SERAT BUAH PINANG ALKALISASI

8 Reaksi curing pada sistem resin epoksi secara eksotermis, berarti dilepaskan sejumlah kalor pada proses curing berlangsung. Laju kecepatan proses curing bergantung pada temperatur ruang. Untuk kenaikan temperatur setiap 10 o C, maka laju kecepatan curing akan menjadi dua kali lebih cepat, sedangkan untuk penurunan temperaturnya dengan besar yang sama, maka laju kecepatan curing akan turun menjadi setengah dari laju kecepatan curing sebelumnya. Epoksi memiliki ketahanan korosi yang lebih baik daripada polyester pada keadaan basah, namun tidak tahan terhadap asam. Epoksi memiliki sifat mekanik, listrik, kestabilan dimensi dan penahan panas yang baik [11]. Adapun spesifikasi dari resin epoksi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.1 Spesifikasi Resin Epoksi [12] Sifat – sifat Satuan Nilai Tipikal Massa jenis Gramcm 3 1,17 Kekuatan tarik Kgfmm 2 5,95 Kekuatan tekan Kgfmm 2 14 Kekuatan lentur Kgfmm 2 12 Temperatur pencetakan C 90

2.3 SERAT BUAH PINANG

Sabut dari buah pinang adalah bagian berserat keras yang menutupi bagian endosperma yang komposisinya 30-45 dari total volume buah. Serat kulit pinang sebagian besar terdiri dari hemiselulosa dan bahan bukan selulosa. Serat buah pinang mengandung 13 sampai 24,6 senyawa lignin, 35 sampai 64,8 hemiselulosa, kandungan abu sebanyak 4,4, dan sisanya sebanyak 8 sampai 25 kandungan air. Serat berdampingan dengan lapisan dalam yang merupakan kelompok sel yang mengalami lignifikasi secara tidak teratur yang disebut serat keras dan lapisan- lapisan tengah yang mengandung serat lembut. Universitas Sumatera Utara 9 Tabel 2.2 Komposisi Kimia Dari Beberapa Serat Alam [13] Serat Kandungan Lignin Kandungan Selulosa Kandungan Hemiselulosa Pinang 13-24,6 - 35-64,8 Tongkol Jagung 10-13 38-42 21-23 Sabut Kelapa 40-45 32-43 0,15-0,25 Sisal 10-14 66-72 12 Pisang 5 63-64 19 Tabel diatas membandingkan komposisi serat buah pinang dengan beberapa serat alam lainnya. Serat buah pinang tinggi akan hemiselulosa dan merupakan serat yang mengandung hemiselulosa paling tinggi. Serat sabut kelapa memiliki kandungan lignin yang paling besar. Dan sisal memiliki kandungan selulosa paling tinggi dibandingkan dengan sisal, pisang, dan serat lainnya. Sifat dari serat alami tergantung pada sifat tanaman, wilayah di mana tanaman itu tumbuh, umur tanaman, dan metode yang digunakan untuk mengekstraksi serat. Serat pinang merupakan serat yang keras dan menunjukkan kesamaan dengan sabut kelapa dilihat dari struktur selular [13].

2.4 ALKALISASI

Alkalisasi pada serat merupakan metode perendaman serat ke dalam basa alkali. Reaksi berikut menggambarkan proses yang terjadi saat perlakuan alkali pada serat: Fiber – OH + NaOH Fiber-O-Na + + H2O Tujuan dari proses alkalisasi adalah menghilangkan komponen penyusun serat yang kurang efektif dalam menentukan kekuatan antar muka yaitu hemiselulosa, lignin atau pektin. Dengan berkurangnya hemiselulosa, lignin atau pektin, wetability serat oleh matriks akan semakin baik, sehingga kekuatan antarmuka pun akan meningkat. Selain itu, pengurangan hemiselulosa, lignin atau pektin, akan meningkatkan kekasaran permukaan yang menghasilkan mechanical interlocking yang lebih baik [14]. Universitas Sumatera Utara 10

2.5 PROSES PABRIKASI KOMPOSIT