Penelitian Terdahulu Kiprah peran pondok pesantren dalam membentuk soft skill : studi kasus pondok pesantren mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik.

12 Bab ketiga, bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, uji keabsahan data, teknik analisis data dan tahap-tahap penelitian. Bab keempat, bab ini memuat gambaran umum Pondok Pesantren Mambaus Sholihin yang berisi sejarah dan perkembangannya, letak dan keadaan geografis, visi misi dan tujuan, struktur organisasi, keadaan guru dan santri, fasilitas pondok, program pendidikan pondok serta kegiatan santriwati pondok pesantren. Dilanjutkan dengan paparan hasil penelitian berupa hasil observasi dan wawancara. Bab kelima, yakni penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari pokok masalah yang pada bab pertama yang selanjutnya penyusun memberikan sumbang sarannya sebagai refleksi atas realitas yang ada saat ini. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 13 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Pendidikan Pondok Pesantren

1. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Menelusuri tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan keagamaan islam di Indonesia, termasuk awal berdirinya pondok pesantren tidak terlepas hubungannya dengan sejarah masuknya islam di Indonesia. Pendidikan islam di Indonesia bermula ketika orang-orang yang masuk islam ingin mengetahui lebih banyak ajaran agama baru yang dipeluknya, baik mengenai tata cara beribadah, membaca Al-Quran dan pengetahuan islam yang lebiih luas dan mendalam. Mereka ini belajar di rumah, surau, langgar atau masjid. Di tempat- tempat inilah orang yang baru masuk islam dan anak-anak mereka belajar membaca Al-Quran dan ilmu-ilmu agama lainnya secara individual dan langsung. 1 Dalam perkembangannya, keinginan untuk lebih memperdalam ilmu-ilmu agama telah mendorong tumbuhnya pesantren yang merupakan tempat untuk melanjutkan belajar agama setelah tamat belajar di surau, langgar atau masjid. Model pendidikan pesantren ini berkembang di seluruh Indonesia dengan nama dan corak yang sangat bervariasi. Di Jawa disebut pondok pesantren, di Aceh 1 Departeme Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Jakarta: Ditpekapontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam 2003, 7 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 14 dikenal rangkang, di Sumatra Barat dikenal surau. Nama yang sekarang diterima umum adalah pondok pesantren. Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat bahwa pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Ada dua pendapat mengenai awal berdirinya pondok pesantren di Indonesia. Pendapat pertama menyebutkan bahwa pondok pesantren berakar pada tradisi islam sendiri dan pendapat kedua mengatakan bahwa sistem pendidikan model pondok pesantren adalah asli Indonesia. Dalam pendapat pertama ada dua versi, ada yang berpendapat bahwa pondok pesantren berawal sejak zaman Nabi masih hidup. Dalam awal-awal dakwahnya, Nabi melakukannya dengan sembunyi-sembunyi dengan peserta sekelompok orang, di lakukan di rumah-rumah seperti yang tercatat dalam sejarah salah satunya adalah rumah Arqam bin Abu Arqom. Sekelompok orang yang tergolong dalam As Sabiqunal Awwalun inilah yang kelak menjadi perintis dan pembuka jalan penyebaran agama islam di Arab, Afrika dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Versi kedua menyebutkan bahwa pondok pesantren mempunyai kata yang erat dengan tempat pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat ini berdasarkan fakta bahwa penyebaran islam di Indonesia pada awalnya lebih banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat yang melaksanakan amalan-amalan