Hasil Perlakuan shot peening

4.2. Hasil uji struktrur mikro

Gambar 4.2 Foto struktur mikro permukaan penampang melintang pada sampel SS 304 sebelum dan sesudah shot peening a Raw material, Variasi jarak shot peening b 80 mm, c 90 mm, d 100 mm, e 110 mm, f 120 mm Dalam mengamati struktur mikro, sampel diamati menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 200 kali. Sebelum melakukan pengamatan, sampel di bersihkan menggunakan cairan etsa dengan tujuan untuk menghilangkan goresan pada permukaan sampel sehingga butiran struktur mikro terlihat lebih jelas. Adapun cairan etsa yang digunakan yaitu Hidrocloric Acid HCl dan Nitrid Acid HNO 3 dengan perbandingan 1:1. Pada Gambar 4.2 merupakan struktur mikro sampel sebelum dan sesudah di shot peening. Gambar 4.2.a memperlihatkan struktur mikro sampel sebelum di shot peening, dimana ukuran butiran struktur mikro seragam. Gambar 4.2.b memperlihatkan struktur mikro sampel setelah di shot peening dengan jarak 80 mm. Pada jarak ini ukuran butiran struktur mikro permukaan sampel SS 304 sampel terlihat lebih pipih dan halus. Kemudian pada Gambar 4.2.c-4.2.f. ukuran butiran struktur mikro semakin halus dan semakin dalam jarak dari permukaan sampel SS 304 seiring dengan bertambahnya jarak penembakan shot peening. Hal tersebut merupakan efek dari tumbukan bola-bola baja steel ball. Bola-bola baja menumbuk permukaan sampel dengan kecepatan tinggi sehingga menyebabkan deformasi plastis pada permukaan. Kekuatan tumbukan bola-bola baja steel ball yang tinggi menimbulkan penekanan pada struktur sehingga struktur menjadi semakin rapat dan berpotensi meningkatkan kekerasan bahan. Fenomena yang sama juga terjadi pada penelitian sebelumnya pada Gambar 2.2. Dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perubahan struktur mikro, sifat dan properti bahan dari proses shot peening.

4.3. Hasil uji struktur makro

Pada pengamatan struktur makro, sampel diamati dengan mikroskop optik perbesaran 30x. Gambar 4.3 merupakan struktur makro sampel setelah diberi perlakuan shot peening dengan variasi jarak. Gambar 4.3.a menunjukkan kondisi sampel setelah diberi perlakuan shot peening dengan variasi jarak penyemprotan 80 mm, terlihat batas butir yang lebih kecil. Permukaan tampak jauh lebih kasar bila dibandingkan dengan permukaan plat sebelum di shot peening. Timbul cekungan-cekungan menyerupai kawah. Hal tersebut merupakan efek dari tumbukan bola-bola baja pada permukaan. Partikel abrasif ini menumbuk permukaan dengan kecepatan tinggi dan menyebabkan permukaan mengalami deformasi plastis sehingga menimbulkan cekungan-cekungan pada permukaan sampel. Cekungan inlah yang menyebabkan permukaan sampel menjadi kasar. Gambar 4.3.b dan 4.3.c menunjukkan struktur makro sampel setelah mendapatkan perlakuan shot peening dengan variasi jarak 90 mm dan 100 mm. Pada jarak ini butiran kecil menjadi semakin banyak dan merata, sehingga permukaan sedikit jauh lebih kasar bila dibandingkan dengan jarak 80 mm. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada jarak ini tumbukan bola-bola baja semakin cepat sehingga menyebabkan cekungan kawah pada permukaan menjadi lebih banyak dan menyebabkan permukaan menjadi lebih kasar. Gambar 4.3.d dan 4.3.e menunjukkan struktur makro sampel setelah perlakuan shot peening dengan variasi jarak 110 mm dan 120 mm. Pada jarak ini, butiran kecil terlihat semakin