BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas PTK yang dilakukan secara kolaborasi antara dua guru ilmu gizi dan peneliti siswa kelas XI
jurusan boga SMK N 3 Wonosari. Peneliti bersama kedua guru mencoba mengatasi masalah yang terjadi di kelas yakni kurangnya motivasi belajar
ilmu gizi siswa dengan melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran ilmu gizi, dengan jalan menerapkan pembelajaran ilmu gizi
dengan bantuan tutor sebaya. Diharapkan motivasi belajar ilmu gizi siswa dapat meningkat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Jurusan Boga SMK N 3 Wonosari pada bulan November 2010 – Agustus 2012.
C. Subyek Penelitian
Partisipan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dua guru dan seluruh siswa kelas XI jurusan boga SMK N 3 Wonosari.
D. Setting Penelitian
Penelitian menggunakan setting kelas di mana data diperoleh pada saat proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas.
E. Desain Penelitian
Desain penelitian menurut Mc Millan dan Ibnu Hadjar 1999:102 adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh
bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Desain penelitian ini mengacu pada proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Taggart yang dikutip oleh Suwarsih Madya 1994:25 yang meliputi menyusun perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi untuk merancang tindakan pada siklus selanjutnya. Menurut uharsimi Arikunto 2008 : 23, Pada penelitian tindakan kelas
PTK menggunakan 2 siklus. Penelitian ini merujuk dari apa yang disyaratkan untuk penelitian tindakan kelas yaitu penelitian dilakukan
sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan. Pada penelitian tindakan kelas PTK menggunakan 2 siklus namun jika belum
memenuhi kriteria keberhasilan maka diperlukan 1 siklus lagi sampai terpenuhi kriteria keberhasilan tersebut. Hal ini bertujuan agar terjadi adanya
perbaikan pada siklus kedua. Informasi dari sklus terdahulu sangat menentukan bentuk siklus berikutnya, oleh karena itu siklus kedua, ketiga dan
seterusnya tidak dapat dirancang sebelum siklus pertama terjadi. Hasil refleksi pada siklus terdahulu, dugunakan sebagai acuan dalam menyusun
siklus-siklus selanjutnya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa siklus kedua dan seterusnya merupakan perbaikan dari siklus pertama.