PEMERIKSAAN FISIS PEMERIKSAAN PENUNJANG .1 PEMERIKSAAN SPUTUM

kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,suara nafas melemah yang disertai sesak.  Kalau ada cairan dirongga pleura pembungkus paru-paru, dapat disertai dengan keluhan sakit dada.  Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.  Pada anak-anak dapat mengenai otak lapisan pembungkus otak dan disebut sebagai meningitis radang selaput otak, gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang Werdhani.

2.1.9 PEMERIKSAAN FISIS

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia,suhu demam,badan kurus atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau sudah terinfiltrasi secara asimtomatik. Bila dicurigai adanya infiltrate yang agak luas, maka di dapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara napas bronchial. Akan didapatkan juga suara napas tambahan berupa ronki basah,kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrate diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesikuler melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberi suara hipersonar atau timpani dan akultasi bersuara amforik Crofton, 2002. Universitas Sumatera Utara 2.1.10 PEMERIKSAAN PENUNJANG 2.1.10.1 PEMERIKSAAN SPUTUM Pemeriksaaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaaan dahak untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpul 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu SPS: • SSewaktu Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. • PPagi Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidue. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas Fasyankes. • SSewaktu Dahak dikumpulkan di Fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi. Pemeriksaan dahak BTA lazimnya dilakukan 3 X berturut-turut untuk menghundari faktor kebetulan. Bila hasil pemeriksaan dahak minimal 2 X positif, maka pasien sudah dapat dipastikan sakit TB paru Hudoyo, 2008. Untuk interpretasi pemeriksaan mikroskopis dahak pasien dapat dibaca dengan skala IUATLD rekomendasi WHO. Skala IUATLD International Union Against Tuberculosis and Lung Disease yaitu : Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negative Universitas Sumatera Utara - Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan - Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + 1+ - Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ 2+ - Ditemukan 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ 3+ 2.1.10.2 PEMERIKSAAN FOTO TORAKS Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut: • Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif. • Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OATnon fluoroquinolon. • Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi pericarditis atau efusi pleural dan pasien yang mengalami hemoptisis berat untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma Werdhani. Universitas Sumatera Utara 2.1.10.3 PEMERIKSAAN RADIOLOGIS Tuberkulosis dapat memberikan gambaran yang bermacam-macam pada foto rontgen toraks, tetapi ada beberapa gambaran yang karakteristik untuk tuberkulosis paru yaitu:  apabila lesi terdapat terutama di lapangan atas paru  bayangan berawan atau beracak  terdapat kavitas tunggal atau multipel  terdapat kalsifikasi  apabila lesi bilateral terutama bila terdapat pada lapangan atas paru  bayangan abnormal yang menetap pada foto toraks setelah foto ulang beberapa minggu kemudian Crofton, 2002 2.1.10.4 BRONKOSKOPI Pemeriksaan bronkoskopi adalah pemeriksaan sistem pernapasan dengan menggunakan endoskop. Endoskop adalah alat untuk memeriksa rongga di dalam organ. Endoskop yanh digunakan untuk pemeriksaan organ paru disebut bronkoskop. Pemeriksaan bronkoskopi termasuk dalam golongan tindakan invasive. Ada dua macam pemeriksaan bronkoskopi, yaitu pemeriksaan dengan bronkoskop rigid dan pemeriksaan dengan bronkoskop serat-optik lentur dapat terlihat 85 dari keseluruhan jumlah bronkus subsegmental turunan ke-5 dan 55 dari keseluruhan humlah bronkus subsegmental turunan ke-6. Visualisasi dan washing cuci bronkus merupakan prosuder standar pemeriksaan bronkoskopi. Prosedur lain yang dapat dilakukan adalah: biopsi transbronkialTBB, broncho alveolar lavageBAL, transbronkial needle aspirationTBNA,ultrasonografi bronkoskopik, dan bronkoskopi autofluoresen. Universitas Sumatera Utara Indikasi dilakukan bronkoskopi,yaitu: • Pemeriksaan hemoptysis,mencari asal pendarahan • Pengambilan benda asingcorpus alienum • Terapi pada atelectasis • Penggunaan di ICU: Intubasi intratrakea, menghisap secret • Mendiagnosis dan menentukan staging kanker paru • Mendiagnosis nodul di perifer dan infiltrate • Mendiagnosis penyakit paru interstial • Mendiagnosis pneumonia dengan cara mendapatkan sekret atau mucus di trakea atau bronkus • Mendiagnosis penyebab batuk • Mendiagnosis penyebab efusi pleura Walaupun penggunaan bronkoskop dinilai dapat ditoleransi oleh pasien, terdapat kemungkinan timbulnya komplikasi, yaitu hipoksemia, pendarahan, demam, aritmia kordis, bronkospasme, pneumonia, dan pnuemotoraks. Pemeriksaan bronkoskopi yang sampai menyebabkan kematian kejadiannya sangat kecil, yaitu 0,01, sedangkan penyebab komplikasi mayor, jumlahnya kurang dari 1. Pemeriksaan bronkoskopi dapat menyebabkan penurunan Pa02 antara 15-20mmHG Djojodibroto, 2009. 2.1.10.5 Bronchoalveolar Lavage BAL Bilas bronkoalveolar dilakukan Bronkoalveolar Lavage dilakukan untuk memperoleh konstituen alveolus. BAL berbeda dengan bronkial washing. Pada bronkial washing, cairan garam fisiologik yang digunakan untuk mendapatkan sel bronkus hanya beberapa mL. Pada BAL, diperlukan 150-300mL cairan garam fisiologik. Cairan garam yang disemprotkan dapat diambil kembali sebanyak 40-60 Universitas Sumatera Utara untuk diperiksa. Cairan yang disemprotkan pertama sebanyak 20-30mL, dibuang karena banyak mengandung sel bronki. Untuk menghindari sampling errors, dan menghindari kontaminasi oleh darah, BAL dilakukan sebelum brushing atau TBB. Bronkskop langsung mengarah ke perifer,yaitu ke bronkus subsegmental turunan ke- 4 atau turunan ke-5. Garam fisiologik disemprotkan dan langsung diisap kembali. Komplikasi BAL adalah hipoksemia, demam, bronkospasme, dan pendarahan Djojodibroto, 2009.

2.1.11 DIAGNOSIS

Dokumen yang terkait

Angka Kejadian Hepatotoksisitas pada Penderita Tuberkulosis Paru Pengguna Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama Di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2010

12 121 83

Hubungan Pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan Gangguan Pendengaran pada Penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

1 9 82

Hubungan Pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan Gangguan Pendengaran pada Penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 13

Hubungan Pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan Gangguan Pendengaran pada Penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 2

Profil Pemberian Oat (Obat Anti-Tuberkulosis) Lini Pertama Pada Penderita Tb-Mdr Di RSUP Haji Adam Malik Pada Periode Juli 2012-April 2014

0 0 12

Profil Pemberian Oat (Obat Anti-Tuberkulosis) Lini Pertama Pada Penderita Tb-Mdr Di RSUP Haji Adam Malik Pada Periode Juli 2012-April 2014

0 0 2

Profil Pemberian Oat (Obat Anti-Tuberkulosis) Lini Pertama Pada Penderita Tb-Mdr Di RSUP Haji Adam Malik Pada Periode Juli 2012-April 2014

0 0 4

Profil Pemberian Oat (Obat Anti-Tuberkulosis) Lini Pertama Pada Penderita Tb-Mdr Di RSUP Haji Adam Malik Pada Periode Juli 2012-April 2014

0 1 30

Profil Pemberian Oat (Obat Anti-Tuberkulosis) Lini Pertama Pada Penderita Tb-Mdr Di RSUP Haji Adam Malik Pada Periode Juli 2012-April 2014

0 0 3

Profil Pemberian Oat (Obat Anti-Tuberkulosis) Lini Pertama Pada Penderita Tb-Mdr Di RSUP Haji Adam Malik Pada Periode Juli 2012-April 2014

0 0 15