Sebanyak 40 kadang-kadang menggunakan deodorant ataupun produk-produk semprot lainnya yang mengandung aerosol.
Masker digunakan agar tidak terhirup asapdebu ketika berada di luar rumah. Namun menurut penuturan responden, mereka malas untuk menggunakannya. Hal ini
sejalan dengan penelitian Putra 2011 terhadap mahasiswa dimana hanya 14 orang 10,0 yang menggunakan masker jika keluar rumah. Begitupun dengan
penggunaan deodorant dan produk semprot lainnya yang mengandung aerosol dapat mencemari udara dan menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan, asma, bronkitis.
Umumnya mereka membeli dan menggunakan deodorant semprot maupun produk aerosol lainnya karena tidak mengetahui dampak dari penggunaan aerosol. Menurut
Wardhana 2004, aerosol merupakan bentuk pencemaran udara yang berasal dari zarah-zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan, ataupun
padatan dan cairan secara bersama-sama yang dapat mencemari lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden
termasuk kedalam kategori tindakan baik, yaitu sebanyak 17 orang 53,1 dan sebanyak 15 orang responden 46,9 termasuk kedalam kategori tindakan sedang.
Hal ini berarti tindakan responden sejalan dengan pengetahuan dan sikapnya dalam pencemaran lingkungan.
5.5. Tabulasi Silang
5.5.1. Jenis Kelamin dengan Pengetahuan Responden Tentang Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan dalam tabulasi silang antara jenis kelamin dengan pengetahuan responden dapat dilihat bahwa baik responden
Universitas Sumatera Utara
laki-laki maupun perempuan memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 11 orang 68,8. Hal ini menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan
mempunyai kesempatan yang sama untuk mengetahui segala hal tentang pencemaran lingkungan. Berdasarkan UU RI No. 32 2009 disebutkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
5.5.2. Tingkat Pendidikan
dengan Pengetahuan
Responden Tentang
Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan dalam tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan responden dapat dilihat bahwa sebanyak 6
orang 75,0 responden yang memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan responden sejalan dengan pengetahuannya terhadap pencemaran lingkungan.
Sciortino 1999 mengemukakan bahwa pendidikan yang cukup merupakan dasar dalam pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi
serta turut menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat.
5.5.3. Masa Keanggotaan
dengan Pengetahuan
Responden Tentang
Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan dalam tabulasi silang antara masa keanggotaan dengan pengetahuan responden dapat dilihat bahwa sebanyak 13
orang 76,5 responden yang telah 3 tahun menjadi anggota koppling memiliki
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama menjadi anggota komunitas tersebut akan semakin banyak pengalaman yang didapat
sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Menurut Sarwono 1997 bahwa pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang
diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal, dan non formal.
5.5.4. Jenis Kelamin dengan Tindakan Responden Tentang Pengendalian Pencemaran Lingkungan