Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Publik
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
implementasi kebijakan berjalan secara liniear dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik.
Beberapa variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan publik adalah varibel berikut:
a. Aktivitas implementasi dan komunikasi antar organisasi. b. Karakteristik agen pelaksana implementor.
c. Kondisi ekonomi, sosial, dan politik. d. Kecenderungan disposition palaksanaImplementor
52
. Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu
dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.
Yang dimaksud agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi,
yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program. Kemudian pada variabel kondisi ekonomi, sosial, dan politik mencakup
sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan; sejauh
mana kelompok
kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para
partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung
implementasi kebijakan.
52
Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri, Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan Jakarta : Rineka Cipta, 2004, 438.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Selanjutnya yang dimaksud disposisi implementor mencakup tiga hal yang penting, yakni:
a Tanggapan, implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi
kemauannya untuk melaksanakan kebijakan. b
Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan. c
Intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
Model Implementasi Kebijakan Publik Mazmanian dan Sabatier Model implementasi kebijakan publik yang kedua adalah model
implementasi yang dikembangkan Daniel Mazmanian dan Paul A.Sabatier yang mengemukakan tiga kelompok variabel yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu karakteristik dari masalah, sebuah karakteristik kebijakan dan lingkungan kebijakan
53
. Menurut Hogwood dan Gunn dalam Wahab
54
, untuk dapat mengimplementasikan kebijakan publik secara sempurna perfect
implementation maka diperlukan beberapa persyaratan tertentu, yaitu: 1.
Kondisi eksternal yang dihadapi oleh Badan atau instansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan atau kendala serius.
2. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang
cukup memadai. 3.
Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar -benar tersedia.
53
AG Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi Yogjakarta: Pustaka Fajar, 2005, 94.
54
Abdul Wahab, Analisis Kebijakan dari Formula Keimplementasian Kebijakan Negara Jakarta : Bumi Aksara, 71-78.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan
kausalitas yang handal. 5.
Hubungan ketergantungan harus kecil dan hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnya.
6. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
7. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.
8. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.
2.3. Pernikahan 2.3.1.
Pengertian Pernikahan
Pernikahan berasal dari kata “nikah” yang menurut bahasa berati
membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Berasal dari kata an-nikah yang menurut bahasa berarti
mengumpulkan, saling memasukkan, dan wathi atau bersetubuh
55
. Sedangkan menurut Sayid Sabiq, pernikahan
merupakan “satu sunatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik manusia, hewan maupun
tumbuhan”
56
. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1, Pernikahan
adalah, “Ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”
57
.
56
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat Jakarta : Prenada Media Group, 2003, 8
57
Tim Permata Press, Undang-undang Pernikahana dan Administrasi Kependudukan t.k.: Permata Pres 2015, 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pengertian pernikahan terdapat lima unsur di dalamnya, 1. Ikatan lahir bathin. 2. Antara seorang pria dengan seorang wanita. 3. Sebagai suami
isteri. 4. Membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal. 5. Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hidup bersama suami isteri dalam pernikahan tidak semata-mata untuk tertibnya hubungan seksual tetap pada pasangan suami isteri tetapi
dapat membentuk rumah tangga yang bahagia, rumah tangga yang rukun, aman dan harmonis antara suami isteri. Pernikahan salah satu perjanjian suci
antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga bahagia.
Berdasarkan Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam, pernikahan adalah akad yang sangat kuad mistaqan ghalidan untuk mentaati perintah Allah
dan melaksanakannya merupakan ibadah
58
. Pengertian Pernikahan Menurut Hukum Agama :
Pada umumnya menurut hukum agama pernikahan adalah perbuatan yang suci, yaitu suatu perikatan jasmani dan rohani antara dua pihak dalam
memenuhi perintah Tuhan Yang Maha Esa, yang membawa akibat hukum terhadap agama yang dianut kedua calon mempelai, dan tidak dibenarkan
terjadinya pernikahan beda agama, agar kehidupan berkeluarga dan
58
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pernikahan dan Kompilasi Hukum Islam Bandung: Citra Umbara, 2007, 228