Evaluasi Kenyamanan Termal Ruangan Kelas di SDN 066049 Berdasarkan Indeks PMV Dan PPD

(1)

SKRIPSI

OLEH

MELIANA

100406023

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANGAN KELAS DI

SDN 066049 BERDASARKAN INDEKS PMV DAN PPD

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

MELIANA

100406023

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANGAN KELAS DI SDN 066049 BERDASARKAN INDEKS PMV DAN PPD

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 14 Juli 2014


(4)

066049 Berdasarkan Indeks PMV Dan PPD

Nama Mahasiswa : Meliana Nomor Pokok : 100406023 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. Basaria Talarosha, MT

Koordinator Skripsi,

Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, MT

Tanggal Lulus : 14 Juli 2014


(5)

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Basaria Talarosha, M.T. Anggota Komisi Penguji : 1. Yulesta Putra, S.T., M.Sc.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana teknik Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, diantaranya kepada:

a. Ibu Ir. Basaria Talarosha, M.T., selaku dosen pembimbing yang dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama masa penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

b. Bapak Yulesta Putra, S.T., M.Sc. dan Bapak Firman Eddy, S.T., M.T., selaku dosen penguji yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan yang berharga kepada penulis dalam penyempurnaan penulisan karya ilmiah ini. c. Ir. N. Vinky Rahman, M.T. dan Ir. Rudolf Sitorus, M.L.A., selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi. d. Ibu Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc. dan Pak Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Ph.D,

selaku dosen koordinator, serta seluruf staf pengajar Departemen Arsitektur atas bimbingan selama masa perkuliahan.

e. Ibu Kepala Sekolah SDN 066048 dan Ibu Kepala Sekolah SDN 066049 yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut dan membantu jalannya penelitian.

f. Ibu Wali Kelas VA dan Ibu Wali Kelas III di SDN 066049 yang telah membantu selama masa penelitian dengan memberikan izin dan mengakomodasi tempat untuk melakukan penelitian, serta membimbing siswa-siswa kelas VA dan kelas III untuk berpartisipasi selama masa penelitian.


(7)

g. Para staf pengurus dan staf pengajar yang lainnya di SDN 066049 yang turut membantu dan memberikan support selama masa penelitian. Siswa-siswi kelas VA dan kelas III yang telah membantu penulis melakukan penelitian dan secara sukarela meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

h. Kedua orang tua penulis, Fransiskus dan Merry, adik penulis, Meliani dan Felix Teodore, yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik dalam bentuk moral maupun material kepada penulis selama masa perkuliahan maupun penelitian.

i. Yuly Elizabeth Aryatnie, yang sudah meminjamkan salah satu alat ukur kepada penulis dan pihak DIGILIFE, selaku pihak penjual salah satu alat ukur yang digunakan penulis selama masa penelitian.

j. Semua sahabat dan teman-teman penulis, serta teman-teman sekelompok dosen pembimbing, Jenny, Shara Chintia, dan Melia Oktiva yang telah membantu penulis selama penelitian dan meminjamkan alat ukur kepada penulis, serta Sherly Chandra yang juga membantu selama penyusunan skripsi ini.

k. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara moral maupun material, yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 14 Juli 2014

Penulis


(8)

viii

ABSTRAK

Kenyamanan termal dapat mempengaruhi kinerja siswa di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal ruangan kelas dengan kondisi lingkungan, material, dan bukaan yang ada. Metode penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dan dilakukan dengan pengukuran dan kuesioner kemudian dianalisa berdasarkan indeks PMV dan PPD. Berdasarkan hasil penelitian di kelas VA dan kelas III di SDN 066049 (orientasi Timur–Barat), nilai PMV berkisar antara 0.17-2.17 dan PPD berkisar antara 6%-84% di kelas VA. Sedangkan, nilai PMV berkisar antara 0.22-2.28 dan PPD berkisar antara 6%-88% di kelas III. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua ruangan kelas tersebut tidak nyaman. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mendapatkan solusi rancangan yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan termal kedua ruangan kelas secara optimal meskipun berorientasi Timur-Barat.

Kata-kata kunci: kenyamanan termal, ruang kelas, PMV, PPD


(9)

ABSTRACT

Thermal comfort can affect the performance of students in the classroom. Therefore, this study aims to determine the thermal comfort in the classroom with environmental conditions, materials, and existing ventilations. This research method is quantitative and descriptive done by measurement and distribution of the questionnaire and analyzed based on the PMV and PPD. Based on the results of research on class VA and class III in SDN 066049 (East-West orientation), the value of PMV and PPD ranged from 0.17 to 2.17 and 6%-84% in class VA. Meanwhile, the value of PMV and PPD ranged from 0.22 to 2.28 and 6%-88% in class III. From these results, it can be concluded that both classrooms are uncomfortable. This research can be continued to obtain design solutions that can improve the thermal comfort in both classrooms optimally though East-West oriented.


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Berpikir ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kenyamanan Termal ... 5

2.1.1 Definisi Kenyamanan Termal ... 5

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal ... 5

2.1.3 Standar Kenyamanan Termal ... 11

2.2 Kenyamanan Termal di Dalam Ruang Kelas ... 13

2.2.1 Standar Ruangan Kelas untuk Tingkat Pendidikan Dasar ... 13

2.2.2 Hubungan Antara Kenyamanan Termal di Dalam Kelas dengan Kinerja Belajar Siswa ... 13

2.3 Kenyamanan Termal Pada Manusia ... 13

2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal Pada Manusia... 13


(11)

2.3.2 Tindakan Kenyamanan Termal Pada Manusia ... 17

2.4 Penelitian Terkait dengan Kenyamanan Termal di Sekolah ... 20

2.5 Sintesa Tinjauan Pustaka ... 22

BAB 3. METODE PENELITIAN... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Variabel Penelitian ... 23

3.3 Populasi/Sampel ... 23

3.4 Metode Pengumupulan Data ... 24

3.4.1 Data Primer ... 24

3.4.2 Data Sekunder ... 25

3.5 Kawasan Penelitian ... 25

3.5.1 Lokasi Penelitian ... 25

3.5.2 Objek Penelitian ... 30

3.5.2.1 Ruang Kelas VA, Gedung D, SDN 066049 ... 33

3.5.2.2 Ruang Kelas III, Gedung D, SDN 066049 ... 39

3.6 Metode Analisis Data ... 46

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Hasil Penelitian ... 47

4.1.1 Hasil Penelitian di Ruang Kelas VA ... 47

4.1.2 Hasil Penelitian di Ruang Kelas III ... 54

4.2 Analisa Kenyamanan Termal ... 61

4.2.1 Analisa Kenyamanan Termal Ruang Kelas VA ... 61

4.2.2 Analisa Kenyamanan Termal Ruang Kelas III... 65

4.2.3 Analisa Kenyamanan Termal Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III ... 69

BAB 5. KESIMPULAN ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(12)

xii

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

2.1 Transmitan konstruksi pada dinding bangunan (Latifah, N.L., Harry

Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...8 2.2 Batas kenyamanan termal menurut SNI 03-6572-2001 ...12 2.3 Nilai insulasi pakaian di dalam kelas (ASHRAE, 2009) ...16 3.1 Tabel data rinci mengenai SDN 066048 dan SDN 066049 (Sumber:

olah data) ...30 3.2 Tabel jenis material ruangan kelas di Gedung D, SDN 066049

(Sumber: olah data) ...32 3.3 Tabel mata pelajaran siswa kelas VA di Gedung D, SDN

066049(Sumber: olah data) ...34 3.4 Tabel spesifikasi alat ukur EXTECH Humidity+Temperature

Recorder42280(Sumber:http://www.extech.com/instruments/produc t.asp?catid=66&prodid=416) ... 35 3.5 Tabel spesifikasi alat ukur Digital Anemometer A826 (Sumber:

http://www.kingtill.com/Digital-Anemometer-A826-s-64.html) ...35 3.6 Tabel mata pelajaran siswa kelas III di Gedung D, SDN 066049

(Sumber: olah data) ...40 3.7 Tabel spesifikasi alat ukur EXTECH Humidity +Temperature

RecorderRH520A220(Sumber:http://www.extech.com/instruments/

product.asp?catid=37&prodid=498) ...41 3.8 Tabel spesifikasi alat ukur KRISBOW Flexible Thermo

AnemometerKW06562(Sumber:http://www.krisbow.com/id/produc

t/detail/3913/ca/flexible-thermo-anemometer-0.6-30ms) ...42 4.1 Tabel data hasil pengukuran temperatur max min dan kelembaban

max min Ruang Kelas VA, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ...48


(13)

4.2 Tabel data hasil pengukuran kecepatan angin max min Ruang Kelas VA, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ... 51 4.3 Tabel data hasil pengukuran temperatur max min dan kelembaban

max min Ruang Kelas III, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ...55 4.4 Tabel data hasil pengukuran kecepatan angin max min Ruang Kelas

III, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (Orientasi Timur –

Barat) (Sumber: Olah Data)...58 4.5 Tabel data hasil pengukuran temperatur max min dan kelembaban

max min Ruang Kelas VA, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ...61 4.6 Tabel data hasil pengukuran temperatur max min dan kelembaban

max min Ruang Kelas III, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ...65 4.7 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada

batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di

Ruang Kelas VA hari Sabtu, 3 Mei 2014(Sumber: Olah Data)...70 4.8 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada

batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di

Ruang Kelas III hari Sabtu, 3 Mei 2014(Sumber: Olah Data) ...71 4.9 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada

batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di

Ruang Kelas VA hari Senin, 5 Mei 2014(Sumber: Olah Data)...73 4.10 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada

batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di

Ruang Kelas III hari Senin, 5 Mei 2014(Sumber: Olah Data) ...73 4.11 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada

batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di


(14)

4.12 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di

Ruang Kelas III hari Sabtu, 10 Mei 2014(Sumber: Olah Data) ...75 4.13 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada

batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di

Ruang Kelas VA hari Senin, 26 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...78 4.14 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada

batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di

Ruang Kelas III hari Senin, 26 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...78 4.15 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada

batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di

Ruang Kelas VA hari Rabu, 28 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...80 4.16 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada

batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di

Ruang Kelas III hari Rabu, 28 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...80 4.17 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada

batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di

Ruang Kelas VA hari Selasa, 3 Juni 2014 (Sumber: Olah Data) ...83 4.18 Tabel perbandingan PMV dan PPD pengukuran dan kuesioner pada

batas kenyamanan hangat nyaman dan di atas hangat nyaman di

Ruang Kelas VA hari Selasa, 3 Juni 2014 (Sumber: Olah Data) ...83


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1.1 Diagram kerangka berpikir ...4 2.1 Orientasi bangunan persegi terhadap arah angin (Boutet, 1987

dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ... 7 2.2 Pengaruh dimensi dan bentuk dari bangunan terhadap ukuran

bayangan angin (Boutet, 1987 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ... 8 2.3 Pengaruh perletakan massa bangunan terhadap aliran udara (Boutet,

1987 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...9 2.4 Pengaruh perletakan dan orientasi bukaan terhadap angin(Sumber:

Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry

Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...9 2.5 Pengaruh lokasi bukaan terhadap pola aliran udara dalam ruang

(Sumber: Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L.,

Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...9 2.6 Tipe bukaan (Sumber: Beckett, 1974 dalam Latifah, Latifah, N.L.,

Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...10 2.7 Jarak pohon terhadap bangunan dan pengaruhnya terhadap ventilasi

alami (Sumber: Egan, 1975 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry

Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) ...10 2.8 Jenis-jenis solar shading devices sebagai pelindung terhadap radiasi

matahari(Sumber:http://www.bembook.ibpsa.us/index.php?title=Sol ar_Shading) ...11 2.9 Diagram Psikometrik (Sumber: Lippsmeier, 1997) ... 12 2.10 Nilai MET berbagai aktivitas untuk orang dewasa,dimana luas

permukaan tubuhorangdewasa70kg=1,7m2(Sumber:ASHRAE,2009) ...15 2.11 Nilai insulasi pakaian (Sumber: ASHRAE, 2009)...16


(16)

2.12 Grafik hubungan antara PMV dan PPD (Sumber: ASHRAE, 2009) ...17 2.13 CBE Thermal Comfort Tool for ASHRAE-55 (Sumber:

http://smap.cbe.berkeley.edu/comforttool)...19 3.1 Lokasi penelitian (yang diberi tanda kotak kuning pada gambar)

(Sumber: https://maps.google.com/) ...26 3.2 Keymap lokasi penelitian SDN 066049 di Jalan Mawar Raya

(Sumber: olah data) ...26 3.3 Lokasi Gedung A, SDN 066048 di Jalan Mawar Raya (Sumber:

olah data) ...27 3.4 Lokasi Gedung B, SDN 066048 di Jalan Mawar Raya (Sumber:

olah data) ...28 3.5 Lokasi Gedung C, SDN 066048 dan SDN 066049 di Jalan Mawar

Raya (Sumber: olah data) ...28 3.6 Lokasi Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber:

olah data) ...29 3.7 Lokasi Gedung E, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah

data) ...29 3.8 Lokasi SDN 066048 & SDN 066049 (Sumber: olah data) ...30

3.9 Lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya

(Sumber: olah data) ...31 3.10 Tampak Barat Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya

(Sumber: olah data) ...31 3.11 Tampak Timur Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya

(Sumber: olah data) ...31 3.12 Tampak Utara Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya

(Sumber: olah data) ...32 3.13 Tampak Selatan Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya

(Sumber: olah data) ...32


(17)

3.14 Detail pintu dan jendela Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar

Raya (Sumber: olah data) ...32 3.15 Denah keseluruhan lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049,

Jalan Mawar Raya (lingkar merah pada gambar menunjukkan lokasi ruang kelas VA pada gedung yang dijadikan lokasi penelitian)(Sumber: olah data) ...33 3.16 Denah ruang kelas VA di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar

Raya (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah data) ...33 3.17 Foto Ruangan Kelas VA di Gedung D, SDN 066046 (Sumber: olah

data) ...34 3.18 EXTECH Humidity + Temperature Recorder 42280 (Sumber:

http://www.extech.com/instruments/product.asp?catid=66&prodid=

416 ...34 3.19 DigitalAnemometer

A826(Sumber:http://www.kingtill.com/Digital-Anemometer-A826-s-64.html) ...35 3.20 Foto lokasi titik ukur 1 di Ruang Kelas VA (lingkar kuning pada

gambar menunjukkan lokasi titik ukur 1 untuk thermo-hygrometer dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data)Catatan: Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun

pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung. ...36 3.21 Lokasi titik ukur 1 di ruang kelas VA di Gedung D (Titik merah

pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah

data) ...37 3.22 Foto lokasi titik ukur 2 di Ruang Kelas VA (lingkar kuning pada

gambar menunjukkan lokasi titik ukur 2 untuk thermo-hygrometer dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan: Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun


(18)

3.23 Lokasi titik ukur 2 di ruang kelas VA di Gedung D (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian) (Sumber: olah

data) ...38 3.24 Foto lokasi titik ukur 3 di Ruang Kelas VA (lingkar kuning pada

gambar menunjukkan lokasi titik ukur 3 untuk thermo-hygrometer dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan: Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun

pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung ...38 3.25 Lokasi titik ukur 3 di ruang kelas VA di Gedung D (Titik merah

pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah

data) ...38 3.26 Denah keseluruhan lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049,

Jalan Mawar Raya (lingkar merah pada gambar menunjukkan lokasi ruang kelas III pada gedung yang dijadikan lokasi penelitian)(Sumber: olah data) ...39 3.27 Denah ruang kelas III di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar

Raya (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah data) ...40 3.28 Foto Ruangan Kelas III di Gedung D, SDN 066046 (Sumber: olah

data) ...40 3.29 EXTECH Humidity+Temperature Recorder RH520A-220 (Sumber:

http://www.extech.com/instruments/product.asp?catid=37&prodid=

498) ...41 3.30 KRISBOW Flexible Thermo Anemometer KW06-562(Sumber:

http://www.krisbow.com/id/product/detail/3913/ca/flexible-thermo-anemometer-0.6-30ms) ...42


(19)

3.31 Foto lokasi titik ukur 1 di Ruang Kelas III (lingkar kuning pada gambar menunjukkan lokasi titik ukur 1 untuk thermo-hygrometer dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan: Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun

pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung. ...43 3.32 Lokasi titik ukur 1 di ruang kelas III di Gedung D (Titik merah pada

gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah data) ...44 3.33 Foto lokasi titik ukur 2 di Ruang Kelas III (lingkar kuning pada

gambar menunjukkan lokasi titik ukur 2 untuk thermo-hygrometer dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan: Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun

pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung. ...44 3.34 Lokasi titik ukur 2 di ruang kelas III di Gedung D (Titik merah pada

gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah data) ...45 3.35 Foto lokasi titik ukur 3 di Ruang Kelas III (lingkar kuning pada

gambar menunjukkan lokasi titik ukur 3 untuk thermo-hygrometer dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan: Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun

pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung ...45 3.36 Lokasi titik ukur 3 di ruang kelas III di Gedung D (Titik merah pada

gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah data) ...46 4.1 Denah keseluruhan lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049,

Jalan Mawar Raya (lingkar merah pada gambar menunjukkan lokasi ruang kelas VA pada gedung yang dijadikan lokasi penelitian)(Sumber: olah data) ...47 4.2 Denah ruang kelas VA di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar

Raya (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah data) ...47


(20)

4.3 Denah keseluruhan lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (lingkar merah pada gambar menunjukkan lokasi ruang kelas III pada gedung yang dijadikan lokasi penelitian)(Sumber: olah data) ...54 4.4 Denah ruang kelas III di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar

Raya (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah data) ...54 4.5 Grafik batas kenyamanan berdasarkan tingkat temperatur efektif

max Ruang Kelas VA, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya

(Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ...64 4.6 Grafik batas kenyamanan berdasarkan tingkat temperatur efektif

max Ruang Kelas III, Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya

(Orientasi Timur – Barat) (Sumber: Olah Data) ...68 4.7 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III

pada hari Sabtu, 3Mei 2014 (Sumber: Olah Data)...69 4.8 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III

pada hari Senin, 5Mei 2014 (Sumber: Olah Data)...72 4.9 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III

pada hari Sabtu, 10Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ... 74 4.10 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III

pada hari Senin, 26 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...77 4.11 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III

pada hari Rabu, 28 Mei 2014 (Sumber: Olah Data) ...79 4.12 Grafik temperatur efektif max Ruang Kelas VA dan Ruang Kelas III

pada hari Selasa, 3 Juni 2014 (Sumber: Olah Data) ...82


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal


(22)

viii

ABSTRAK

Kenyamanan termal dapat mempengaruhi kinerja siswa di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal ruangan kelas dengan kondisi lingkungan, material, dan bukaan yang ada. Metode penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dan dilakukan dengan pengukuran dan kuesioner kemudian dianalisa berdasarkan indeks PMV dan PPD. Berdasarkan hasil penelitian di kelas VA dan kelas III di SDN 066049 (orientasi Timur–Barat), nilai PMV berkisar antara 0.17-2.17 dan PPD berkisar antara 6%-84% di kelas VA. Sedangkan, nilai PMV berkisar antara 0.22-2.28 dan PPD berkisar antara 6%-88% di kelas III. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua ruangan kelas tersebut tidak nyaman. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mendapatkan solusi rancangan yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan termal kedua ruangan kelas secara optimal meskipun berorientasi Timur-Barat.

Kata-kata kunci: kenyamanan termal, ruang kelas, PMV, PPD


(23)

ABSTRACT

Thermal comfort can affect the performance of students in the classroom. Therefore, this study aims to determine the thermal comfort in the classroom with environmental conditions, materials, and existing ventilations. This research method is quantitative and descriptive done by measurement and distribution of the questionnaire and analyzed based on the PMV and PPD. Based on the results of research on class VA and class III in SDN 066049 (East-West orientation), the value of PMV and PPD ranged from 0.17 to 2.17 and 6%-84% in class VA. Meanwhile, the value of PMV and PPD ranged from 0.22 to 2.28 and 6%-88% in class III. From these results, it can be concluded that both classrooms are uncomfortable. This research can be continued to obtain design solutions that can improve the thermal comfort in both classrooms optimally though East-West oriented.


(24)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi tingkat kenyamanan di dalam ruangan adalah kenyamanan termal. Kenyamanan termal merupakan suatu keadaan yang berhubungan dengan alam yang dapat mempengaruhi manusia dan dapat dikendalikan oleh arsitektur (Snyder, 1989). Berdasarkan hasil penelitian Fanger (1973) dalam Rahmadani (2011), 90% waktu manusia setiap harinya dihabiskan untuk beraktivitas di dalam ruangan, seperti tidur, makan, belajar, bekerja, dan sebagainya, kecuali untuk orang yang pekerja lapangan. Hal ini menyebabkan banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana ruangan yang nyaman bagi penggunanya.

Dalam melaksanakan aktivitas, manusia umumnya menginginkan kondisi yang nyaman (Rahmadani, 2011), khususnya nyaman secara termal. Hal ini juga berlaku untuk ruangan kelas, karena kenyamanan termal dapat mempengaruhi kinerja siswa di dalam kelas (Foong, 2008). Hal ini disebabkan kondisi panas yang berlebih dapat mengakibatkan rasa letih, kantuk, dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja (Grandjean, 1986 dalam Rahmadani, 2011). Oleh karena itu, kenyamanan termal di dalam ruangan kelas sangat penting untuk diperhatikan. Secara garis besar, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal di dalam ruangan, yaitu faktor lingkungan dan faktor individu (ASHRAE, 2009). Faktor lingkungan terdiri atas empat faktor, yakni temperatur udara, temperatur radiant, kelembaban, dan kecepatan angin. Faktor individu terdiri atas dua faktor, yakni tingkat metabolisme tubuh (aktivitas) dan pakaian. Dalam hal ini, faktor lingkungan kondisi kelas, aktivitas para siswa, dan seragam yang dikenakan dapat mempengaruhi kenyamanan termal di dalam kelas. Daerah kenyamanan untuk daerah tropis berkisar (SNI T03-6572-2001) :

a. Sejuk nyaman (20.5 ºC TE- 22.8 ºC TE) b. Nyaman optimal (22.8 ºC TE- 25.8 ºC TE)


(25)

c. Hangat nyaman (25.8 ºC TE- 27.1 ºC TE)

Salah satu metode untuk menentukan kenyamanan termal bagi pengguna ruangan adalah PMV dan PPD. PMV (Predicted Mean Vote) dan PPD (Predicted Precentage of Dissatisfied) merupakan indeks kenyamanan termal yang diperkenalkan oleh Professor Fanger dari University of Denmark (Rahmadani, 2011). PMV merupakan nilai rata-rata yang menggambarkan bagaimana sensasi termal yang dirasakan penghuni terhadap ruangan yang ditempatinya. PMV mengindikasikan sensasi dingin dan hangat yang dirasakan oleh manusia dengan tujuh skala, yakni -3 (sangat dingin), -2 (dingin), -1 (sejuk), 0 (netral), +1 (hangat), +2 (panas), serta +3 (sangat panas). PPD merupakan persentase banyaknya penghuni yang merasa tidak puas dengan kondisi termal ruangan yang ditempati. PMV dan PPD ini dapat dihasilkan dari pengukuran maupun kuesioner kenyamanan termal.

Aktivitas utama yang dilakukan di dalam ruangan kelas adalah belajar. Menurut Marsidi dan Ch. Desi Kusmindari (2009) dalam Rahmadani (2011), salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam mendukung proses belajar mengajar adalah lingkungan belajar, tempat terjadinya proses belajar mengajar, dimana salah satu variabel yang menjadi pertimbangan adalah kondisi iklim di dalam ruangan kelas. Oleh karena itu, penelitian terhadap kenyamanan termal dengan objek ruangan kelas dan penggunanya sangat penting untuk dilakukan, karena dengan adanya penelitian ini, akan diketahui bagaimana tingkat kenyamanan termal di dalam ruangan kelas. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk rekomendasi perbaikan ruangan kelas atau pengkondisian udara di dalam ruangan untuk memberikan ruangan yang nyaman bagi para siswa, sehingga kinerja belajar mereka pun semakin meningkat.

1.2Perumusan Masalah

Mengetahui tingkat kenyamanan termal yang dirasakan para siswa di dalam ruangan kelas berdasarkan PMV dan PPD dari hasil pengukuran maupun kuesioner.


(26)

Lingkup penelitian ini berupa pengukuran pada temperatur efektif dan pembagian kuesioner kenyamanan termal. Kriteria kelas yang menjadi lokasi penelitian adalah kelas yang berada di bagian ujung bangunan (bidang yang terkena paparan panas paling banyak) dan kelas yang berada di tengah bangunan (di antara ruangan-ruangan lain). Penelitian ini dilakukan pada salah satu orientasi bangunan, yaitu orientasi timur-barat, karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kenyamanan termal pada kondisi ruangan yang ekstrim (orientasi timur-barat lebih panas dibandingkan orientasi utara-selatan).

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal ruangan kelas, khususnya sekolah dasar negeri dengan kondisi lingkungan, material, dan jenis bukaan yang ada. Tingkat kenyamanan termal dievaluasi berdasarkan indeks PMV dan PPD dari hasil pengukuran maupun kuesioner.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan sekolah dalam meningkatkan kualitas ruangan kelas atau mengkondisikan ruangan kelas yang kurang nyaman demi meningkatkan kinerja belajar siswa.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini mendeskripsikan tingkat kenyamanan termal yang dirasakan para siswa di dalam ruangan dengan kondisi lingkungan, jenis bukaan, dan material bangunan yang ada di sekolah dasar negeri yang menjadi lokasi penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya untuk mendapatkan kenyamanan termal yang sesuai dengan kondisi ruangan kelas tersebut baik dari segi material maupun jenis bukaan.


(27)

1.5 Kerangka Berpikir


(28)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kenyamanan Termal

2.1.1Definisi Kenyamanan Termal

Kenyamanan termal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang menunjukkan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho, 2011). Menurut Karyono (2001), kenyamanan dalam kaitannya dengan bangunan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana dapat memberikan perasaan nyaman dan menyenangkan bagi penghuninya. Kenyamanan termal merupakan suatu keadaan yang berhubungan dengan alam yang dapat mempengaruhi manusia dan dapat dikendalikan oleh arsitektur (Snyder, 1989). Sementara itu, menurut Mclntyre (1980), manusia dikatakan nyaman secara termal ketika ia tidak merasa perlu untuk meningkatkan ataupun menurunkan suhu dalam ruangan. Olgyay (1963) mendefinisikan zona kenyamanan sebagai suatu zona dimana manusia dapat mereduksi tenaga yang harus dikeluarkan dari tubuh dalam mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan sekitarnya. Menurut ASHRAE (2009), kenyamanan termal adalah suatu kondisi dimana ada kepuasan terhadap keadaan termal di sekitarnya.

2.1.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal

Menurut Fanger (1982), kenyamanan termal mengacu pada tingkat metabolisme manusia yang dipengaruhi oleh kegiatan, insulasi pakaian, temperatur udara, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Sementara itu menurut Humphreys dan Nicol (2002), ada dua kelompok variabel yang mempengaruhi kenyamanan termal, yaitu yang pertama adalah variabel fisiologis atau pribadi manusia itu sendiri yang meliputi metabolisme tubuh, pakaian yang dikenakan, dan aktivitas yang dilakukan, dan yang kedua adalah variabel iklim yang meliputi temperatur udara, kecepatan angin, kelembaban, dan radiasi.


(29)

Menurut Auliciems dan Szokolay (2007), kenyamanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni temperatur udara, pergerakan angin, kelembaban udara, radiasi, faktor subyektif, seperti metabolisme, pakaian, makanan dan minuman, bentuk tubuh, serta usia dan jenis kelamin. Faktor–faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal yaitu, temperatur udara, temperatur radiant, kelembaban udara, kecepatan angin, insulasi pakaian, serta aktivitas.

a. Temperatur udara

Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam menentukan kenyamanan termal. Satuan yang digunakan untuk temperatur udara adalah Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin. Manusia dikatakan nyaman apabila suhu tubuhnya sekitar 37%. Temperatur udara antara suatu daerah dengan daerah lainnya sangat berbeda. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, seperti sudut datang sinar matahari, ketinggian suatu tempat, arah angin, arus laut, awan, dan lamanya penyinaran.

b. Temperatur radiant

Temperatur radiant adalah panas yang berasal dari radiasi objek yang mengeluarkan panas, salah satunya yaitu radiasi matahari.

c. Kelembaban udara

Kelembaban udara merupakan kandungan uap air yang ada di dalam udara, sedangkan kelembaban relatif adalah rasio antara jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air dapat ditampung di udara pada temperatur tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara, yakni radiasi matahari, tekanan udara, ketinggian tempat, angin, kerapatan udara, serta suhu.

d. Kecepatan angin

Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara mendatar atau horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan angin dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin (Resmi, 2010), antara lain berupa gradien barometris, lokasi, tinggi lokasi, dan waktu.


(30)

e. Insulasi Pakaian

Jenis dan bahan pakaian yang dikenakan juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal. Salah satu cara manusia untuk dapat beradaptasi dengan keadaan termal di lingkungan sekitarnya adalah dengan cara berpakaian. Misalnya, mengenakan pakaian tipis di musim panas dan pakaian tebal di musim dingin. Pakaian juga dapat mengurangi pelepasan panas tubuh.

f. Aktivitas

Aktivitas yang dilakukan manusia akan meningkatkan metabolisme tubuhnya. Semakin tinggi intensitas aktivitas yang dilakukan, maka semakin besar pula peningkatan metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, sehingga makin besar energi dan panas yang dikeluarkan.

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan termal ruangan dari segi arsitektural (Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013), yakni :

a. Desain Bangunan

Pada iklim tropis, fasad bangunan yang berorientasi Timur-Barat merupakan bagian yang paling banyak terkena radiasi matahari (Mangunwijaya, 1980). Oleh karena itu, bangunan dengan orientasi ini cenderung lebih panas dibandingkan dengan orientasi lainnya. Selain orientasi terhadap matahari, orientasi terhadap arah angin juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal, karena orientasi tersebut dapat mempengaruhi laju angin ke dalam ruangan (Boutet, 1987) (Gambar 2.1). Dimensi dan bentuk dari suatu bangunan juga dapat mempengaruhi lebar bayangan angin (Boutet, 1987) (Gambar 2.2).

Gambar 2.1 Orientasi bangunan persegi terhadap arah angin (Boutet, 1987 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)


(31)

Gambar 2.2 Pengaruh dimensi dan bentuk dari bangunan terhadap ukuran bayangan angin (Boutet, 1987 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M.

Siahaan, 2013)

Radiasi panas matahari masuk melalui proses konduksi pada material bangunan (Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013). Panas tersebut dapat masuk ke dalam ruangan melalui dinding, atap, ataupun kaca jendela (Tabel 2.1). Perletakan massa bangunan yang berpola seperti papan catur akan membuat aliran udara lebih merata. Perletakan massa bangunan yang berpola sejajar akan menciptakan pola lompatan aliran udara yang tidak biasa dengan kantung turbulensinya(Boutet, 1987 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) (Gambar 2.3).

Tabel 2.1 Transmitan konstruksi pada dinding bangunan (Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)

NO. Tipe Konstruksi Transmitan, U

(W/m2DegoC)

1. Batu bata diplester kedua sisi, tebal 144 mm 3,24 2. Batu bata tidak diplester, tebal 228 mm 2,67 3. Batu bata diplester kedua sisi, tebal 228 mm 2,44


(32)

Gambar 2.3 Pengaruh perletakan massa bangunan terhadap aliran udara (Boutet, 1987 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)

b. Desain Bukaan

Perletakan dan orientasi inlet berada pada zona bertekanan positif, sedangkan outlet berada pada zona bertekanan negatif. Inlet dapat mempengaruhi kecepatan dan pola aliran udara di dalam ruangan, sedangkan pengaruh outlet hanya pengaruh kecil saja (Mclaragno, Michele, 1982 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) (Gambar 2.4). Bukaan berfungsi untuk mengalirkan udara ke dalam ruangan dan mengurangi tingkat kelembaban di dalam ruangan. Bukaan yang baik harus terjadi cross ventilation, sehingga udara dapat masuk dan keluar ruangan (Gambar 2.5).

Gambar 2.4 Pengaruh perletakan dan orientasi bukaan terhadap angin(Sumber: Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald

P.M. Siahaan, 2013)

Gambar 2.5 Pengaruh lokasi bukaan terhadap pola aliran udara dalam ruang (Sumber: Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan

Oswald P.M. Siahaan, 2013)

Semakin besar perbandingan luas outlet terhadap inlet, maka kecepatan angin di dalam ruangan lebih tinggi sehingga ruangan lebih sejuk (Latifah, N.L.,


(33)

Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013). Tipe bukaan yang berbeda akan memberikan sudut pengarah yang berbeda pula dalam menentukan arah gerak udara dalam ruang (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Tipe bukaan (Sumber: Beckett, 1974 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)

c. Pengaruh Luar

Perletakan vegetasi di area sekitar bangunan dapat mengurangi radiasi panas matahari ke bangunan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut White R.F (dalam Egan, 1975 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013), semakin jauh jarak pohon dari suatu bangunan, maka pergerakan udara di dalam bangunan yang tercipta akan menjadi lebih baik (Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Jarak pohon terhadap bangunan dan pengaruhnya terhadap ventilasi alami (Sumber: Egan, 1975 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan

Oswald P.M. Siahaan, 2013)

d. Pelindung Terhadap Radiasi Matahari

Apabila orientasi bangunan harus Timur Barat, maka jendela-jendela yang berada di sisi ini harus dilindungi dari radiasi panas dan dari efek silau yang muncul pada saat sudut matahari rendah yang dapat mengganggu aktivitas di dalam ruangan. Berikut ini adalah elemen arsitektur yang sering digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi matahari (solar shading devices) (Gambar 2.8).


(34)

Gambar 2.8 Jenis - jenis solar shading devices sebagai pelindung terhadap radiasi matahari (Sumber: http://www.bembook.ibpsa.us/index.php?title=Solar_Shading)

2.1.3Standar Kenyamanan Termal

Lippsmeier (1997) menyatakan bahwa batas kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa berkisar antara 19°C TE-26°C TE dengan pembagian berikut:

Suhu 26°C TE : Umumnya penghuni sudah mulai berkeringat. Suhu 26°C TE–30°C TE : Daya tahan dan kemampuan kerja penghuni mulai

menurun.

Suhu 33,5°C TE–35,5 °C TE : Kondisi lingkungan mulai sukar.

Suhu 35°C TE–36°C TE : Kondisi lingkungan tidak memungkinkan lagi. Temperatur dalam ruangan yang sehat berdasarkan MENKES NO.261/MENKES/SK/II/1998 adalah temperatur ruangan yang berkisar antara 18°C-26°C. Selain itu, berdasarkan standar yang ditetapkan oleh SNI 03-6572-2001, ada tingkatan temperatur yang nyaman untuk orang Indonesia atas tiga bagian yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.


(35)

Tabel 2.2 Batas kenyamanan termal menurut SNI 03-6572-2001 Temperatur Efektif

(TE)

Kelembaban / RH (%)

Sejuk Nyaman Ambang Atas

20,5°C TE – 22,8°C TE 24°C TE

50%

80%

Nyaman Optimal Ambang Atas

22,8°C TE – 25,8°C TE 28°C TE

70%

Hangat Nyaman Ambang Atas

25,8°C TE – 27,1°C TE 31°C TE

60%

Temperatur Efektif tidak sama dengan Suhu Tabung Kering yang ditunjukkan oleh termometer. Temperatur Efektif (TE) sudah menggabungkan faktor–faktor berupa temperatur udara, kelembaban udara relatif (RH), kecepatan udara (V) serta radiasi yang didapat dengan menggunakan panduan diagram psikometrik (Gambar 2.9).


(36)

2.2Kenyamanan Termal di Dalam Ruangan Kelas

2.2.1Standar Ruangan Kelas untuk Tingkat Pendidikan Dasar

Berdasarkan Permendiknas No. 24 Tahun 2007, ada beberapa ketentuan untuk ruangan kelas untuk tingkat pendidikan dasar, yaitu kapasitas maksimum siswa di dalam kelas adalah 28 orang, dimana rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/siswa. Namun, menurut aplikasi Dapodik yang terbaru, kapasitas maksimum siswa di dalam kelas adalah 32 orang dan minimumnya adalah 20 orang. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa ruang kelas sudah mengalami perluasan dan pertimbangan mengenai sirkulasi siswa di dalam ruangan.

2.2.2Hubungan Antara Kenyamanan Termal di Dalam Kelas dengan

Kinerja Belajar Siswa

Menurut Karimpanah (2007) dalam Foong (2008), kenyamanan termal dan kualitas udara dalam ruangan kelas yang baik dapat memberi pengaruh positif tidak hanya pada kesehatan para siswa di dalamnya tetapi juga dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan kinerja belajar siswa. Ketidakpuasan secara termal seperti ruangan kelas yang terasa panas atau dingin dapat diasosiasikan ke dalam stress fisik (secara termal) dan dapat menyebabkan para siswa di dalamnya menjadi sakit atau kurang berkonsentrasi (Paulo, 2004 dalam Foong, 2008). Oleh karena itu, kenyamanan termal di dalam kelas penting untuk diperhatikan karena kepadatan siswa yang tinggi di dalam kelas dapat memberi pengaruh negatif terhadap kinerja belajar siswa (Foong, 2008).

2.3Kenyamanan Termal Pada Manusia

2.3.1Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal Pada

Manusia

Menurut Levin (1995), tingkat kenyamanan termal pada manusia berbeda-beda, sehingga tidak mungkin membuat semua orang merasa nyaman sesuai dengan tingkat kenyamanan termal masing-masing orang. Hal ini merupakan tantangan bagi arsitek, insinyur, dan operator bangunan adalah untuk merancang dan memelihara bangunan dengan kondisi kenyamanan termal yang hanya


(37)

sebagian kecil saja penghuni yang merasa tidak nyaman. Para desainer harus menentukan rentang kondisi termal yang dapat diterima dan kemudian memutuskan bagaimana untuk mempertahankan kondisi tersebut. Dalam menentukan rentang yang dapat diterima, penting untuk mengetahui berapa banyak penghuni yang akan merasa tidak nyaman pada setiap suhu tertentu dan berapa banyak akan merasa tidak nyaman bahkan pada suhu optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal pada manusia dibagi menjadi tiga faktor utama (Auliciems dan Szokolay, 2007), yaitu :

a. Lingkungan

Kenyamanan termal di lingkungan sekitar manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur udara, pergerakan angin, kelembaban, serta radiasi. Temperatur udara merupakan faktor lingkungan yang paling penting. Temperatur ini merupakan temperatur udara kering (dry bulb temperature) yang akan menentukan penyaluran panas bersama dengan pergerakan udara. Pergerakan udara yang diukur dengan kecepatannya (v, dalam m/s) dapat membantu agar permukaan tubuh dapat beradaptasi terhadap kenaikan suhu lebih cepat dan mempengaruhi penguapan air dari kulit, sehingga memberikan efek pendinginan. Kelembaban udara juga mempengaruhi tingkat penguapan. Hal ini dapat dinyatakan dengan kelembaban relatif (RH,%). Pertukaran radiasi akan bergantung pada suhu rata-rata dari permukaan sekitarnya, yang disebut sebagai suhu radiasi rata-rata (MRT) atau adanya radiasi satu arah yang kuat, misalnya dari matahari.

b. Individu

Setiap manusia mengeluarkan panas. Panas yang keluar dari dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh tingkat metabolisme tubuh dan jenis pakaian yang dikenakan. Tingkat metabolisme merupakan panas yang dihasilkan di dalam tubuh selama beraktivitas. Semakin banyak melakukan aktivitas fisik, semakin banyak panas yang dihasilkan. Semakin banyak panas yang dihasilkan tubuh, semakin banyak panas yang perlu dihilangkan agar tubuh tidak mengalami

overheat. Metabolisme diukur dalam MET (dimana 1 MET=58 W/m2). Manusia dewasa normal memiliki luas permukaan tubuh 1,7 m2, dan orang


(38)

dalam kenyamanan termal dengan tingkat aktivitas 1 MET akan memiliki heat loss kira-kira 100 W. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, pengukuran tingkat metabolisme tubuh sebaiknya dilakukan paling lama 1 jam terakhir. Berikut adalah tingkat metabolisme dari beberapa aktivitas berdasarkan ASHRAE (2009) (Gambar 2.10).

Gambar 2.10 Nilai MET berbagai aktivitas untuk orang dewasa, dimana luas permukaan tubuh orang dewasa 70 kg = 1,7 m2(Sumber: ASHRAE, 2009)

Pakaian merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi pembuangan panas. Satuan nilai insulasi pakaian yang dipakai dalam studi kenyamanan termal adalah Clo. Hal ini terkait dengan penutup isolasi seluruh tubuh dari transmitansi (U-value) sebesar 6,45 W/m²K (yaitu resistensi dari 0.155 m² K /W). 1 clo adalah nilai isolasi dari setelan bisnis normal dan pakaian dalam dari kapas. Berikut adalah nilai insulasi pakaian berdasarkan ASHRAE (2009) (Gambar 2.11).


(39)

Gambar 2.11 Nilai insulasi pakaian (Sumber: ASHRAE, 2009)

Adapun tingkat metabolisme (nilai MET) untuk aktivitas belajar di dalam kelas adalah 1.2 met dengan luas permukaan tubuh manusia 1.7 m2. Namun, menurut ter Mors, S., Hensen J. L. M., Loomans, M., dan Boerstra, A. (2011) nilai met untuk aktivitas belajar adalah 1.789 met. Angka ini didapat dari penyesuaian terhadap luas permukaan tubuh anak umur 7-10 tahun yakni 1.14 m2. Sedangkan, untuk nilai insulasi pakaian di dalam kelas (seragam sekolah) mengacu pada ASHRAE (2009) (Tabel 2.3).

Tabel 2.3 Nilai insulasi pakaian di dalam kelas (ASHRAE, 2009)

Jenis Pakaian Nilai Insulasi Pakaian

Celana dalam 0.06 clo Baju dalam 0.06 clo

Baju 0.09 clo

Celana dan rok 0.11 clo Kaos kaki 0.03 clo

Sepatu 0.01 clo

Total 0.43 clo

c. Faktor lain yang turut berkontribusi

Tingkat metabolisme tubuh manusia selain dipengaruhi oleh aktivitas dan pakaiannya, ada faktor-faktor lain yang turut berkontribusi dalam meningkatkan metabolisme tubuh, yaitu makanan dan minuman, aklimatisasi


(40)

(adaptasi tubuh terhadap lingkungan sekitar), bentuk tubuh, tingkat kegemukan, umur dan jenis kelamin, serta kondisi kesehatan tubuh. Makanan dan minuman yang sehat dan bergizi dapat meningkatkan metabolisme tubuh. Aklimatisasi menyebabkan tubuh bekerja lebih keras untuk menyesuaikan dengan lingkungan sekitar, sehingga metabolisme tubuh menjadi meningkat. Teori Sheldon dalam Polinggapo (2013) membagi bentuk tubuh manusia menjadi tiga, yaitu endomorph, mesomorf, dan ektomorf. Endomorf adalah manusia yang bentuk tubuhnya bulat dan biasanya bertubuh besar. Tingkat metabolisme dalam tubuh dengan bentuk seperti ini sangat rendah. Mesomorf adalah manusia yang bentuk tubuhnya ideal. Tingkat metabolisme dalam tubuhnya cenderung normal. Ektomorf adalah manusia yang bentuk tubuhnya kurus. Tingkat metabolisme dalam tubuh dengan bentuk seperti ini sangat tinggi. Umur dan jenis kelamin yaitu tingkat metabolisme anak-anak lebih tinggi daripada orang dewasa dan tingkat metabolisme laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Dari segi kondisi kesehatan, orang yang sakit lebih tinggi daripada orang sehat.

2.3.2Tindakan Kenyamanan Termal Pada Manusia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fanger (1982) yang dikutip di dalam Susanti dan Aulia (2013) adalah pengukuran tingkat kenyamanan termal pada manusia menggunakan dua metode statistik yaitu skala PMV (Predicted Mean Vote) dan PPD (Predicted Percentage Dissatisfied). Berikut adalah grafik PMV-PPD berdasarkan ASHRAE (2009) (Gambar 2.12).

Gambar 2.12 Grafik hubungan antara PMV dan PPD (Sumber: ASHRAE, 2009)


(41)

Predicted Mean Vote (PMV) merupakan skala untuk mengindikasikan rasa dingin dan hangat yang dirasakan oleh manusia. Nilai PMV (Predicted Mean Vote) menentukan rentang sensasi temperatur yang dirasakan orang terhadap lingkungan di sekitarnya. Indeks PMV ini berkisar dari -3 (sangat dingin) sampai dengan +3 (sangat panas). Nilai nol adalah netralitas termal, bukan kenyamanan termal. Setelah faktor lingkungan dan faktor subyektif diukur, maka untuk sensasi termal untuk tubuh secara keseluruhan dapat diprediksi dengan cara menghitung indeks PMV (Susanti dan Aulia, 2013), yang didasarkan pada keseimbangan panas dari tubuh manusia, yang diberikan oleh persamaan di bawah ini:

PMV = 0,303e-0,036M + 0.028x [(M–W) – 3.05 x 10-3 {5733– 6.99 (M-W)- Pa} – 0.42 {(M-W)–58.15 – 1.7 x 10-5 M(5867-Pa) – 0.0014 M (34-ta) –3.96 X 10-8 fcl

{tcl + 273)4–(tr +273)4} – fclhc(tcl– ta)]

tcl = 35.7 – 0.028 (M –W) – 0.155 Icl [3.96 x 10-8 fcl {tcl + 273)4 [(tr + 273)4} +

fclhc(tcl– ta)]

hc = max (2.38 (tcl – ta) 0.25, 12.1√V)

fc = 1.0+0.2 Icl untuk Icl<0,5 clo

1.05+0.1 Icl untuk Icl>0,5 clo

Dimana,

M : Tingkat aktivitas (W/m2)

W : Aktivitas luar (W/m2), 0 untuk sebagian besar aktivitas

fcl : Rasio permukaan tubuh orang ketika berpakaian dan tidak berpakaian

tcl : Temperatur permukaan pakaian (oC)

tr : Temperatur radiasi (oC)

hc : Konvektif heat transfer dalam (W/m2 K)

ta : Temperatur udara (oC)

Pa : Kelembaban udara (Pa)

Icl : Nilai insulasi pakaian (clo)

V : Kecepatan aliran udara (m/s)

Sedangkan, PPD (Predicted Percentage Dissatisfied) merupakan banyaknya orang (dalam persentase) yang tidak puas terhadap keadaan termal di lingkungan sekitar. Orang diasumsikan tidak puas terhadap keadaan termal


(42)

apabila indeks PMV yang dirasakannya adalah -3 (sangat dingin), -3 (dingin), +2 (panas), dan +3 (sangat panas). Semakin besar persentase PPD, maka semakin banyak penghuni yang merasa tidak puas. Fanger (1982) di dalam Susanti dan Aulia (2013), menghubungkan nilai PMV dan PPD seperti yang diberikan oleh persamaan di bawah ini:

PPD = 100 –95 exp – (10.03353PMV4+ 0,2179 PMV2)

Dalam menyelesaikan persamaan PMV dan PPD membutuhkan program komputer karena nilai hc dan tcl saling bergantung (Satwiko, 2009). Salah satu

program tersebut yaitu CBE Thermal Comfort Tool for ASHRAE-55 (Gambar 2.13). Program ini menghasilkan nilai PMV dan PPD berdasarkan data-data yang dimasukkan. Data-data tersebut berupa temperatur udara, temperatur radiant, kecepatan angin, kelembaban relatif, nilai insulasi pakaian (clo), serta nilai metabolisme (met). PMV dan PPD yang dihasilkan mengacu pada ASHRAE-55.

Gambar 2.13 CBE Thermal Comfort Tool for ASHRAE-55 (Sumber: http://smap.cbe.berkeley.edu/comforttool)


(43)

2.4Penelitian Terkait dengan Kenyamanan Termal di Sekolah

Penelitian mengenai kenyamanan termal di sekolah sudah dilakukan di beberapa tahun terakhir. Sekolah yang diteliti pun cukup beragam baik dari segi tingkat pendidikan, lokasi sekolah, serta tujuan di balik penelitian tersebut. Penelitian tersebut ada yang memaparkan kondisi kenyamanan termal ruangan kelas di suatu sekolah dan ada pula yang membandingkan kenyamanan termal ruang kelas di sekolah yang satu dengan yang lainnya. Metode penelitian yang digunakan pun berbeda-beda, yakni melalui pengukuran dan atau pembagian kuesioner. Adapun beberapa penelitian mengenai kenyamanan termal di sekolah adalah sebagai berikut.

a. Field study on thermal comfort in a UK primary school (Teli, Jentsch, James, dan Bahaj, 2012)

Penelitian mengenai kenyamanan termal ini dilakukan di sekolah dasar di Southampton, UK. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan April sampai Juli 2011. Penelitian ini dilakukan di semua kelas di sekolah dasar tersebut yakni delapan kelas dengan total jumlah siswa sekitar 230 orang. Metode penelitian ini menggunakan metode pengukuran dan kuesioner kenyamanan termal. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan alat di tengah-tengah ruangan kelas dan jauh dari sumber-sumber panas. Kemudian, hasil PMV dan PPD dari kuesioner penelitian tersebut dibandingkan dengan standar ISO 773O dan EN 15251 yang mengacu pada tingkat kenyamanan orang dewasa. Hasil dari penelitian ini yaitu anak-anak memiliki tingkat kenyamanan yang berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak umumnya merasakan sensasi termal yang lebih hangat dari orang dewasa. Hal ini mungkin disebabkan tingkat metabolisme tubuh yang lebih tinggi, kesempatan untuk beradaptasi dengan kondisi termal yang terbatas, anak-anak juga melakukan aktivitas di luar kelas yakni bermain, berbeda dengan orang dewasa yang hanya berada di dalam ruangan saja, serta dari segi adaptasi termal melalui pakaian, tindakan yang dilakukan anak-anak lebih terbatas karena ada ketentuan pakaian seragam dari sekolah.


(44)

b. Evaluasi kenyamanan termal ruang sekolah SMA negeri di kota Padang (Susanti dan Aulia, 2013)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi dan sensasi kenyamanan termal di sekolah SMA negeri di kota Padang. Penelitian ini dilakukan di sebelas sekolah dimana masing-masing sekolah mewakili sebelas daerah di kota Padang. Dalam menentukan tingkat kenyamanan termal di sekolah tersebut, metode penelitian yang digunakan yaitu melalui pengukuran dan kuesioner. Pengukuran menggunakan alat yang diletakkan di tengah-tengah ruangan dan di setiap ujung ruangan. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data mengenai temperatur udara, temperatur radiant, kecepatan angin, serta kelembaban relatif. Kemudian, hasil pengukuran dihitung untuk mendapatkan nilai PMV dan PPD. PMV dan PPD dari pengukuran akan dibandingkan dengan PMV dan PPD dari individual vote kuesioner kenyamanan termal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah para siswa dari kesebelas sekolah SMA negeri di kota Padang merasa tidak nyaman secara termal, sehingga perlu adanya pengkondisian udara buatan atau penambahan elemen arsitektur untuk mengurangi radiasi panas di dalam kelas.

c. Adaptive thermal comfort in primary school classrooms: Creating and validating PMV-based comfort charts (ter Mors, S., Hensen J. L. M., Loomans, M., dan Boerstra, A., 2011)

Penelitian ini dilakukan di ketiga sekolah yang berbeda di Belanda. Penelitian ini dilakukan selama 24 hari di ketiga musim, yaitu di musim dingin, musim semi, dan musim panas tahun 2010. Metode penelitian yang digunakan yaitu melalui pengukuran dan kuesioner. Pengukuran menggunakan alat yang diletakkan di tengah-tengah ruangan . Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data mengenai temperatur udara, temperatur radiant, kecepatan angin, serta kelembaban relatif. Kemudian, hasil pengukuran dihitung untuk mendapatkan nilai PMV dan PPD. PMV dan PPD dari pengukuran akan dibandingkan dengan PMV dan PPD dari kuesioner kenyamanan termal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil kalkulasi dari PMV model tidak dapat memprediksikan sensasi termal yang dirasakan anak-anak secara akurat.


(45)

Hasil dari kuesioner menunjukkan bahwa anak-anak umumnya menginginkan temperatur yang lebih rendah dari temperatur yang diprediksikan PMV model.

2.5Sintesa Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dijelaskan bahwa kenyamanan termal di dalam ruangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni temperatur udara, kecepatan angin, kelembaban, radiasi, dan dari penghuninya sendiri. Kenyamanan termal juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dari arsitektural, seperti desain bangunan, desain bukaan, shading devices, dan faktor eksternal seperti vegetasi. Tingkat kenyamanan termal dalam suatu ruangan seperti ruang kelas dapat ditentukan dari indeks PMV dan PPD. Kriteria ruangan kelas ditentukan dalam standar Permendiknas No. 24 Tahun 2007. Evaluasi kenyamanan termal terhadap ruangan kelas yang ada penting untuk dilakukan untuk mengetahui apakah ruang kelas tersebut sudah nyaman atau tidak. Hal ini dikarenakan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kondisi lingkungan di dalam kelas haruslah diperhatikan, terutama dari segi kenyamanan termal. Sebab, kenyamanan termal dapat mempengaruhi kinerja siswa dan guru di dalam kelas.


(46)

23

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian kenyamanan termal ruangan kelas ini dilakukan dengan pengukuran dan pembagian kuesioner. Hasil dari pengukuran dan kuesioner akan dipaparkan secara deskriptif untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal ruangan kelas SDN 066049. Adapun penelitian ini menggunakan alat ukur thermo-hygrometer untuk mengukur temperatur dan kelembaban dan menggunakan alat ukur anemometer untuk mengukur kecepatan angin di dalam ruangan. Penelitian ini menggunakan alat ukur yang berbeda resolusi dan tanpa dikalibrasi karena perbedaan angka ketelitian antara satu alat dengan yang lain tidak terlalu signifikan.

3.2Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini ada dua, yaitu: a. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kondisi kelas dimana yang dibedakan berdasarkan posisi ruangan terhadap bangunan.

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah ukuran ruangan kelas, kondisi kelas (perabot, bukaan, dan sebagainya), dan orientasi bangunan di mana terdapat kelas yang menjadi lokasi penelitian.

3.3Populasi/Sampel

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah kelas-kelas di SDN 066049. Sampel di dalam penelitian ini merupakan kelas yang berada di bangunan berorientasi timur-barat, karena penelitian ini merupakan evaluasi kenyamanan termal ruangan kelas pada kondisi ekstrim (panas). Adapun kelas-kelas yang akan


(47)

menjadi sampel terdiri atas dua ruangan, yaitu kelas yang berada di tengah bangunan dan di ujung bangunan. Hal ini dikarenakan bidang yang terkena paparan panas berbeda, sehingga diambil sampel masing-masing satu kelas yang memiliki kondisi tersebut.

3.4Metode Pengumpulan Data

3.4.1Data Primer

Data primer merupakan data sekolah yang bersumber dari observasi lapangan dan pengukuran. Data tersebut berupa denah dan tampak bangunan sekolah, data temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin dalam ruangan kelas, serta data hasil kuesioner. Adapun metode pengumpulan data primer di penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Pengukuran temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan kelas dilakukan dengan menggunakan thermo-hygrometer.

b. Pengukuran kecepatan angin di dalam ruangan kelas dilakukan dengan menggunakan anemometer.

c. Pengukuran dilakukan pada saat jam efektif belajar sekolah, yakni dimulai dari pukul 07.30-12.00 WIB, kecuali pada hari Jumat dan Sabtu yang waktu efektif belajarnya lebih singkat dari hari lainnya.

d. Pengukuran dilakukan secara bersamaan di kedua kelas dan di titik yang sama dan berlangsung selama satu minggu.

e. Posisi pengukuran ada tiga titik di masing-masing ruangan kelas.

f. Pembagian kuesioner dilakukan setelah satu minggu waktu pengukuran. Pembagian kuesioner dilakukan dalam satu hari saja pada jam-jam tertentu dimana rentang temperaturnya berada di sejuk nyaman, nyaman optimal, dan hangat nyaman.

g. Butir pertanyaan kuesioner yang diajukan mengacu pada kuesioner penelitian Teli, Jentsch, James, dan Bahaj (2012).


(48)

3.4.2Data Sekunder

Data sekunder merupakan data sekolah yang bersumber dari pencarian di internet dan wawancara. Data tersebut berupa data mengenai SDN 066049, yakni lokasi site dan data rinci mengenai masing-masing sekolah, serta jumlah ruangan.

3.5Kawasan Penelitian

3.5.1Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 066049 di jalan Mawar Raya Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia. Kriteria pemilihan lokasi penelitian ini yakni lokasi penelitian dimana merupakan sekolah dasar negeri berada dalam kawasan permukiman, berada di jalan lingkungan sehingga intensitas lalu lalang kendaraan di dekat lokasi penelitian cenderung rendah, dan di dalam lokasi penelitian tersebut terdapat kelas-kelas yang berada dalam kondisi ekstrem (panas). SDN 066049 berada dalam lokasi yang sama dengan SDN 066048.

Kedua SDN ini berada di jalan Mawar Raya. Bahkan terdapat kelas-kelas dari masing-masing sekolah yang tergabung dalam satu bangunan. Kedua SDN ini merupakan sekolah dengan massa bangunan yang terdiri dari 5 massa bangunan berlantai satu, yaitu massa bangunan kantor dan kelas SDN 066048, massa bangunan perpustakaan dan musholla SDN 066048, massa bangunan kelas gabungan antara SDN 066048 dan SDN 066049, massa bangunan kelas SDN 066049, dan massa bangunan kantor SDN 066049. Berikut ini akan diuraikan lokasi penelitian dan keymap lokasi penelitian SDN 066049:


(49)

Gambar 3.1 Lokasi penelitian (yang diberi tanda kotak kuning pada gambar) (Sumber: https://maps.google.com/)

Gambar 3.2 Keymap lokasi penelitian SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)

DOMINASI PERUMAHAN

PENDUDUK DOMINASI

PERUMAHAN PENDUDUK


(50)

Secara garis besar, Gedung D yang menjadi objek penelitian merupakan bangunan berlantai 1 yang berbatasan dengan:

 Sebelah Utara : Perumahan penduduk

 Sebelah Selatan : Lapangan sekolah

 Sebelah Timur : Perumahan penduduk

 Sebelah Barat : Perumahan penduduk

Gedung D merupakan bangunan kelas SDN 066049 yang merupakan lokasi gedung dimana terdapat dua kelas yang akan menjadi objek penelitian. Berikut ini akan diuraikan pembagian massa-massa bangunan di lokasi penelitian (SDN 066048 dan 066049), meliputi:

a. Gedung A (massa bangunan SDN 066048), merupakan massa bangunan satu

lantai, yang terdiri dari :

 R. Kantor, uk. 5,3 x 7,5

 R. Kelas VI, 45 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas V, 42 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas IVA, 32 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas IVB, 28 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas IIIA, 29 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas IIIB, 31 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas IIA, 30 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas IIB, 28 orang, uk. 7,5 x 7,8

Gambar 3.3 Lokasi Gedung A, SDN 066048 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)


(51)

b. Gedung B (massa bangunan SDN 066048), merupakan massa bangunan satu lantai, yang terdiri dari :

 R. Musholla, uk. 5 x 7

 R. Perpustakaan, uk. 7 x 8,5

Gambar 3.4 Lokasi Gedung B, SDN 066048 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)

c. Gedung C (massa bangunan SDN 066048 dan SDN 066049), merupakan

massa bangunan satu lantai, yang terdiri dari :

 R. Kelas IA, SDN 066048, 24 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas IB, SDN 066048, 23 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas I, SDN 066049, 23 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas II, SDN 066049, 36 orang, uk. 7,5 x 7,8

Gambar 3.5 Lokasi Gedung C, SDN 066048 dan SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)

d. Gedung D (massa bangunan SDN 066049), merupakan massa bangunan

satu lantai, yang terdiri dari :

 R. Kelas Agama, uk. 5,3 x 7,5


(52)

 R. Kelas VIB, 23 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas VA, 29 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas VB, 26 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas IV, 38 orang, uk. 7,5 x 7,8

 R. Kelas III, 40 orang, uk. 7,5 x 7,8

Gambar 3.6 Lokasi Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)

e. Gedung E (massa bangunan SDN 066049), merupakan massa bangunan satu

lantai dimana terdapat kantor kepala sekolah SDN 066049.

Gambar 3.7 Lokasi Gedung E, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)

f. Titik F (SDN 066048 dan SDN 066049), merupakan lapangan sekolah milik

SDN 066048 dan SDN 066049.


(53)

Gambar 3.8 Lokasi SDN 066048 & SDN 066049 (Sumber: olah data)

Berikut ini diuraikan data rinci dari masing-masing SDN, yaitu:

Tabel 3.1 Tabel data rinci mengenai SDN 066048 dan SDN 06049 (Sumber: olah data)

Nama Sekolah SDN 066048 SDN 066049

NPSN 10220733 10220734

Alamat Jl. Mawar Raya Jl. Mawar Raya

Kelurahan / Kode Pos Helvetia Tengah /

20124

Helvetia Tengah/ 20124

Tahun Pendirian 1979 1978

Luas Tanah 2040 m2 4080 m2

Luas Bangunan 581 m2 539 m2

Waktu Penyelengaraan Pagi Pagi

Akreditasi B B

Jumlah Siswa 321 orang 256 orang

Jumlah Rombel 9 rombel 9 rombel

Jumlah Siswa Per Kelas ± 36 orang ± 28 orang

3.5.2 Objek Penelitian

Adapun ruang kelas yang menjadi objek penelitian terdiri atas 2 ruangan kelas berikut:

a. Ruang kelas VA yang berorientasi timur-barat dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang (berada di tengah Gedung D)

b. Ruang kelas III yang berorientasi timur-barat dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang (berada di ujung Gedung D)

Berdasarkan keterangan di atas, kedua SDN berada di orientasi dan bangunan yang sama yaitu Gedung D. Hal ini merupakan salah satu kriteria


(54)

pemilihan objek penelitian. Kriteria yang lainnya yaitu, jumlah bukaan yang sama, ukuran ruangan kelas yang sama. Kriteria utamanya yaitu kelas yang berada pada kondisi ekstrem (panas) baik di tengah bangunan maupun di ujung bangunan dengan luas bidang yang terkena paparan panas yang berbeda. Menurut Permendiknas No. 24 Tahun 2007, rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/siswa. Kedua kelas tersebut sama-sama berukuran 7,5m x 7,8m dimana luas kelasnya menjadi 58,5 m2. Berikut diuraikan data rinci mengenai Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya.

Gambar 3.9 Lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)

Gambar 3.10 Tampak Barat Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)

Gambar 3.11 Tampak Timur Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)


(55)

Gambar 3.12 Tampak Utara Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)

Gambar 3.13 Tampak Selatan Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)

Gambar 3.14 Detail pintu dan jendela Gedung D, SDN 066049 di Jalan Mawar Raya (Sumber: olah data)

Tabel 3.2 Tabel jenis material ruangan kelas di Gedung D, SDN 066049(Sumber: olah data)

NO. Elemen Jenis Material

1. Lantai Keramik lantai ukuran 30 cm x 30 cm warna putih.

2. Atap Atap rangka baja ringan dengan penutup berupa seng bergelombang warna putih.

3. Dinding Pasangan bata dengan finishing plasteran semen 4. Jendela Jendela kaca dengan kusen kayu.

5. Pintu Kusen kayu 6. Plafond Plafond asbes

Pengukuran temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin dilakukan secara bersamaan di kedua ruangan kelas, yakni ruang kelas VA dan ruang kelas III di Gedung D, SDN 066049 (Jalan Mawar Raya). Pengukuran dilakukan pada 3


(56)

titik penelitian dalam 6 hari berbeda (Sabtu, 3 Mei 2014, Senin 5 Mei 2014, Sabtu 10 Mei 2014, Senin 26 Mei 2014, Rabu 28 Mei 2014, serta Selasa, 3 Juni 2014).

3.5.2.1 Ruang Kelas VA, Gedung D, SDN 066049

Ruang kelas VA berada di tengah Gedung D SDN 066046 yang berorientasi timur-barat. Ruang kelas ini berbatasan dengan ruang kelas lain yakni ruang kelas VB di sisi Utara dan ruang kelas VIB di sisi Selatan. Sisi Barat dari ruang kelas ini menghadap ke arah lapangan sekolah yang menjadi lokasi upacara dan olahraga para siswa. Sementara sisi Timur dari ruang kelas ini merupakan halaman kosong yang dipenuhi dengan semak-semak dan pohon serta dibatasi oleh pagar.

Gambar 3.15 Denah keseluruhan lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (lingkar merah pada gambar menunjukkan lokasi ruang kelas VA pada gedung yang dijadikan

lokasi penelitian) (Sumber: olah data)

Gambar 3.16 Denah ruang kelas VA di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian)(Sumber: olah data)


(57)

Tabel 3.3 Tabel mata pelajaran siswa kelas VA di Gedung D, SDN 066049(Sumber: olah data)

MATA PELAJARAN KELAS VA SDN 066049

Senin Selasa Rabu

1. 07.30 - 08.05 Upacara 1. 07.30 - 08.05 Agama 1. 07.30 - 08.05 B. Inggris

2. 08.05 - 08.40 Matematika 2. 08.05 - 08.40 Agama 2. 08.05 - 08.40 B. Inggris

3. 08.40 - 09.15 Matematika 3. 08.40 - 09.15 Agama 3. 08.40 - 09.15 B. Inggris

4. 09.15 - 09.30 Istirahat 4. 09.15 - 09.30 Istirahat 4. 09.15 - 09.30 Istirahat

5. 09.30 - 10.05 IPA 5. 09.30 - 10.05 ORKES 5. 09.30 - 10.05 Matematika

6. 10.05 - 10.40 IPA 6. 10.05 - 10.40 ORKES 6. 10.05 - 10.40 Matematika

7. 10.40 - 10.55 Istirahat 7. 10.40 - 10.55 Istirahat 7. 10.40 - 10.55 Istirahat

8. 10.55 - 11.30 PKN 8. 10.55 - 11.30 IPS 8. 10.55 - 11.30 B. Indonesia

9. 11.30 - 12.05 PKN 9. 11.30 - 12.05 IPS 9. 11.30 - 12.05 B. Indonesia

Kamis Jumat Sabtu

1. 07.30 - 08.05 ORKES 1. 07.30 - 08.05 Matematika 1. 07.30 - 08.05 B. Indonesia

2. 08.05 - 08.40 ORKES 2. 08.05 - 08.40 Matematika 2. 08.05 - 08.40 B. Indonesia

3. 08.40 - 09.15 B. Indonesia 3. 08.40 - 09.15 B. Indonesia 3. 08.40 - 09.15 IPA

4. 09.15 - 09.30 Istirahat 4. 09.15 - 09.30 Istirahat 4. 09.15 - 09.30 Istirahat

5. 09.30 - 10.05 IPA 5. 09.30 - 10.05 SBK 5. 09.30 - 10.05 B. Indonesia

6. 10.05 - 10.40 IPA 6. 10.05 - 10.40 SBK

7. 10.40 - 10.55 Istirahat

8. 10.55 - 11.30 IPS

9. 11.30 - 12.05 IPS

Gambar 3.17 Foto Ruangan Kelas VA di Gedung D, SDN 066046 (Sumber: olah data)

Adapun instrumen yang dipakai dalam melakukan penelitian pada ruang kelas VA, yaitu :

a. Alat ukur suhu & kelembapan: EXTECH Humidity + Temperature Datalogger 42280.

Gambar 3.18 EXTECH Humidity + Temperature Recorder 42280 (Sumber: http://www.extech.com/instruments/product.asp?catid=66&prodid=416)


(58)

Tabel 3.4 Tabel spesifikasi alat ukur EXTECH Humidity + Temperature Recorder 42280 (Sumber: http://www.extech.com/instruments/product.asp?catid=66&prodid=416)

Rentang Ukur Tingkat

Kelembaban

0% to 99.9%

Rentang Ukur Suhu/

Temperatur

-20ºF – 140 ºF (-28 ºC – 60 ºC)

Tingkat Akurasi / Ketelitian ± 3% kelembaban relatif; ±1.2oF

(0.6oC) dari -4 –122oF (-20 –50oC); ±2.4oF (1.2oC) untuk rentang suhu lainnya

Dimensi Alat Ukur 4.9 x 3.6” (124 x 92 mm)

Fungsi Alat Mengukur suhu tabung kering (dry

bulb) dan kelembaban (RH)

b. Alat ukur kecepatan angin: Digital Anemometer A826.

Gambar 3.19 Digital Anemometer A826

(Sumber: http://www.kingtill.com/Digital-Anemometer-A826-s-64.html)

Tabel 3.5 Tabel spesifikasi alat ukur Digital Anemometer A826 (Sumber: http://www.kingtill.com/Digital-Anemometer-A826-s-64.html)

Rentang Ukur Kecepatan

Angin

0-30 m/s

Resolusi 0,1 m/s, 0,2°C

Tingkat Akurasi / Ketelitian ±5 %, ±2°C

Rentang Ukur Temperatur -10 – 45°C

Fungsi Alat Mengukur temperatur dan kecepatan

angin


(59)

Metode penelitian yang dilakukan untuk melakukan pengukuran temperatur udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin di Ruang Kelas VA, meliputi :

a. Pengukuran temperatur udara dan kelembaban udara di ruang kelas VA dilakukan dengan menggunakan alat ukur suhu dan kelembaban yaitu EXTECH Humidity + Temperature Datalogger 42280 yang diletakkan di atas meja siswa setinggi 70 cm dari permukaan lantai dalam kelas.

b. Pengukuran kecepatan angin di ruang kelas VA dilakukan dengan menggunakan alat ukur kecepatan angin yaitu Digital Anemometer A826 yang dipegang dengan ketinggian 1.4 m dari permukaan lantai dalam kelas.

c. Pengukuran temperatur udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin dilakukan di dalam ruang kelas VA pada saat proses belajar mengajar berlangsung dengan jumlah siswa yang berada dalam 1 kelas sebanyak 29 orang dan pengukuran ini berlangsung selama 5 hari berbeda. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran temperatur udara, kelembapan, dan kecepatan angin pada 3 titik berbeda dengan rincian berikut :

Titik 1 : Pengukuran dilakukan pada Hari Sabtu, 3 Mei 2014 dan Hari Senin, 26 Mei 2014. Rentang Waktu Pengukuran: 08.00 – 10.05. Cuaca cerah.

Gambar 3.20 Foto lokasi titik ukur 1 di Ruang Kelas VA (lingkar kuning pada gambar menunjukkan lokasi titik ukur 1 untuk thermo-hygrometer dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan: Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung.


(60)

Gambar 3.21 Lokasi titik ukur 1 di ruang kelas VA di Gedung D (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian) (Sumber: olah data)

Titik 2 : Pengukuran dilakukan pada Hari Senin, 5 Mei 2014 dan hari Selasa, 3 Juni 2014. Rentang Waktu Pengukuran: 08.00 – 12.05. Cuaca cerah.

Gambar 3.22 Foto lokasi titik ukur 2 di Ruang Kelas VA (lingkar kuning pada gambar menunjukkan lokasi titik ukur 2 untuk thermo-hygrometer dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan: Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung.


(61)

Gambar 3.23 Lokasi titik ukur 2 di ruang kelas VA di Gedung D (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian) (Sumber: olah data)

Titik 3 : Pengukuran dilakukan pada Hari Sabtu, 10 Mei 2014 dan Hari Rabu, 28 Mei 2014. Rentang Waktu Pengukuran: 08.00–10.05. Cuaca mendung dan hujan.

Gambar 3.24 Foto lokasi titik ukur 3 di Ruang Kelas VA (lingkar kuning pada gambar menunjukkan lokasi titik ukur 3 untuk thermo-hygrometer dan lingkar merah untuk anemometer) (Sumber: olah data) Catatan: Foto diambil pada saat ruang kelas dalam keadaan kosong, namun pengukuran tetap dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung.


(62)

Gambar 3.25 Lokasi titik ukur 3 di ruang kelas VA di Gedung D (Titik merah pada gambar menunjukkan lokasi titik penelitian) (Sumber: olah data)

3.5.2.2 Ruang Kelas III, Gedung D, SDN 066049

Ruang kelas III berada di ujung Gedung D SDN 066046 yang berorientasi timur-barat. Ruang kelas ini berbatasan dengan ruang kelas lain yakni ruang kelas IV sisi Selatan dan bangunan kantor di sebelah Utara. Sisi Barat dari ruang kelas ini menghadap ke arah lapangan sekolah yang menjadi lokasi upacara dan olahraga para siswa. Sementara sisi Timur dari ruang kelas ini merupakan halaman kosong yang dipenuhi dengan semak-semak dan pohon serta dibatasi oleh pagar.

Gambar 3.26 Denah keseluruhan lokasi penelitian di Gedung D, SDN 066049, Jalan Mawar Raya (lingkar merah pada gambar menunjukkan lokasi ruang kelas III pada gedung yang

dijadikan lokasi penelitian)(Sumber: olah data)


(1)

BAB 5 KESIMPULAN

a. Kedua ruangan kelas di Gedung SDN 066049 (Orientasi Timur Barat) tersebut ternyata tidak nyaman. Hal ini dikarenakan rentang temperatur efektif di kelas VA berkisar antara 25.8°C TE–28.5°C TE dan di kelas III berkisar antara 26°C TE–28.9°C TE. Rentang nilai PMV dan PPD di kelas VA berkisar antara 0.17-2.17 untuk PMV dan berkisar antara 6%-84% untuk PPD. Sedangkan, rentang nilai PMV dan PPD di kelas III berkisar antara 0.22-2.28 untuk PMV dan berkisar antara 6%-88% untuk PPD.

b. Berdasarkan kuesioner yang dibagi pada saat rentang hangat nyaman (pukul 08.30-09.00 WIB) dan saat rentang atas hangat nyaman (pukul 09.30-10.00 WIB), kedua ruangan kelas juga dirasakan tidak nyaman bagi para siswa di dalamnya. Rentang nilai PMV dan PPD di kelas VA berkisar antara -0.25-0.85 untuk PMV dan berkisar antara 10.34%-27.59% untuk PPD. Sedangkan, rentang nilai PMV dan PPD di kelas III berkisar antara -0.4-1.1 untuk PMV dan berkisar antara 10%-37.5% untuk PPD.

c. Kenyamanan termal ruangan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor individu. Faktor lingkungan terdiri atas temperatur udara, temperatur radiant, kecepatan angin, dan kelembaban. Faktor individu terdiri atas tingkat metabolisme dan insulasi pakaian. Faktor-faktor ini yang menjadi input dalam Program CBE Thermal Comfort Tool for ASHRAE-55 untuk mendapatkan nilai PMV dan PPD. Oleh karena itu, nilai PMV dan PPD kedua ruangan kelas berbeda, meskipun ukuran kelas dan jenis serta jumlah bukaannya sama.

d. Faktor cuaca juga berpengaruh terhadap kenyamanan termal. Hal ini dapat dilihat pada pengukuran di hari Sabtu, 10 Mei 2014 dimana cuaca mendung dan hari Senin, 26 Mei 2014 dimana cuaca mendung kemudian hujan. Tingkat temperatur efektif di kedua ruangan kelas pada kedua hari tersebut cenderung rendah, sehingga batas kenyamanan kedua ruangan kelas tersebut masih berada dalam batas hangat nyaman (25.8°C TE–27.1°C TE) dari awal jam pelajaran


(2)

sampai jam pulang sekolah. Sedangkan, pada hari lainnya dimana cuaca cukup cerah, batas kenyamanan kedua ruangan kelas berada dalam batas hangat nyaman hanya pada rentang waktu pukul 07.30-09.00 WIB, kemudian meningkat sampai melewati batas hangat nyaman pada rentang waktu pukul 09.00-12.05 WIB.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

ASHRAE. (2009). Handbook of Fundamental. USA: ASHRAE.

Auliciems, A. and Szokolay, S. (2007). Thermal Comfort. PLEA Note 3. PLEA International University of Queensland.

Boutet, Terry S. (1987). Controlling Air Movement, New York: McGraw-Hill Book Company.

Fanger. (1982). Thermal Comfort, Analysis and Aplications in Environmental Enginering, Malabar: Robert E. Krieger Publishing Company.

Foong, Stanley Yong Thau. (2008). Measurement of Thermal Comfort at Classroom: A Case Study in UTeM. Malaysia: Faculty of Manufacturing Engineering. Universiti Teknikal Malaysia Melaka.

http://id.shvoong.com/books/dictionary/2341032-kecepatan-angin/, diakses pada tanggal 7 Januari 2014.

http://refsp.data.kemdikbud.go.id/, diakses pada tanggal 7 Januari 2014. http://smap.cbe.berkeley.edu/comforttool, diakses pada 19 Mei 2014.

Humphreys dan Nicol (2002). Adaptive Thermal Comfort and Sustainable Thermal Standards for Buildings, Journal: Energy and Buildings 34, Elsevier Science, www.elsevier.com/locate/enbuild.

Karyono, T.H. (2001). Teori dan Acuan Kenyamanan Termis dalam Arsitektur, Jakarta: Catur Libra Optima.

Keputusan Menteri Kesehatan No.261/Menkes/SK/11/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Menteri Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan. (2013). Kajian Kenyamanan Termal Pada Bangunan Student Center Itenas Bandung, Jurnal Teknik Arsitektur. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional.

Levin. (1995). Physical Factors in The Indoor Environment. California: Philadelphia, Hanley & Belfus, Inc.


(4)

Mangunwijaya. (1980). Pasal – pasal Fisika Bangunan. Jakarta : Gramedia. McIntyre, D.A. (1980). Indoor Climate, Applied Science, UK.

Nugroho, M.A. (2011). A Preliminary Study of Thermal Environment in

Malaysia’s Terraced Houses, Journal and Economic Engeneering: 2(1), 25-28.

Olgyay, V. (1963). Design with Climate: Bioclimatic Approach to Architectural Regionalism, Princenton University Press, Princenton.

Permendiknas RI. [Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia]. (2007). Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA). Jakarta: Permendiknas/No.24/2007.

Polinggapo, Sri W. (2013). Perbedaan Tingkat Stres Pada Remaja Berdasarkan Tipe Kepribadian Somatotype Sheldon. Malang: Program Studi Pendidikan Psikologi. Universitas Negeri Malang.

Rahmadani, Dewi. (2011). Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Perkuliahan di Universitas Andalas. [Skripsi]. Padang: Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri. Universitas Andalas.

Resmi, Citra, Sarwono, dan Hantoro, Ridho. (2010). Studi Eksperimental Sistem Pembangkit Listrik pada Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) Skala Kecil. Jurnal. Surabaya: ITS.

Satwiko, Prasasto. (2009). Fisika Bangunan, Yogyakarta: Andi.

SNI 03-6572-2001. (2001). Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung. Jakarta.

Snyder, James C. & Catanese, Anthony J. (1989). Introduction to Architecture, Jakarta : Erlangga.

Susanti Lusi dan Nike Aulia. (2013). Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Sekolah SMA Negeri Di Kota Padang. Jurnal Optimasi Sistem Industri. Vol.12, No.1. Hal. 310-316.

Teli, Jentsch, James, dan Bahaj. (2012). Field Study on Thermal Comfort in a UK Primary School, Proceedings of 7th Windsor Conference: The changing


(5)

context of comfort in an unpredictable world Cumberland Lodge, Windsor, UK.

ter Mors, S., Hensen J. L. M., Loomans, M., dan Boerstra, A. (2011). Adaptive Thermal Comfort in Primary School Classrooms: Creating and Validating PMV-Based Comfort Charts. Building and Environment, 46 (12), pp. 2454-2461. Netherlands.


(6)

LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian

Kelas:

Jenis kelamin kamu: Laki-laki Perempuan

1. Apa yang sedang kamu rasakan saat ini?

2. Silang kotak di kalimat yang sesuai dengan keinginanmu saat ini: Saya ingin suhu ruangan di kelas ini :

Lebih dingin lagi Lebih dingin Sedikit lebih dingin Tetap

Sedikit lebih hangat Lebih hangat Lebih hangat lagi

3. Apakah kamu merasa nyaman pada suhu ruangan saat ini?

Ya Tidak

4. Apa yang kamu lakukan sebelum mengisi kuesioner ini? Belajar di dalam kelas (membaca, menulis, menghitung, dll) Olahraga (penjaskes)

Bermain saat istirahat Duduk-duduk saat istirahat Makan saat istirahat

Terima kasih