13
2. Monokromator: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis. Alatnya berupa prisma untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.
3. Kuvet sel: digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke
dalam berkas cahaya spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan energi radiasi dalam daerah spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran
di daerah sinar tampak, kuvet dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas
tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang khas mempunyai ketebalan 1 cm, namun tersedia kuvet dengan ketebalan
yang sangat beraneka, mulai dari ketebalan kurang dari 1 mm sampai 10 cm bahkan lebih.
4. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang.
2.3.1 Penyerapan Radiasi
Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi ultraviolet maka molekul tersebut akan menyerap radiasi ultraviolet. Interaksi antara molekul dengan
radiasi ultraviolet ini akan meningkatkan energi dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya
radiasi yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan
frekuensi atau panjang gelombang sinar merupakan spektrum absorpsi. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding
Universitas Sumatera Utara
14
dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi dapat digunakan untuk analisis kuantitatif Gandjar dan Rohman, 2007.
Sistem ikatan rangkap terkonjugasi merupakan kromofor yang dapat menyerap radiasi ultraviolet. Salah satu kromofor yang paling sederhana adalah
benzen Watson, 2005. Gugus fungsi seperti –OH, -O, -NH
2
, dan –OCH
3
yang memberikan transisi n → π disebut gugus auksokrom. Gugus ini adalah gugus
yang tidak dapat menyerap radiasi ultraviolet-sinar tampak, tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus kromofor mengakibatkan pergeseran panjang gelombang
ke arah yang lebih besar efek batokromik atau pergeseran merah dan disertai peningkatan intensitas efek hiperkromik Gandjar dan Rohman, 2007.
2.3.2 Hukum Lambert-Beer
Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Sedangkan menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan
konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert- Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi
dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dengan persamaan: A = a.b.c gliter atau A = ε.b.c molliter atau A = A
1 1
.b.c g100 ml. Dimana:
A = serapan a = absorptivitas
b = ketebalan sel c = konsentrasi
ε = absorptivitas molar A
1 1
= absorptivitas spesifik
Universitas Sumatera Utara
15
Jadi dengan hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik
untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu. Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,6. Anjuran
ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal Gandjar dan Rohman, 2007.
Menurut Denney dan Sinclair 1991 hukum Lambert-Beer terdapat beberapa pembatasan yaitu:
1. Larutan yang menyerap cahaya adalah campuran yang homogen.
2. Menggunakan sinar monokromatis.
3. Rendahnya konsentrasi dari senyawa yang menyerap cahaya.
Parameter kekuatan energi radiasi yang diabsorpsi oleh molekul adalah absorbansi A yang dalam batas konsentrasi tertentu nilainya sebanding dengan
banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi. Senyawa yang tidak mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan dengan
spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat mengubahnya menjadi kromofor atau dapat disambungkan dengan suatu
pereaksi kromofor Gandjar dan Rohman, 2007.
2.3.3 Kegunaan Spektrofotometri Ultraviolet - Visibel UV-Vis