Bentuk Penanganan Kecerdasan Emosi

secara produktif, mengenali emosi orang lain empati dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain. Goleman menjelaskan bahwa ada beberapa factor yang mempengaruhi kecerdasan emosi individu yaitu; a lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Kecerdasan emosi dapat diajarkan pada saat masih bayi melalui ekspresi. Peristiwa emosional yang terjadi pada masa anak-anak akan melekat dan menetap secara permanen hingga dewasa. Kehidupan emosional yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak dikemudian hari. b lingkungan non keluarga. Hal ini yang terkait adalah lingkungan masyarakat dan pendidikan. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditujukan dalam suatu aktivitas bermain peran sebagai seseorang diluar dirinya dengan emosi yang menyertai keadaan orang lain.

2. Bentuk Penanganan Kecerdasan Emosi

Setiap orang memiliki kecenderungan gaya khas tersendiri dalam menangani dan mengatasi emosinya. Untuk mengetahui gaya yang dianut, seseorang harus memiliki perhatian khusus terhadap keadaan emosinya. Perhatian khusus ini adalah kesadaran diri. Menurut Mayer kesadaran diri berarti waspada terhadap suasana hati maupun pikiran kita tentang suasana hati. Kesadaran diri bukanlah perhatian yang larut dalam emosi, bereaksi secara berlebihan dan melebih-lebihkan apa yang dicerap. Kesadaran diri lebih merupakan modus netral yang mempertahankan refleksi diri bahkan ditengah badai emosi. Meyer membagi gaya atau tipe yang cenderung digunakan seseorang dalam menangani dan mengatasi emosi: 41 1. Sadar diri Peka akan suasana hati ketika mengalaminya. Mereka memiliki kejernihan pikiran tentang emosi yang melandasi ciri-ciri kepribadian lain: mereka mandiri dan yakin akan batas-batas yang mereka bangun, kesehatan jiwanya bagus, dan cenderung berpendapat positif akan kehidupan. Bila suasana hatinya sedang tidak bagus, mereka tidak risau dan tidak larut kedalamnya, dan mereka mampu melepaskan diri dari suasana itu dengan lebih cepat. Ketajaman pola pikir mereka menjadi penolong untuk mengatur emosi. 2. Tenggelam dalam permasalahan Mereka adalah orang-orang yang seringkali merasa dikuasai oleh emosi dan tidak berdaya untuk melepaskan diri, seolah-olah suasana hati mereka telah mengambil alih kekuasaan. Mereka mudah marah dan amat tidak peka akan perasaannya, sehingga larut dalam perasaan-perasaan itu dan bukannya mencari perspektif baru. Akibatnya, mereka kurang berupaya melepaskan diri dari suasana hati yang tidak menyenangkan, merasa tidak mempunyai kendali atas kehidupan emosional mereka. Seringkali mereka merasa kalah dan secara emosional lepas kendali. 41 Goleman, Daniel. 2005. OpCit, hal. 65 3. Pasrah Orang-orang ini seringkali peka akan apa yang mereka rasakan, tetapi mereka cenderung menerima begitu saja suasana hati mereka, sehingga tidak berusaha untuk mengubahnya. Terdapat dua jenis cabang dalam tipe pasrah ini: Tipe pertama mereka yang terbiasa dalam suasana hati yang menyenangkan, dengan demikian motivasi untuk mengubahnya rendah. Tipe kedua, kendati mereka peka akan perasaannya, rawan terhadap suasana hati yang tidak menyenangkan tetapi mereka cenderung menerima dengan sikap tidak hirau dan tidak melakukan apapun untuk mengubahnya meskipun tertekan. Goleman mengungkapkan bahwa bentuk kesadaran diri dalam usaha penanganan emosi dapat dilakukan dengan mendengarkan suara hati dan memahami alam bawah sadar. 42 Menurutnya, penanda ini dapat membimbing seseorang menjauhi pilihan yang telah diperingatkan oleh pengalaman kepada seseorang. Ketika suara hati muncul, seseorang dapat langsung menghentikan atau menempuh jalur pemikiran dengan keyakinan yang lebih besar, dengan demikian pilihan seseorang akan menjadi matriks keputusan yang lebih mudah ditangani. Pendek kata adalah menyesuaikan diri dengan perasaan-perasaan kita. Berdasarkan bentuk penanganan emosi yang cenderung digunakan seseorang seperti yang telah disebutkan diatas, maka seseorang yang 42 Ibid , hal. 71-76 memiliki kecenderungan untuk beremosi positif atau negatif sangat bergantung dari pengendalian diri dan kepekaan terhadap emosi itu sendiri. Goleman dalam hasil surveinya mengemukakan bahwa ada kecenderungan yang sama diseluruh dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosional dibandingkan dengan generasi sebelumnya. 43 Menurut Goleman generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosional dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka menampilkan sifat-sifat: 44 1. lebih kesepian dan pemurung; 2. lebih beringasan dan kurang menghargai sopan santun; 3. lebih gugup dan mudah cemas; 4. lebih impulsif mengikuti kemampuan naluriah instinktif tanpa pertimbangan akal sehat dan agresif. Dari sini penulis menyimpulkan bahwa setiap individu memiliki banyak bentuk dalam menangani emosi yang muncul pada dirinya. Bentuk penanganan yang terbaik adalah sadar diri yaitu suatu bentuk penanganan dimana setiap individu memiliki kepekaan akan suasana hati ketika mengalaminya sehingga segala perbuatannya dilakukan melalui proses berfikir jernih. 43 Yusuf, Syamsu Nurihsan, A. Juntika. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 240 44 Ibid, hal. 240

3. Indikasi Kecerdasan Emosi

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

9 43 165

MANAJEMEN LAYANAN PERPUSTAKAAN DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) MUHAMMADIYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 2 83

PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 131

PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG .T.A. 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 118

PENGARUH PSIKODRAMA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017-2018 - Raden Intan Repository

0 0 98

PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING TERHADAP PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII B DI MTs MUHAMMADIYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB II LANDASAN TEORI - PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING TERHADAP PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII B DI MTs MUHAMMADIYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian - PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING TERHADAP PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII B DI MTs MUHAMMADIYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Reposi

0 1 14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING TERHADAP PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII B DI MTs MUHAMMADIYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 17

EFEKTIVITAS TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 105