja menjadi semakin mengecil atau dengan kata lain jumlah tenaga kerja yang diserap juga akan kecil. Dari sini terlihat bahwa pemerintah harus menjalankan
kebijakan makro yang tepat. Untuk menjaga tingkat inflasi agar tidak tinggi maka jumlah uang yang beredar di masyarakat juga harus dikendalikan.
Kemudian pertumbuhan PDRB sendiri, tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Investasi merupakan penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena disamping
mendorong kenaikan output secara signifikan, juga meningkatkan permintaan input sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai
konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima oleh masyarakat Makmun dan Yaksin,2003.
Investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam masyarakat, seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru,pembukaan tanah baru dan sebagainya.
Investasi juga di artikan sebagai pengeluaran yang di lakukan oleh para pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan membina industri-industri.
Jenis investasi sendiri meliputi investasi swasta dan pemerintah, tetapi faktor yang menentukan lokasi kedua jenis investasi tidak selalu sama. Umumnya pemerintah harus
memperhatikan beberapa faktor, seperti pengembangan suatu daerah tertentu karena alasan politis dan strategis. Namun demikian kedua investasi diatas pada akhirnya akan dapat
menambah kesempatan kerja dan memberi sumbangan dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi dan sosial seperti pengangguran dan kemiskinan.
Pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan jelas memerlukan dana yang besar. Salah satu prasyarat utama untuk mencapai tujuan pembangunan adalah cukup tersedianya dana
investasi. Kebutuhan dana investasi dapat dibiayai dari dalam negeri. Namun kenyataannya Sumatera Utara masih menghadapi masalah keterbatasan modal dalam negeri yang dibutuhkan
untuk pembiayaan pembangunan. Hal tersebut tercermin dari ”saving-investment gap” dan untuk menutupi ini, pinjaman luar negeri salah satu sumber pembiayaan. Pertumbuhan PMDN
mengalami kenaikan yang cukup stabil. Kehancuran ekonomi yang dibuat oleh pemerintah yang dibuat oleh pemerintah Orde Lama
dapat bangkit kembali dikarenakan adanya PMA yang mampu mendorong tumbuhnya kembali pertumbuhan ekonomi. Tentu saja ini juga berdampak bagi penurunan jumlah pinjaman luar
negeri. Peran penting PMA sebagai penggerak pembangunan ekonomi yang pada pemerintahan Orde
Baru tidak dapat disangkal. Selama periode tersebut, pertumbuhan arus masuk PMA ke
Indonesia memang sangat pesat terutama pada dekade 80-an dan bahkan mengalami akselarasi sejak tahun 1994.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak terhadap kondisi perekonomian Indonesia, dan juga
berdampak pada nilai tukar rupiah, inflasi yang tinggi, dan menurunya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Dua tahun setelah krisis ekonomi, pertumbuhan investasi di Indonesia masih sangat rendah padahal investasi sangat berpengaruh terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dan berkelanjutan. Keterkaitan antara investasi dan kesempatan kerja seperti dijelaskan diatas dapat juga
terjadi di Sumatera Utara. Karena Sumatera Utara merupakan salah satu barometer perekonomian Indonesia dan merupakan salah satu tujuan investasi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh PDRB, Investasi dan Inflasi Terhadap Kesempatan Kerja di Sumatera Utara”
1.2. Perumusan Masalah