commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan kelompok masyarakat dalam rentang usia yang bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum bisa disebut dewasa. Masa remaja
merupakan tahapan transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Di sini, remaja mendapatkan lebih banyak tanggung jawab daripada anak-anak.
Namun di sisi lain, mereka masih terikat kontrol orang dewasa. ”Jadi, remaja tidak mendapatkan akses kepada dunia orang dewasa, namun mereka
mencoba mengambil jarak antara dirinya dengan dunia anak-anak.”
1
”Istilah
adolescence
atau remaja berasal dari kata Latin
adolescere
kata bendanya,
adolescentia
yang berarti remaja yang berarti ’tumbuh’ atau ’tumbuh menjadi dewasa.’”
2
Menurut Siagian, ”Remaja adalah mereka yang berumur kira-kira 15-20 tahun. Atau bila dihubungkan dengan generasi yang
masih bersekolah, batasnya adalah mereka yang belajar di tingkat SMP, SMA, dan tahun-tahun awal perguruan tinggi.”
3
Sedangkan WHO Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa, ”Remaja merupakan periode
perkembangan antara pubertas, peralihan biologis, dan masa dewasa. Sesuai dengan ketetapan WHO tahun 1971, usia mereka berada pada kelompok umur
10-24 tahun.”
4
1
Chris Barker, Cultural Studies Teori dan Praktik, Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2005, hal. 336
2
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
, Erlangga, Jakarta, 2004, hal. 206
3
T. O. Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1999, hal. 118
4
Ibid , hal. 119
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Cohen, ”Transisi dari ketergantungan kanak-kanak menuju otonomi orang dewasa biasanya melibatkan satu fase pemberontakan, yang
dengan sendirinya menjadi bagian dari tradisi budaya yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.”
5
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri atau identitas. Dalam masa ini biasanya melibatkan fase
pemberontakan untuk mewujudkan emansipasi nyata dari otoritas orang tuanya. Mereka ingin bertahan dan melawan secara struktural terhadap budaya
orang tua dan budaya dominan, sementara itu mereka juga ingin membedakan diri secara simultan dari budaya ini.
Remaja membutuhkan seorang panutan yang dianggap pahlawan sebagai kiblat perlawanan atau pemberontakannya. Biasanya mereka akan
menemukan simbol perlawanan itu pada sosok seorang ikon pop yang dianggap ideal dan sesuai dengan gaya hidup anak muda. Para pahlawan
populer atau tokoh terkenal itu, sebagaimana diungkapkan oleh sosiolog Orrin Klapp, ”Membantu ’mengkristalisasikan suatu tipe sosial.’”
6
Ikon pop tersebut menampakkan suatu gaya hidup baru dan selera yang baru pula. Biasanya
tokoh yang menjadi idola remaja berasal dari kalangan selebritis seperti musisi, bintang film, dan olahragawan. Contohnya, band The Sex Pistols yang
menjadi ikon subkultur Punk.
5
Chris Barker, Op. Cit., hal. 335
6
Alvin Toffler, Kejutan Masa Depan, Pantja Simpati, Jakarta, 1970, hal. 275
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Pelopor Band Punk Inggris “The Sex Pistols”
7
Dimana ada ikon pop yang dianggap pahlawan di situ ada pengikut kultus. Bagi seorang remaja, pahlawan populer mereka dianggap memenuhi
kebutuhan eksistensial yang penting akan identitas. Memang para ikon tersebut menjadi penentu gaya hidup remaja, akan tetapi gaya itu sendiri
diperagakan dan dipasarkan kepada publik oleh suatu subkultur. Dalam sosiologi, antropologi, dan studi budaya, ”subkultur adalah sebuah kelompok
orang dengan suatu budaya baik terbuka maupun tersembunyi yang membedakan mereka dari budaya yang lebih luas dimana mereka berada.”
8
”’Budaya’ dalam subkultur mengacu kepada ’seluruh cara hidup atau ’peta makna’ yang menjadikan dunia ini dapat dipahami oleh anggotanya. Kata
’sub’ mengandung konotasi suatu kondisi khas dan berbeda dari masyarakat dominan atau mainstream.”
9
7
http:www.live4ever. uk
.com200910the-story-of-the-sex-pistols-never-mind-the-bollocks
8
http:wiki.media-culture.org.au
9
Chris Barker, Op. Cit., hal. 337
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Subkultur dilihat sebagai solusi ajaib atau simbolis atas persoalan struktural kelas. Atau sebagaimana dikemukakan Brake, ”Subkultur
memunculkan suatu upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami secara kolektif yang muncul dari kontradiksi berbagai struktur sosial… ia
membangun suatu bentuk identitas kolektif dimana identitas individu bisa diperoleh di luar identitas yang melekat pada kelas, pendidikan, dan
pekerjaan.”
10
Dengan menggabungkan diri pada suatu subkultur yang dipilih secara sadar, remaja berusaha mencari identitas diri sekaligus menjadikan
subkultur sebagai ruang untuk melakukan pemberontakan terhadap otoritas budaya orangtua dan budaya dominan yang mereka anggap kolot dan kaku.
Menurut Abercombie dan Warde 1988, ”Salah satu ciri umum yang menandai budaya orang muda, ditandai dengan kepedulian mereka terhadap
gaya.”
11
Kepedulian remaja terhadap gaya, merupakan perwujudan mereka dalam memanfaatkan objek materi. Gaya inilah yang kemudian memberi
makna pada pakaian, penampilan, bahasa, ritual, mode interaksi, dan jenis musik dalam hubungannya satu sama lain. Dengan kata lain, subkultur
pemuda ditandai dengan perkembangan gaya tertentu. Gaya subkultur remaja ditunjukkan lewat atribut yang mereka pakai
yang merupakan penggambaran atas karakter khas mereka. Gaya mereka menjelaskan sumber daya yang terkandung dalam kolektivitas dan
teritorialitas melalui koherensi dan loyalitas geng terhadap kawan-kawannya. Ikatan seorang remaja dengan suatu subkultur tertentu menentukan gaya hidup
10
Ibid., hal. 339
11
Celia Lury, Budaya Konsumen, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1998, hal. 257
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
remaja tersebut. Dengan gaya hidup itu seorang remaja mengekspresikan identifikasinya dengan suatu subkultur. Anggota-anggota subkultur sering
menandai keanggotaan mereka melalui penggunaan gaya yang berbeda dan simbolik.
Selera musik, fashion, bahasa, tingkah laku dan lain-lain, adalah modal subkultur agar bisa dipahami oleh anggota-anggotanya untuk
membedakan diri dari subkultur lain, budaya orangtua atau budaya dominan. Secara internal, gaya hidup subkultur bertujuan membangun otentisitas status
sosial dan membuat demarkasi dari budaya mainstream. Dengan demikian, karya subkultur remaja yang kreatif, ekspresif dan simbolis bisa dibaca
sebagai bentuk perlawanan. Namun, tidak ada solusi subkultur terhadap upah rendah, kerja rutin, yang membosankan dan tiadanya pendidikan, sehingga
resolusi subkultur pemuda tetap berada pada level ritual simbolis. Dewasa ini akan sulit mengidentifikasi suatu subkultur tertentu karena
gaya mereka, terutama fashion, diadopsi oleh budaya dominan untuk tujuan komersil. Industri fashion mengambil keuntungan dari suatu subkultur yang
digemari remaja. Proses industrialisasi ini pada akhirnya menyebabkan kematian atau evolusi dari subkultur tersebut, karena pengikutnya
mengadaptasi nilai-nilai baru yang memunculkan sesuatu yang asing pada masyarakat mainstream. Subkultur berbasis musik dengan fashion yang khas
rentan terhadap proses ini, seperti yang terjadi pada subkultur Punk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2. Komunitas Punk di London Inggris
12
Punk merupakan subkultur yang berkembang pesat di London, Inggris, yang identik dengan ideologi anti kemapanan dengan semboyan ”
do it yourself
”. Fashion subkultur Punk merupakan manifestasi dari semboyan mereka. Mereka mengekspresikan diri dengan cara yang luar biasa berbeda
dengan gaya Inggris yang anggun. Penampilan mereka jauh lebih mengagetkan dan membuat ngeri orang yang melihat karena benda-benda
yang tidak pantas seperti peniti
safety pins
, jepitan pakaian dari plastik, komponen televisi, silet, tampon bisa menjadi asesoris dari fashion Punk.
Bahkan mereka memakai T-Shirt yang berlumuran darah. Rambutnya dicat hijau dengan gaya spike, mohawk, bihawk, atau trihawk.
Punk mempunyai kode fashion jauh lebih radikal, anarkis, dan memberontak. Tujuan dari penampilan subkultur Punk ini memang untuk
membuat
shock
sekaligus menimbulkan kesan aneh bagi orang yang melihatnya. Selain itu, gaya seperti ini memang disengaja untuk menimbulkan
kesan seperti anak yang teraniaya dan mengalami kekerasan di dalam
12
http:image.guardian.co.uksys-imagesEducationPixpictures20080616Punks460.jpg
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keluarganya, atau menunjukkan diri sebagai orang yang terbuang yang dibenci oleh masyarakat. Mereka memilih kekerasan dengan gaya sadomasokistik,
karena mereka hidup di lingkungan kelas pekerja di London yang penuh kekerasan dan kemiskinan.
Dengan penampilan yang mengejutkan tersebut subkultur Punk pun menarik perhatian media karena telah menyebabkan kepanikan moral. Momen
yang paling mengejutkan adalah ketika ikon subkultur Punk generasi pertama, band The Sex Pistols, pada tahun 1977 meluncurkan
single
kedua mereka “God Save The Queen”. Inilah ekspos mereka yang paling verbal untuk
mencaci-maki kerajaan. ”Lihat saja bagaimana Jamie Reid mendesain
cover single
itu. Wajah Sang Ratu ditampilkan dalam dandanan Punk, lengkap dengan tindikan pin di hidungnya.”
13
Belakangan ini, desain kover album tersebut diaplikasikan pada kaos oblong, badge, dan asesoris lainnya.
Gambar 3. Cover Single “God Save The Queen” The Sex Pistols
14
13
Moer, Punk is Dead?, Juice Magz Edisi September 2005 http:moer.multiply.comjournalitem54
14
http:www.live4ever. uk
.com200910the-story-of-the-sex-pistols-never-mind-the-bollocks
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Inovasi fashion Punk secara langsung memberi umpan balik kepada fashion mainstream. Penyebarluasan gaya remaja subkultur menuju ke
industri fashion bukan sekedar proses kultural, melainkan suatu jenis baru institusi komersial dan ekonomi. Jadi, setelah inovasi fashion orisinal yang
menandai subkultur Punk diubah menjadi komoditas dan dibuat tersedia secara umum, ia lalu terkodifikasi, dibuat dapat dimengerti sekaligus dibentuk
menjadi milik publik dan barang dagangan yang menguntungkan. Subkultur remaja mungkin melakukan resistensi secara simbolik melalui gaya, tetapi
mau tak mau, perlawanan itu harus berakhir dengan terciptanya komoditas baru di bidang industri fashion.
Ketika perlawanan subkultur, baik secara visual dan verbal, mulai dikenal dan digemari para remaja di seluruh dunia, Punk menjadi lahan baru
bagi industri, meliputi industri fashion, rekaman, dan lain-lain. Punk kini menjadi sebuah komoditas dengan memperhalus tampilannya. Penghalusan
terhadap fashion Punk tersebut berakibat pada melemahnya makna isolasi diri dan pemberontakan. Inti dari Punk menjadi sangat pop dan bisa dinikmati
siapa saja, termasuk golongan mapan. Bahkan benda-benda berbau Punk ini tak jarang ditemui di toko-toko dengan harga yang begitu mahal dan tak bisa
dijangkau oleh kalangan bawah. Sehingga fenomena remaja berpenampilan seperti kaum Punk ini merebak dimana-mana. Oleh kaum Punk yang merasa
sebagai bagian dari komunitas Punk jalanan asli, remaja berpenampilan Punk ini disebut poser atau Punk modis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Fakta ironis bahwa Punk yang selama ini dicaci maki kini menjadi konsumsi kultural dapat dilihat pada resensi majalah remaja yang merupakan
standar tren fashion budaya mainstream. ”Pada musim panas 1977, dan pada September tahun itu Cosmopolitan menampilkan resensi koleksi mutakhir
Zandra Rhodes tentang pakaian gila yang seluruhnya adalah variasi dari tema Punk. Model-modelnya bergolek dari balik gunung peniti dan plastik
penitinya diberi permata, ”plastik”nya satin yang tampak basah dan artikel pendampingnya ditutup dengan aforisme –”to shock is chic.”
15
Punk kembali menjadi trend di tahun 2000-an dan grup band seperti Green Day, Blink 182, Sum 41, Simple Plan, The Ataris, dan Good Charlotte
meraih kesuksesan internasional yang luar biasa, Punk mengalami perubahan drastis dan kehilangan semangat anti kemapanannya.
Gambar 4. Green Day
16
Gambar 5. Good Charlotte
17
15
DickHebdige, Asal-Usul dan Ideologi Subkultur Punk, Buku Baik, Yogyakarta, 1999, hal. 187
16
http:img2.timeinc.netpeoplei2005specialsgrammys05show bwhair
greenday.jpg
17
http:4.bp.blogspot.com_Zs9nNlwuDUISEd7l53XkdIAAAAAAAAAYM_nIbBR11brg s1600-hgood_charlotte.jpg
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Band-band Punk tersebut tak lagi menyerukan kritik sosial, lirik- liriknya tidak lagi berbau politis, bahkan mengikat kontrak dengan label
mayor, dan bergelimang kesuksesan seperti rocker di tahun 1970-an. Apalagi, ironisnya asesoris Punk, rambut mohawk, dan sepatu combat diproduksi dan
dikemas ulang oleh perusahaan-perusahaan dengan label desainer dan dijual di mal-mal, sehingga fashion Punk bukan lagi menjadi simbol pemberontakan,
tetapi sudah menjadi fetisisme komoditas yang dapat dipasarkan secara meluas oleh kaum kapitalis.
Pada tahun 2005, majalah CosmoGIRL Indonesia menampilkan resensi gaya rambut Punk untuk kaum perempuan. Di samping gambar
tersebut terdapat narasi yang bertajuk ”Forever Punk” yang menyebutkan slogan ”Punk is not dead”
18
Sedangkan menurut Maestro rambut Indonesia, Rudy Hadisuwarno, mengenai tren rambut di tahun 2010, ”Inspirasi dari
potongan model Punk Rock tahun 80-an itu akan kembali lagi.”
19
a b
Gambar 6. Tren Rambut Punk a 2005
20
b 2010
21
18
Majalah CosmoGIRL Indonesia edisi Januari 2005, hal. 56
19
http:www.infospesial.comarticletrend2010-model-rambut-Punk-rock-80-an-kembali- populer.htm
20
Ibid.
21
http:www.chntw.comwp-contentuploads2010012010-Celebrity-Punk-Hairstyles-2.jpg
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
”Saat ini, jika kita melihat ada orang memakai pin di T-Shirtnya dengan rantai, melihat rambut mohawk yang dicat hijau, tindikan di telinga
dan hidung, dan sepatu combat, kita langsung percaya bahwa dia adalah anggota kelompok anak Punk. Dia merasa menjadi bagian dari anak Punk, dan
pakaiannya mencerminkan bahwa dia mempunyai kepercayaan dan nilai-nilai sama seperti anak-anak Punk. Bahkan dia dapat bercermin pada anak Punk
lainnya dengan melihat penampilannya.”
22
Sehingga akan sulit membedakan mana yang anak Punk jalanan dan mana yang sekedar mengikuti tren atau
biasa disebut Punk modis. Punk jaman sekarang lebih tepat diidentifikasi sebagai Punk modis
bukan Punk ideologis. Fashion Punk modis merupakan manifestasi sebuah perpaduan ambigu antara resistensi dan penerimaan ide-ide hegemoni. Punk
modis ini mempunyai dimensi perlawanan immanen karena mengekspresikan penyimpangan stilistik dan merefleksikan kontradiksi terhadap kekuasaan
institusi dominan tetapi menggunakan pakaian pabrikan. Walaupun evolusi banyak terjadi seiring dengan perkembangan Punk
tetapi ada pesan-pesan yang dikomunikasikan secara non-verbal melalui tampilan visual mereka. Fenomena tersebut membuat peneliti tertarik untuk
mengetahui makna di balik simbol-simbol visual dalam fashion Punk modis terkait dengan pembentukan identitas remaja. Pembahasan secara deskriptif
kualitatif dengan kajian semiologi ini diharapkan dapat mengungkap makna simbol-simbol visual dalam fashion Punk tersebut.
22
Dadang Rusbiantoro, Generasi MTV, Jalasutra, Bandung dan Yogyakarta, 2008, hal. 103
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rumusan Masalah