PARTISIPASI ORANGTUA DALAM PROGRAM FULL DAY SCHOOL DI SD ISLAM TERPADU INSAN UTAMA KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA.

(1)

PARTISIPASI ORANGTUA DALAM PROGRAM FULL DAY SCHOOL DI SD ISLAM TERPADU INSAN UTAMA BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Qonita Khusnaya NIM 12110241038

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

God is Never Wrong in Giving The Sustenance

Orangtua tidak hanya bertanggung jawab pada pemeliharaan anak saja, melainkan orangtua juga wajib bertanggung jawab pada pendidikan anaknya


(6)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan dan anugerah serta ridho atas perjuangan saya dalam menyelesaikan karya ini. Dengan ketulusan hati dan penuh rasa syukur, karya tulis ini saya persembahkan untuk:

o Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Warsito dan Ibu Siti Maryani. Terima kasih atas segala ketulusan, pengorbanan, kasih sayang, dukungan, doa-doa serta pengharapan yang telah beliau panjatkan untukku selama ini. o Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

PARTISIPASI ORANGTUA DALAM PROGRAM FULL DAY SCHOOL DI SD ISLAM TERPADU INSAN UTAMA BANTUL YOGYAKARTA

Oleh Qonita Khusnaya NIM 12110241038

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) bentuk-bentuk partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama Kasihan Bantul; (2) faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama Bantul Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah orangtua siswa SDIT Insan Utama, sedangkan informan dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, ketua komite sekolah, dan guru SDIT Insan Utama. Setting penelitian yaitu SDIT Insan Utama beralamat di Dusun Gatak, Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan wawancara, observasi, serta dokumentasi. Analisis data yang digunakan dari Milles dan Hubberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Metode triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Bentuk keterlibatan orangtua dalam program- program unggulan full day school SDIT Insan Utama terdiri dari dua macam yaitu partisipasi fisik dan non fisik. Bentuk partisipasi fisik orangtua meliputi: partisipasi secara finansial, tenaga, kehadiran dan keahlian; sedangkan bentuk partisipasi non fisiknya meliputi: dukungan orangtua secara moril bagi anak, jalinan komunikasi yang baik antara orangtua dengan sekolah, dan pemahaman serta pemberian saran dari orangtua terkait pelaksanaan program. 2) Faktor yang mempengaruhi partisipasi orangtua dalam program-program unggulan full day school di SDIT Insan Utama terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukungnya antara lain: adanya kesadaran dan tanggung jawab orangtua, adanya kemauan dan kebutuhan orangtua, penghasilan orangtua yang mencukupi, serta terjalinnya komunikasi yang baik antara orangtua dan sekolah. Faktor penghambatnya antara lain: keterbatasan waktu orangtua, karakteristik orangtua yang beragam, serta peran ibu yang lebih dominan dalam pendidikan anak di sekolah.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan sholawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, atas segala nikmat dan karuniaNya sehingga penulis masih diberikan kesempatan, kekuatan, kesabaran, serta kemampuan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Partisipasi Orangtua Dalam Program Full Day School di SD Islam Terpadu Insan Utama Bantul Yogyakarta” ini dengan baik dan lancar.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat kelulusan akademik dari Program Studi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan dapat terwujud tanpa dukungan dan bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam mensukseskan penyusunan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijaksanaannya yang

telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk studi di kampus tercinta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Program Studi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Siti Irene Astuti Dwiningrum., M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak nasihat, arahan, dorongan maupun motivasi, serta bimbingan kepada penulis sampai skripsi ini terselesaikan dengan baik.

5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan banyak ilmu selama masa studi.


(9)

6. Bapak Pranowo Sasongko, S. Pt., selaku kepala sekolah SDIT Insan Utama, serta segenap guru dan karyawan SDIT Insan Utama, yang telah memberikan banyak dukungan serta bantuan selama penyusunan skripsi.

7. Orangtua siswa SDIT Insan Utama, selaku narasumber utama dalam penelitian ini yang telah berkenan memberikan waktunya dan berkontribusi dalam penelitian ini.

8. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Warsito dan Ibu Siti Maryani. Terima kasih atas segala ketulusan, pengorbanan, kasih sayang, dukungan, doa-doa serta pengharapan yang telah beliau panjatkan untukku selama ini.

9. Adikkutersayang, Amalia Khusnaya yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya.

10. Sahabat- sahabatku tersayang, Yunida, Agnes, Efika, Jian, Andriani, Laksmi, Ayun, Wulan, dan Amanda. Terima kasih telah memberikan banyak kenangan dan motivasi selama masa studi.

11. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala dukungannya.

12. Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan dapat memberikan kontribusi nyata untuk membangun bangsa dan negara yang lebih baik.

Yogyakarta, 02 Agustus 2016


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Partisipasi Orangtua ... 10

1. Pengertian dan Manfaat PartisipasiOrangtua ... 10

2. Bentuk- Bentuk Partisipasi Orangtua ... 13

3. Tingkatan Partisipasi Orangtua ... 17

4. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Orangtua ... 19

B. Kajian tentang Full Day School ... 22

1. Karakteristik Full Day School ... 22


(11)

C. Konsep Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar ... 30

D. Penelitian yang Relevan ... 33

E. Kerangka Pikir ... 37

F. Pertanyaan Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 41

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Subyek Penelitian ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 48

G. Keabsahan Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 50

1. Profil SDIT Insan Utama ... 51

2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 52

3. Struktur dan Muatan Kurikulum SDIT Insan Utama ... 53

4. Struktur Organisasi Sekolah ... 56

5. Fasilitas Sekolah ... 58

6. Keadaan Guru dan Karyawan ... 59

7. Keadaan Siswa ... 62

8. Prestasi Siswa ... 62

9. Keadaan Orangtua Siswa SDIT Insan Utama ... 63

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 65

1. Pelaksanaan Program Full Day School SDIT Insan Utama ... 65

2. Partisipasi Orangtua dalam Program Full Day School SDIT Insan Utama ... 92

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 117

1. Bentuk- Bentuk Partisipasi Orangtua dalam Program Full Day School SDIT Insan Utama ... 117 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Partisipasi Orangtua dalam


(12)

Program Full Day School SDIT Insan Utama ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 132

B. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 134


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Responden dalam Penelitian ... 43

Tabel 2. Kisi- Kisi Pedoman Wawancara ... 46

Tabel 3. Kisi- Kisi Pedoman Observasi ... 47

Tabel 4. Kisi- Kisi Pedoman Dokumentasi ... 47

Tabel 5. Profil SDIT Insan Utama... 51

Tabel 6. Struktur Kurikulum SDIT Insan Utama ... 53

Tabel 7. Data Pendidik SDIT Insan Utama ... 59

Tabel 8. Data Karyawan SDIT Insan Utama ... 61

Tabel 9. Data Siswa SDIT Insan Utama Lima Tahun Terakhir ... 62

Tabel 10. Tingkat Pendidikan Wali Murid SDIT Insan Utama ... 63

Tabel 11. Daftar Pekerjaan Wali Murid SDIT Insan Utama ... 64

Tabel 12. Program Unggulan Full Day School SDIT Insan Utama di Bidang Akademik ... 84

Tabel 13. Program Unggulan Full Day School SDIT Insan Utama di Bidang Keagamaan ... 85

Tabel 14. Program Unggulan Full Day School SDIT Insan Utama di Bidang Sosial ... 85

Tabel 15. Program Unggulan Full Day School SDIT Insan Utama diBidang Kreativitas ... 86

Tabel 16. Keterlibatan Orangtua dalam Empat Bidang Program Unggulan Full Day School SDIT Insan Utama ... 104


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian ... 37 Gambar 2.Struktur Organisasi SDIT Insan Utama Tahun 2016 ... 57


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Instrumen Penelitian ... 138

Lampiran 2 Transkrip Wawancara ... 146

Lampiran 3. Reduksi Data ... 169

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 176

Lampiran 5. Dokumentasi Peneliti ... 192

Lampiran 6. Dokumen Sekolah ... 195


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan terus berkembang dan berinovasi seiring perkembangan jaman. Pendidikan harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungannya. Full day school merupakan salah satu inovasi dalam bidang pendidikan yang sedang berkembang saat ini.Fenomena berkembangnya full day school dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya perubahan sosial-budaya dimasyarakat. Perubahan yang dimaksud yaitu perubahan dari masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri. Muhaimin (dalam Baharudin, 2014: 223-224) menyatakan bahwa perubahan tersebut mempengaruhi pola pikir dan cara pandang masyarakat. Kemunculan full day school juga dilatarbelakangi oleh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan teknologi dapat berpengaruh negatif bagi anak, sehingga satuan pendidikan, seperti full day school memiliki peran dalam membentengi anak dari bahaya teknologi.

Secara harfiah full day school dapat diartikan sebagai sekolah sehari penuh. Full day school berlangsung hampir sehari penuh lamanya, yaitusekitar pukul tujuh pagi hingga tiga sore. Pengaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman materi merupakan hal yang diutamakan dalam full day school. Baharudin (2014: 221-225) menyatakan bahwa proses belajar mengajar full day school dilakukan mulai pukul06.45-15.00 WIB


(17)

dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Sekolah full daydapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa dan disesuaikan dengan bobot mata pelajaran yang ditambah dengan pendalaman materi keagamaan.

Konsep full day school didesain untuk mengembangkan kreativitas anak yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.Kurikulum full day school didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan peserta didik. Melalui full day school, anak memperoleh pendidikan kepribadian yang bersifat antisipatif terhadap perkembangan sosial, budaya, dan pengetahuan umum. Potensi, bakat serta minat anak full day school juga dapat tersalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan program bimbingan dan konseling di sekolah (Annisa Nurul A, 2014: 15).Sistem pembelajaran full day school lebih menekankan pembentukan akidah dan akhlak untuk menanamkan nilai-nilai yang positif.

Banyak masyarakat dalam hal ini para orangtua yang termotivasi untuk menyekolahkan anaknya di full day school. Baharuddin (2014: 226) menyatakan bahwa full day school banyak dipilih orangtua dengan beberapa alasan, antara lain dapat mengurangi seminimal mungkin pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah, karena waktu pendidikan di sekolah lebih lama; anak dididik oleh tenaga kependidikan yang terlatih dan profesional; adanya perpustakaan yang nyaman jugarepresentative sehingga membantu peningkatan prestasi belajar anak; serta terdapat pelajaran dan bimbingan ibadah praktis bagi anak.


(18)

Full day schooldapat pula menjadi pilihan bagi masyarakat yang menginginkan pendidikan secara menyeluruh di sekolah. Pendidikan tidak hanya terfokus pada intelektualitas, melainkan juga spiritual peserta didik. Full day school merupakan bentuk sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran islam secara intensif dengan menambahi waktu khusus untuk pendalaman keagamaan siswa (Sismanto, 2007:5). Kebanyakan full day school sangat konsen terhadap keseimbangan antara kecerdasan intelektualitas dan spiritualitas peserta didiknya. Menurut Syukur Basuki (2012:8), hal tersebut diwujudkan dalam penerapan sistem full day school yang bertujuan antara lain menanamkan nilai-nilai positif, memberikan dasar yang kuat untuk belajar di segala bidang, serta membentukakhlak dan akidah yang dapat mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagai khalifah fil ardhijuga sebagai hamba Allah SWT.

Full day school menerapkan waktu pembelajaran yang lebih lama dari sekolah umum, sehingga pelaksanaan full day school membutuhkan biaya yang tidak murah. Biaya tersebut digunakan untuk menunjang segala kebutuhan anak disekolah. Hal ini sering menimbulkan banyak pandangan di masyarakat bahwa full day school hanya diperuntukkan untuk masyarakat atas atau kalangan elit saja. Sismanto (2007:6) mengemukakan bahwa peserta didik yang masuk ke sekolah full day dengan sistem subsidi silang, hanyalah suatu akal-akalan saja dari pihak sekolah untuk menghindari image sebagai sekolah mahal dan berkualitas di masyarakat.


(19)

Kebanyakan orangtua merasa tidak mampu untuk memberikan pendidikan terutama pendidikan agama bagi anaknya di rumah, sehingga orangtua lebih mempercayakan hal tersebut pada sekolahfull day. Ketidakmampuan orangtua tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa hal, salah satunya yaitu kesibukan orangtua. Sekolah full day banyak diminati oleh kalangan masyarakat modern yang memiliki kesibukan dalam hal pekerjaan atau aktivitas lain di luar rumah. Kesibukan atau aktivitas yang padat menyebabkan orangtua kurang memberikan perhatian terhadap anaknya, khususnya dalam hal pendidikan agama bagi anak. Selain itu, kesibukan orangtua dapat yang membuka celah bagi terbentuknya sikap apatis orangtua terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Sejatinya peran orangtua sangat penting dalam mendukung keberhasilan anak di sekolah. Keterlibatan orangtua dalam pendidikan memiliki pengaruh yang positif dalam peningkatan motivasi peserta didik.Selain itu, para peneliti mendokumentasikan dampak positif bahwa keterlibatan orangtua berperan dalam nilai ujian dan prestasi siswa. Keterlibatan orangtua juga telah terbukti dalam memfasilitasi pembelajaran yang lebih baik bagi kepentingan anak sembari memberikan rumah dan lingkungan tempat tinggal yang lebih positif, melalui teladan dan penguatan (Dwiningrum, 2015: 69).

Orangtua merupakan pendidik yang paling pertama dan utama bagi anaknya. Salah satu tugas utama orangtua adalah mendidik keturunannya, dengan kata lain dalam relasi antara anak dan orangtua secara kodrati


(20)

tercakup unsur pendidikan untuk membangun kepribadian anak dan mendewasakannya. Orangtua bertanggung jawab terhadap masa depan anak. Jamal Ma‟mur Asmani (2012:55-59) mengemukakan bahwa banyak keluarga yang merasa rugi dan menyesal berat ketika hanya mementingkan karir pribadi dan kemapanan finansial, sementara pendidikan anak mereka diserahkan kepada pembantu dan orang lain. Orangtua perlu mengetahui dan aktif mengamati kepribadian, karakter, minat, hobi, serta kesenangan anak.

Salah satu full day school tingkat sekolah dasar yang ada di Yogyakarta yaitu Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Utama. Sekolah ini telah menerapkan program full day school bagi seluruh siswanya sejak tahun 2010. Sekolah ini terletak di Dusun Gatak, Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, D.I Yogyakarta. Program- program unggulan full day school Insan Utama, antara lain UMMI dan Tahfidz Al- Quran,Mentoring,Konsultasi dengan psikolog pendidikan,Home Visit, Outbond,Kunjungan edukasi,AMT(Achievement Motivation Training),sertaMabit.

Full day school Insan Utama banyak diminati oleh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah (W/1/4/2016), diketahui bahwa orangtua menyekolahkan anak mereka di full day school Insan Utama dengan berbagai alasan. Pertama, orangtua ingin anaknya memiliki pengetahuan dan mendalami keagamaan di sekolah selama mereka bekerja dari pagi hingga sore hari. Kedua, orangtua


(21)

ingin membentengi anaknya dari dampak negatif perkembangan teknologi melalui pendidikan formal. Ketiga, orangtua memilih full day school supaya ada yang mengontrol dan membimbing anaknya saat mereka bekerja di luar rumah. Keempat, SDIT Insan Utama merupakan sekolah favorit yang memiliki banyak peminat, khususnya di daerah Bantul dan sekitarnya.

Sebagian besar wali murid atau orangtua siswa SDIT Insan Utama berprofesi sebagai dosen, guru, pengusaha dan wiraswasta. Ada pula sebagian kecil wali murid yang bekerja sebagai buruh, pedagang dan petani. Mayoritas orangtua atau wali murid di sekolah ini adalah orang yang sibuk bekerja. Berdasarkan hasil pra observasi peneliti, diketahui bahwa masih banyak orangtua siswa yang tidak hadir dalam kegiatan sekolah seperti pertemuan rutin wali murid (POMG) tiap satu atau dua bulan sekali. Ketidakhadiran para orangtua atau wali murid tersebut disebabkan oleh adanya beberapa kendala atau hambatan. Salah satu kendala yang sering terjadi adalah keterbatasan waktu, karena tuntutan pekerjaan maupun urusan lain yang menyita waktu orangtua (Obs/15-17/02/2016).

Selain itu, berdasarkan hasil pra observasi, diketahui pula bahwa orangtua siswa tidak dilibatkan dalam perencanaan maupun perumusan program sekolah. Kegiatan perencanaan atau perumusan program- program sekolah merupakan tanggung jawab pihak sekolah, terutama yayasan (Obs/17/02/2016). Walaupun demikian, sekolah tetap


(22)

membutuhkan dukungan orangtua untuk mewujudkan keberhasilan serta ketercapaian tujuan pelaksanaan program-program di sekolah. Orangtua atau wali murid dapat terlibat dalam pelaksanaan program sekolah melalui keikutsertaan mereka secara fisik maupun non fisik. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai bentuk dan faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama Kasihan, Bantul.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan full day school membutuhkan biaya yang tidak murah, sehingga timbul pandangan masyarakat bahwa full day school hanya diperuntukkan bagi kalangan elit.

2. Orangtua merasa tidak mampu memberikan pendidikan agama bagi anaknya di rumah.

3. Orangtua atau wali murid yang sibuk bekerja memiliki partisipasi yang kurang di sekolah.

4. Orangtua atau wali murid SDIT Insan Utama tidak dilibatkan dalam perencanaan maupun perumusan program- program sekolah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti hanya akan membatasi permasalahan tentang bentuk dan faktor yang mempengaruhi partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama.


(23)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama ?

2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ini adalah untuk mengetahui, memahami dan mendeskripsikan tentang :

1. Bentuk-bentuk partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama.

2. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama.

F. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah referensi, literatur atau pustaka studi yang berkaitan dengan mata kuliah yang diajarkan dalam Program Studi Kebijakan Pendidikan.


(24)

b. Memperluas wawasan serta pengetahuan yang mendalam terkait salah satu mata kuliah Program Studi Kebijakan Pendidikan, yaitu partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

c. Memperluas wawasan serta pengetahuan yang mendalam tentang partisipasi orangtua dalam program full day school di sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran konkrit tentang partisipasi orangtua di sekolah yang dapat dijadikan sebagai sumber landasan yang rinci kepada pengambil kebijakan pendidikan di tingkat daerah maupun satuan pendidikan di Yogyakarta, khususnya daerah Bantul.

b. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi acuan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan partisipasi orangtua dalam pendidikan anak, khususnya pendidikan di full day school.

c. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap upaya untuk meningkatkan peranserta atau keikutsertaan orangtua dalam penyelenggaraan program-program di sekolah dasar, khususnya terkait program full day school.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Partisipasi Orangtua

1. Pengertiandan Manfaat PartisipasiOrangtua

Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris “participate” yang artinya mengikutsertakan, ikut mengambil bagian (Wijaya, 2004: 208). Menurut Made Pidarta (dalam Dwiningrum, 2015: 50), partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan tersebut dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya atau berinisiatif dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan. I Nyoman Sumaryadi (dalam B Tokan Ferdinand, 2012: 12) berpendapat bahwa partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil- hasil pembangunan.

Secara umum orangtua adalah ayah dan ibu kandung. Thamrin dan Nurhalijah Nasution (dalam Nia Amalia, 2011:39) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan orangtua adalah;

“Setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut Ibu- Bapak. Orangtua adalah orang –orang yang sudah dewasa, sebagai orang-orang yang


(26)

telah dewasa, maka orangtua harus bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya. Orangtua tidak hanya bertanggung jawab pada pemeliharaan anak saja, melainkan orangtua juga wajib bertanggung jawab pada pendidikan anaknya.”

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi orangtua adalah peran serta atauketerlibatan setiap orang dewasa yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, yang lazim disebut Ibu- Bapak secara mental, emosi atau fisik yang dimilikinya dengan tanggung jawab atas segala keterlibatanuntuk mendukung pencapaian tujuan bersama dalam suatu kegiatan.

Partisipasi dapat terjadi apabila di dalamnya telah mencakup prinsip- prinsip partisipasi. Sebagaimana yang tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for International Development (Retno SetyaPutri, 2012: 18-19) sebagai berikut:

a. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yangterkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.

b. Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.

c. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

d. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

e. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (Sharing power) dan


(27)

keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

f. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

g. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia (Retno SetyaPutri, 2012: 19).

Keikutsertaan atau partisipasi orangtua dalam pendidikan anak di sekolah memiliki banyak keuntungan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Rhoda (Nia Amalia, 2011: 44-45), sebagai berikut:

“Pertama, pencapaian akademik dan perkembangan kognitif siswa dapat berkembang secara signifikan. Kedua, orangtua dapat mengetahui perkembangan anaknya dalam proses pendidikan di sekolah. Ketiga, orangtua akan menjadi guru yang baik di rumah dan bisa menerapkan formula-formula positif untuk pendidikan anaknya. Keempat, akhirnya orangtua memiliki sikap dan pandangan positif terhadap sekolah.”

Burt K. Schalan & Roger (dalam Widi Astuti, 2008:14) berpendapat bahwa partisipasi bermanfaat dalam hal:

a. Lebih banyak komunikasi dua arah.

b. Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan. c. Manajer dan partisipasi kurang bersikap agresif.

d. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif, diakui dalam derajat yang lebih tinggi.

Manfaat partisipasi lainnya, yaitu lebih mengemukakan diperolehnya keputusan yang benar; mampu menggunakan kemampuan berpikir kreatif dari anggota; mampu mengendalikan nilaimartabat


(28)

manusia; sebagai motivasi dan membangun kepentingan bersama; lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab dan mengikuti perubahan (Pariatra Westra dalam Widi Astuti, 2008:14).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa manfaat partisipasi orangtua, antara lain:

a. Pencapaian akademik dan perkembangan kognitif siswa dapat berkembang secara signifikan.

b. Mengetahui perkembangan anaknya dalam proses pendidikan di sekolah.

c. Orangtua dapat menjadi guru yang baik di rumah dan bisa menerapkan formula positif untuk pendidikan anaknya.

d. Orangtua memiliki sikap dan pandangan positif terhadap sekolah. e. Mampu mengendalikan nilai- nilai martabat manusia.

f. Lebih banyak komunikasi dua arah.

g. Sebagai motivasi dan membangun kepentingan bersama. h. Mendorong orang untuk bertanggung jawab.

i. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif. j. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.

2. Bentuk- Bentuk Partisipasi Orangtua

Partisipasi orangtua memiliki beragam bentuk. Berdasarkan cara keterlibatannya, partisipasi orangtua dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

a. Partisipasi Langsung, yaitu partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi


(29)

ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung, yaitu partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya (Sugiyah, 2011:38).

Selain itu, partisipasi orangtuadapat dibedakan berdasarkan bentuk fisik maupun non fisiknya. Basrowi (dalam Dwiningrum, 2011: 58-59) berpendapat bahwa partisipasi masyarakat, khususnya orangtua dalam pendidikan terdiri dari dua, yaitu :

a. Partisipasi fisik merupakan partisipasi masyarakat atau orangtua dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan sekolah, menyelenggarakan beasiswa, membantu pemerintah dalam membangun gedung-gedung untuk masyarakat, dan atau menyelenggarakan usaha-usaha perpustakaan yang berupa buku atau bantuan lainnya.

b. Partisipasi nonfisik merupakan keikutsertaan masyarakat dalam hal menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan warganya untuk bersekolah. Partisipasi nonfisik dapat berupa pemberian gagasan, ide, pemikiran, suara-suara yang dapat mempengaruhi jalannya suatu program atau kebijakan.

Cohen dan Uphoff (dalam Dwiningrum, 2015: 61-63) membagi partisipasi menjadi empat, yaitu sebagai berikut :

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

c. Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah


(30)

dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari prosentase keberhasilan program.

d. Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya (Cohen dan Uphoffdalam Dwiningrum, 2015: 61-63).

Menurut Asher (dalam Dwiningrum, 2015: 72), bentuk- bentuk keterlibatan atau partisipasi orangtua antara lain :

a. Menghadiri pertemuan umum di sekolah.

b. Menghadiri konferensi orangtua dan guru yang dijadwalkan secara rutin.

c. Menghadiri kegiatan sekolah atau kelas.

d. Menghadiri sesi pelatihan orangtua yang disediakan oleh rayon sekolah.

e. Membantu dan meninjau pekerjaan rumah anak. f. Menyediakan tempat untuk pekerjaan rumah. g. Bertindak sebagai relawan sekolah.

h. Membangun rutinitas di rumah untuk membantu kesuksesan anak (Asher dalam Dwiningrum, 2015: 72).

Partisipasi orangtua dapat pula dilihat dari dimensi orangtua itu sendiri. Seymour B. Sarason (dalam Dwiningrum, 2015: 67-68) mengungkapkan bahwa:

“Peranan orangtua di sekolah dapat dianalisis dari dua aspek, yaitu orangtua sebagai “assets” dan “deficits”. Orangtua dalam dimensi assetsmeliputi: (a) Orangtua memiliki pengetahuan mengenai anak mereka yang tidak didapatkan dari orang lain; (b) Orangtua harus menyertakan "understatement”, perhatian yang serius dalam pengalaman pendidikan formal anaknya; (c) Orangtua adalah guru (pendidik), dan tidak dapat dihindari bahwa mereka perlu memutuskan tentang seperti apa pengajaran yang baik dan buruk; (d) Dalam peran mereka sebagai warga negara, orangtua bertanggung jawab untuk mengetahui seperti apa sekolah dalam artian bahwa orangtualah yang menyediakan dana untuk pengadaan sekolah yang layak; (e) Berdasarkan minat khusus, hobi, kejuruan, serta peran masyarakat, dalam setiap kelompok orangtua terdapat anggota yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan untuk pendidikan siswa dan dapat menjadi faktor


(31)

pendorong bagi guru. Selanjutnya, orangtua dalam dimensi deficitsmeliputi: (a) Orangtua memiliki sedikit gambaran untuk memahami budaya sekolah dan sistem sekolah: kebenaran dan asumsi yang mendasari perilaku dan regulasi yang terencana; sifat dan dasar pemikiran untuk pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah dan tanggung jawab, bagaimana tujuan organisasi, praktik pendidikan yang berpengalaman dan penafsiran orang dewasa dalam budaya tersebut, bervariasi seperti yang mereka lakukan dengan status, kepemilikan, dan pengalaman; serta bagaimana budaya di dalam, di antara serta di luarnya, adalah sikap dari cara pandang terhadap asal usul dan substansi yang berakar pada masa sekarang dan masa lalu; (b) Pengetahuan orangtua, sikap terhadap sekolah secara umum dan personil sekolah yang khususnya berasal dari pengalaman mereka sebagai peserta didik; (c) Orangtua dan yang lainnya menyerukan keterlibatan akan beberapa tingkat dalam proses pengambilan keputusan, penekanan terhadap isu-isu kekuasaan yang mereka inginkan "di dalamnya" dan bukan pada isu-isu pendidikan yang substantif (Sarason dalam Dwiningrum, 2015: 68).”

Marrison (dalam Patmonodewo Soemiarti, 2003: 125) mengemukakan bahwa ada tiga bentuk orientasi keterlibatan/ partisipasi orangtua, yaitu :

a. Orientasi pada tugas. Orientasi ini paling sering dilakukan oleh pihak sekolah yaitu harapan keterlibatan orangtua dalam membantu program sekolah, yang berkaitan dengan staf pengajar, staf administrasi, sebagai tutor, melakukan monitoring, membantu mengumpulkan dana, membantu mengawasi anak apabila anak-anak melakukan kunjungan luar. Bentuk peran serta orangtua yang tersebut adalah yang biasanya diharapkan para guru. Bentuk peran serta lain yang masih termasuk orientasi pada tugas adalah, orangtua membantu anak dalam tugas-tugas sekolah.

b. Orientasi pada proses. Partisipasi orangtua didorong untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan proses pendidikan antara lain perencanaan kurikulum, memilih buku yang diperlukan sekolah, seleksi guru dan membantu menentukan standar tingkah laku yang diharapkan. Orientasi proses ini jarang dilaksanakan, karena sekolah seringkali menganggap bahwa umumnya orangtua tidak memiliki keterampilan untuk melaksanakannya.

c. Orientasi pada perkembangan. Orientasi ini membantu para orangtua untuk mengembangkan keterampilan yang berguna bagi meraka sendiri, anak-anaknya, sekolah, guru, keluarga dan pada waktu yang


(32)

bersamaan meningkatkan peran serta orangtua. Bentuk peranserta yang baik adalah yang mencakup keterlibatan yang berorientasi tugas, proses dan pada perkembangan (Patmonodewo Soemiarti, 2003: 125).

Bentuk partisipasi lainnya yaitu „parental involvement’ dan „parental participation’. Davis (dalam Dwiningrum, 2015: 72-73) mengemukakan bahwa;

“Indikasi parental participation adalah orangtua berpengaruh atau berupaya mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada hal- hal yang sangat penting di sekolah, seperti penentuan program sekolah, masalah keuangan dan lain-lain. Sebaliknya indikasi parental involvement mengarah pada keterlibatan orangtua pada semua jenis aktivitas yang ditujukan untuk mendukung program- program sekolah.”

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beragam bentuk partisipasi orangtua antara lainpartisipasi langsung; partisipasitidak langsung; partisipasi fisik; partisipasi non fisik;parental involvement;parental participation; partisipasi orangtua sebagai assets dan deficits; partisipasi yang berorientasi pada tugas, proses, dan perkembangan; serta partisipasi dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, pengambilan manfaat, dan evaluasi.

3. Tingkatan Partisipasi Orangtua

Selain dilihat dari bentuk-bentuknya, partisipasi orangtua dapat pula dilihat dari tingkatan partisipasinya. Peter Oakley (dalam Dwiningrum, 2015: 65-66) memetakan partisipasi dalam tujuh tingkatan, yaitu sebagai berikut :


(33)

d. Manipulation, merupakan tingkat paling rendah mendekati situasi tidakada partisipasi, cenderung berbentuk indoktrinasi.

e. Consultation, yaitu dimana stakeholder mempunyai peluang untukmemberikan saran akan digunakan seperti yang mereka harapkan.

f. Consensus-building, yaitu dimana pada tingkat ini stakeholderberinteraksi untuk saling memahami dan dalam posisi salingbernegosiasi, toleransi dengan seluruh anggota kelompok. Kelemahanyang sering terjadi adalah individu-individu dan kelompok masihcenderung diam atau setuju bersifat pasif.

g. Decision-making, yaitu dimana konsensus terjadi didasarkan padakeputusan kolektif dan bersumber pada rasa tanggungjawab untukmenghasilkan sesuatu. Negosiasi pada tahap ini mencerminkan derajatperbedaan yang terjadi dalam individu maupun kelompok. h. Risk-taking, yaitu dimana proses yang berlangsung dan

berkembangtidak hanya sekedar menghasilkan keputusan, tetapi memikirkan akibatdari hasil yang menyangkut keuntungan, hambatan, dan implikasi. Padatahap ini semua orang memikirkan resiko yang diharapkan dari hasilkeputusan. Karenanya, akuntabilitas merupakan basis penting.

i. Partnership, yaitu memerlukan kerja secara equal menuju hasil yangmutual. Equal tidak hanya sekedar dalam bentuk struktur dan fungsitetapi dalam tanggungjawab.

j. Self-management, yaitu puncak dari partisipasi masyarakat. Stakeholderberinteraksi dalam proses saling belajar (learning process) untukmengoptimalkan hasil dan hal-hal yang menjadi perhatian.

Khumas dkk (dalam Dwiningrum, 2015: 73-75) berpendapat bahwa proses keterlibatan atau partisipasi orangtua di sekolah dapat disusun secara sistematis sebagai berikut :

a. Spectator(Level I), menunjukkan keterlibatan orangtua di sekolah

sangat kecil bisa dikatakan tidak ada. Orangtua merasakan bahwa sekolah dan guru merupakan sebuah kekuasaan yang otonom sehingga menginginkan campur tangan orangtua. Pintu sekolah dipandang oleh orangtua sebagai penghalang untuk berpartisipasi. Aktivitas yang menuntut partisipasi orangtua dilakukan di luar sekolah. Peran orangtua sangat terbatas. Komunikasi antara guru dan orangtua, baik melalui surat atau telepon sangat jarang terjadi. Bentuk komunikasi terjadi hanya bila orangtua mempunyai keluhan atau penolakan terhadap informasi yang diterima mengenai anaknya. Lebih buruk dari itu, orangtua memperlihatkan reaksi yang berlebihan terhadap prestasi buruk yang dicapai oleh anak dengan mengkritik sekolah secara terbuka, menghukum anak atau bahkan melukai secara fisik.


(34)

b. Support (Level II), menunjukkan keterlibatan orangtua di sekolah hanya pada saat khusus di mana pihak sekolah meminta keterlibatan mereka. Tugas yang dibebankan kepada orangtua biasanya dapat diselesaikan di rumah dan tidak menuntut waktu dan energi. Sebagai contohnya, orangtua ke sekolah untuk memastikan bahwa anaknya hadir, orangtua memeriksa pekerjaan rumah anak. Selain itu, orangtua biasanya menyumbang bagi sekolah, membayar iuran kelompok orangtua- guru, dan lain-lain.

c. Engagement (Level III), menunjukkan hubungan orangtua dan sekolah

yang saling menghormati dalam suasana saling mendukung. Keterlibatan orangtua di sekolah berdasarkan dua kebutuhan umum, yaitu mengamati sekolah dan pengaruhnya terhadap anak; sertadengan tujuan agar partisipasinya disaksikan oleh anak. Pihak sekolah mengharapkan orangtua dapat mengembangkan, mendistribusikan sumber informasi untuk sekolah dan masyarakat, serta bekerja sebagai

volunteeratau narasumber untuk membagi pengetahuan, ketrampilan

dan bakat khusus pada siswa. Guru dapat meminta orangtua untuk menyediakan sarana transportasi, menemani siswa pada kunjungan studi lapangan, bahkan orangtua dapat membimbing dan membawa siswa di kelas pada kegiatan akademis di bawah pengawasan guru. Orangtua menyadari bahwa fungsi sekolah tidak hanya menyediakan ketrampilan sebagai bekal kerja, tetapi sekolah juga berfungsi memberi bekal agar memiliki ketrampilan hidup yang berkualitas.

d. Decision Making (Level IV), pada level ini orangtua menuntut

hubungan yang saling tergantung antara rumah dan sekolah. Pada tingkat ini, kekuatan sekolah diperoleh melalui jaringan yang dimiliki orangtua. Aktivitas orangtua pada tingkat ini adalah secara konsisten mempengaruhi pengambilan keputusan. Orangtua bertanggung jawab pada setiap aspek sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi orangtua terdiri dari beberapa tingkatan antara lain manipulation, consultation, self-management, partnership, risktaking, decisionmaking, dan consensus-building, spectator, support, dan engagement

4. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Orangtua

Partisipasi orangtua tidak dapat terlepas dari faktor- faktor yang mempengaruhinya, baik yang sifatnya mendukung maupun menghambat. Menurut Rahardjo Adisasmita (dalam Dwiningrum, 2011:


(35)

57- 58), faktor yang dapat menghambat atau menjadi ancaman terhadap partisipasi masyarakat antara lain :

a. Sifat malas, apatis, masa bodoh, dan tidak mau melakukan perubahan ditingkat anggota masarakat.

b. Aspek-aspek tipologis (pembuktian dan jurang). c. Geografis (pulau-pulau kecil yang tersebar letaknya). d. Demografis (jumlah penduduk).

e. Ekonomi (desa miskin/tertinggal).

Angell (dalam Retno SetyaPutri, 2012: 25-27) berpendapatbahwa partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhioleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderunganseseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

a. Usia. Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikapseseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada.Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

b. Jenis kelamin. Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

c. Pendidikan. Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. d. Pekerjaan dan penghasilan. Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama

lain karena pekerjaanseseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akandiperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.Pengertiannya


(36)

bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh perekonomian yang mapan.

e. Lamanya tinggal. Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu danpengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akanberpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalamlingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungancenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiapkegiatan lingkungan tersebut (Retno SetyaPutri, 2012: 25-27).

Unsur-unsur dasar partisipasi sosial yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu :

a. Kepercayaan diri masyarakat;

b. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat; c. Tanggung jawab sosial dan komitmen masyarakat;

d. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki keadaan dan membangun atas kekuatan sendiri;

e. Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diteriman dan diakui sebagai/menjadi milik masyarakat;

f. Kepentingan umum murni, setidaknya umum dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan, dalam pengertian bukan kepentingan umum yang semu karena pencampuran kepentingan perseorangan atau sebagian kecil masyarakat;

g. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha;

h. Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan;

i. Kepekaan dan daya tanggap masyarakat terhadap masalah, kebutuhan- kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum masyarakat(Holil, 1980: 9-10).

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program juga dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut Holil (1980: 10) ada empat poin yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan, yaitu :

a. Komunikasi yang intensif antar sesama warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya.

b. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga, pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat;


(37)

c. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial;

d. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam keluarga, masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat (orangtua). Faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri individu/kelompok maupun dari luar atau lingkungan individu/ kelompok tersebut. Faktor dari dalam antara lain usia; jenis kelamin; kepercayaan diri; tanggung jawab sosial; kepekaan terhadap masalah; serta kemauan atau kemampuan diri untuk mengubah keadaaan. Faktor yang berasal dari luar contohnya geografis; demografis; ekonomi; pendidikan; pekerjaan; lamanya seseorang tinggal di suatu wilayah; solidaritas dan integritas sosial; kepentingan umum; komunikasi antar sesama; kesempatan serta kebebasan untuk berprakarsa atau berkreasi. B. Kajian tentang Full Day School

1. Karakteristik Full day School

Full day school dapat diartikan sebagai proses belajar mengajar yang dilakukan dari pagi hingga sore hari. Kebanyakan full day school dimulai pukul 07.00 hingga pukul 15.30 WIB. Full day school memiliki rentang waktu yang lebih lama daripada sekolah- sekolah umum. Full day school mengandung artian dalam bahasa Indonesia yaitu “sekolah sepanjang waktu” atau “sekolah sehari penuh”. Hal serupa juga


(38)

dinyatakan oleh Wiwik Sulistyaningsih (dalam Annisa Nurul Azizah, 2014: 9), sekolah bertipe full day berlangsung hampir sehari penuh lamanya. Walaupun demikian, full day school yang banyak berkembang saat ini tidak benar-benar menerapkan pembelajaran sehari penuh, karena tidak semua full day school memiliki fasilitas asrama di sekolah. Menurut Nor Hasan(2006: 113) pengelolaan full day school membutuhkan perencanaan yang matang dan bersifat strategis. Hal pokok yang dibutuhkan dalam mewujudkan sistem tersebut adalah tingkat komitmen dan kesungguhan pengelola.Senada dengan Sismanto (2007:6-7) yang mengungkapkan bahwa:

“Kunci keberhasilan sekolah full day terletak pada kemampuan sumber daya manusia dalam mengejawantahkan konsep-konsep ideal yang berarti reliabilitas personal dan profesional para pengelola sekolah menjadi faktor dominan bagi tercapainya tujuan sekolah serta memberi kontribusi terbesar bagi peningkatan akses masyarakat.”

Aspek kelembagaan, kepemimpinan dan manajemen yang dikembangkan sekolah program full day school mengedepankan kemuliaan akhlak dan prestasi akademik (Muslihin al- Hafizh, 2013). Full day school merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran Islam secara intensif yaitu melalui tambahan waktu khusus untuk pendalaman keagamaan bagi siswa. Biasanya jam tambahan tersebut dialokasikan pada waktu setelah sholat dhuhur sampai sholat ashar (Sismanto, 2007:5).

Sistem pembelajaran full day school menerapkan konsep dasar integrated activity dan integrated curriculum (Khusnul Mufidati dalam


(39)

Annisa Nurul Azizah, 2014: 11-12). Hal inilah yang membedakan dengan sekolah pada umumnya. Dionisios Loukeris et al (dalam Annisa Nurul Azizah, 2014: 11) menyatakan bahwa „holoimero school’ atau „all day school‟ yang dapat dikatakan sebagai full day school memiliki tujuan pelaksanaan pendidikan. Dionisios Loukeris, dkk mengungkapkan bahwa :

“tujuan pelaksanaan pendidikan holoimero school adalah untuk menguatkan pengetahuan dan keterampilan siswa (belajar, intervensi mengajar tambahan bahasa dan matematika, mengajar konsolidasi, program individual oleh guru sekolah dari kelas sore). Selanjutnya, adanya pengayaan materi pokok dengan mata pelajaran yang dikhususkan pada budaya dan sosial (bahasa Inggris, olahraga, musik, tari, studi teater, seni, teknologi baru dalam pendidikan), sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa serta diajarkan oleh guru khusus.”

Muslihin al- Hafizh (2013:11) berpendapat bahwa:

“Full day school memiliki kurikulum inti yang sama dengan sekolah pada umumnya, namun terdapat sedikit modifikasi dengan kurikulum lokal atau kurikulum khas sekolah. Kurikulum sekolah program full day school juga dirancang sedemikian rupa untuk memacu keunggulan dalam aspek sains, keagamaan, bahasa berbasis informasi teknologi (IT), muatan lokal, keterampilan-keterampilan vokasional, ekstrakurikuler serta pengembangan diri.” Kegiatan belajar full day school identik dengan permainan, tujuannya agar proses belajar mengajar penuh dengan suasana kegembiraan. Konsep pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran full day school adalah untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup integrasi dari kondisi tiga ranah perkembangan anak. Menurut Adapun tiga ranah yang dimaksud, yaitu :

a. Ranah cipta (kognitif), meliputi pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis.


(40)

b. Ranah rasa (afektif), meliputi penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan).

c. Ranah karsa (psikomotorik), meliputi ketrampilan bergerak dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal (Muhibbin Syah, 2013: 148-150).

Nor Hasan (2006: 110-111) mengemukakan bahwa;

“Sistem persekolahan dan pola fullday school mengindikasikan proses pembelajaran yang aktif, dalam arti mengoptimalisasikan seluruh potensi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sisi kreatif sistem pembelajaran dengan sistem fullday school terletak pada optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana sekaligus sistem untuk mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi siswa. Adapun sisi transformatif proses pembelajaran sistem fullday school adalah proses pembelajaran itu diabdikan untuk mengembangkan seluruh potensi kepribadian siswa dengan lebih seimbang.”

Sistem pembelajaran full day school merupakan pengemasan dalam hal metode belajar yang berorientasi pada kualitas pendidikan berlangsung selama sehari penuh dengan penggunaan format game (permainan) yang menyenangkan dalam pembelajarannya (Hanif Faizin, 2009:19). Sekolah yang menerapkan full day school dapat menciptakan situasi yang sangat menyenangkan serta mewujudkan keakraban antar siswa dan guru yang nantinya melahirkan generasi cerdas intelektual serta emosional. Wiwik Sulistyaningsih (dalam Annisa Nurul Azizah, 2014: 14) menyatakan bahwa sekolah bertipe full day school dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang luas kepada anak, misalnya pergi berdarmawisata, ke taman, ke kebun binatang, daerah pertanian, dan sebagainya.


(41)

Cryan dan Others (dalam Addin Arsyadana, 2010: 29) melakukan sebuah riset dan memperoleh hasil bahwa;

“dengan adanya full day school menunjukkan anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain, karena adanya waktu terlibat dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas anak tinggi, maka juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga menunjukkan sikap yang lebih positif, karena tidak ada waktu luang untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan karena seharian siswa berada di kelas dan berada dalam pengawasan guru.”

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dina (dalam Marfiah Astuti, 2013: 135) tentang “Pengaruh Full Day School Terhadap Kecerdasan Sosial Anak Kelas IV SDIT Bina Anak Sholeh Yogyakarta” dijelaskan bahwa;

“pendidikan atau sekolah full day kian diminati. Alasan yang bisa muncul adalah waktu belajar di sekolah lebih panjang. Konsep ini dianggap mampu mengembangkan kreativitas dan keilmuan anak didik secara lebih tepat, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kecerdasan sosial anak. Hasil tersebut didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara full day school dan kecerdasan sosial anak.”

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Full Day School

Faktor-faktor yang dapat mendukung atau menunjang pelaksanaan full day school, antara lain :

a. Sistem Sekolah. Perlu sistem yang baik, agar sekolah khususnya full day school dapat mencapai tujuan yang dicita- citakan. Apabila sudah memilih sistem yang baik, maka berbagai kelengkapan sekolah dapat diberdayakan menurut fungsi dan perannya masing- masing (dalam Baharuddin, 2014: 227).


(42)

b. Kurikulum yang diterapkan sekolah. Kurikulum adalah suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sukses tidaknya pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan sekolah. Kurikulum sangat mendukung peningkatan mutu pendidikan, karena menjadi tolak ukur dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah (dalam Baharuddin, 2014: 227).

c. Manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan yang efektif dan efisien akan menunjang pengembangan lembaga pendidikan yang berkualitas (dalam Baharuddin, 2014: 228). Manajemen pendidikan perlu dilakukan pihak sekolah, terutama oleh kepala sekolah selaku pemimpin satuan pendidikan. Kompetensi manajerial kepala sekolah meliputi kemampuan manajemen dan kepemimpinan, yang dilengkapi keterampilan konseptual, insani, dan teknis (Nur Hilalah dalam Annisa Nurul Azizah, 2014: 18).

d. Sarana dan prasarana. Didin Hafidudin (dalam Baharuddin, 2014: 228-229) berpendapat bahwa;

“Sarana pembelajaran merupakan sesuatu yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar setiap hari, tetapi mempengaruhi kondisi pembelajaran. Prasarana sangat berkaitan dengan materi yang dibahas dan alat yang digunakan. Sarana dan prasarana sekolah yang menerapkan sistem pembelajaran full day school diharapkan mampu menunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa Sarana prasarana yang dimaksud dapat berupa: ruang kelas dengan formasi tempat duduk yang mudah dipindah sesuai dengan keperluan; ruang laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer dan ruang perpustakaan; kantin sekolah, koperasi, mushola/tempat ibadah, aula pertemuan; lapangan olahraga; kamar mandi atau WS.”


(43)

e. Sumber daya manusia (SDM). Baharuddin (2014: 229-231) mengemukakan bahwa;

“Sumber daya manusia dalam pendidikan yaitu guru dan pegawai. Guru full day school dituntut memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus menguasai metode-metode pembelajaran yang tidak membuat siswa bosan. Hal tersebut dikarenakan sistem pembelajaran full day school menuntut siswanya seharian penuh berada di sekolah. Selain itu, keberadaan pegawai juga menjadi hal yang sangat penting dalam lembaga pendidikan, karena mendukung proses pembelajaran secara tidak langsung.”

f. Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang kondusif sangat mendukung pelaksanaan full day school. Karena lingkungan dapat mempengaruhi motivasi dan minat belajar siswa di sekolah. dapat terwujud apabila kepala sekolah memiliki kecerdasan emosi tinggi dan gaya kepemimpinan yang tepat (Nur Hilalah dalam Annisa Nurul Azizah, 2014: 18).

g. Partisipasi orangtua. Hubungan baik antara sekolah dengan orangtua atau wali siswa akan mempengaruhi hasil pendidikan di sekolah. Mereka saling memberikan informasi tentang perkembangan anaknya baik di sekolah maupun di keluarga sehingga memperoleh hasil yang maksimal (Nur Hilalah dalam Annisa Nurul Azizah, 2014:18).

Selain itu, adapula faktor- faktor yang dapat menjadi penghambat dalam pelaksanaan full day school, diantarannya :

a. Keterbatasan sarana prasarana. Keterbatasan sarana dan prasarana sekolah dapat menghambat kemajuan sekolah, karena hakikatnya


(44)

sarana dan prasarana merupakan bagian vital yang menunjang keberhasilan pendidikan (Baharudin, 2014: 232).

b. Kemampuan pendidik (guru). Baharudin (2014: 233) berpendapat bahwa;

“Aspek guru dapat menghambat pembelajaran full day school, karena guru full day school bertugas mendampingi siswa selama sehari di sekolah. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memahami perbedaan kemampuan dan karakter siswa. Guru juga dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi dan kerukunan kerja serta profesionalitas. Jika guru tidak memiliki hal tersebut, maka akan menghambat pengembangan sekolah.”

c. Strategi pembangunan pendidikan. Addin Arsyadana (2010:135) mengungkapkan bahwa;

“Strategi pembangunan pendidikan yang bersifat input oriented lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku, sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan lulusan yang bermutu sebagaimana yang diharapkan, padahal hal tersebut hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.”

d. Pengelolaan pendidikan. Addin Arsyadana (2010:135-136) mengungkapkan bahwa;

“Pengelolaan pendidikan yang banyak diatur oleh pusat akan menyebabkan tidak terselenggaranya pendidikan secara optimal, mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan beragam, sehingga dibutuhkan kedinamisan dan kreativitas dalam melaksanakan peningkatan kualitas atau mutu pendidikan.”

e. Rendahnya partisipasi masyarakat. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam hal ini termasuk partisipasi dari orangtua atau wali


(45)

murid akan menghambat proses pengembangan pendidikan yang sedang berlangsung (Addin Arsyadana, 2010:136-137).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pelaksanaan full day school meliputi sistem sekolah, kurikulum yang diterapkan sekolah, manajemen pendidikan, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, lingkungan sekolah, serta partisipasi orangtua; sedangkan faktor penghambat pelaksanaan full day school meliputi kemampuan pendidik, keterbatasan sarana prasarana, strategi pembangunan pendidikan, pengelolaan pendidikan, dan rendahnya partisipasi masyarakat.

C. Konsep Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Masa anak- anak sangat penting sebagai dasar dari seluruh kehidupan. Gunarsa dan Gunarsa (1991: 3-6) mengungkapkan bahwa:

“Adanya pengalaman- pengalaman yang kurang menguntungkan yang menimpa diri seorang anak pada masa mudanya akan memudahkan timbulnya masalah gangguan penyesuaian diri di kelak kemudian hari. Psikologi perkembangan banyak membicarakan bahwa dasar kepribadian seseorang terbentuk pada masa anak- anak. Proses- proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak ditambah dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anak- anaknya secara sedikit demi sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa.”

Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent. Gunarsa dan Gunarsa (1991: 13) mengemukakan bahwa;

“Apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa- masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa- masa selanjutnya. Tahap usia ini disebut juga sebagai usia kelompok (gang age), dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga ke kerjasama antar teman dan sikap- sikap terhadap kerja atau belajar. Pada masa sekolah ini, anak- anak membandingkan dirinya dengan


(46)

teman- temannya dimana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan dan kegagalan atau ejekan teman.”

Angela Anning (dalam Suharjo, 2006: 36-37) mengungkapkan bahwa perkembangan dan belajar anak adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan berfikir anak itu berkembang secara sekuensial dari kongkrit menuju abstrak.

b. Anak harus siap menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, misalnya dala hal membaca permulaan, mengingat angka, dan belajar konservasi.

c. Anak belajar melalui pengalaman- pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain.

d. Anak memerlukan pengembangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah.

e. Perkembangan sosial anak bergerak dari egosentris menuju kepada kemampuan untuk berempati dengan yang lain.

f. Setiap anak sebagai seorang individu, masing- masing memiliki cara belajar yang unik (Suharjo, 2006: 37).

Gunarsa dan Gunarsa (1991: 69-70) berpendapat bahwa;

“Pada usia sekolah dasar, nilai atau kaidah moral sebagian besar lebih ditentukan oleh norma- norma yang terdapat dalam lingkungan kelompoknya. Sebelumnya anak merumuskan “tingkah laku baik” sebagai suatu tindakan yang khusus seperti “patuh pada ibu”, maka pada usia 8-9 tahun konsep- konsep mereka bertambah luas dan umum. Pada masa ini anak lebih berorientasi pada kelompoknya, namun hal itu tidak berarti orangtua kehilangan perannya dalam perkembangan moral anaknya.”

Pada dasarnya hubungan antara orangtua dan anak merupakan hubungan yang timbal balik. Gunarsa dan Gunarsa (1991: 144) berpendapat bahwa;

“Sehingga dengan demikian dalam usaha untuk dapat menciptakan hubungan yang memuaskan kedua belah pihak yaitu orangtua dan anak, maka peranan orangtua maupun anak sangatlah besar. Adapun yang dimaksud dengan hubungan yang dapat memuaskan orangtua maupun anak adalah hubungan yang ditandai dengan adanya saling percaya, saling mengerti, dan saling menerima.”


(47)

Gunarsa dan Gunarsa (1991: 159) mengungkapkan hal lainnya yaitu; “Anak- anak pada masa sekolah (5-12 tahun) masih membutuhkan pertolongan dalam membentuk tingkah lakunya agar sesuai dengan situasi, kondisi dan aturan- aturan yang di lingkungan yang baru baginnya. Ia membutuhkan rasa aman dari kedua orangtuanya dan orang dewasa di lingkungan sekitarnya. Melalui pengalaman- pengalaman dirumahnya, anak diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap pengalaman di sekolahnya.”

Lingkungan pertama yang dikenal anak dalam kehidupannya adalah orangtua, maka peranan orangtua yang dirasa paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan moral anak, di samping pengaruh lingkungan lain seperti sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, orangtua perlu menyadari peran besar mereka sebagai orangtua (Gunarsa dan Gunarsa, 1991: 60).

Brecknridge & Vincent (dalam Gunarsa dan Gunarsa, 1991: 179-180) mengemukakan pentingnya rumah bagi perkembangan anak sebagai berikut :

a. Rumah adalah tempat terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan fisik dan kebutuhan- kebutuhan psikologis anak.

b. Rumah adalah tempat untuk belajar dan juga tempat untuk mendapat pengalaman dalam menerima atau menghadapi orang lain.

c. Rumah adalah tempat untuk beristirahat setelah lelah dengan aktivitas- aktivitas sehari- hari.

Tidak setiap anak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya. Mereka bisa menjadi anak yang “miskin” kepribadianya atau kehidupan sosialnya. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak menyesuaikan diri. Gunarsa dan Gunarsa (1991: 94-95) berpendapat bahwa:

“Pertama, tergantung dimana anak itu dibesarkan, yang dimaksud dalam hal ini adalah kehidupan di dalam keluarga. Misal, apabila anak di didik oleh orangtuanya secara otoriter, maka saat dewasa kelak


(48)

anak akan seringkali merasa dendam dengan tokoh otoriter yang dijumpainya dalam masyarakat. Kedua, kesulitan lain terjadi karena anak tidak memperoleh “model” yang baik di rumahnya terutama dari orangtuannya. Biasanya anak- anak yang merupakan “hasil” keluarga tesebut, akan mengalami kesukaran dalam hubungan dengan orang lain di luar rumah.”

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar masih membutuhkan bimbingan dari orangtua, walaupun tidak sekuat seperti halnya pada usia dini pada masa perkembangan sebelumnya.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Marfiah Astuti (2013) yang berjudul “Implementasi Program Full Day School Sebagai Usaha Mendorong Perkembangan Sosial Peserta Didik TK Unggulan Al- Ya‟lu Kota Malang”. Hasil penelitian Marfiah menjelaskan bahwa penerapan program fullday schooldi TK Unggulan Al-Ya‟lu kota Malangdilaksanakan pada hari Senin sampai Jumat, mulai dari pagi hingga sore hari. Faktor pendukung program antara lain: 1) ketersediaan dana dari yayasan dan wali murid; 2) antusiasme anak yang besar dalam menjalankan program; dan 3) keikutsertaan orangtua dalam pelaksanaan program. Faktor penghambatnya adalah sikap orangtua yang kurang percaya pada pihak sekolah dalam menyelesaikan permasalahan anak, serta perbedaan kematangan anak didik. Solusi pihak sekolah untuk mengatasi hambatan program meliputi sosialisasi program sekolah untuk wali murid sehingga tercipta adanya kerjasama yang baik, memproduksi film sendiri untuk mengatasi keterbatasan sarana prasarana sertamelaksanakanmotherhood


(49)

teaching. Persamaan dari penelitian Marfiah Astuti dengan penelitian ini adalah variabel penelitiannya, yaitu program full day school, sedangkan perbedaan penelitian Marfiah Astuti dengan penelitian ini adalah penelitian adalah fokus penelitian. Penelitian Marfiah Astuti fokus terhadap implementasi program full day school dan tidak mengkaji tentang partisipasi orangtua secara lebih mendalam.

Penelitian yang dilakukan oleh Addin Arsyadana (2010) yang berjudul “Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Mi Al-Qamar, Nganjuk”. Berdasarkan hasil penelitian Addin diketahui bahwa upaya peningkatan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar melalui sistem full day school sudah berjalan dengan baik, artinya apa yang direncanakan dan pelaksanaanya sudah sesuai. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, madrasah terus menerus memacu dengan cara melengkapi sarana prasarana, mengatur penggunaan sarana prasarana, melakukan pemantauan dan melaksanakan pembinaan intensif yang tidak bersifat kaku. Dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi, seperti game, setting pembelajaran yang berbeda, atau moving class. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Addin adalah keduannya mengkaji tentang programfull day school pada tingkat sekolah dasar. Selain itu, pendekatan penelitian yang digunakan juga sama, yaitu pendekatan kualitatif, sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian. Penelitian Addin fokus pada penerapan full day school sebagai upaya peningkatan kualitas


(50)

pendidikan, sedangkan penelitian ini fokus pada bentuk- bentuk dan faktor yang mempengaruhi partisipasi orangtua dalam program full day school.

Penelitian yang dilakukan oleh Bahaddur Muslikh (2012) yang berjudul “Partisipasi Orangtua Siswa dalam Pembelajaran Di SD Islam Terpadu Salman Al Farisi Yogyakarta”. Penelitian Bahaddur menjelaskan tentang bentuk- bentuk partisipasi orangtua, yaitu partisipasi finansial, sarana, tenaga dan moril. Partisipasi orangtua dalam pembelajaran dilakukan melalui wadah komite kelas. Faktor yang mempengaruhi partisipasi orangtua siswa yaitu faktor kepedulian yang ditunjukkan dengan rasa memiliki sekolah yang tinggi serta presensi kehadiran rapat komite kelas tinggi. Faktor lainnya adalah tingkat pendidikan atau profesi orangtua siswa. Persamaan dari penelitian Bahaddur Muslikh dan penelitian ini adalah keduannya mengkaji tentang partisipasi orangtua di sekolah. Persamaan lainnya terlihat pada pemilihan setting penelitian, yaitu di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Perbedaannya adalah penelitian Bahaddur Muslikh fokus terhadap partisipasi orangtua dalam pembelajaran di sekolah, sedangkan penelitian ini fokus pada partisipasi orangtua dalam program full day school.

Penelitian yang dilakukan oleh Hendita Rifki Alfiansyah (2015) yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Orangtua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Se-Gugus III Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo”. Berdasarkan hasil penelitian Hendita, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perhatian orangtua terhadap


(51)

motivasi belajar siswa sebesar 39,7%. Semakin tinggi peran partisipasi orangtua, maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Bentuk partisipasi yang diberikan orangtua berupa partisipasi fisik (penyediaan tempat belajar/ pemberian alat bantu untuk belajar di rumah) dan partisipasi non fisik (pemberian bimbingan, arahan, motivasi pada anak). Penelitian Hendita dan penelitian ini sama- sama mengkaji tentang partisipasi orangtua di sekolah, tetapi fokus penelitiannya berbeda. Penelitian Hendita fokus terhadap pengaruh partisipasi orangtua dalam peningkatan motivasi belajar siswa, sedangkan penelitian ini fokus terhadapbentuk- bentuk serta faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi orangtua dalam program full day school. Perbedaan yang lainnya adalah penelitian Hendita menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.


(52)

E. Kerangka Pikir

Berikut ini adalah bagan kerangka pikir penelitian :

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Program Full Day School SD

Islam Terpadu Insan Utama

Bidang Keagamaan : 1. UMMI 2. Mabit Bidang Akademik :

1. Mentoring 2. ACIBU 3. Kunjungan

Edukasi 4. AMT Bidang Sosial :

1. Konsultasi Psikolog

2. Home Visit

Bidang Kreativitas :

1. Outbond

Partisipasi Non Fisik Partisipasi

Fisik

Partisipasi Orangtua dalam Program Full Day School di SD

Islam Terpadu Insan Utama Faktor

Pendukung

Faktor Penghambat


(53)

SDIT Insan Utama telah menerapkan program full day school selama kurang lebih enam tahun. Dalam pelaksanaannya, program full day schoolmemiliki beberapa program unggulan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek- aspek penting dalam diri individu yang terlibat dalam pelaksanaan program. Secara keseluruhan, program- program unggulan tersebut terbagi dalam empat aspek atau bidang, yaitu keagamaan, akademik, sosial, dan kreativitas.

Pelaksanaan program full day schooldapat dipengaruhi oleh beragam faktor yang salah satunya yaitu partisipasi orangtua. Menurut Nur Hilalah (dalam Annisa Nurul Azizah, 2014:18) hubungan baik antara sekolah dengan orangtua atau wali siswa akan mempengaruhi hasil pendidikan di sekolah. Mereka saling memberikan informasi tentang perkembangan anaknya baik di sekolah maupun di keluarga sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa partisipasi orangtua itu penting, karena dapat mendukung pelaksanaan program di sekolah.

Partisipasi orangtua sangat diperlukan dalam proses pendidikan anak, khususnya pendidikan formal di sekolah. Orangtua perlu mengawasi dan membantu sekolah dalam mendidik anaknya secara intensif dan ektensif dengan program-program yang berkualitas, kompetitif, dan produktif. Peran orangtua masih dibutuhkan oleh anak usia sekolah dasar (5-12 tahun). Anak membutuhkan pertolongan dalam membentuk tingkah


(54)

lakunya agar sesuai dengan situasi, kondisi dan aturan- aturan yang di lingkungan yang baru baginya. Seorang anak juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya untuk menstimulasi perkembangan anak secara menyeluruh.

Pada kenyatannya, masih banyak orangtua siswa SDIT Insan Utama yang tidak hadir dalam kegiatan sekolah seperti pertemuan rutin wali murid (POMG). Hal tersebut disebabkan oleh adanya beberapa kendala atau hambatan dan salah satu kendala yang sering terjadi adalah keterbatasan waktu orangtua, karena tuntutan pekerjaan atau urusan lain yang menyita waktu. Mayoritas orangtua atau wali murid di sekolah ini adalah orang yang sibuk bekerja. Sebagian besar wali murid atau orangtua siswa SDIT Insan Utama berprofesi sebagai dosen, guru, pengusaha dan wiraswasta. Ada pula beberapa wali murid yang bekerja sebagai buruh, pedagang atau petani.

Selain itu, orangtua siswa tidak dilibatkan dalam perencanaan maupun perumusan program sekolah, karena hal tersebut dianggap sebagai tanggung jawab pihak sekolah, terutama yayasan. Di sisi lain, sekolah masih tetap membutuhkan dukungan orangtua untuk mewujudkan keberhasilan serta ketercapaian tujuan pelaksanaan program- program di sekolah. Orangtua atau wali murid dapat terlibat dalam pelaksanaan program sekolah melalui keikutsertaan secara fisik maupun non fisik.


(55)

F. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan full day school ?

2. Apa saja tujuan serta manfaat dari pelaksanaan program full day school di SDIT Insan Utama ?

3. Apa saja program- program full day school di SDIT Insan Utama ? 4. Bagaimana pelaksanaan program full day school di SDIT Insan Utama ? 5. Apa saja faktor yang mempengaruhipelaksanaan program full day

school di SDIT Insan Utama ?

6. Apa yang dimaksud dengan partisipasi orangtua dalam program full day schooldi SDIT Insan Utama?

7. Apa saja manfaat partisipasi orangtua dalam program full day schooldi SDIT Insan Utama?

8. Apa sajabentuk partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama ?

9. Apa saja faktor yang mendukung partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama ?

10. Apa saja faktor yang menghambat partisipasi orangtua dalam program full day school di SDIT Insan Utama ?


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian “Partisipasi Orangtua dalam Program Full Day Schooldi SD Islam Terpadu Insan Utama Kasihan Bantul” adalah pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif deskriptif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, melalui pendekatan deskriptif kualitatif ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkap fenomena atau peristiwa yang terjadi di lapangan.

Menurut Lexy J. Moleong (2009: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengungkap bagaimana bentuk- bentuk partisipasi orangtua dalam program full day school SDIT Insan Utama Kasihan Bantul. Peneliti juga ingin mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat bagi orangtua untuk berpartisipasi dalam program full day school di SDIT Insan Utama Kasihan Bantul.


(57)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Settingtempat penelitian ini yaitu di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insan Utama yang berada di Dusun Gatak, Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun alasan dipilihnya SDIT Insan Utama sebagai setting penelitian, karena sekolah tersebut menerapkan program full day school dari tahun tahun 2010 sampai sekarang. Selain itu, hampir seluruh orangtua siswa SDIT Insan Utama adalah orangtua yang memiliki kesibukan dalam pekerjaan atau karir. Dengan kondisi tersebut, diharapkan dapat mempermudah peneliti dalam memperoleh data mengenai bentuk dan faktor yang mempengaruhi partisipasi orangtua dalam program full day school.

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, yaitu bulan Februari sampai April. Pada bulan Februari peneliti melakukan pra observasi dan penyusunan proposal penelitiansebagai tahap persiapan. Pada bulan selanjutnya, tahapan penelitian mencakup proses revisi proposal dan mengurus perizinan penelitian. Pengumpulan data penelitian dimulai pada bulan April selama satu bulan. Jadwal penelitian menyesuaikan dengan kondisi dan situasi di lapangan.

C. Subyek dan Informan Penelitian

Subyek dan informan penelitian merupakan sumber darimana data penelitin diperoleh. Subjek dalam penelitian iniyaitu orangtua siswaSDIT Insan Utama. Informan dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, ketua komite sekolah dan guru walikelas SDIT Insan Utama. Orangtua siswa


(58)

merupakan subyek utama dalam penelitian ini yang dipilih secara acak (random sampling). Kepala Sekolah bertindak sebagai pemimpin dan penanggung jawab dalam program full day school. Komite Sekolah merupakan wadah atau mediator antara sekolah dengan masyarakat, termasuk orangtua siswa. Guru walikelas merupakan pelaksana program full day school. Berikut ini adalah data terkait responden dalam penelitian yang dilakukan :

Tabel 1. Data Responden dalam Penelitian

No Inisial Keterangan

1 PS Kepala Sekolah 2 MS Komite Sekolah 3 H Guru walikelas 4 WA Guru walikelas 5 SN Guru walikelas

6 AN Orangtua siswa VI (Pegawai Pemerintahan) 7 SR Orangtua siswa III & kelas V (Guru KB/TK) 8 IS Orangtua siswa II & VI (Apoteker)

9 IU Orangtua siswa VI (Pedagang) 10 NF Siswa kelas IV

11 A Siswa kelas V 12 ZT Siswa kelas VI

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu :


(1)

207 III. SUSUNAN ACARA

WAKTU AGENDA PENANGGUNG WAB

07.00-07.30 Berkumpul di SDIT Ustadzah Nurul 07.30-08.00 Perjalanan keMasjid

Agung

08.00 -08.15 Pengenalan lokasi Ustadz Hartanto 08.15 -11.00 Game

11.00-12.00 Isoma Ustadzah Sari +

pendamping kelompok 12.00-12.30 Pembagian Hadiah &

Persiapan pulang

Ustadzah Nurul & Tehnik 12.30-13.00 Perjalanan Pulang

IV. ANGGARAN DANA OUTBOND Transportasi :

3bus x Rp 400.000,00 Pick-Up

Rp1.200.000,00

Rp 350.000 Rp 1.550.000,00 Infak Sewa tempat Rp 300.000,00 Rp 300.000,00

Survey Rp 50.000,00

Hadiah Rp 125.000,00

Honor panitia + pendamping

Rp 1.000.000,00

Dokumentasi Rp 75.000,00

Perlengkapan Rp. 50.000,00

Trainer 2 Rp. 200.000,00

Rp 3.350.000.00

Bantul, 28 Maret 2016 Mengetahui,


(2)

208 F. Data Prestasi Siswa

1. Prestasi Akademik

 Juara 1 Lomba Matematika Tingkat SD Se- Provinsi D.I.Yogyakarta- Jawa Tengah

 Juara 1 The First Runner of Spelling Bee Se- Kecamatan Kasihan  Juara 1 Lomba Cerdas Cermat Agama (CCA) Tingkat SD JSIT

Regional IV

 O2SN Tingkat SD se- Kabupaten Bantul

 Peringkat Terbaik ke- 2 Hasil UN Tingkat SD se- Kabupaten Bantul  Peringkat Terbaik ke- 6 Hasil UN Tingkat SD se- Kabupaten Bantul 2. Prestasi Non Akademik

 Juara 1 Cabang Tartil Al-Quran Tingkat SD Se-Provinsi D.I.Yogyakarta

 Juara 1 MTQ Se- Kabupaten Bantul

 Juara 1 Lomba Melukis Se- Kabupaten Bantul

 Peringkat 1 Lomba Catur Tingkat SD Se- Kabupaten Bantul  Juara 1 Bela Diri Putra Tingkat Provinsi D.I.Yogyakarta

 Juara 2 Musabaqoh Seni Lukis Islam Putra Se- Kabupaten Bantul  Juara 2 Lomba Adzan SILASKOTA 12 Se- Provinsi D.I.Yogyakarta  Juara 2 Lomba Kreativitas Barang Bekas Tingkat SD Se- Kabupaten

Bantul

 Juara 3 “Bantul Cup IV” Invitasi Pencak Silat Tapak Suci Kelas Putri

Se- Provinsi D.I.Yogyakarta- Jawa Tengah

 Juara 3 Lomba Musabaqoh Seni Lukis Islami SD Tingkat Provinsi D.I.Yogyakarta (DIKPORA)

 Juara 3 Pidato Bahasa Arab Tingkat SD Se- Provinsi D.I.Yogyakarta- Jawa Tengah


(3)

209 LAMPIRAN 7


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PROGRAM FULL DAY SCHOOL DALAM PENGEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL SISWA Pelaksanaan Program Full Day School Dalam Pengembangan Interaksi Sosial Siswa Di SD IT Ar Risalah Kartasura Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 1 15

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL DENGAN NON FULL Perbedaan Status Gizi Dan Karakteristik Keluarga Pada Siswa SD Antara Program Full Day School Dengan Non Full Day School Di Desa Tulakan Kabup

0 3 16

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL DENGAN Perbedaan Status Gizi Dan Karakteristik Keluarga Pada Siswa SD Antara Program Full Day School Dengan Non Full Day School Di Desa Tulakan Kabupaten Paci

0 1 11

PENGELOLAAN FULL DAY SCHOOL STUDI SITUS SMP ISLAM TERPADU HARAPAN BUNDA SEMARANG PENGELOLAAN FULL DAY SCHOOL STUDI SITUS SMP ISLAM TERPADU HARAPAN BUNDA SEMARANG.

0 2 13

KEMANDIRIAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN FULL DAY KEMANDIRIAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL DI SD ISLAM TERPADU NURUL ISLAM TENGARAN KABUPATEN SEMARANG.

0 0 12

PENDAHULUAN KEMANDIRIAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL DI SD ISLAM TERPADU NURUL ISLAM TENGARAN KABUPATEN SEMARANG.

0 0 9

IMPLEMENTASI PROGRAM FULL DAY SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI SD ISLAM TERPADU TARUNA TELADAN DELANGGU TAHUN 2015/2016.

4 11 25

PROGRAM FULL DAY SCHOOL DALAM PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN SISWA KELAS IV DI SDIT INSAN UTAMA BANTUL TAHUN AJARAN 2013/2014.

1 11 248

Perbedaan relgiusitas remaja SMP Islam full day school dan non full day school - Ubaya Repository

0 1 1

PendIdIkAn kARAkTeR MelAlUI PROGRAM PeMBIASAAn dI Sd ISlAM TeRPAdU InSAn UTAMA BAnTUl YOGYAkARTA

0 1 7