B. Pengembangan Program Sekolah
Dalam sebuah lembaga pendidikan “Sekolah” sangatlah penting yang namanya program sekolah, program ini bertindak sebagai jalur pencapaian
tujuan pendidikan yang maksimal. Tidak sukses sebuah sekolah untuk memaksimalkan fungsinya jika tidak membuat program-program penunjang
dalam rutinitas sekolah, tentunya para guru dan murid serta masyarakat akan turut andil dalam hal ini, baik itu secara langsung maupun penyumbangan
pemikiran. untuk pengembangan program yang telah dibuat perlu adanya evaluasi dengan sungguh-sungguh dan tiada hentinya, unit demi unit, bidang
studi demi bidang studi, proyek demi proyek dan lain sebagainya hendaklah diawasi dengan teliti dan dianalisa.
1. Prinsip-Prinsip Program Sekolah yang Baik
Dengan berpedoman kepada tujuan dan maksud kegiatan murid yang telah ditetapkan di sekolah, sekolah siap untuk menetapkan prinsip-
prinsip yang harus mendasari pengembangan program kegiatan murid di sekolahnya. Berikut ini disarankan beberapa prinsip yang dapat
dipertimbangkan oleh sekolah dalam menyusun program kegiatan murid di sekolahnya.
a. Prinsip-prinsip umum
1 Semua murid, Guru, dan personil administratif hendaknya ikut
serta dalam usaha meningkatkan program. 2
Kerjasama dalam tim adalah fundamental.
3 Pembatasan-pembatasan untuk partisipasi hendaknya dihindarkan
sejauh mungkin. 4
Prosesnya adalah lebih penting daripada hasilnya. 5
Program hendaknya memperhitungkan kebutuhan khusus sekolah. 6
Program hendaknya cukup komprehensif dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan minat semua murid.
7 Program harus dinilai berdasarkan sumbangannya kepada nilai-
nilai pendidikan di sekolah dan efisiensi pelaksanaan kegiatan- kegiatan.
b. Prinsip-prinsip yang bertalian dengan keseluruhan program
pendidikan di sekolah. 1
Kegiatan murid itu hendaknya menyediakan sumber motivasi yang kaya bagi pengajaran kelas; sebaliknya, pengajaran kelas
hendaknya juga menyediakan sumber motivasi yang kaya bagi kegiatan murid.
2 Kegiatan murid hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari
keseluruhan program pendidikan di sekolah, tidak sebagai sekedar tambahan atau sebagai kegiatan yang berdiri sendiri
18
.
2. Macam-Macam Pengembangan Program Sekolah
a. Pengembangan program kegiatan murid
Pendapat para ahli dalam pengembangan program kegiatan murid menyarankan perlunya mengkoordinasikan kegiatan murid
18
Ibid...., h. 70-71
disekitar fungsi bimbingan dan penyuluhan, atas dasar pengembangan program kegiatan murid yang berfungsi dengan maksimal, diantara
koordinasi tersebut penulis rincikan sebagai berikut : 1
Penyerahan wewenang dan tanggung jawab: pada program ini harus memiliki penanggung jawab terhadap tambahan kegiatan yang
dilakukan oleh murid, program ini hendaknya dimasukan kedalam tanggung jawab pokok sekolah. Jika program ini banyak melakukan
berbagai kegiatan, pihak sekolah harus bisa mengatur jadwal-jadwal dengan baik sehingga para murid atau guru yang terkait bisa
mengikuti dengan seksama sehingga program ini akan di minati. 2
Pembiayaan program kegiatan murid: program kegiatan murid, seperti semua bidang kurikulum memerlukan pembiayaan. Karena
program ini secara tradisional dipandang suatu program kurikulum tambahan, dengan tekanan pada tambahan, program biasanya harus
dibiayai oleh sekolah sendiri dan tidak termasuk dalam anggaran pelaksanaan pemerintah. hal ini sangatlah menghambat dari pada
kesuksesan pelaksanaan kegiatan sekolah tersebut. Sehingga harapannya agar hal seperti ini dapat diatasi dengan kerjasama yang
baik. 3
Supervisi program kegiatan murid. Sifat dari kegiatan murid yang beraneka ragam, karena itu supervisi yang teliti sangat dibutuhkan,
karena supervisi ini akan mengatur dan memastikan semua berjalan lancar dan senantiasa terorganisir dengan baik.
4 Menggalakkan partisipasi: pihak sekolah harus memicu semangat
dan rasakebersamaan antara murid, guru dan masyarakat sehingga semua element terkait bisa ikut serta mengembangkan program ini.
5 Evaluasi program kegiatan murid: karena kegiatan murid harus
berada dibawah pengawasan yang tetap, penting bahwa seluruh program kegiatan murid itu dinilai secara periodik
19
.
b. Pengembangan program MBS
Implementasi MBSManajemen Berbasis Sekolah sangatlah berguna dalam pengembangan kualitas sekolah. Sekolah dikembangkan
menjadi lembaga pendidikan yang diberi kewenangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri, maju, dan berkembang berdasarkan
kebijakan dasar pengelolaan pendidikan yang ditetapkan pemerintah pusat. Pengembangan program MBS ini bisa dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut diantaranya: 1
Menciptakan iklim sekolah yang kondusif. Dengan iklim sekolah yang kondusif akan tercipta suasana yang nyaman, aman, dan tertib,
sehingga program ini akan terwujud dan pembelajaran akan berjalan dengan tenang dan menyenangkan.
2 Mengadakan Otonomi sekolah. Salah satunya pengembangan
kurikulum dan pembelajaran beserta sistim evaluasinya harus didesentralisasikan ke sekolah, agar dapat disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara lebih fleksibel.
19
Ibid.., h. 72-73
3 Sekolah senantiasa menjalankan kewajiban. Berjalan pada poros
yang benar
adalah sebuah
pedoman kesuksesan
dalam pengembangan program sekolah, terutama MBS, pengadaan fasilitas
dan bantuan pemikiran kreatifitas sangat dibutuhkan dalam hal ini. 4
Menjalankan kepemimpinan yang demokratis dan profesional. 5
Meningkatkan partisipasi Aktif masyarakat dan orang tua
20
.
c. Pengembangan program pelayanan bantu
Anak-anak yang sekarang akan masuk SD akan menghadapi dunia yang sangat berbeda untuk 15 atau 20 tahun lagi bila ia
menyelesaikan studinya di universitas. Segala sesuatu mudah menjadi usang, karena cepatnya segala sesuatu berubah. Seorang pengarang
bernama Norman Cousins menulis buku “Modern Man is Obsolete”
untuk memberi peringatan bahwa kita akan segera tertinggal bila tidak senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan sosial, politik,
ekonomi
21
. Pengembangan program pelayanan bantu ini harus senantiasa
dilakukan secara berulang-ulang, karena program ini merupakan program pendukung rutinitas sekolah yang sangat membantu dalam
proses pencapaian tujuan sekolah. Pihak sekolah harus menjalin komunikasi yang utuh terhadap orang tua murid dan masyarakat pada
20
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional.Bandung. 2007. Remaja Rosdakarya .h 39-43
21
S. Nasution. Asas-asas Kurikulum. Jakarta. 2007. Bumi Aksara. h 154
umumnya, dalam proses pengembangan program pelayanan bantu ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :
1 Komunikasi dua arah antara sekolah dan orang tua murid
masyarakat pada umumnya. 2
Menjalin lebih banyak hubungan dengan pihak-pihak pendukung, investor dan lain sebagainya.
3 Mengadakan diskusi sekolah yang dilakukan rutin sesuai jadwal,
dalam hal ini harus melibatkan orang tua murid dan masyarakat pada umumnya.
4 Melakukan studi banding antar sekolah, guna mendapat informasi
tentang program sekolah yang lebih baik. Program-program sekolah sangat berperan penting dan mendapat
dukungan dari masyarakat pada umumnya, karena masyarakat mengetahui betapa pentingnya pendidikan untuk masa depan yang lebih
baik. Pada masa sekarang ini pertumbuhan penduduk semakin meningkat dan semakin meningkat pula aspirasi masyarakat akan
pendidikan
22
.
d. Peran serta orang tua
1 Pengertian Peran Serta
Menurut kamus sosiologi edisi baru peran serta atau partisiasi adalah seiap proses identisifikasi atau menjadi peserta suatu proses
komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial
tertentu
23
. Menurut kamus sosiologi dan kependudukan, peran serta adalah partisipasi atau ikut andil dalam suatu kegiatan bersama.
24
2 Pengertian orang tua
Secara umum orang tua adalah ayah dan ibu kandung. Menurut Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution , yang
dimaksud dengan orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, yang dalam kehidupan sehari-hari lazim
disebut Ibu- Bapak
25
. Orang tua adalah orang
–orang yang sudah dewasa, sebagai orang-orang yang telah dewasa, maka orang tua harus bertanggung
jawab terhadap segala perbuatannya. Orang tua tidak hanya bertanggung jawab pada pemeliharaan anak saja, melainkan orang
tua juga wajib bertanggung jawab pada pendidikan anaknya. Orang tua termasuk pendidik yang terutama atau primer,
maka dengan kesadaran yang mendalam serta didasari rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam pula orang yang mengasuh atau
mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kesabaran. Lagi pula sebagian besar waktu anak-anak adalah bersama-sama
dengan orang tuanya. Dengan dasar ini maka pendidik yang lain masuk nomor dua.
23
Soerdjono Soekanto, Kamus Sosiologi Edisi Baru. Jakarta. 1993. Raja Gravindo Persada. h 311
24
G. Saputra Karto Hartini. Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta 1992. Bumi Aksara. h 296
25
Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasotion, Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, Jakarta. 1985. Gunung Mulia. h 1
Pendidik adalah orang dewasa yang terhadap anak tertentu mempunyai tanggung jawab pendidikan. Pendidik adalah orang yang
sudah dewasa karena ia harus membawa anak ke tingkat kedewasaan. Adapun yang dinyatakan dewasa ialah anak itu sudah
mencapai umur tertentu menurut ukuran umum disuatu daerah tertentu dan mempunyai kesiapan mental dan rohani.
26
3 Pengertian peran serta orang tua
Yaitu suatu proses dimana orang tua menggunakan segala kemampuan mereka, guna keuntungan mereka sendiri, anak-
anaknya, dan program yang dijalankan anak itu sendiri. Orang tua, anak dan program sekolah semuanya merupakan bagian dari suatu
proses. Namun, focus pada interaksi orang tuaanakkeluarga adalah orang tua, sedangkan pendidik anak harus bekerja sama dengan
orang tua apabila ingin berhasil. 4
Peran serta orang tua di lembaga pendidikan Adalah suatu kenyataan bahwa orang tua adalah guru
pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan
sebagai orang tua mereka mempunyai berbagai peran pilihan yaitu : orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai relawan, orang tua
sebagai pembuat keputusan, orang tua sebagai anggota tim
26
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yokyakarta. 1989. Bumi Aksara. h 61
kerjasama guru-orang
tua. Dalam
peran-peran tersebut
memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Narasumber menyarankan agar orang tua senantiasa berusaha
menjadi advokat yang tangguh bagi anak. Bila sang anak merasa terbebani atau tidak menyukai program yang dijalani, upayakan
untuk membicarakan hal tersebut pada guru dan pihak sekolah. Dengan menjadi advokat yang tangguh bagi anak-anaknya,
maka secara tidak langsung orang tua sudah berperan aktif secara global. Mengapa ? karena orang tua sudah ikut membantu meredam
dengan kekritisan anak dalam memilih informasi-informasi dan hal- hal baru dari luar, khususnya yang berhubungan dengan tumbuh
kembang anak
27
. Penelitian yang dilakukan Balitbang Diknas RI menunjukkan
bahwa berdasarkan penilaian guru, tingkat partisipasi orang tua siswa dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah
adalah rendah, yaitu rata-rata hanya 57,1. Partisipasi orang tua yang sangat rendah ialah dalam hal menentukan kebijakan program
sekolah dan
mengawasinya, pertemuan
rutin, kegiatan
ekstrakurikuler dan pengembangan iklim sekolah. Partisipasi orang tua yang sangat tinggi ialah dalam mengawasi mutu sekolah,
pertemuan BP3 per bulan dan sumbangan uang gedung untuk siswa baru.
27
Agnes Tri Harjaninggrum, Peran Orang Tua dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan. Jakarta. 2007. Prenada. h 82
Memang selama ini seolah terjadi jurang pemisah antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat. Bahkan terjadi anggapan
bahwa sekolah hanyalah sekedar tempat penitipan anak karena orang tua tidak memiliki waktu untuk menjaga dan mendidik, ataupun
tidak bisa dan tidak tahu cara mendidik anak. Walaupun sekolah telah menjadi panti sosial bagi anaknya, apresiasi orang tua dan
masyarakat terhadap komunitas sekolah masih amat rendah. Apakah rendahnya penghargaan dan rasa hormat orang tua
dan masyarakat terhadap sekolah itu karena mereka merasa telah memberikan imbalan yang cukup? Bila kita bandingkan, apa yang
dibayarkan orang tua ke sekolah dengan hasil yang dicapai berupa perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa belumlah
sepadan. Malangnya lagi selama ini belum ada upaya-upaya untuk
menjabatani jurang pemisah tersebut. Komunikasi orang tua dan masyarakat dengan sekolah hanya terjadi setahun sekali, itupun
ketika terjadi pemberitahuan perubahan besaran iuran SPP dan BP3 atau pemberitahuan tunggakan yang harus dilunasi. Mandeknya
komunikasi itu makin parah ketika timbul kesan bahwa di antara mereka terjadi perbedaan kelas sosial dan tidak ada kesamaan visi
dalam mendidik siswa. Sejalan dengan upaya reformasi pendidikan nasional melalui
MBS, hubungan sekolah dengan keluarga dan masyarakat juga perlu direformasi sehingga tanggung jawab pendidikan bukan hanya
dibebankan kepada sekolah. Caranya dengan membentuk dewan pendidikan, komite sekolah, persatuan guru dan orang tua siswa atau
apapun namanya untuk memberdayakan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan. Anggotanya terdiri dari orang tua siswa,
akademisi, pemuka agama, pimpinan partai politik, tokoh masyarakat, pakar pendidikan, usahawan dan dunia industri serta
kalangan LSM. Dalam era otonomi pendidikan ini keluarga dan masyarakat
bukan lagi pihak yang pasif hanya penerima keputusan-keputusan dalam penyelenggaraan pendidikan. Mereka harus aktif bermain,
menentukan dan membuat program bersama sekolah dan pemerintah.
Shields 1994 menyatakan bahwa reformasi pendidikan harus sampai pada hubungan antara sekolah dengan keluarga dan
sekolah dengan masyarakat dengan cara melibatkan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan sekolah baik yang terkait langsung dengan
kegiatan pembelajaran maupun non-instuksional. Orang tua siswa harus menyediakan waktu sebanyak
mungkin untuk berkunjung ke sekolah dan ke kelas guna mengontrol pendidikan anaknya. Amat diperlukan diskusi dengan guru dan
pembimbing siswa sehingga dapat mengetahui hambatan dan kemajuan yang dialami anaknya. Langkah ini sekaligus bisa
mengantisipasi dan
mengeliminasi kemungkinan
kegagalan pendidikan anaknya di sekolah. Di sisi lain, guru selain pendidik di
sekolah juga diajak aktif memantau pendidikan siswa di dalam keluarga.
Seperti dikemukakan Clark 1989 bahwa terdapat dua jenis pendekatan untuk mengajak orang dan masyarakat berpartisipasi
aktif dalam pendidikan. Pertama, pendekatan school-based dengan cara mengajak orang tua siswa datang ke guru-orang tua dan
mengunjungi anaknya yang sedang belajar di sekolah. Kedua, pendekatan home-based, orang tua membantu anaknya belajar di
rumah bersama-sama dengan guru yang berkunjung ke rumah. Cheng1996 juga mengemukakan bahwa peran orang tua
siswa dalam MBS adalah menerima pelayanan yang berkualitas melalui siswa-siswa yang menerima pendidikan yang mereka
butuhkan. Peran orang tua sebagai partner dan pendukung. Mereka dapat berpartisipasi dalam proses sekolah, mendidik siswa secara
koorporatif, berusaha membantu perkembangan yang sehat kepada sekolah dengan memberi sumbangan sumber daya dan informasi,
mendukung dan melindungi sekolah pada saat mengalami kesulitan dan krisis.
Keikutsertaan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan memiliki banyak keuntungan, sebagaimana dikemukakan Rhoda
1986. Pertama, pencapaian akademik dan perkembangan kognitif siswa dapat berkembang secara signifikan. Kedua, orang tua dapat
mengetahui perkembangan anaknya dalam proses pendidikan di sekolah. Ketiga, orang tua akan menjadi guru yang baik di rumah
dan bisa menerapkan formula-formula positif untuk pendidikan anaknya. Keempat, akhirnya orang tua memiliki sikap dan
pandangan positif terhadap sekolah. Sementara itu, Clark 1989 menambahkan keuntungan
lainnya adalah menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan meningkatkan hubungan yang baik antara orang tua dan anak.
Penulis juga melihat keuntungan lain dengan mengetahui perkembangan anaknya maka orang tua maka orang tua mampu
mengarahkan minat dan bakatnya secara dini. Untuk apa perlu memberdayakan masyarakat dalam
pendidikan? Pertama, menurut Uemura 1999 dalam tulisannya Community Participation in Education mengatakan bahwa tujuan
partisipasi tersebut untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan sehingga siswa bisa belajar lebih baik dan siap
menghadapi perubahan zaman. Kedua, karena keterbatasan sumber daya terutama finansial
yang dimiliki pemerintah, terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia, untuk menyelenggarakan pendidikan
bagi setiap warga. Ketiga, meningkatkan relevansi pendidikan karena selama ini
pendidikan selalu ketinggalan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di masyarakat.
Keempat, agar
mendorong terselenggaranya
sistem pendidikan yang adil dengan menyediakan pendidikan anak yang
kurang mampu, kaum wanita masyarakat terasing, dan suku minoritas.
Kelima, untuk meningkatkan kerjasama antara sekolah dan masyarakat dan mengurangi konflik yang sering terjadi di sekolah.
Di El Salvador partisipasi masyarakat dalam MBS menurut Umanzor dkk. 1997 memiliki tiga tujuan utama. Pertama,
meningkatkan pelayanan pendidikan kepada masyarakat termiskin di daerah perdesaan. Kedua, mendorong partisipasi anggota
masyarakat lokal terhadap pendidikan anak-anak mereka. Ketiga, meningkatkan kualitas pendidikan presekolah dan pendidikan dasar.
Tokoh masyarakat juga memiliki peran yang sangat penting demi kemajuan pendidikan, antara lain sebagai berikut:
1. Penggerak, dengan membentuk badan kerja sama pendidikan
dengan menghimpun kekuatan dari masyarakat agar semakin perduli terhadap pendidikan. Salah satu caranya dengan
membentuk Lembaga Swadaya MasyarakatLSM peduli pendidikan.
2. Informan dan penghubung, yaitu menginformasikan harapan dan
kepentingan masyarakat kepada sekolah dan menginformasikan kondisi sekolah, baik kekurangan maupun kelebihan sekolah
kepada masyarakat sehingga masyarakat tahu secara persis keadaan sekolah.
3. Koordinator, yaitu mengoordinasikan kepentingan sekolah
dengan kebutuhan bisnis di lingkungan masyarakat tersebut agar siswa-siswa sekolah diberi kesempatan untuk praktik dan
magang kerja untuk industri yang terkait. 4.
Pengusul, yaitu mengusulkan kepada pemerintah daerah agar dilakukan pajak untuk pendidikan. Artinya lembaga bisnis dan
individu dikenai pajak untuk pendanaan pendidikan sehingga lembaga pendidikan semakin maju dan bermutu
28
. Baik orang tua maupun guru selalu berharap agar anak atau
anak didiknya akan mampu mencapai prestasi dan tumbuh serta berkembang secara optimal. Walaupun demikian pada kenyataannya
tidak mudah menjalin kerjasama antara kedua belah pihak tersebut. Baik orang tua maupun guru seringkali tidak memiliki pandangan
yang sama terhadap pendidikan, khususnya dalam mendisiplin, hubungan antara anak dan orang dewasa, anak laki-laki dan
perempuan, atau budayanya. Peran serta orang tua di sekolah pada umumya guna
meningkatkan prestasi anak di sekolah. Apabila memiliki program sekolah yang baik dan orang tua mau menbantu, umumnya prestasi
dan keterampilan anak akan meningkat. Para pendidik telah menyadari usaha guru dalam mengajar
akan lebih efektif hasilnya apabila orang tua ikut membantu dalam pendidikan tersebut. Sebaliknya apabila orang tua menyadari bahwa
28
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta. 2003. Grasindo. h 128
disiplin sekolah adalah satu hal yang terpenting, biasanya orang tua akan bersedia membantu kegiatan belajar mengajar anaknya dalam
kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekolah. Beberapa hal telah membuktikan bahwa ternyata makin orang tua menyadari
pentingnya program sekolah, makin langsung dan besar keterlibatan peran serta para orang tua.
5 Peran serta orang tua dalam meningkatkan program Sekolah
Hubungan antara sekolah dan orang tua atau masyarakat pada hakekatnya adalah sarana yang cukup mempunyai peranan yang
menentukan dalam
rangka usaha
mengadakan pembinaan
pertumbuhan dan pengembangan murid-murid di sekolah. Ada suatu kebutuhan yang sama antara keduanya, baik dilihat
dari segi edukatif, maupun dilihat dari segi psikologi. Hubungan antara sekolah dan orang tua lebih dibutuhkan dan lebih terasa
fungsinya, karena adanya kecendrungan perubahan dalam pendidikan yang menekankan perkembangan pribadi dan sosial anak melalului
pengalaman-pengalaman anak di bawah bimbingan guru, baik di luar maupun di dalam sekolah.
Perubahan dalam pendidikan ini mengharuskan sekolah mengintegrasikan diri dengan orang tua dan masyarakat.
Elsbree menyatakan, bahwa ada tiga faktor sekolah harus melakukan hubungan dengan orang dan masyarakat:
1. Faktor perubahan sifat, tujuan dan metode mengajar di sekolah
2. Faktor masyarakat yang menuntut adanya perubahan-perubahan
dalam pendidikan di sekolah dan perlunya bantuan masyarakat terhadap sekolah
3. Faktor perkembangan ide demokrasi bagi masyarakat terhadap
pendidikan. Keberhasilan pendidikan yang dijalani seorang anak di sekolah
menurut Psikolog, Bibiana Dyah Cahyani, tidak terlepas dari peran orang tua. Orang tua memiliki peranan yang penting dalam
menentukan dan mengarahkan sekolah yang tepat buat anaknya. Tapi bukan suatu hal yang bijak jika pendidikan sepenuhnya diserahkan
hanya pada pihak sekolah saja. ”Sebagus apapun kualitas tempat anak menuntut ilmu secara formal, orang tua tetap memiliki andil yang
besar apakah pendidikan yang dijalaninya berhasil atau tidak.” 1
Tanggung jawab pendidikan sosial Diantara akhlak seorang mukmin adalah berbicara dengan baik,
mendengarkan pembicaraan dengan tekun, bila berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria dan bila berjanji dia menepati.
HR. Adailami. Dalam pendidikan sosial, orang tua sangat berperan untuk mengajarkan anak betapa pentingnya hidup dalam
bermasyarakat dan menjadikan anak itu adalah anak yang berjiwa sosial.
2 Tanggung jawab pendidikan finansial
Pendidkan finansial adalah pendidikan yang dibutuhkan untuk mengubah uang yang kita peroleh dari profesi menjadi
kemakmuran dan keterjaminan finansial seumur hidup. Pendidikan finansial yang tidak dimiliki oleh jutaan orang tua. Pendidikan
finansial yang akan membantu memastikan bahwa anak tidak akan berakhir dengan kegagalan finansial dalam menapaki keberhasilan
baik untuk pendidikan maupun masa depan
29
. Keberhasilan dari Peran serta Orang tua menurut Marrison,
mengemukakan tiga kemungkinan peran orang tua, yaitu; 1
Orientasi pada tugas Orientasi ini paling sering dilakukan oleh pihak sekolah yaitu
harapan keterlibatan orang tua dalam membantu program sekolah, yang berkaitan dengan staf pengajar, staf administrasi, sebagai
tutor, melakukan monitoring, membantu mengumpulkan dana, membantu mengawasi anak apabila anak-anak melakukan
kunjungan luar. Bentuk peran serta orang tua yang tersebut adalah yang biasanya diharapkan para guru. Bentuk peran serta lain yang
masih termasuk orientasi pada tugas adalah, orang tua membantu anak dalam tugas-tugas sekolah.
2 Orientasi pada proses
Partisipasi orang tua didorong untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan proses pendidikan antara lain
perencanaan kurikulum, memilih buku yang diperlukan sekolah, seleksi guru dan membantu menentukan standar tingkah laku yang
diharapkan. Orientasi proses ini jarang dilaksanakan, karena
29
Ade Kasamawa, Peran Orang Tua dalam mengembangkan Kreatifitas Anak, Wikipedia
sekolah seringkali menganggap bahwa umumnya orang tua tidak memiliki keterampilan untuk melaksanakannya.
3 Orientasi pada perkembangan
Orientasi ini membantu para orang tua untuk mengembangkan keterampilan yang berguna bagi meraka sendiri, anak-anaknya,
sekolah, guru, keluarga dan pada waktu yang bersamaan meningkatkan peran serta orang tua. Berdasarkan tiga bentuk peran
serta orang tua pada sekolah di atas, dapat dikatakan bentuk peranserta yang baik adalah yang mencakup keterlibatan yang
berorientasi tugas, proses dan pada perkembangan.
30
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan peranserta orang tua sangat besar dibanding sekolah itu sendiri. Dimana para orang tua harus
memberikan perhatian yang penuh terhadap anak-anak mereka baik itu di dalam sekolah maupun di luar sekolah sampai pada bagaimana anak
–anak ini nantinya ketika mereka menghadapi masa depan dan ketika mereka mencari lapangan pekerjaan, mereka mendapatkan pekerjaan
yang baik melalui pendidikan sosial dan finansial yang sudah diterapkan sejak dini.
4 Peran serta Orang Tua melalui Komite Sekolah
Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dalam era reformasi, dan era otonomi penyelenggaraan pendidikan sampai
pada tingkat kabupatenkota dan bahkan otonomi pada tingkat sekolah, memberikan keleluasaan bagi setiap sekolah untuk
30
Patmonodewo Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta. 2003. Rineka Cipta . h 125
berkreasi dan berinovasi dalam penyelenggaraan sekolah. Dengan demikian diharapkan akan memacu percepatan peningkatan mutu
penyelenggaraan sekolah yang pada gilirannya mempercepat peningkatan mutu hasil belajar secara keseluruhan.
Konsekuensi dari paradigma pendidikan yang memberikan otonomi sampai pada tingkat sekolah menuntut sekolah untuk
memberdayakan semua sumber daya yang dimilikinya. Salah satu sumber daya yang sangat potensial dan dimiliki oleh sekolah
adalah masyarakat dan orang tua murid. Di Amerika Serikat, pengembangan sekolah di pedesaan
atau di daerah-daerah urban berada di tangan dewan masyarakat sekolah SCC=School Community Council. Dewan ini terdiri dari
unsure-unsur tenaga professional pendidikan dan anggota masyarakat, dalam rangka pengembangan staf.
Aspek struktural dari pelibatan masyarakat berarti adanya kesamaan atau keseimbangan antar struktur yang terlibat dalam
pembuatan keputusan. Aspek prosedural pelibatan masyarakat berarti mengandung makna adanya kesamaan masukan dari
kelompok professional dan anggota-anggota masyarakat dalam menentukan aktivitas pengembangan staf untuk meningkatkan
praktek-praktek penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Secara organisatoris dewan SCC ini memiliki tanggung jawab bersama
sekolah untuk meningkatkan mutu pelayanan sekolah. Di sisi lain SCC ini ternyata juga mempunyai tanggung
jawab untuk melakukan analisis kebutuhan sekolah dan kebutuhan masyarakat melalui survey yang dilakukannya. Hasil analisis yang
dilakukan dewan ini didiskusikan bersama pihak sekolah dengan melibatkan para ahli seperti konsultan dan sebagainya untuk
diterjemahkan menjadi kebijakan dan program sekolah. Kebijakan model pelibatan masyarakat dalam pendidikan
melalui lembaga SCC seperti di Amerika ini sebenarnya sudah sejak lama dikenal dan dilakukan oleh pendidikan dan
persekolahan di Indonesia, mulai dari POM, POMG, BP3, hingga sekarang yang dikenal dengan Komite Sekolah. Tetapi hasilnya
belum terlalu nampak karena keterlibatan mereka lebih banyak pada membantu keuangan sekolah. Akhir-akhir ini pemerintah
Indonesia dalam hal ini Depdiknas membuat kebijakan baru dengan mengganti istilah BP3 menjadi Dewan Pendidikan di tingkat
KabupatenKota dan Komite Sekolah di tingkat sekolah. Pemerintah Depdiknas pada saat ini memberikan peluang
kepada sekolah dalam pemberdayaan masyarakat melalui suatu lembaga yang dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah yaitu
Dewan Sekolah atau Komite Sekolah
31
. Dan dapat disimpulkan dari beberapa peranserta orang tua terhadap
pengembangan program sekolah yang baik dan yang akan menjadi acuan dalam pemberdayaan peran serta orang tua pada bab 4 meliputi :
31
Surya Dharma, Manajemen Peran Serta Masyarakat Dalam Pengembangan
Pendidikan Sekolah. Jakarta 2007. Bumi Aksara. h 101-102
1. Orientasi pada tugas yaitu: harapan keterlibatan orang tua dalam
membantu program sekolah, yang berkaitan dengan staf pengajar, staf administrasi, sebagai tutor, melakukan monitoring, membantu
mengumpulkan dana, membantu mengawasi anak apabila anak-anak melakukan kunjungan luar. Bentuk peran serta orang tua yang tersebut
adalah yang biasanya diharapkan para guru. Bentuk peran serta lain yang masih termasuk orientasi pada tugas adalah, orang tua membantu
anak dalam tugas-tugas sekolah. 2.
Orientasi pada proses yaitu: mau berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan proses pendidikan antara lain perencanaan
kurikulum, memilih buku yang diperlukan sekolah, seleksi guru dan membantu menentukan standar tingkah laku yang diharapkan.
Orientasi proses ini jarang dilaksanakan, karena sekolah seringkali menganggap bahwa umumnya orang tua tidak memiliki keterampilan
untuk melaksanakannya. 3.
Orientasi pada perkembangan yaitu: mengembangkan keterampilan yang berguna bagi meraka sendiri, anak-anaknya, sekolah, guru,
keluarga dan pada waktu yang bersamaan meningkatkan peran serta orang tua.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN