13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan merupakan
keadaan emosi
yang tidak
menyenangkan, melibatkan rasa takut yang subjektif, rasa tidak nyaman pada tubuh, dan gejala fisik Katona, 2012. Menurut Juall
2009 kecemasan merupakan perasaan yang ditimbulkan oleh ancaman nonspesifik terhadap konsep diri seseorang yang menyangkut
kesehatan, aset, nilai, lingkungan, peran fungsi, pemenuhan kebutuhan, pencapaian tujuan, hubungan personal, serta perasaan
aman. Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan
tidak tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh
menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung
terasa mual,
tubuh terasa
lemas, kemampuan
berproduktivitas berkurang, hingga banyak mereka yang melarikan diri kealam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara Said Az-
zahroni, 2005. Pengertian lain menurut Wilkinson menyatakan bahwa
kecemasan adalah suatu keresahan, perasaan tidak nyaman dan
menakutkan, disertai dengan respon automatis, dan sumbernya sering kali tidak spesifik, antisipasi terhadap keadaan bahaya. Sedangkan
menurut Stuart dan Sinden mengartikan kecemasan adalah suatu perasaan diri, pengalaman subjektif individu. Keadaan emosi ini tidak
memiliki subjek yang spesifik Ni Komang, 2012.
2. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart 2006 penyebab kecemasan dapat dipahami melalui berbagai teori yaitu teori psikoanalitis dimana Sigmud Freud
mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego
dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya. Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan
timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat Stuart, 2006.
Teori perilaku menyebutkan kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu karena mengganggu kemampuan individu
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari
berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil
dihadapkan suatu ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang
kecemasan sebagai pertentangan antar dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara
konflik dan kecemasan yaitu konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya
meningkatkan konflik yang dirasakan Stuart, 2006. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan
pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai oleh gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor Stuart, 2006.
Menurut Stuart 2006 respon terhadap kecemasan meliputi respon fisiologi, perilaku, kognitif dan efektif yaitu:
a. Respon fisiologi Gejala somatikfisik otot, meliputi: sakit dan nyeri otot-otot,
kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala sensorik meliputi: tinnitus telinga berdengung, penglihatan
kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-
tusuk. Gejala kardiovaskular jantung dan pembuluh darah, meliputi: takikardia denyut jantung cepat, berdebar-debar, nyeri
dada, denyut nadi mengeras, rasa lesulemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang berhenti sekejap. Gejala pernafasan:
rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendeksesak,
sering menarik
nafas panjang.
Gejala gastrointestinal meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar
lembek, sukar buang air besar konstipasi, kehilangan berat badan. Gejala urogenital, meliputi: sering buang air kecil, tidak
dapat menahan kencing, tidak datang bulan tidak ada haid, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi
dingin frigid, ejakulasi dini. Adapun gejala
– gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kecemasan adalah 1 ketegangan motorik alat gerak
seperti : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, mudah kaget 2.
Hiperaktifitas saraf autonom simpatis dan saraf parasimpatis seperti keringat berlebihan, jantung berdebar
– debar, rasa dingin ditelapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering
buang air kecil, diare, muka merah pucat, denyut nadi dan nafas cepat 3. Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal
–hal yang
akan datang seperti : cemas, takut, khawatir, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya 4. Kewaspadaan
berlebihan seperti : Perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung, tidak sabar Hawari, 2004.
b. Respon perilaku Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah,
ketenangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.
c. Respon kognitif Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu,
konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun,
kreatifitas menurun, produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan
kendali, takut pada gambar visual, takut cidera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.
d. Respon afektif Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak
sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, dan malu.
Menurut Suliswati
2005 respons
afektif klien
akan
mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
3. Respon Fisiologis dan Psikologis terhadap Ansietas