20
laba pada masa mendatang, sedangkan penurunan dividen menjadi tanda bahwa perkiraan laba yang rendah.
5. Smoothing theory
Teori ini dikembangkan oleh Lintner 1962 yang menjelaskan bahwa jumlah dividen dipengaruhi oleh keuntungan sekarang pada saat ini dan pembagian
dividen pada tahun sebelumnya. Menurut Bambang Riyanto 2001:269 menyatakan bahwa ada macam-
macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut :
a. Kebijakan dividen yang stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap
selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.
b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus
jumlah ekstra tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
c. Kebijakan dividen dengan penetapan
dividend payout ratio yang konstan
Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividend payout ratio yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan
Universitas Sumatera Utara
21
dividen payout ratio yang konstan misalnya 50. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan
berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.
d. Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial
dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.
2.2 Variabel-variabel yang Digunakan dalam Penelitian 2.2.1
Dividend Payout Ratio DPR
Menurut Riyanto 2001:266, dividend payout ratio adalah persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai cash
dividend. Menurut Husnan 2001 : 316, perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin
besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan
membagikan modal sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividend payout ratio merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas dibagi dengan laba
yang tersedia untuk pemegang saham. Semakin tinggi tingkat DPR yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin besar jumlah laba yang dibagikan dalam bentuk
dividen kepada para pemegang saham. Rumus untuk menghitung Dividend Payout Ratio adalah Martono, 2001:253.
Universitas Sumatera Utara
22
DPR =
dividen per lembar saham laba per lembar saham
2.2.2 Leverage
Menurut Sutrisno 2009:198 leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung
biaya tetap atau membayar beban tetap. Rasio leverage dapat digunakan untuk menunjukkan solvabilitas suatu perusahaan. Rasio leverage yang digunakan
dalam penelitian ini adalah DER atau debt to equity ratio. Menurut Sartono 2001:66 debt to equity ratio DER merupakan rasio yang mengukur seberapa
jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi rasio ini
menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan.
Rasio hutang dengan modal sendiri debt to equity ratio merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya Sutrisno, 2009: 218. Semakin tinggi debt to equity ratio yang dimiliki suatu
perusahaan maka perusahaan tersebut akan cenderung membagikan dividen dalam jumlah yang kecil pada pemegang sahamnya. Rasio DER dapat dirumuskan
dengan dengan perhitungan sebagai berikut Van Horne dan Wachowicz, 2005:209.
DER =
�otal hutang total ekuitas pemegang saham
Hadiwidjaja 2008 mengatakan bahwa suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan pada dua pilihan yaitu: 1
perusahaan dapat membayar utang itu pada saat jatuh tempo dan
Universitas Sumatera Utara
23
menggantikannya dengan surat berharga lain atau 2 perusahaan dapat melunasi utang tersebut. Ketika perusahaan mengambil keputusan untuk melunasi hutang
yang dimiliki perusahaan maka akan berdampak pada berkurangnya jumlah dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan karena laba yang diperoleh akan
digunakan untuk membayar hutang perusahaan. 2.2.3
Free Cash Flow
Menurut Jensen 1986 aliran kas bebas free cash flow merupakan kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan net present value NPV
positif dilakukan. Perusahaan yang memiliki free cash flow yang berlebih memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lain karena mereka
dapat memanfaatkan kesempatan yang mungkin tidak diperoleh oleh perusahaan lain. Perusahaan juga memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi situasi
yang buruk karena mereka memiliki sumber dana internal yang berlebih. Perusahaan yang memiliki free cash flow aliran kas bebas berlebih dapat
menggunakan kas yang berlebih tersebut untuk membayar hutang, pembelian kembali saham, pembayaran dividen atau disimpan untuk kesempatan investasi
perusahaan masa mendatang.
Menurut Kieso et al 2007: 212, free cash flow merupakan jumlah dari discretionary cash flow yang dimiliki perusahaan untuk membeli tambahan
investasi, melunasi hutang, membeli treasury stock atau penambahan sederhana atas likuiditas perusahaan. Para pemegang saham akan berharap kelebihan kas
yang ada pada perusahaan akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dengan membagikan dividen. Oleh karena itu perusahaan
Universitas Sumatera Utara
24
yang memiliki free cash flow yang besar memiliki kemungkinan yang besar untuk membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Semakin besar free cash flow,
maka semakin kayalah perusahaan itu, karena ia memiliki kas yang cukup untuk membayar utang, dan dividennya White ,2003: 27. Free Cash Flow dalam rasio
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut White et al, 2003:27.
FCF =
��������� ���ℎ ���� −�������� ����� �����
2.2.4 Firm Size
Ukuran perusahaan firm size merupakan salah satu alat atau skala untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat ditentukan oleh beberapa
hal, antara lain, total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan perusahaan, dan lain-lain. Menurut Sartono 2010: 249, perusahaan besar yang
sudah wellestablished akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Keown et al 2000: 621-624 menjelaskan
bahwa sebagian besar perusahaan kecil atau baru tidak memiliki akses ke pasar modal, sehingga mereka harus sangat bergantung pada dana internal. Sebagai
akibatnya, rasio pembayaran dividen perusahaan kecil atau baru jauh lebih rendah daripada perusahaan besar dan milik publik.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat ukuran perusahaan adalah total asset yang dimiliki perusahaan. Sebuah perusahaan besar akan lebih
mudah mengakses ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil lebih sulit untuk mengaksesnya Marietta dan Sampurno, 2013. Semakin besar suatu perusahaan,
Universitas Sumatera Utara
25
maka akan semakin mudah akses informasinya, dengan kata lain kemungkinan perusahaaan untuk memperoleh dana lebih besar ketimbang perusahaan yang
hanya memiliki informasi yang tergolong lebih sedikit.
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan Firm Size diproyeksikan oleh
besarnya nilai total asset yang dimiliki perusahaan. Firm size diukur dari nilai buku total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Firm Size = Total Assets
2.2.5 Profitability
Menurut Sutrisno 2009:16 profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya.
Profitabilitas merupakan alat analisis untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber
daya yang ada. Menurut Husnan 2001 : 316, perusahaan hanya dapat membagikan dividen
semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan
dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Perusahaan yang memiliki kemampuan untuk menciptakan laba
yang tinggi memiliki kecenderungan yang tinggi untuk membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Dalam penelitiannya Marietta dan Sampurno 2013,
menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
26
Menurut Syamsudin 2011: 59 terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur priofitabilitas perusahaan seperti, Gross Profit
Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin , Total Asset Turnover, Return on Asset Return on investment, Return on Equity, Return on Common
Stock, Earning per Share, Dividen per Share, dan Book Value per Share. ROA Return on Asset merupakan rasio yang mengukur tingkat
penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan.Rasio ini dihitung berdasarkan rumus berikut Sartono, 2001:122.
ROA =
Laba Bersih Total Aktiva
Marietta dan Sampurno 2013 mengatakan bahwa ROA merupakan salah satu dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dalam mengelola memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan ROA untuk
mengukur tingkat profitabilitas perusahaan yang menjadi objek penelitian.
2.2.6 Growth
Pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen Riyanto, 2001:268. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan
yang pesat akan membutuhkan dana investasi yang lebih besar. Riyanto 2001:267 mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin
cepat mengakibatkan makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Peluang-peluang pertumbuhan yang lebih besar
akan mengurangi pembayaran dividen, karena laba yang dihasilkan digunakan untuk investasi guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu,
Universitas Sumatera Utara
27
pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh kuat pada kebijakan penahanan laba, atau dengan semakin besar pertumbuhan perusahaan, maka semakin kecil jumlah
dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Besarnya growth opportunity sebuah perusahaan akan berpengaruh pada
jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi dan lain-lain, yang berpengaruh pada besaran DPR yang dialokasikan oleh perusahaan Marietta dan Sampurno,
2013. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Hal ini kemungkinan akan
mengurangi besaran dividen yang akan diterima investor. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur melalui total asset yang dimiliki
perusahaan. Rasio pertumbuhan asset asset growth perusahaan dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan suatu perusahaan. Rasio pertumbuhan asset
perusahaan diukur dengan persentase perubahan asset dari suatu periode ke periode berikutnya.
Growth =
����� ������ � – ����� ����� �−1 ����� ������ �−1
2.3 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang