2.11 Vitamin Dalam Madu
Sekitar tahun 1920 hingga 1930 hanya sedikit macam vitamin yang diketahui dalam madu. Namun sejak 1930 penelitian dengan cara mikrobiologis terus dilakukan
dan kini menggunakan uji mikrokimiawi semakin banyak macam vitamin diketemukan dalam madu, meskipun hanya sedikit terdapat dan mungkin kurang
dapat diandalkan sebagai sumber pokok kebutuhan vitamin pada manusia. Beberapa vitamin larut-air terdapat dalam madu tabel 2-6 antara lain tiamin B1, riboflavin
B2, piridoksin B6, asam pantotenat, niasin, dan asam askorbat; namun vitamin- vitamin lain seperti biotin, asam folat, kholin dan asetil kholin terdapat juga dalam
madu. Vitamin larut-lemak seperti vitamin K yang ekivalen dengan 25 µg menadion per 100 gr madu juga ditemukan. Sihombing, 1994
Tabel 2‐6. Vitamin dalam madu
Jumlah Sampel Nama Daerah µg
Riboflavin Pantotenat Niasin Tiamin Piridoksin Askorbat
29 Sampel Minnesota 61
105 360
5,5 299
2,400 38 Sampel US dan luar negeri 63 96 320 6,0 320 2,200
21 Sampel AS umur 3-7 tahun 22
20 124
3,5 7,6
- 19 Sampel AS umur 1-2 tahun 26
54 108 4,4 10,0 -
4 Sampel India 12-54
- 442-978
8-22 -
2.000-3.400
Sumber: Sihombing, 1994
2.12 Mineral dalam Madu
Mineral-mineral dalam madu dikategorikan dalam tiga bahasan yakni total abu mineral, banyak mineral esensial dan keberadaan kandungan logam-logam yang
sangat sedikit terdapat. Total abu dalam madu yang berasal dari Amerika Serikat misalnya, 0,17
dan berkisar antara 0,02-1,03 persen. Sekitar awal abad ini pernah dipublikasikan madu yang berasal dari Jerman hanya mengandung abu kurang dari 0,1, suatu hal
Universitas Sumatera Utara
yang patut dicurigai. Patokan abu madu yang berasal dari Amerika Serikat membolehkan maksimum 0,25 abu.
Dalam madu terdapat 18 unsur mineral esensial dan 19 unsur nonesensial yang pernah diteliti.Sihombing, 1994
2.13 Kadar Air Madu
Banyaknya air dalam madu menentukan keawetan madu. Madu yang kadarnya airnya tinggi, gampang berfermentasi. Fermentasi terjadi karena jamur yang
terdapat dalam madu. Jamur ini tumbuh aktif bila air dalam madu tinggi. Sewaktu madu masih tersimpan dalam sel sisiran yang tertutup rapat, selama itu madu tidak
mengalami fermentasi. Kandungan air dalam madu yang demikian ini sangat rendah sekali, berkisar 17,4, massa jenis 1,4212 grcc pada temperatur 20
C. Madu seperti ini tidak akan berfermentasi meskipun dalam bentuk Kristal.
Pada waktu panen madu masih ramai-ramainya, madu yang dipanen mungkin masih banyak yang belum masak, belum ditutup dalam sel. Oleh karena itu
kandungan airnya akan lebih tinggi dari angka tersebut di atas. Karena madu bersifat higrokopis, kalau menyimpan madu harus memakai tempat yang tidak tembus udara.
Kandungan air dalam madu dapat diukur dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan hydrometer yang dilengkapi dengan thermometer. Dapat pula
pengukuran air tersebut dengan alat yang dinamakan refractometer. Misalnya kadar air 17,4 refracto indeks sebesar 1,493 pada suhu 20
C. Makin besar kadar air makin kecil bilangan refracto indeksnya.
Cara mengetahui kadar air yang lebih mudah adalah dengan metode gravimetri, tetapi perkiraan ini sedikit kasar, yaitu 1 cc madu yang mengandung
17,4 air beratnya 1,42 gr. Sumoprastowo dan Suprapto,1993.
Universitas Sumatera Utara
2.14 Manfaat Madu