Pengaruh Tingkat Debt Financing Dan Equity Financing Terhadap Profit Expense Ratio Pada Bank Syariah

(1)

SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PADA

BANK SYARIAH

OLEH Sri Hervina

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013


(2)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Kasih dan Anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Pengaruh Tingkat Debt Financing dan Equity Financing Terhadap Profit Expense Ratio pada Bank Syariah” Adapun skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S-1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan doa dari semua pihak baik secara moril maupun materil khususnya kepada kedua orangtua penulis Wahidin dan Sukarsih. Dengan segala kerendahan hati, maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatea Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(3)

4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Dosen Pembaca yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbig penulis higga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Buat saudara-saudara penulis Sri Herwin Prasetya dan Sri Denny Agustina yang selalu memberi dukungan selama ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat pihak-pihak lainnya sebagai tambahan pengetahuan dan dapat menjadi salah satu referensi dalam penyusunan skripsi berikutnya.

Medan, Desember 2013 Penulis,

Sri Hervina 110522133


(4)

PENGARUH TINGKAT DEBT FIANANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PADA BANK

SYARIAH

Sri Hervina dan Hotmal Ja’far ABSTRAK

Pembiayaan menurut kualitasnya didasarkan atas resiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah. Pembiayaan dalam memenuhi kewajiban – kewajiban untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. pengelolaan pembiayaan jual beli yang merupakan salah satu komponen penyusunan asset terbesar yang akan menghasilkan pendapatan yang dapat mempengaruhi peningkatan profitabilitas.

Penilitian ini, menggunakan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri sebagai objek penelitian, dengan periode penelitian 2008 – 2012. data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan Publikasi 2005 – 2012. metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif semetara uji hipotesis menggunakan uji – t dan uji – f untuk menguji pengaruh variabel secara parsial. selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji mulitikolinearitas, uji heteroskedastisitas an uji autokorelasi.

Dari hasil analisa menunjukan bahwa selama periode pengamatan menunjukan bahwa DPK berpengaruh terhadap nisbah bagi hasil yang diberikan sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel DPK signifikan positif terhadap nisbah bagi hasil menunjukan pengaruh terhadap profit. Kemampuan dari keempat prediksi variabel tersebut terhadap profit adalah 51,8% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted r2, sedangakan sisanya 48,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model penelitian.


(5)

ABSTRACT

Financing according to the quality is based on the likelihood of risk to the compliance of the conditions and the customer. Financing in fulfilling the obligation – an obligation to pay for results, as well as pay off pembiayaannya. the management of the financing of the sale, which is one of the components of the preparation of the greatest asset will generate income that can affect an increase in profitability.

This study, using the Bank Muamalat Indonesia and Bank Syariah Mandiri as objects of research, with the research period 2008 – 2012. the data used in this study were obtained from the publication financial report 2005-2012. data analysis method used is descriptive method using hypothesis testing semetara testing – t – f and test to test the influence of partially variable. It also conducted a classic assumption test that includes a test of normality, test mulitikolinearitas test heteroskedastisitas, an autocorrelation test.

From the results of the analysis showed that during the period of observation showed that the ratio of influence on DPK results provided in accordance with the initial research hypothesis. The results of this research show that partially significant positive against DPK variable ratio for the results show the impact on profit. The ability of the four aforementioned variables against profit prediction was 51,8% as indicated by the amount of adjusted r2, while the rest was 48.2% is affected by other factors that are not incorporated into the model research.


(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………. i

DAFTAR TABEL ……….. iii

DAFTAR GAMBAR ………. iii

BAB I LATAR BELAKANG ………... 1

1.1Latar Belakang ……….. 1

1.2Perumusan Masalah ……….. 9

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ………. 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ……… 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 11

2.1 Gambaran Umum Bank Syariah ……… 11

2.2 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah …….. 12

BAB III METODE PENELITIAN ……… 35

3.1 Jenis Penelitian ………... 35

3.2 Jenis Data ………. 36

3.3 Teknik Pengumpulan Data ……….. 36

3.4 Metode yang Digunakan ……….. 37

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 38

3.6 Operasional Variabel ………... 39

3.6.1 Debt Financing ……… 39

3.6.2 Equity Financing ………. 40

3.6.3 Profit Expenses Ratio ……….. 40

3.6.4 Hubungan Antar Variabel ………... 41

3.6.5 Penetapan Rancangan Hipotesis ………. 42

3.6.6 Penetapan Tingkat Signifikan ………. 54

3.6.7 Penarikan Kesimpulan ……… 54

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ……… 55

4.1 Gambaran Singkat Penelitian ………. 55

4.1.1 PT. BANK MUAMALAT INDONESIA ……… 55

4.1.2 PT. BANK SYARIAH MANDIRI ………. 56

4.2 Tinjauan Terhadap Variabel – Variabel Penelitian ……… 56

4.2.3 Profit Expense Ratio ……… 58

4.3 Pengujian Asumsi Klasik ………... 60


(7)

4.3.3 Uji Autokorelasi ………. 62

4.3.4 Uji Hetorokedastisitas ……….... 63

4.4 Deskriptif Hasil Penelitian ……… 65

4.4.2 Pengujian Hepotesis Penelitian ……….. 69

4.4.2.1 Uji F ………... 69

4.4.2.2 Uji T ……….. 71

4.5 Pembahasan ……….. 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 75

5.1 Kesimpulan ……….. 75

5.2 Saran ……… 77 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah Dilihat dari Jumlah dana Pihak Ketiga

dan Pembiayaan yang diberikan ……….… 5

TABEL 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional………. 12

TABEL 3.1 Operasionalisasi Variabel ……….. 41

TABEL 4.1 Tingkat Debt Financing ……….………. 57

TABEL 4.2 Tingkat Equity Financing ……… 58

TABEL 4.3 Tingakt Profit Expenses Ratio ……… 59

TABEL 4.4 Nilai Variabel – Variabel Penelitian ………... 59

TABEL 4.5 Uji Normalitas dengan Kolmogrov Smirnov Test ………..… 61

TABEL 4.6 Uji Multi Kolinieritas ……….. 62

TABEL 4.7 Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson ………. 63

TABEL 4.8 Uji Hetoroskedastisitas dengan Korelasi Determinasi Multiple 64 TABEL 4.9 Koefisiensi Regresi ……….. 65

TABEL 4.10 Koefisiensi Korelasi dan Koefisiensi Determinasi Multiple .. 67

TABEL 4.11Koefisiensi Korelasi dan Koefisiensi Determinasi Parsial ….. 68

TABEL 4.12 Hasil Uji F ……… 70


(9)

PENGARUH TINGKAT DEBT FIANANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PADA BANK

SYARIAH

Sri Hervina dan Hotmal Ja’far ABSTRAK

Pembiayaan menurut kualitasnya didasarkan atas resiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah. Pembiayaan dalam memenuhi kewajiban – kewajiban untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. pengelolaan pembiayaan jual beli yang merupakan salah satu komponen penyusunan asset terbesar yang akan menghasilkan pendapatan yang dapat mempengaruhi peningkatan profitabilitas.

Penilitian ini, menggunakan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri sebagai objek penelitian, dengan periode penelitian 2008 – 2012. data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan Publikasi 2005 – 2012. metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif semetara uji hipotesis menggunakan uji – t dan uji – f untuk menguji pengaruh variabel secara parsial. selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji mulitikolinearitas, uji heteroskedastisitas an uji autokorelasi.

Dari hasil analisa menunjukan bahwa selama periode pengamatan menunjukan bahwa DPK berpengaruh terhadap nisbah bagi hasil yang diberikan sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel DPK signifikan positif terhadap nisbah bagi hasil menunjukan pengaruh terhadap profit. Kemampuan dari keempat prediksi variabel tersebut terhadap profit adalah 51,8% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted r2, sedangakan sisanya 48,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model penelitian.


(10)

ABSTRACT

Financing according to the quality is based on the likelihood of risk to the compliance of the conditions and the customer. Financing in fulfilling the obligation – an obligation to pay for results, as well as pay off pembiayaannya. the management of the financing of the sale, which is one of the components of the preparation of the greatest asset will generate income that can affect an increase in profitability.

This study, using the Bank Muamalat Indonesia and Bank Syariah Mandiri as objects of research, with the research period 2008 – 2012. the data used in this study were obtained from the publication financial report 2005-2012. data analysis method used is descriptive method using hypothesis testing semetara testing – t – f and test to test the influence of partially variable. It also conducted a classic assumption test that includes a test of normality, test mulitikolinearitas test heteroskedastisitas, an autocorrelation test.

From the results of the analysis showed that during the period of observation showed that the ratio of influence on DPK results provided in accordance with the initial research hypothesis. The results of this research show that partially significant positive against DPK variable ratio for the results show the impact on profit. The ability of the four aforementioned variables against profit prediction was 51,8% as indicated by the amount of adjusted r2, while the rest was 48.2% is affected by other factors that are not incorporated into the model research.


(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.2 Kerangka Pemikiran ……… 34

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian


(12)

stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Perbankan terdiri dari 2 ( dua ) yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah. Bank Syariah memiliki peranan sebagai lembaga perantara antara unit – unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana dengan unit-unit lain yang kekurangan dana. Melalui bank kesulitan tersebut dapat disalurkan kepada pihak – pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.

Sejak diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1992, dan menjadi sejarah baru perkembangan perbankan Indonesia, ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992 dan dikeluarkannya UU No.7/1992, tentang perbankan. Dimana pada UU No.7/1992 pasal 6 huruf “m” menyebutkan bahwa bank umum dapat melakukan usaha pembiayaan bagi nasabah berdasarkan “prinsip bagi hasil”sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. Selanjutnya kemudian dilakukan amandemen terhadap UU No.7/1992 yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 10/1998. Pada UU No.10/1998 pasal 6 huruf “m” makin diperjelas bahwa bank umum dapat melakukan usaha “menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan “Prinsip Syariah”, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Untuk mempercepat implementasi UU No.10/1998, Bank Indonesia mengeluarkan PBI No.4/1/PBI/2002 tanggal 27 Maret 2002 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan


(13)

kantor bank berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional. Momentum penting lainnya yang mendukung perkembangan bank syariah di Indonesia adalah tepat tanggal 16 Desember 2003 Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan Fatwa MUI yang menyatakan bahwa bunga bank adalah haram. Hal ini menjadi pendorong sejumlah bank untuk mulai membuka unit usaha berdasarkan prinsip syariah.

Persaingan antar bank syariah yang semakin ketat, secara langsung ataupun tidak langsung, akan berpengaruh terhadap pencapaian profitabilitas bank syariah. Meskipun bank syariah memiliki motivasi lebih daripada sekedar bisnis, keamampuan bank syariah dalam menghasilkan profit menjadi indikator penting keberlanjutan entitas bisnis. Selain itu, kemampuan menghasilkan profit menjadi indikator penting untuk mengukur kemampuan bersaing bank syariah dalam jangka panjang.

Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan. Dana yang dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito baik dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah. Sedangkan penyaluran dana dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola penyaluran yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip ujroh dan akad pelengkap (Karim, 2008).


(14)

Prospek perbakan syariah kedepannya sangat cerah, apalagi mengingat pangsa pasarnya yang cukup besar. sehingga wajar jika kemudian banyak bank – bank konvensional yang membuka cabang syariah secara langsung maupun melalui konversi cabang – cabang konvensionalnya menjadi bank syariah. Prospek perkembangn produk bank syariah masih terbuka lebar, jika bank syariah melakukan kajian mendalam untuk pengembangan produk baru. Sehingga muncul inovasi dalam membuat produk-produk baru yang customized bagi customers. Pemahaman akan produk (product knowledge) dan skim-skim syariah menjadi dasar dalam pengembangan produk bank syariah. Minimnya pengetahuan mengenal aspek fiqh dalam perbankan syariah juga menjadi salah satu kendala dalam pengembangan produk di bank syariah. Berdasarkan perkembangan perkembangan secara nasional maka ada kecenderungan ke depan trennya adalah kepeminjaman konsumen. Disisi lain pemberian pinjaman kepada kelompok UKM (Usaha Kecil Menengah) juga menjadi salah satu pilihan karena hal ini dapat mengurangi resiko kemacetan kredit yang biasanya disebabkan oleh debitur-debitur besar, jika satu debitur besar mengalami kemacetan maka akan mempengaruhi posisi CAR suatu bank secara signifikan (Abirizal,2013)

Hubungan antara bank dan nasabah dalam bank syariah bukan hubungan antara debitur dengan kreditur, melaikan hubungan kemitraan antara penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), sehingga tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan terhadap nasabah penyimpan dana (Heri Sudarsono, 2004).


(15)

Penilaian kelayakan pembiayaan pada bank syariah, selain didasarkan pada business wise, juga harus mempertimbangkan syariah wise. Artinya, bisnis tersebut layak dibiayai dari segi usahanya dan acceptable dari segi syariahnya (Muhammad, 2005). Diantara empat pola penyaluran pembiayaan yang ada pada bank syariah, terdapat dua pola utama yang saat ini dijalankan oleh bank dalam penyaluran pembiayaan, yakni pembiayaan dengan prinsip jual beli dan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Pendapatan bank sangat ditentukan oleh berapa banyak keuntungan yang diterima dari pembiyaan yang disalurkan.

Keuntungan yang diterima dari prinsip jual beli berasal dari mark up yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah. sedangkan pendapatan dari prinsip bagi hasil ditentukan bersadarkan kesepakatan besarnya nisbah, keuntungan bank tergantung pada keuntungan nasabah. pola bagi hasil banyak mengandung resiko, oleh karena itu pihak bank harus aktif berusaha mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian nasabah sejak awal (Muhammad,2005)

Harahap et al. (2005) menyebutkan bahwa akad yang banyak digunakan dalam pembiayaan pada prinsip jual beli adalah murabahah, salam dan istishna’. Sedangkan pada prinsip bagi hasil, akad yang banyak digunakan adalah mudharabah dan musyarakah. Berdasarkan statistik Bank Indonesia, akad murabahah mendominasi pembiayaan yang disalurkan bank syariah dan disusul dengan akad mudharabah dan musyarakah. Dengan diperolehnya pendapatan dari pembiayaan yang disalurkan, diharapkan profitabilitas bank akan membaik, yang tercermin dari


(16)

perolehan laba yang meningkat (Firdaus, 2009). Oleh karena itu, pengelolaan pembiayaan baik pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, maupun jenis pembiyaan lainnya akan sangat mempengaruhi profitabilitas yang diterima bank syariah.

Dana untuk melakukan pembiayaan dalam bank syariah, sebgaian besar berasal dari dana pihak ketiga (DPK) yang bersal dari masyarakat yang menjadi nasabah bank tersebut. porsi pembiayaan pada bank syariah, pada umumnya mencapai 60% dari totak aktiva. oleh karena itu, bank syariah harus benar – benar mempersiapkan strategi penggunaan dana-dananya agar tingkat penghasilan dari pembiayaan merupakan tingkat penghasilan yang menempati porsi terbesar. sehingga baik syariah selaku mudharib harus mampu memaksimalkan profit yang didapatnya guna memberikan return yang berarti bagi nasabahnya (Muhaamad,2002)

Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dapat menimbulkan potensi Dan terbukti dengan melihat tabel di bawah ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari perkembangan perbankan syariah dilihat dari jumlah dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan.

Tabel 1.1

Perkembangan perbankan syariah dilihat dari jumlah dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan (dalam triliun rupiah)

Maret 2012

Agustus 2012

Desember 2012

Januari 2013


(17)

Jumlah Dana Pihak Ketiga 9,07 9,62 10,84 10,98

Pembiayaan 1,54 1,97 2,51 2,64

Sumber: Bank Indonesia

Namun ada masalah seiring dengan pesatnya perkembangan jumlah bank syariah dan jumlah aset dari bank syariah tersebut. Yaitu pembiayaan mayoritas disalurkan pada

debt financing yaitu sebesar 66,93% dengan komposisi murabahah 61,45%;lainnya 5,48%, sedangkan pembiayaan bagi hasil ( equity financing) hanya sebesar 30,45% dengan komposisi mudharabah 10,39%;musyarakah 20,06%. Hal ini dimaklumi bahwa

debt financing mendominasi dunia perbankan syariah di awal – awal perkembangannya sebagian masih memandangnya wajar, karena berbagai kendala yang dihadapi dalam pembiayaan bagi hasil(equity financing). Kendala itu dapat bersifat internal maupun eksternal. Menurut Ascarya (peneliti senior Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia)

“Kendala internal adalah perbankan syariah masih terdapat masalah seperti pemahaman akan esensi perbankan syariah yang masih kurang, adanya orientasi bisnis dan usaha yang lebih diutamakan, kualitas serta kuantitas Sumber Daya yang belum memadai, sikap aversion to effort serta aversion to risk.”

Sehingga bank syariah menilai bahwa pembiayaan dengan sistem bagi hasil (equity financing) memiliki resiko tinggi dalam hal kerugian yang dapat terjadi dalam kurun waktu pembiayaan tersebut sehingga dapat menurunkan laba perusahaan karena pembiayaan bagi hasil tidak hanya bersifat berbagi untung tetapi juga berbagi rugi tetapi bila kerugian itu bukan merupakan kesalahan/kelalaian pihak yang diberi pembiayaan. Hal tersebutlah yang menjadi kendala eksternal karena karakter pembiayaan


(18)

bagi hasil yang memerlukan tingkat kejujuran yang sangat tinggi dari pihak yang mendapatkan pembiayaan. Untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa usaha yang akan dibiayai dengan sistem bagi hasil menguntungkan dan dalam kondisi bagus serta memiliki prospek yang bagus pula maka bank syariah harus melakukan penelitian yang cermat dan membutuhkan biaya yang tidak kecil. Inilah yang membuat bank syariah belum berani berekspansi dalam pembiayaan bagi hasil (equity financing).

Hal ini sangat ironis mengingat tujuan pendirian bank syariah menurut A. Wirman Syafei adalah

“Dalam rangka mencapai falaah (kemenangan dunia dan akhirat) dan turut menciptakan kehidupan yang lebih baik.”

Lebih lanjut A. Wirman Syafei mengutip pernyataan El-Ashker yang menyatakan bahwa

“Tujuan bank syariah menggambarkan bahwa bank syariah dilarang untuk menghasilkan laba maksimum (profit maximization). Tetapi bank syariah tetap didorong untuk menghasilkan laba tanpa harus melanggar prinsip syariah dan tanpa harus meninggalkan kontribusinya dalam peningkatan kualitas perekonomian umat (masyarakat muslim).”

Sebagai lembaga yang mengedepankan kepercayaan, bank syariah harus dapat menjaga kinerja keuangannya dengan baik dalam operasionalya. sehubungan dengan kepercayaan masyarakat, bank syariah harus memiliki permodalan yang memadai, sarana manajemen permodalan yang dapat mengembangkan earning asset,


(19)

dan dapat menjaga tingkat profitabilitas dan likuiditasnya. Karena itu dalam menilai kinerja bank syariah tidak hanya menitikberatkan kepada kemampuan bank syariah dalam menghasilkan laba tetapi juga pada kepatuhan terhadap prinsip – pronsip syariah dan tujuan bank syariah tersebut. Abdus Samad dan M. Khabir Hassan dalam jurnalnya “The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study”, mereka menilai profitabilitas dengan kriteria ROA (Return On Asset),ROE (Return On Equity) dimana kedua rasio ini menilai efisiensi manajemen, juga menggunakan PER (Profit Expense Ratio) yang menilai efisiensi biaya dimana menilai kemampuan bank menghasilkan profit tinggi dengan beban – beban yang harus ditanggungnya; tingkat likuiditas menggunakan CDR (Cash Deposit Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio),Current Ratio; tingkat solvabilitas dan risiko menggunakan DER (Debt to Equity Ratio), DTAR (Debt to Total Asset Ratio) , mereka juga menilai komitmen bank terhadap perekonomian dan komunitas muslim. Dimana penilaian ini berdasarkan pada seberapa besar bank syariah tersebut melakukan pembiayaan bersifat bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakah), menggunakan MMR (Mudharaba-Musyarakah Ratio) dimana semakin besar dana digunakan untuk pembiayaan bagi hasil maka menunjukan bahwa bank tersebut memiliki komitmen kuat dalam turut serta membangun kualitas umat muslim.

Menghadapi kenyataan seperti itu membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul :


(20)

“PENGARUH TINGKAT DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PERBANKAN SYARIAH”

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka masalah – masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah :

1. Apakah tingkat debt financing dan equity financing berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap profit expense ratio bank syariah?

2. Apakah tingkat debt financing dan equity financing berpengaruh secara parsial terhadap profit expense ratio bank syariah?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tingkat debt financing dan equity financing secara bersama - sama (simultan) profit expense ratio bank syariah. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tingkat debt financing dan equity

financing secara parsialterhadap profit expense ratio bank syariah.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak lain yang bersangkutan.


(21)

1. Bagi Bagi Dunia Perbankan

Dapat memberikan masukan yang berguna bagi pihak manajemen perbankan syariah terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil terutama prioritas jenis produk pembiayaan yang dipilihnya.

2. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi bank syariah dalam menentukan jenis produk pembiayaan yang dipilihnya.

3. Bagi Peneliti Lain

Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengkaji lebih dalam permasalahan yang terjadi di bank syariah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


(22)

Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat menggembirakan bahwa belakangan ini para ekonom Muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan membangun model teori ekonomi yang bebas dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi pendapatan. Oleh karena itu, maka mekanisme perbankan bebas bunga yang biasa disebut dengan bank syariah didirikan.

Tujuan perbankan syariah didirikan dikarenakan pengambilan riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan (QS. Al-Baqarah 2 : 275).

Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga (Zaenul Arifin, 2002).

Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.

Sepanjang praktek perbankan konvensional tidak bertentangan dengan prinsip syariah, bank syariah telah mengadopsi sistem dan prosedur perbankan yang ada. Bila terjadi pertentangan dengan prinsip syariah, maka bank-bank islam merencanakan dan menerapkan prosedur mereka sendiri guna menyesuaikan aktivitas perbankan mereka dengan prinsip syariah islam.


(23)

2.2 Perbedaan Bank Konvesional dan Bank Syariah

Perbedaan antara bank syariah dan bank konvesional disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1

Perbedaan bank syariah dan bank konvesional 1. Hanya melakukan investasi yang halal Investasi yang halal dan haram

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa

Memakai perangkat bunga

3. Profit dan falah oriented Profit oriented

4. Hubungan yang terbentuk dengan nasabah adalah hubungan kemitraan

Hubungan yang terbentuk dengan nasabah adalah kreditur-debitur

5. Penghimpunan dan penyaluran harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

Tidak terdapat dewan sejenis

“Dalam rangka mencapai falaah (kemenangan dunia dan akhirat) dan turut menciptakan kehidupan yang lebih baik. “

Oleh karena itu bank syariah tetap didorong untuk menghasilkan laba tanpa harus melanggar prinsip syariah dan tanpa harus meninggalkan kontribusinya dalam peningkatan kualitas perekonomian umat (masyarakat muslim). Selain itu sebagaimana halnya bank konvensional, bank syariah juga merupakan lembaga perantara (intermediary). Sebagai


(24)

lembaga intermediasi keuangan, bank syariah dituntut untuk memenuhi kriteria demand, brand image, dan pangsa pasar dalam penciptaan usahanya. Karena itu bank syariah harus mampu membangun kepercayaan dan emosi umat bahwa keberadaannya akan bermanfaat bagi masyarakat umum, sehingga harus dikelola atas dasar visi yang kuat untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan. Maka upaya yang dilakukan bank syariah adalah melalui pembiayaan.

Pembiayaan dalam konteks perbankan syariah yang tertuang dalam PAPSI:

“Pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah merupakan bagian dari aktivitas pendanaan yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman bank”.

Fungsi Bank Syariah

Intermediary agent (sama seperti bank konvensional)

Fund atau investment manager

 Penyedia jasa perbankan pada umumnya (sama seperti bank konvensional) sepanjang tidak melanggar syariah

 Pengelola fungsi sosial (ZISWA)

 Alat transmisi kebijakan moneter (sama seperti bank Konvensional)

Falsafah Operasional Bank Syariah

Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk memperoleh kebajikan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan


(25)

lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus dihindari (ibid).

a) Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya :

1. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti keberhasilan usaha (QS. Luqman, ayat :34)

2. Menghindari penggunaan sistem prosentasi untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipat

gandakan secara otomatis hutang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu (QS. Ali-Imron, 130)

3. Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim Bab Riba No. 1551 s/d 1567)

4. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan tambahan dimuka atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela (HR. Muslim, Bab Riba No. 1569 s/d 1572).

b) Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan. Dengan mengacu pada Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 dan An-Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi.


(26)

Menurut Bank Indonesia dalam hal ini Direktorat Perbankan Syariah, jenis produk pembiayaan yang dapat dilakukan bank syariah adalah :

(1). Pembiayaan dengan sistem bagi hasil (Equity financing) yaitu :

a. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu di mana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Aplikasi Perbankan

1. Pembiayaan proyek

Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek di mana nasabah dan bank sama – sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

2. Modal ventura

Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu bank melakukan divestasi


(27)

atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.

Manfaat

1. Bak akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat

2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread

3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cashflow/arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah

4. Bank akan lebih selektif dan hati – hati (prudent) mencari usaha yang benar – benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar – benar terjadi itulah yang akan dibagikan

5. Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi


(28)

Risiko

1. Side streaming; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak

2. Lalai dan kesalahan yang disengaja

3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur

b. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal (shahibul maal), sedangkan pihak kedua menjadi pengelola. Dimana keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan kerugian seluruhnya ditanggung pemilik modal asalkan kerugian bukan karena kelalaian pengelola tapi bila sebaliknya maka kerugian ditanggung pengelola.

c. Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen. Dalam konteks ini lembaga keuangan islam dapat memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam bidang plantation atas dasar prinsip bagi hasil dari hasil panen.

d. Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di mana penggarap hanya bertnggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. (2). Pembiayaan dengan sistem jual – beli (Debt financing) yaitu :


(29)

a. Murabahah adalah jual – beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.

Syarat Bai’al Murabahah

1. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah

2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan 3. Kontrak harus bebas dari riba

4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian

5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Aplikasi dalam Perbankan

Murabahah KPP umumnya dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang – barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui Letter of credit (L/C). Skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa bertransaksi dengan dunia perbankan pada umumnya.

Manfaat

Adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’ al murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah.


(30)

Risiko

1. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran 2. Fluktuasi harga komparatif; ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual – beli tersebut

3. Penolakan nasabah; barang yang sudah dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah

4. Dijual; Nasabah bebas menjual asetnya sehingga risiko untuk default akan besar.

b. Salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari sementara pembayaran dilakukan di muka.

Aplikasi dalam Perbankan

1. Dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan. Dan bank melakukan akad bai’as salam dengan pembeli kedua. Inilah yang disebut sebagai Salam Paralel.

2. Dipergunakan pada pembiayaan barang industri Manfaat


(31)

Adalah selisih harga yang didapat dari nasabah dengan harga jual kepada pembeli.

c. Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembelidan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran.

d. Ijarah al Muntahia Bittamlik adalah sejenis perpaduan kontrak jual – beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa.

 

Aplikasi dalam Perbankan

Bank Islam yang mengoperasikan produk ijarah, dapat melakukan leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun financial lease. Namun pada umumnya, bank – bank tersebut lebih banyak menggunakan ijarah muntahia bittamlik lantaran lebih sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu, bank pun tidak direpotkan untuk mengurus pemeliharaan aset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya.


(32)

Manfaat

Adalah keuntungan sewa dan kembalinya uang pokok Risiko

1. Default; nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja

2. Rusak; aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa pemeliharaan harus dilakukan oleh pihak bank

3. Berhenti; nasabah berhenti di tengah kontrak dan tidak mau membeli aset tersebut. Akibatnya bank harus menghitung kembali keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada nasabah

e. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.

Aplikasi dalam Perbankan

1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu. Misalnya sebagai dana talangan haji, pinjaman kepada pengurus bank


(33)

2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena, misalnya tersimpan dalam bentuk deposito. Sebagai produk kartu kredit syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM

3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil

Manfaat

1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan jangka pendek

2. Qardh al hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda bank syariah dengan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi komersial

3. Adanya misi sosial kemasyarakatn ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah Risiko

Risiko yang terkandung dalam qardh terhitung tinggi karena ia dianggap pembiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan.


(34)

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai.

Aplikasi dalam Perbankan

1. Sebagai produk pelengkap

Rahn dipakai produk pelengkap, artinya sebagai akad tambahan (jaminan/collateral) terhadap produk lain seperti dalam pembiayaan bai’al murabahah. Bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekuensi akad tersebut.

2. Sebagai produk tersendiri

Dibeberapa negara Islam termasuk di antaranya adalah Malaysia, akad rahn telah dipakai sebagai alternatif dari pegadaian konvensional. Bedanya dengan pegadaian biasa, dalam rahn tidak dikenakan bunga, yang dipungut dari nsbah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran


(35)

Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria :

 Milik nasabah sendiri

 Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar

 Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank Manfaat

1. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain – main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan bank

2. Memberikan keamanan bagi segenap penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu aset atau barang (marhun) yang dipegang oleh bank.

3. Jika rahn ditetapkan dalam mekanisme pegadaian, maka sudah barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana

Risiko

1. Risiko tidak terbayarnya hutang nasabah (wanprestasi) 2. Risiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak

g. Hiwalah

Hiwalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah


(36)

para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal’alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang.

Aplikasi dalam Perbankan

Kontrak hiwalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada: 1. Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang

memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut dan menagihnya dari pihak ketiga itu.

2. Post-dated check, di mana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

3. Bill discounting. Secara prinsip, bill discounting serupa dengan hiwalah. Hanya, dalam bill discounting, nasabah harus membayar fee, sementara pembahasan fee tidak didapati dalam kontrak hiwalah.

Manfaat

1. Memungkinkan penyelesaian hutang dan piutang dengan cepat dan simultan

2. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan


(37)

3. Dapat menjadi salah satu fee-based income/sumber pendapatan non – pembiayaan bagi bank syariah.

Risiko

Adanya kecurangan yang harus diwaspadai dari kontrak hiwalah adalah adanya kecurangan nasabah dengan memberi invoice palsu atau wanprestasi/ingkar janji untuk memenuhi kewajiban hiwalah ke bank.

Dari hasil musyawarah (ijma internasional) para ahli ekonomi Muslim beserta para ahli fiqih dari Academi Fiqh di Mekkah pada tahun 1973, dapat disimpulkan bahwa konsep dasar hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam dalam bentuk sistem ekonomi Islam ternyata dapat diterapkan dalm operasional lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan non bank. Penerapan atas konsep tersebut terwujud dengan munculnya lembaga keuangan Islam di persada nusantara ini.

Pada sisi pengerahan dana masyarakat, shahibul maal berhak atas bagi hasil dari usaha lembaga keuangan sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama, bagi hasil yang diterima shahibul maal akan naik turun secara wajar sesuai dengan keberhasilan lembaga keuangan dalam mengelola dana yang dipercayakan kepaanya. tidak ada biaya yang perlu digeserkan karena konsep bagi hasil bukan konsep biaya.

Pada penyaluran dana kepada masyarakat, sebagian besar pembiayaan Bank Islam untuk nasabahnya. dengan demikian, pembiayaan hanya diberikan apabila barang dan jasanya telah ada terlebih dahulu. dengan metode ada barang dahulu, baru ada uang maka masyarakat dipacu untuk memproduksi barang dan jasa atau mengadakan barang dan jasa. selanjutnya


(38)

barang yang dibeli/diadakan menjadi jaminan (collateral) hutang. Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam tersebut ditentukkan oleh hubungan aqad yang terdiri dari lima konsep aqad. Bersumber dari lima konsep ini bank syariah dapat menerapkan produk-produk lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan bukan bank syariah yang dapat dioperasionalkan. Kelima Konsep tersebut adalah :

1. Prinsip Simpanan Murni (al’Wadiah). Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank islam yang memberikan kesempatan kepada pihak yang elebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al’Wadiah. Fasilitas al’Wadiah diberikan bertujuan untuk investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito.

2. Bagi Hasil (Syirkah). Sistem ini adalah suatu system yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha penyedia dana dengan pengelola dana. pembagian hasil usaha ini dapat terjadi anatara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah.

3. Prinsip Jual Beli (at-Tijarah). Prinsip ini merupakan system yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengagkat nasabah sebagai agen, bank melakukan pembelian atas nama bank, kemudian bank menjual


(39)

barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah keuntungan (Margin)

4. Perinsip Sewa (al-Ijarah). Prinsip ini secara garis besar terbagi atas 2 (dua) jenis :

a. Ijarah, sewa muni, seperti halnya penyewaan alat – alat produk (operating lease). dalam teknis perbankan, bank dapat membeli equipment yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya telah disepakati kepada nasabah.

b. Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (financial lease)

5. Prinsip jasa/fee (al-Ajr walumullah). Prinsip ini meliputi seluruh layanan non- pembiayaan yang diberikan bank. bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Jasa, Inkaso,Transfer, dll.

Bank harus mampu memaksimalkan profit yang didapatnya guna memberikan return

yang berarti bagi nasabahnya. Tingkat keuntungan bersih (net income) yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi oleh faktor – faktor yang dapat dikendalikan (controlable factors) dan faktor – faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrolable factors). Controlable factors


(40)

(orientasinya kepada wholesale dan retail), pengendalian pendapatan (tingkat bagi hasil, keuntungan atas transaksi jual – beli, pendapatan fee atas layanan yang diberikan) dan pengendalian biaya – biaya. Uncontrolable factors atau faktor – faktor eksternal adalah faktor – faktor yang dapat mempemgaruhi kinerja bank seperti kondisi ekonomi secara umum dan situasi persaingan di lingkungan wilayah operasinya. Bank tidak dapat mengendalikan faktor – faktor eksternal, tetapi mereka dapat membangun fleksibilitas dalam rencana operasi mereka untuk menghadapi perubahan faktor – faktor eksternal. Karena itu, bank syariah harus dapat melakukan ekspansi kredit/pembiayaan untuk dapat menjaga tingkat likuiditas dan profitabilitas sehingga nisbah bagi hasil yang diberikan tidak berfluktuasi.

Hal itulah yang melatarbelakangi bank syariah memilih jenis produk pembiayaan yang dilakukan. Dan jenis produk yang mendominasi pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah di Indonesia adalah jenis debt financing karena alasan mudah karena dalam memutuskan pemberian debt financing tidak diperlukan biaya yang besar karena tidak perlunya ada proses tinjauan terlebih dahulu oleh pihak bank mengenai prospek usaha, risiko kerugian kecil karena margin keuntungan telah ditetapkan sebelumnya sehingga bank sudah dapat memperhitungkan profit yang dihasilkan pada pembiayaan tersebut. Sebaliknya dalam memutuskan pemberian equity financing terlebih dahulu bank harus melakukan tinjauan terhadap pihak yang akan diberi pembiayaan. Tinjauan itu menyangkut prospek usaha untuk melihat profitabilitas, kondisi usaha untuk menilai kemampuan mengembalikan pembiayaan yang tentunya mengeluarkan biaya yang akan menjadi beban bagi bank dalam melakukan pembiayaan, selain itu profit yang dihasilkan tidak dapat diperhitungkan karena bergantung pada hasil usaha yang bisa ditetapkan hanya nisbah bagi hasil saja. Belum adanya risiko kerugian yang harus ditanggung bersama sehingga dapat menyebabkan profit yang dihasilkan


(41)

bank menurun. Tapi apakah benar bahwa equity financing sangat berisiko tinggi dan memerlukan biaya yang lebih besar dalam operasionalnya dibandingkan debt financing dalam meningkatkan profit bank syariah?

Padahal equity financing lebih memiliki keunggulan dibandingkan debt financing, karena dalam equity financing menggunakan sistem yang adil dimana berbagi untung

(profit)/rugi(loss), sehingga memacu pengguna dana untuk meningkatkan kinerja usahanya karena sadar bahwa tanggung jawab dipikul bersama dan adanya group control dimana pihak bank melakukan pengawasan terhadap kinerja usaha pengguna dana sehingga jalannya usaha terkendali, berbeda dengan debt financing yang hanya mengandalkan peminjam dana saja tanpa adanya pengawasan dari pihak bank.

Selain itu berdasarkan penelitian yang telah dilakukan saudara Nur Anisa Qadriyah pada tahun 2003 dengan judul “Pengaruh Jenis Produk Pembiayaan, Jenis Pembiayaan, dan Jenis Sektor Ekonomi Pembiayaan terhadap Non Performing Financing pada Perbankan Syariah”, yang membuktikan bahwa

“Perbedaan jenis produk pembiayaan (equity financing dan debt financing) yang disalurkan oleh bank – bank syariah tidak memiliki pengaruh pada tingkat NPF padahal diduga equity financing lebih memiliki risiko kredit macet lebih tinggi dibanding debt financing. Artinya semua jenis produk pembiayaan memiliki risiko kredit macet yang relatif sama.”

Berdasarkan itu penulis ingin melihat pengaruh jenis produk pembiayaan (equity financing dan debt financing) terhadap profitabilitas bank syariah berdasarkan tingkat profit


(42)

yang dihasilkan dengan memperhitungkan biaya atau beban yang harus ditanggung bank syariah dalam melakukan pembiayaan tersebut.

Profit Expense Ratio (PER) adalah rasio yang digunakan DR. Abdus Samad dan DR. M. Khabir Hassan dalam menilai kinerja Bank Islam Malaysia periode 1984-1997 dalam hal profitabilitas. Dimana bila rasio ini menunjukkan nilai yang tinggi mengindikasikan bahwa bank menggunakan biaya secara efisien dan menghasilkan profit yang tinggi dengan beban – beban yang harus ditanggungnya. Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer di mana pun mereka berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan publik, maupun organisasi sosial kemasyarakatan. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Di samping itu, dengan adanya pemisahan antara unit dan harga ini, dapat diidentifikasi berapa tingkat efisiensi teknologi, efisiensi alokasi, dan total efisiensi. Dimana hasil penelitiannya adalah

Profitability (PER) performance when compared with a conventional bank/banks show that BIMB is lagging behind the conventional bank. An average profit of BIMB


(43)

36%. This difference in profitability performance is statistically significant at 5%

level. There are various reasons for lower profitability performance of BIMB. First,

BIMB does not have wide scope for investment in any stock or security because of

religious constraints. It can only invest in Shariah approved projects. It can not

invest beyond the Shariah Board approved investments even if it can earn higher rate

of returns. Shariah Board supervises bank investment. Secondly, investment in

government bond is a major source of earnings. The rate of return of government

bond is lower than other types investments. Thirdly, in order to provide the

guarantee of depositors' deposits and trust (amanah), BIMB maintains more liquidity

than the conventional banks.”

Berdasarkan hal di atas penulis menarik hipotesis bahwa tingkat debt financing dan

equity financing baik secara parsial maupun simultan mempengaruhi Profit Expense Ratio

perbankan syariah.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Bank Syariah


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis penelitian

Hipotesis Penelitian : 

Tingkat Debt Financing dan Equity Financing memiliki pengaruh secara simultan dan parsial terhadap Profit Expense Ratio


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis penelitian

Hipotesis Penelitian : 

Tingkat Debt Financing dan Equity Financing memiliki pengaruh secara simultan dan parsial terhadap Profit Expense Ratio


(46)

3. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksploitasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan keadaan dan karakteristik sebenarnya dari suatu objek penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh.

4. Pembatasan Masalah

Penulis melakukan suatu pembatasan masalah dengan tujuan agar penelitian dapat dilakukan secara terarah dan hasil yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebaik – baiknya. Batasan – batasan tersebut adalah :

1. Pengukuran tingkat debt financing dengan menggunakan balance sheet approach karena pada neraca bank syariah memperlihatkan berapa besar pembiayaan disalurkan pada debt financing periode tertentu.

2. Pengukuran tingkat equity financing dengan menggunakan balance sheet approach karena pada neraca bank syariah memperlihatkan berapa besar pembiayaan disalurkan pada equity financing periode tertentu.

3. Pengukuran tingkat Profit Expense Ratio dengan menggunakan income statement approach karena pada laporan tersebut memperlihatkan berapa besar profit yang dihasilkan dan berapa beban yang ditanggung oleh bank syariah pada periode tertentu.

4. Data yang diolah adalah laporan keuangan publikasi periode 2008 hingga 2012.

5. Tahun penelitian dibatasi dari tahun 2008 hingga 2012 karena perkembangan bank syariah menunjukkan hasil yang bagus pada periode tersebut.


(47)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa data sekunder yaitu berupa laporan keuangan BMI dan BSM yang terdiri atas laporan posisi keuangan, perhitungan rasio keuangan. Selain itu penulis juga memperoleh data dari studi literature/kepustakaan dengan mempelajari, mengkaji serta menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, dan makalah yang berkaitan dengan penelitian.

Penulis mengambil sampel dengan periode 2009 sampai dengan 2013 dengan alasan pada periode ini BMI dan BSM mengalami pertumbuhan yang baik dalam menjalankan kegiatan usahanya di bidang perbankan syariah.

3.3 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Penelitian Kepustakaan

Teknik ini dilakukan baik secara library reseach maupun internet reseach untuk menambah wawasan dan informasi tentang masalah yang dikaji, yang dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh data-data pendukung yang berfungsi sebagai tinjauan pustaka guna mendukung data-data sekunder yang diperoleh dari objek penelitian serta referensi-referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan ini dilakukan dengan mendapatkan, mempelajari dan menganalisa dokumen atau catatan-catatan perbankan yang berhubungan dengan penelitian ini.


(48)

3. Wawancara

Merupakan suatu teknik penelitian dimana peneliti mengadakan komunikasi langsung untuk memeriksa validitas jawaban dan informasi lebih lanjut mengenai kinerja suatu bank.

3.4Metode Yang Digunakan

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan asosiatif. Pengertian metode deskriptif menurut Moh. Nazir (1999; 63-64) adalah

“Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki yang kemudian di analisis.”

Penelitian asosiatif ini merupakan suatu penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Dalam metode deskriptif, bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif.

Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Tingkat Debt Financing sebagai variabel bebas (X1) 2. Tingkat Equity Financing sebagai variabel bebas (X2)


(49)

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dilakukan pengujian kuantitatif, untuk mengukur pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan dengan metode statistik yaitu analisis dan korelasi berganda. Namun sebelumnya, penulis melakukan terlebih dahulu uji normalitas data dan asumsi klasik. Untuk perhitungan statistiknya, penulis sebagian menggunakan progran komputer SPSS for Windows ver.12..

3.5Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan mendapatkan laporan keuangan publikasi yang dipublikasikan melalui media cetak dan elektronik dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri. Penelitian berlangsung periode Januari – Mei 2013.

3.6Operasionalisasi Variabel

Sesuai dengan judul yang diketengahkan yaitu: “Pengaruh Tingkat Debt Financing dan Equity Financing terhadap Profit Expense Ratio Perbankan Syariah” maka :

Variabel Independen atau variabel variabel yang tidak tergantung pada variabel lain adalah :


(50)

 Variabel X2 adalah tingkat equity financing

Variabel dependen adalah variabel yang tergantung atas variabel lain adalah :

 Variabel Y adalah Profit Expense Ratio bank syariah

3.6.1 Debt Financing

Pembiayaan yang dilakukan bank syariah dimana tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian dari harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli (debt financing) seperti Murabahah, Salam, dan Istishna,Hiwalah, Qardh serta produk yang menggunakan prinsip sewa yaitu Ijarah. Bila rasio ini tinggi, menunjukan bahwa bank syariah belum sepenuhnya menjalankan peran sosialnya sebagai komponen pemberdayaan umat. Dihitung dengan rumus :

3.6.2 Equity Financing

Pembiayaan yang dilakukan bank syariah di mana tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil (equity financing). Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Musyarakah dan Mudharabah, Muzara’ah, dan Musaqah. Bila rasio ini tinggi,

Jumlah debt financingt

Debt financing = --- Jumlah total pembiayaant


(51)

menunjukan bahwa bank syariah sudah baik dalam menjalankan peran sosialnya sebagai komponen pemberdayaan umat. Dihitung dengan rumus :

3.6.3 Profit Expense Ratio

Abdus Samad dan M. Khabir Hassan dalam jurnalnya “The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study”, dalam menilai profitabilitas menggunakan PER atau Profit Expense Ratio yang bertujuan untuk menilai efisiensi biaya yang dilakukan oleh perusahaan dan pencapaian profit tinggi dengan beban – beban yang ada.

Profit Expense Ratio dapat dihitung dengan rumus :

Efisiensi menitikberatkan pada metode atau prosedur dari operasional perusahaan. Dalam menilai efisiensi dilihat apakah perusahaan memenuhi tanggung jawabnya dengan penggunanaan usaha yang minimal.

Untuk lebih memperjelas mengenai operasionalisasi variabel yang dibutuhkan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Profit

PER = ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐

Total

Expenses

Jumlah equity financingt

Equity financing = --- Jumlah total pembiayaant


(52)

Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel

Variabel Indikator (Rumus) Skala

Tingkat debt financing Jumlah debt financingt = ---

Total pembiayaant

Rasio

Tingkat equity financing Jumlah equity financingt = ---

Total pembiayaant

Rasio

Profit Expense Ratio

Profitt

= --- Total expensest

Rasio

Sumber : Jurnal “The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study”oleh Abdus Samad dan M. Khabir Hassan

3.6.4 Hubungan Antar Variabel

Menurut peneliti tingkat produk pembiayaan dalam hal ini tingkat debt financing dan equity financing yang dipilih oleh bank syariah dalam menyalurkan dana pembiayaannya memiliki pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan khususnya pada tingkat profit yang dihasilkan dan efisiensi biaya karena baik debt financing


(53)

maupun equity financing masing – masing memiliki prosedur yang berbeda dan menghasilkan beban – beban yang akan ditanggung bank berbeda pula. Dan baik tingkat debt financing maupun tingkat equity financing memiliki pengaruh yang relatif sama terhadap tingkat profitabilitas dan efisiensi biaya bank syariah karena pada debt financing tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian dari harga atas barang atau jasa yang dijual, pada equity financing tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil dimana keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka, sedangkan baik debt financing maupun equity financing memiliki risiko kredit macet (Non Performing Finance) yang relatif sama , hal ini berdasarkan hasil penelitian Nur Anisa Qadriyah dalam skripsinya berjudul :”Pengaruh Jenis Produk Pembiayaan, Jenis Pembiayaan, dan Jenis Sektor Ekonomi Pembiayaan Terhadap Non Performing Financing Pada Perbankan Syariah”

3.6.5Penetapan Rancangan Hipotesis

Dalam melakukan analisis, tahap-tahap yang dilalui oleh penulis adalah : 1. Mendapatkan data yang berkaitan dengan variabel-variabel yang terkait

antara lain tingkat debt financing, tingkat equity financing dan Profit Expense Ratio bank syariah. Menentukan nilai-nilai variabel yang terkait


(54)

sesuai dengan indikator atau formula yang telah ditetapkan dari data awal yang telah dikumpulkan.

2. Melakukan pengujian statistik untuk menguji hipotesis sekaligus menginterpretasikan dan membuat analisis terhadap hasil pengujian hipotesis.

3. Berdasarkan hasil pengujian statistik akan ditarik suatu kesimpulan.

Penetapan Hipotesis Null dan Hipotesis Alternatif

Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah pengujian hipotesis null (Ho) yang menyatakan bahwa koefisien korelasi tidak berarti atau tidak signifikan sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan bahwa koefisien korelasinya berarti atau signifikan. Adapun perumusan Ho dan Ha adalah sebagai berikut :

Secara keseluruhan :

Ho3 : β = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama – sama tingkat debt financing dan equity financing terhadap profit expense ratio perbankan syariah


(55)

Ha3: β 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama – sama tingkat debt financing dan equity financing terhadap profit expense ratio perbankan syariah

Secara parsial :

1. Tingkat Debt Financing

Ho1 : β = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial tingkat debt financing

terhadap profit expense ratio perbankan syariah

Ha1: β 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial tingkat debt financing

terhadap profit expense ratio perbankan syariah

2. Tingkat Equity Financing

Ho2 : β = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial tingkat equity financing terhadap profit expense ratio perbankan syariah

Ha2 : β 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial tingkat equity financing

terhadap profit expense ratio perbankan syariah

Test Statistik untuk Pengujian Hipotesis

Tes statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini merupakan bagian statistik parametrik berupa analisis regresi dan korelasi berganda. Tahap-tahap pengujian hipotesis dalam analisis regresi dan korelasi berganda ini meliputi :


(56)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan

Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya.

Menurut Singgih Santoso (2003:400) dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan probabilitas ( asymptotic significance), yaitu :

 Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal

 Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari populasi adalah tidak normal

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi digunakan untuk menaksir nilai variabel Y berdasarkan nilai variabel X serta taksiran perubahan variabel Y untuk setiap satuan perubahan variabel X. Bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini yaitu :

Y =  + 1X1 + 2X2 + 

Dimana :

Y = Profit expense ratio


(57)

X2 = Tingkat equity financing

 = Konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat varaiabel bebasnya adalah 0 (X1, X2, = 0)

1 = Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terhadap variabel terikat Y, bila variabel bebas X2, dan dianggap konstan

2 = Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terhadap variabel terikat Y, bila variabel bebas X1, dan dianggap konstan

 = Faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel Y

Arti koefisien  adalah jika nilai  positif (+), hal tersebut menunjukkan hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai  negatif (-), menunjukkan hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai variabel terikat, dan sebaliknya.

Setelah mendapatkan persamaan regresi dari tahap Analisis Regresi Linier Berganda, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik regresi. Hal ini dilakukan karena secara teoritis model regresi penelitian akan menghasilkan nilai parameter model penduga yang sahih bila dipenuhi asumsi klasik regresi yaitu tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi, dan homokedastisitas (tidak terjadi


(58)

heterokedastisitas). Sehingga pengujian asumsi klasik ini meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas.

3. Pengujian Asumsi Klasik Regresi a. Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi model regresi linear adalah tidak adanya korelasi yang sempurna, atau korelasi tidak sempurna tetapi relatif sangat tinggi pada variabel-variabel bebasnya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna akan berakibat koefisien regresi tidak dapat ditentukan serta standar deviasi menjadi tak terhingga. Jika terdapat multikolinieritas tidak sempurna maka koefisien regresi meskipun berhingga tetapi mempunyai standar deviasi yang besar, sehingga koefisen-koefisien tidak dapat ditaksir dengan mudah.

Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF diatas nilai 5 atau tolerance value

dibawah 0,10 (Hair et.al, 1992:204).

Nilai VIF dapat dihitung dengan rumus :

Tolerance VIF  1


(59)

Salah satu asumsi model regresi linier adalah tidak terdapatnya autokorelasi. Autokorelasi adalah korelasi antara nilai observasi yang berurutan dari variabel bebas. Autokorelasi dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

 Inertia, yaitu adanya momentum yang masuk ke dalam variabel-variabel bebas yang terus-menerus sehingga akan terjadi dan mempengaruhi nilai-nilai variabel-variabel bebasnya.

 Terjadinya penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel-variabel bebas lain yang tidak dimasukkan dalam model.

 Bentuk fungsi yang salah.

 Adanya lags (tenggang waktu).

 Manipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat.

Untuk memeriksa adanya autokorelasi, biasanya dilakukan uji statistik Durbin-Watson (DW) dengan langkah-langkah hipotesis sebagai berikut :

 Ho :  = 0 tidak terjadi autokorelasi Ha :  0 terjadi autokorelasi

 Nilai DW menggunakan rumus :

 

2

2 1

i i i

u u u DW

 Nilai statistik hitung diatas dibandingkan dengan nilai teoritisnya seperti di bawah ini :

 Jika autokorelasi positif (>0)


(60)

 Jika DW < du, dengan dk = n-k-1, maka Ho ditolak

 Jika dL < DW < du, maka tidak dapat diambil kesimpulan, disarankan untuk memperluas sampel.

 Jika autokorelasi negatif (<0)

 Jika (4-DW) = du, maka Ho diterima  Jika (4-DW) = dL, maka Ho ditolak

 Jika dL < (4-DW) < du, maka tidak ada keputusan apakah terdapat autokorelasi atau tidak di dalam model.

c. Uji Heteroskedastisitas

Dalam regresi linier diasumsikan bahwa varians bersyarat dari (εi 2

) = Var(εi) = σ2 (homokedastisitas), apabila varians bersyarat εi = σi2 untuk setiap 1, ini berarti variansnya heterogen atau homokedastisitas. Akibatnya tiap pengamatan dalam suatu penelitian tidak mempunyai kekonsistenan. Cara mendeteksinya :

a. Secara sederhana dengan melihat diagram pencar apabila diagram pencarnya mengikuti pola tertentu akan bersifat heterokedastisitas, sedangkan diagram yang pencarannya acak akan cenderung disifati homokedastisitas.

b. Dengan melakukan pengujian hipotesis yang salah satunya dengan uji korelasi

Rank Spearman.

Korelasi Rank Spearman :

 Taksir model dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa.  Tentukan εi.


(61)

 selanjutnya dikorelasikan antara │εi│dengan variabel bebas X dengan menggunakan korelasi rank speraman.

Dengan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

Ho : ρ = 0 tidak terdapat heterokedastisitas

Ha : ρ 0 terdapat heterokedastisitas

Dengan nilai t hitung : 2 1

2 r N r t s

  

Dengan kriteria uji : thitung < ttabel, maka Ho sehingga diperoleh kesimpulan bahwa varians dalam residual ε homogen atau tidak terdapat heterokedastisitas. Dalam SPSS.12.0

kita dapat mengetahui terjadinya masalah ini dengan membandingkan nilai signifikansi korelasi spearman antara variabel bebas dengan absolut error. Bila terdapat tingkat signifikansi yang lebih kecil daripada data penelitian, maka terdapat heterokedastisitas.

4. Analisis Korelasi Berganda (Multiple)

Berdasarkan adanya regresi linear berganda ini, kemudian dihitung besarnya koefisien korelasi secara keseluruhan (R) dan koefisien determinasi (multi korelasi) yaitu R2 yang merupakan bagian dari variasi total dalam variabel dependent yang dapat dijelaskan oleh variabel independent secara bersama-sama. Korelasi multipel digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara keseluruhan variabel bebas (X1, X2) dengan variabel terikat (Y). Koefisien korelasi tersebut diperoleh dari :


(62)

R2Y12 merupakan koefisien determinasi multiplenya. Apabila R2Y12semakin mendekati 1, maka pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya semakin tinggi.

5. Analisis Korelasi Parsial

Besarnya pengaruh masing-masing komponen variabel bebas secara parsial, yaitu tingkat debt financing dan equity financing terhadap Profit Expense Ratio Perbankan Syariah, dapat diketahui dengan menggunakan koefisien korelasi parsial. Koefisien korelasi parsial antara ketiga variabel tersebut dapat dihitung sebagai berikut :

 

 

 

n

Y

Y

n

X

X

n

X

Y

X

n

Y

Y

n

X

X

n

X

Y

X

i i i i Yi i i i i i i i Yi i i i 2 2 2 2 2 2 2 2 y2.1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 y1.2 2

r

r

Dengan diketahuinya koefisien korelasi antara masing-masing variabel X dan Y kita dapat menetukan koefisien determinasi tersebut digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang ditimbulkan masing-masing variabel bebas (X1, X2) terhadap

variabel terikat (Y).


(63)

variabel terikat. Bila r mendekati 0, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sangat rendah atau bahkan tidak ada. Untuk menentukan kriteria interpretasi nilai hubungan r dan R, penulis mendasarkan pada ketetapan yang dikemukakan oleh Suharsimi, yaitu:

Tabel 3.1

Interpretasi Nilai Hubungan r dan R

Besanya nilai hubungan r dan R Interpretasi

0,801 – 1,000 Tinggi

0,601 – 0,800 Cukup

0,401 – 0,601 Agak rendah

0,201 – 0,400 Rendah

0,000 – 0,200 Sangat rendah Sumber : Suharsimi Arikunto ( 2002:201 )

6. Uji F

Untuk menguji model regresi yang menjelaskan bentuk hubungan dan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, digunakan uji F yang dapat dirumuskan sebagai berikut :


(64)

                R R k k n F 1 1 2

Dimana: R2 = koefisien determinasi

n = ukuran sampel

k = banyaknya variabel bebas

Nilai F dari hasil perhitungan diatas kemudian diperbandingkan dengan F tabel atau F yang diperoleh dengan menggunakan tingkat risiko 5% dan degree of fredom pembilang dan penyebut, yaitu V1 = k dan V2 = n-k-1 dimana kemudian kriteria yang digunakan adalah :

Bila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak

Bila Fhitung  Ftabel maka Ho diterima

Bila terjadi penerimaan Ho, maka dapat diartikan sebagai tidak signifikannya model regresi multipel yang diperoleh sehingga mengakibatkan tidak signifikan pula pengaruh dari variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen

7. Uji t

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat digunakan pengujian koefisien regresi secara parsial (uji t), yaitu dengan membandingkan ttabel dan thitung, yang dirumuskan sebagai berikut:


(65)

 

2 1

1 Xi Xi

r k n r t

   

Masing-masing t hasil perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan ttabel

yang diperoleh dengan menggunakan taraf nyata 0,05.

Kriteria yang digunakan sebagai dasar perbandingan adalah sebagai berikut:

 Uji hipotesis secara parsial menggunakan uji 2 pihak , dengan kriteria H0 diterima bila : -t 1/2  t  t1/2

H0 ditolak : t < -t1/2

t > t1/2

3.6.6 Penetapan Tingkat Siginifikansi

Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 ( = 0) atau tingkat keyakinan sebesar 0,95 karena tingkat signifikansi itu yang umum digunakan pada penelitian ilmu-ilmu sosial dan dianggap cukup tepat untuk mewakili hubungan antar-variabel yang diteliti (Nazir, 1999:460).

3.6.7 Penarikan Kesimpulan

Dari hipotesis-hipotesis yang kita dapatkan tadi, kita dapat menarik kesimpulan apakah variabel-variabel bebas secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat, dan pengaruh


(66)

variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Dalam hal ini ditunjukkan dengan penolakan H0 atau penerimaan hipotesis alternatif (Ha).

BAB IV


(67)

4.1 Gambaran Singkat Penelitian 4.1.1 PT. Bank Muamalat Indonesia

Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan Bank Syariah Pertama di Indonesia yang menggunakan konsep perbankan secara Syariah, didirikan pada tahun 1991 dan resmi beroperasi sejak 1 Mei 1992 atas prakarsa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Didukung oleh sekelompok pengusaha dan cendekiawan muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan dari masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar rupiah.

Sebagai bank yang mengusung kredo “Pertama Murni Syariah”, Bank Muamalat Indonesia memiliki visi yaitu domonasi di pasar spiritual dan dikagumi di pasar rasional, sedangkan misinya menjadi role model lembaga keuangan islam dunia dengan menekankan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif demi memaksimalkan nilai tambah pada stakeholder.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi.

4.1.2 PT. Bank Syariah Mandiri

Bank Syariah Mandiri (BSM) yang berkantor pusat di gedung Bank Syariah Mandiri Jalan M.H Thamrin No. 5 Jakarta, berdiri pada tanggal 25 Oktober 1999, dan mulai resmi beroperasi sejak tanggal 1 November 1999. Kelahiran Bank


(68)

Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri (Persero).

Bank Syariah Mandiri memiliki visi “Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha”, sedangkan salah satu misinya adalah menciptakan suasana perbankan syariah agar dapat berkembang dengan mendorong terciptanya syarikat dagang yang terkoordinasi dengan baik.

Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai – nilai rohani yang melandasi operasinya.Dengan mengembangkan budaya Shiddiq (Integritas), Istiqomah (Konsisten), Amanah, Fathanah (Profesionalisme), Tabligh (Kepemimpinan). Hal inilah yang menjadi keunggulan Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.

4.2 Tinjauan terhadap Variabel-variabel Penelitian

Dalam menganalisis data yang telah penulis peroleh, maka terlebih dahulu penulis akan menghitung tingkat debt financing, tingkat equity financing, dan profit expense ratio

yang terdapat di Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri.

4.2.1. Tingkat Debt Financing

Debt financing menggambarkan seberapa besar pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah dalam bentuk produk Murabahah, Salam, dan Istishna, Qardh serta produk yang menggunakan prinsip sewa yaitu Ijarah dari seluruh total pembiayaan yang dilakukan oleh BMI dan BSM. Jumlah debt financing ini didapatkan dari laporan keuangan tahunan BMI dan BSM.


(1)

Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

x1 x2 y

N 10 10 10

Normal Parametersa,,b Mean .5849 .3920 .2485

Std. Deviation .14410 .12441 .07363 Most Extreme Differences Absolute .231 .224 .273

Positive .220 .224 .162

Negative -.231 -.201 -.273

Kolmogorov-Smirnov Z .731 .710 .862

Asymp. Sig. (2-tailed) .660 .695 .447

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

Uji Heteroskedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman

Correlations -.075 .791 15 -.036 .899 15 1.000 . 15 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Perubahan Jumlah Dana Pihak Ketiga Financing To Deposit Ratio Standardized Residual Spearman's rho Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance

VIF

1 (Constant)

x1

.742

1.347

x2

.742

1.347

b.

Dependent Variable:y

Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .403a .162 -.077 .07643 .162 .677 2 7 .539 1.579

a. Predictors: (Constant), x2, x1 b. Dependent Variable: y


(3)

Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .334 .187 1.787 .117

x1 .009 .205 .018 .044 .966

x2 -.233 .238 -.393 -.979 .360

a. Dependent Variable: y

Koefisien Korelasi & Koefisien Determinasi Multiple

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .403a .162 -.077 .07643 .162 .677 2 7 .539

a. Predictors: (Constant), x2, x1 b. Dependent Variable: y


(4)

Koefisien Korelasi & Koefisien Determinasi Parsial

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part

Toleranc

e VIF

1 (Constant )

.334 .187 1.787 .117

x1 .009 .205 .018 .044 .966 .217 .017 .015 .742 1.347

x2 -.233 .238 -.393 -.979 .360 -.402 -.347 -.339 .742 1.347


(5)

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .008 2 .004 .677 .539a

Residual .041 7 .006

Total .049 9

a. Predictors: (Constant), x2, x1 b. Dependent Variable: y

Hasil Uji t

4.

Coefficientsa

5.

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) .334 .187 1787 .117

x1 .009 .205 .018 .044 .966

x2 -.233 .238 -.393 -.979 .360


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Pengaruh Debt Financing,Equity Financing dan Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Perbankan syariah (Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2015)

0 10 139

PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), NON PERFORMING FINANCING (NPF), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), QUICK RATIO (QR), DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH

1 11 100

PENGARUH GENDER DAN TEKANAN KETAATAN TERHADAP AUDIT JUDGEMENT : Studi Kasus pada BPK-RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

1 3 42

PEMETAAN PROFIL RISIKO SPEKULATIF : Studi Kasus pada PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung.

2 5 43

PENGARUH DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PADA PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII).

0 2 112

PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO, NON PERFORMING FINANCING, DEBT TO EQUITY RATIO, QUICK RATIO, RETURN ON EQUITY, DANA PIHAK KETIGA, DAN SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012- 2015

0 1 17

PENGARUH DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO (PER) PADA BANK UMUM SYARIAH - Perbanas Institutional Repository

0 3 12

PENGARUH DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO (PER) PADA BANK UMUM SYARIAH - Perbanas Institutional Repository

2 5 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO (PER) PADA BANK UMUM SYARIAH - Perbanas Institutional Repository

0 1 22