1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan, manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna karena manusia diberikan akal untuk dapat berfikir. Akal yang
diberikan oleh Tuhan tentu saja harus senantiasa diasah, agar manusia dapat terus menjadi pribadi yang lebih baik. Untuk dapat mengasah akal tersebut, manusia
memerlukan pendidikan. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses belajar atau usaha manusia untuk menjadi pribadi yang memiliki kekuatan spiritual dan
kecerdasan dalam berfikir. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003.
Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara Undang-Undang Sisdiknas 2003
Selain manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna, manusia juga merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia
lainnya dan tidak luput dari hal-hal yang berbau sosial. Ilmu sosial atau elemen aspek sosial dapat dipelajari melalui Ilmu Pengetahuan Sosial IPS.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial atau Pendidikan IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. IPS merupakan gabungan
dari ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi, sejarah, geografi, antropologi, sosiologi, dan politik. Pengertian IPS sendiri menurut Nasution Djuanda 2010:148 yaitu
„IPS sebagai pelajaran yang merupakan suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial‟. Lalu tentang objek IPS dan bagian-bagian yang
mendukungnya, beliau mengatakan: „IPS merupakan bagian dari kurikulum
sekolah yang berhubungan dengan manusia di dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai subjek: sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, pemerintahan dan psikologi sosial‟. Sedangkan menurut Sumantri Djuanda 2010:148
pengertian IPS adalah: „IPS mempunyai arti sebagai pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, tingkat menengah‟.Jadi IPS
adalah ilmu sosial yang disederhanakan untuk tingkat SD yang merupakan paduan dari ilmu-ilmu sosial yang terdiri atas berbagai subjek seperti sejarah, ekonomi,
geografi, sosiologi, antropologi, pemerintahan dan psikologi sosial. Tujuan mata pelajaran IPS menurut Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan tahun 2006 halaman 140 yaitu: 1.
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannnya,
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial,
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan, 4.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Tujuan IPS menurut kurikulum tahun 2006 mengharuskan siswa dapat mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya. Selain itu siswa juga harus memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan
keterampilan dalam kehidupan sosial. Tetapi materi pembelajaran IPS sangat terkait pada pembelajaran fakta, konsep dan generalisasi yang memaksa siswa
untuk lebih banyak memahami dan mengingat materi. Pembelajaran tersebut sering kali menjadi kendala bagi siswa, oleh karena itu banyak siswa yang merasa
kesulitan dan jenuh dalam mempelajari IPS terutama pada pelajaran sejarah yang banyak mengungkap fakta-fakta dan kejadian yang terjadi pada masa lampau.
Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa di lapangan pembelajaran
IPS selalu disajikan secara konvensional yaitu hanya
denganceramah. Guru hampir tidak pernah menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk menyampaikan dan mengkonkretkan materi kepada
siswanya. Selain itu guru juga jarang menerapkan metode-metode pembelajaran yang variatif untuk memancing agar siswa aktif dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran IPS yang monoton dengan ceramah dan penggunaan buku teks yang terlalu dominan membuat siswa tidak mampu menyerap materi
pelajaran yang disampaikan dengan baik. Siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan guru dan sesekali mencatat materi apabila disuruh oleh gurunya.
Kurangnya motivasi dari guru juga membuat siswa pasif dan tidak ada yang mau untuk bertanya ataupun berpendapat . Seharusnya dalam pembelajaran siswa
diharapkan untuk aktif dan kreatif, guru pun seharusnya dapat memberikan pembelajaran yang dirasa lebih bermakna sehingga hasil belajar siswa pun
meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Azis, A 2007: 23 “ mengajar bagi
seorang guru bukanlah sekedar menyampaikan pengetahuan kepada siswa”. Dari pendapat tersebut Azis, A 2007,24 mengungkap
kan bahwa “ ada beberapa hal untuk mengatasi masalah-masalah pembelajaran IPS yang
diantaranya adalah pelajaran yang menjenuhkan, hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Metode-metode mempelajari siswa,
2. Disiplin dan pengawasan,
3. Memberikan motivasi pada siswa
4. Menciptakan suasana yang mendukung
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 21 September 2012 pada pembelajaran IPS di kelas V SDN I Lurah Kecamatan Plumbon Kabupaten
Cirebon materi Peristiwa-Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, diperoleh data sebagai berikut:
1. Kinerja Guru
a. Guru mengajarkan materi hanya dengan ceramah selama PBM berlangsung,
b. Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa selama pembelajaran
berlangsung, c.
Guru hanya terpaku pada satu buku teks IPS, d.
Guru tidak menggunakan media pembelajaran sama sekali.
2. Aktivitas Siswa
a. Siswa pasif dalam pembelajaran karena hanya mendengarkan penjelasan dari
guru, b.
Selama proses pembelajaran berlangsung, tidak ada satu siswa pun yang bertanya kepada guru ataupun berpendapat,
c. Siswa ribut dan mengobrol dengan teman sebangkunya,
d. Banyak siswa yang ijin ke kamar mandi selama pembelajaran berlangsung,
3. Berdasarkan hasil tes materi perjuangan memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia dari jumlah siswa secara keseluruhan yaitu 40 orang, terdapat 62,5 atau 25 orang siswa mendapatkan nilai dibawah standar Kriteria Ketuntasan
Minimal KKM yang telah ditetapkan oleh guru yaitu 65,00. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa
Data Awal No
Nama Siswa Nilai
Ketuntasan T
BT 1.
Ayub Kamdani 20
√
2. Bisma Sunandar
80
√
3. Naha Puja
45
√
4. Naha Puji
- -
-
5. Sendi
40
√
6. Aditya Agung Ferdian
50
√
7. Ajeng. P
70
√
8. Anggela Aprilya
25
√
9. Devani.P.A
65
√
10. Erintiana 60
√
11. Evita Maulina 20
√
12. Faizal Idovi 65
√
13. Farha Falhua -
- -
14. Feni Amelia 55
√
15. Fina Lidiawati 60
√
16. Ica Anisa.R 80
√
17. Iman Firmansyah 40
√
18. Jafarudin 80
√
19. Khofifah 35
√
20. Maulana 80
√
21. Maulida Wahyuni 25
√
22. Muh. Reza 40
√
23. Muhyidin 25
√
24. M. Alwi Amri 25
√
25. Naufal. R 85
√
26. Nofiyanti 85
√
27. Nurul Amanah 50
√
28. Nurul Farocha 35
√
29. Rizki. S 35
√
30. Rusmanto 60
√
31. Riya Sugiarti 55
√
32. Siti Kholiyah 35
√
33. Rahayu Setiani 55
√
34. Annisa. V 50
√
35. Ismaya Nurbaihaqi 35
√
36. Yulia Herawati 80
√
37. Lisa Nabila 80
√
38. Andrian Gemilang 65
√
39. A. Farhan 65
√
40. Nurul Auliyani 60
√
Jumlah 2015
13 25
Nilai rata-rata 53, 02
KKM = 65
Keterangan : T = Tuntas BT = Belum Tuntas
Nilai Akhir = Skor Perolehan x 100 Skor Ideal
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa dalam pembelajaran IPS materi Peristiwa-Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kelas V
SDN I Lurah Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon guru hanya memberikan penjelasan dengan ceramah sehingga membuat siswa jenuh dan bosan serta
kurang menarik minat siswa untuk belajar. Tidak adanya media dan metode pembelajaran yang menarik pun membuat siswa tidak bisa memahami materi
dengan baik, hal ini mengakibatkan siswa kesulitan untuk mengingat materi pelajaran yang telah disampaikan sehingga membuat hasil belajar siswa tidak
memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan oleh guru. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada guru terungkap bahwa
pembelajaran IPS yang dilakukan di kelas V hanya diajarkan dengan metode ceramah dan tidak menggunakan media pembelajaran sama sekali, hal ini terjadi
karena guru kesulitan untuk melakukan inovasi pembelajaran dengan
menggunakan media dan metode yang cocok untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut. Tidak adanya inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh
guru tidak hanya menyebabkan aktivitas siswa yang monoton dan membosankan tetapi juga mengakibatkan hasil belajar siswa tidak mencapai KKM yang telah
ditentukan sehingga tujuan pembelajaran yang telah dibuat tidak mencapai target yang diharapkan. Dari hasil yang dilakukan kepada siswa juga menunjukkan hal
serupa, banyak anak yang menjawab tidak menyukai pelajaran IPS karena mereka sulit untuk memahami materi yang disampaikan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis mengajukan media dan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu media
Time Line Chart Wayang dengan penerapan metode STAD untuk membantu siswa dalam mempelajari materi Peristiwa-Peristiwa Menjelang Proklamasi
Kemerdekaan . Menurut Arief S. 2005:35, mengemukakan:
Bagan atau chart termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan
secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.
Masih menurut Arief S. 2005:37 “ Bagan Garis Waktu time line chart bermanfaat untuk menggambarkan hubungan antara peristiwa dan waktu. Pesan-
pesan tersebut disajikan dalam bagan secara kronologis”.
Bagan garis waktu atautime line chart dapat digunakan sebagai media untuk mempermudah siswa dalam mempelajari materi berupa konsep-konsep
ataupun peristiwa sejarah. Karena dengan bagan ini siswa dapat menuliskan runtutan peristiwa
–peristiwa sesuai dengan waktu peristiwa itu terjadi secara kronologis. Sehingga dengan bagan ini siswa dapat mudah mempelajari materi
peristiwa- peristiwa menjelang proklamasi kemerdekaan. Sedangkan media wayang sendiri menurut S.K Kochhar Sukaesih
2010:27 „adalah bentuk dramatisasi khusus, biasanya menggunakan boneka berbentuk manusia atau binatang. Wayang dapat dimainkan dengan mesin atau
dengan tangan dan bantuan tali‟.
Menurut Isjoni Taniredja 2011: 64 : STAD yang dikembangkan oleh Slavin merupakan salah satu tipe
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Penggunaan metode STAD dapat memancing minat siswa untuk belajar, karena dalam prosesnya metode STAD tidak hanya mendengarkan penjelasan
guru. Tetapi siswa dituntut untuk dapat belajar dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya, hal ini juga memungkinkan untuk siswa dapat mengajukan
pendapat dalam proses diskusi dan interaksi sosial antara siswa pun dapat terjadi. Sehingga dengan penggunaan metode ini siswa diharapkan aktif dan kreatif
selama pembelajaran berlangsung. Melalui penjabaran tentang metode STAD dan media Bagan Garis Waktu
diharapkan Penggunaan metode dan media ini dapat memberikan pembelajaran yang bermakna serta membantu siswa untuk mengingat materi pelajaran yang
disampaikan sehingga hasil belajar siswa pun memenuhi standar KKM yang telah ditetapkan oleh guru.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat pentingya penelitian dengan judul “Penggunaan Media Time Line Chart Wayang dengan Penerapan metode STAD
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN I Lurah Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon pada Materi
Peristiwa-Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ”.
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah