Perbandingan Kadar Vitamin C pada Suhu Ruang 27°C dan

kecepatan reaksi-reaksi metabolisme. Oleh karena itu, dengan penyimpanan pada suhu dingin dapat memperpanjang masa hidup dari jaringan-jaringan di dalam bahan pangan tersebut. Hasil penelitian ini mendapatkan kandungan vitamin C lebih rendah. Hal ini kemungkinan karena buah yang diambil sudah terlalu masak, sehingga menurunkan kadar vitamin C. Menurut Winarno 1980, kandungan vitamin C pada buah yang masih mentah lebih tinggi dan semakin matang buah maka semakin berkurang kandungan vitamin C.

4.3 Perbandingan Kadar Vitamin C pada Suhu Ruang 27°C dan

Dingin 5°C Kadar vitamin C sampel yang disimpan pada suhu ruang dan dingin berbeda-beda. Kadar vitamin C yang diukur pada sampel yang disimpan pada suhu ruang, mempunyai kadar vitamin C yang menurun seiring dengan semakin lamanya penyimpanan, hal ini berbeda pada sampel yang disimpan pada suhu dingin, yang mana kadar vitamin C pada sampel tidak mengalami penurunan yang cepat. Hal ini membuktikan bahwa suhu mempengaruhi penurunan kadar vitamin C pada sampel. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Rachmawati 2009, terhadap kandungan vitamin C pada cabai rawit putih Capsicum frustescens juga terdapat penurunan kadar vitamin C pada cabai rawit putih yang dipengaruhi oleh suhu dan lama penyimpanan. Cabai rawit putih yang diberi perlakuan penyimpanan pada suhu 10°C dan 20°C selama 15 hari, kandungan vitamin C mengalami penurunan masing-masing yaitu: dari 43,6 mg100 ml menjadi 35,2 mg100 ml dan dari 40,9 mg100 ml menjadi 31,6 mg100 ml. Universitas Sumatera Utara Menurut Gaman dan Serington 1992, faktor penyimpanan juga mempengaruhi kandungan vitamin C, hal ini disebabkan karena pada suhu dingin buah tidak cepat busuk, sedangkan pada suhu ruang buah cepat busuk. Pada sel yang mengalami kerusakan enzim askorbat oksidase tidak dibebaskan oleh sel, sehingga enzim tersebut tidak mampu mengoksidasi vitamin C. Akan tetapi apabila sel mengalami kerusakan enzim askorbat oksidase akan dibebaskan dengan cara kontak langsung dengan asam askorbat sehingga vitamin C mengalami kerusakan. Pernyataan ini juga didukung oleh Trenggono, dkk., 1990, yang menyatakan penyimpanan buah-buahan pada kondisi pada suhu ruang akan menurunkan kandungan vitamin C dengan cepat karena adanya proses respirasi dan oksidasi. Semua bahan pangan yang diolah akan mengalami derajat kehilangan vitamin tertentu tergantung cara pengolahannya. Pengolahan pangan yang baik adalah pengolahan pangan yang dapat meminimumkan kehilangan zat gizi dan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi. Disamping proses pengolahan, kondisi-kondisi sebelum pengolahan juga dapat mempengaruhi kandungan zat-zat gizi Andarwulan dan Koswara, 1992. Pada penetapan kadar vitamin C dari sampel, penyiapan larutan sampel melewati beberapa tahap pengolahan seperti penyimpanan, pemotongan dan penggilingan blender yang memakan waktu lebih kurang 10 menit sehingga hal ini memungkinkan terjadinya penurunan kadar vitamin C dari sampel. Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kadar vitamin C dari buah nanas yang disimpan pada suhu ruang dan dingin. Seiring lamanya Universitas Sumatera Utara waktu penyimpanan dan pada suhu yang berbeda kadar vitamin C mengalami penurunan, terlihat pada gambar berikut dibawah ini kadar vitamin C pada suhu ruang 27°C mengalami penurunan pada waktu 0 jam yaitu: 22,06 mg100 g, hingga pada waktu 72 jam yaitu menjadi: 21,34 mg100 g, berbeda dengan gambar kadar vitamin C pada suhu dingin 5°C di mana kadar vitamin C pada suhu dingin 5°C tidak mengalami penurunan yang signifikan pada penyimpanan 24 sampai 72 jam kadar vitamin C yaitu 22,07 mg100 g turun menjadi 22,05 mg100 g. Keterangan: Suhu Ruang 27°C Suhu Dingin 5°C Gambar 5. Perbandingan kadar vitamin C dari sampel pada penyimpanan suhu ruang 27°C dan suhu dingin 5°C selama 0 sampai 72 jam

4.4 Uji Perolehan Kembali

Dokumen yang terkait

Pengaruh Waktu Terhadap Kadar Vitamin C yang Terdapat pada Sari Markisa (Passiflora edulis Sims) Secara Volumetri dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

1 64 72

Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

17 163 69

Penetapan Kadar Vitamin C Dari Paprika (Capsicum annum L. var Grossum) Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

22 101 72

Studi Penetapan Kadar Kandungan Vitamin C Pada Beberapa Macam Buah Mangga (Mangifera Indica L.) Yang Beredar Di Kota Medan Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

13 123 64

Penetapan Kadar Kadar Vitamin C dari Buah Melon Secara Volumetri dengan 2,6 – Diklorofenol Indofenol.

26 181 72

Penetapan Kadar Vitamin C dari Jus Buah Apel (Malus domestica Borkh.) yang Berwarna Merah dan Hijau secara Titrasi dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol pada Beberapa Interval Waktu

27 207 97

Penetapan Kadar Vitamin C dari Daging Buah Sirsak (Annona muricata L.) secara Titrasi dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

0 2 2

Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

0 2 24

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DARI BUAH KEDONDONG (Spondias dulcis Parkinson) SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL

0 0 13

Studi Penetapan Kadar Kandungan Vitamin C Pada Beberapa Macam Buah Mangga (Mangifera Indica L.) Yang Beredar Di Kota Medan Secara Volumetri Dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

0 0 20