Balancing Theory Profit Expense Ratio
                                                                                Trade  off  theory  mempunyai  implikasi  bahwa  manajer  akan  berpikir dalam  kerangka  trade  off  antara  penghematan  pajak  dan  biaya  kesulitan
keuangan  dalam  penentuan  struktur  modal.  Perusahaan-perusahaan  dengan profitabilitas  yang  tinggi  tentu  akan  berusaha  mengurangi  pajaknya  dengan
cara  meningkatkan  rasio  utangnya  sehingga  tambahan  utang  tersebut  akan mengurangi  pajak.  Dalam  kenyataannya  jarang  manajer  keuangan  yang
berpikir demikian. Brealey  dan  Myers  1991  menyatakan  bahwa  struktur  modal  yang
optimal  diperoleh  pada  saat  terjadinya  keseimbangan  antara  keuntungan  tax shield  of  leverage  dengan  financial  distress  dan  agency  cost  of  leverage.
Trade  off  Theory  memang  tidak  dapat  digunakan  untuk  menentukan  modal yang  optimal  secara  akurat  dari  suatu  perusahaan.  Tetapi  melalui  model  ini
memungkinkan dibuat tiga kesimpulan tentang penggunaan leverage. 1.  Perusahaan  dengan  risiko  usaha  yang  lebih  rendah  dapat  meminjam  lebih
besar tanpa harus dibebani oleh expected cost of financial distress sehingga diperoleh keuntungan pajak karena penggunaan yang hutang lebih besar.
2.  Perusahaan yang memiliki tangible asset dan marketable assets seperti real estate  seharusnya  dapat  menggunakan  hutang  yang  lebih  besar  daripada
perusahaan  yang  memiliki  nilai  terutama  dari  intangible  assets  seperti patent  dan  goodwill.  Hal  ini  disebabkan  karena  intangible  assets  lebih
mudah  untuk  kehilangan  nilai  apabila  terjadi  financial  distress, dibandingkan standart assets dan tangible assets.
3.  Perusahaan-perusahaan di  negara  yang tingkat  pajaknya tinggi seharusnya memuat  hutang  yang  lebih  besar  dalam  struktur  modalnya  daripada
perusahaan  yang  membayar  pajak  pada  tingkat  yang  lebih  rendah,  karena bunga yang dibayar diakui pemerintah sebagai biaya sehingga mengurangi
pajak penghasilan. Di dalam perusahaan mengenai struktur modal selalu melibatkan  trade off
antara  risiko  dan  tingkat  pengembalian  risk  and  return.  Kebijakan  struktur modal  melibatkan  adanya  suatu  pertukaran  antara  risiko  dan  pengembalian,
yang  artinya  penggunaan  lebih  banyak  utang  akan  meningkatkan  risiko  yang ditanggung oleh para pemegang saham. Namun, penggunaan utang yang lebih
besar biasanya akan menyebabkan terjadinya ekspektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi Brigham  Houston, 2006. Penambahan utang
memperbesar  risiko  perusahaan  tetapi  sekaligus  juga  memperbesar  tingkat pengembalian  yang  diharapkan.  Risiko  yang  semakin  tinggi  akibat
membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut.