PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan Syarat-Syarat
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1.1 Sejarah Badan Litbang dan Diklat
Sejak diproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, para founding fathers sangat menyadari potensi besar yang terkandung dalam
agama sebagai kekuatan pengubah dan pemberi makna dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu, agama perlu dikelola dengan baik sehingga potensi
konstruktif yang dimilikinya dapat diberdayakan dan ekses negatif seperti simbolisasi atau politisasi agama untuk kepentingan kelompok tertentu dapat
diantisipasi sedini mungkin. Untuk itu, pada tanggal 3 Januari 1946 atau kurang dari satu tahun setelah kemerdekaan Indonesia didirikanlah Departemen Agama.
Ditengah dinamika pasang-surut kondisi dan situasi sosial politik yang menerpanya, Departemen Agama tetap konsisten melaksanakan tugas-tugas
pembinaan dan pelayanan keagamaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disadari bahwa, upaya menjalankan tugas tersebut tidak mudah dan
sederhana, karena masyarakat terus berkembang secara dinamik, peta permasalahan bangsa cenderung semakin kompleks dan mendesak, dan tuntutan pelayanan yang
semakin tinggi membutuhkan kecermatan, ketelitian, dan presisi yang tinggi dalam setiap pengambilan kebijakan pemerintah pembangunan bidang agama. Kondisi ini
menuntut adanya upaya serius pemerintah dalam penyiapan data dan informasi keagamaan dan draft-draft kebijakan yang relavan dengan kebutuhan. Data dan
70
informasi yang dibutuhkan perlu digali melalui serangkaian kegiatan riset dan pengembangan yang menyentuh kebutuhan peningkatan kualitas pembangunan
agama. Kerja riset dan pengembangan sendiri membutuhkan suatu lembaga khusus yang bergerak dibidang tersebut. Menyadari hal itu, dengan semangat peningkatan
mutu kebijakan berbasis hasil riset, pada tahun 1975 secara resmi didirikan Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, atau disingkat Badan Litbang Agama, sesuai
Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok–Pokok Organisasi Departemen dan Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1974 tentang Susunan
Organisasi Departemen. Kedua Keputusan tersebut, menjadi dasar juridis bagi lahirnya Keputusan Menteri Agama KMA RI Nomor 18 Tahun 1975 yang
mengatur pembentukan Badan Penelitian dan Pengembangan Agama. Dua puluh enam tahun kemudian Badan Litbang Agama, melalui Keputusan
Menteri Agama KMA Nomor I Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen Agama, mengalami
restrukturisasi dengan adanya penggabungan antara unit kelitbangan agama dengan unit kediklatan keagamaan. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama KMA
tersebut nomenklatur Badan Litbang Agama menjadi Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan.
Dengan adanya penggabungan kedua unit yang semula memiliki tugas dan fungsi berbeda, maka tugas pokok dan fungsi Badan Litbang Agama dan Diklat
Keagamaan lebih meningkat lagi. Penyempurnaan namenklatur organisasi terus berlanjut. Melalui Peraturan Menteri Agama PMA RI. Nomor 3 Tahun 2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama, Badan Litbang Agama dan 71
Diklat Keagamaan berubah menjadi Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama dengan tidak mengubah tugas pokoknya.
Jika menurut sejarah, sejak berdirinya tahun 1975 sampai tahun 2010, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama telah mengalami 10 kali pergantian
kepemimpinan dengan dinamikanya yang berbeda-beda sesuai tuntutan dan permasalahan kala itu.
Berbagai kegiatan kelitbangan dan kediklatan membutuhkan dukungan pelayanan administratif dan koordinatif secara memadai yang dilakukan oleh
Sekretariat Badan Litbang dan diklat. Sesuai PMA No. 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, Pasal 757 Sekretariat Badan
Litbang dan Diklat mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi bagi seluruh satuan
organisasi di lingkungan Badan Litbang dan Diklat berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan.
Untuk meningkatkan pelayanan di bidang kepegawaian Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI telah memanfaatkan teknologi informasi. Namun,
pemanfaatan teknologi informasi salah satunya berupa komputer tersebut belum maksimal karena berbagai keterbatasan, antara lain masih terbatas kemampuan
penataan informasi, dan sebagian bidang pelayanan belum tersedia sistem aplikasi seperti yang diperlukan. Berkaitan dengan hal itu dibutuhkan langkah-langkah
pembenahan melalui pengembangan sistem pemanfaatan teknologi informasi yang berfungsi mempercepat proses promosi pegawai, menata pengolahan data pegawai,
mengatur, dan memberikan layanan kepegawaian sehingga dapat mendukung kerja 72
organisasi serta dalam menganalisa data – data setiap pegawai yang sudah atau yang akan dipensiunkan yang akan diinput kedalam database serta dalam
pembuatan laporan.
4.1.1.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi a. Kedudukan