penyusunan undang-undang yang mengatur penyitaan dan perampasan hasil dan instrumen tindak pidana mempunyai beberapa kegunaan, yaitu:
1. menyediakan ketentuan hukum yang bersifat komprehensif yang dapat digunakan
oleh aparat penegak hukum dan aparat pemerintah lainnya dalam melaksanakan penyitaan dan perampasan hasil dan istrumen tindak pidana.
2. mendorong agar pengembalian hasil tindak pidana dapat dilaksanakan secara
optimal melalui mekanisme yang efektif, dalam waktu yang singkat dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. mengimbangi perkembangan di dunia internasional di bidang penegakan hukum
khususnya dalam rangka pengembalian hasil dan instrumen tindak pidana atau asset recovery antarnegara.
124
C. Pengembalian Aset Melalui Jalur Pidana
Pengembalian aset adalah sistem penegakan hukum yang dilakukan oleh negara korban tindak pidana korupsi untuk mencabut, merampas, menghilangkan hak
atas aset hasil tindak pidana korupsi dari pelaku tindak pidana korupsi melalui rangkaian proses dan mekanisme, baik secara pidana dan perdata, aset hasil tindak
pidana korupsi, baik yang ada di dalam maupun di luar negeri, dilacak, dibekukan, dirampas, disita, diserahkan dan dikembalikan kepada negara korban tindak pidana
korupsi, sehingga dapat mengembalikan kerugian keuangan negara yang diakibatkan
124
Ibid., hal. 117-118.
Universitas Sumatera Utara
oleh tindak pidana korupsi, dan untuk mencegah pelaku tindak pidana menggunakan aset hasil tindak pidana korupsi sebagai alat atau sarana untuk melakukan tindak
pidana lainnya, dan memberikan efek jera bagi pelaku danatau calon pelaku tindak pidana korupsi.
125
Dari rumusan pengertian tersebut terdapat beberapa unsur-unsur penting pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi, yaitu:
1. Pengembalian aset merupakan sistem penegakan hukum;
2. Penegakan hukum tersebut dilakukan baik melalui jalur pidana maupun jalur
perdata; 3.
Melalui kedua jalur tersebut aset hasil tindak pidana korupsi dilacak, dibekukan, dirampas, disita, diserahkan dan dikembalikan kepada negara korban tindak
pidana korupsi; 4.
Pelacakan, pembekuan, perampasan, penyitaan, penyerahan, dan pengembalian dilakukan terhadap aset hasil tindak pidana korupsi baik yang ditempatkan di
dalam maupun di luar negeri; 5.
Sistem penegakan hukum dilakukan oleh negara korban tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh institusi penegak hukum;
6. Sistem ini memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:
125
Purwaning M. Yanuar, Op.cit., hal. 104.
Universitas Sumatera Utara
a. mengembalikan kerugian negara korban tindak pidana korupsi yang ditimbulkan oleh pelaku tindak pidana korupsi;
b. mencegah penggunaan atau pemanfaatan aset-aset tersebut sebagai alat atau sarana oleh pelaku tindak pidana korupsi untuk melakukan tindak pidana
lainnya, misalnya, tindak pidana pencucian uang, terorisme dan tindak pidana lintas negara lainnya;
c. memberikan efek jera bagi pihak lain yang beriktikad melakukan tindak pidana korupsi.
126
Substansi sistem hukum pengembalian aset melalui jalur hukum pidana umumnya terdiri dari ketentuan-ketentuan mengenai proses pengembalian aset
melalui empat tahap yang terdiri dari : pertama, pelacakan aset untuk melacak aset- aset; kedua, tindakan-tindakan penghentian perpindahan aset-aset melalui mekanisme
pembekuan atau penyitaan; ketiga, penyitaan. Hanya setelah melalui dan memenuhi tahapan-tahapan tersebut baru dapat dilaksanakan tahap keempat, yaitu penyerahan
aset dari negara penerima kepada negara korban tempat aset diperoleh secara tidak sah.
127
1. Tahap Pertama, Pelacakan Aset