Spesifikasi Karet Pengaruh Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Terhadap Nilai ASHT Sesuai Dengan Mutu Karet SIR 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber estate Dolok Merangir

partikel dan berat jenisnya lebih besar dari partikel karet dan bentuknya seperti bola. Setelah pemusingan dilakukan, partikel Frey wyssling biasanya terletak di bawah partikel karet dan di atas fraksi dasar. Tampubolon, M., 1986 2.4.3. Fraksi serum Fraksi serum juga disebut fraksi c centrifuged serum mengandung sebagian besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan ion-ion logam. Ompusunggu, 1987 2.4.4. Fraksi dasar Fraksi dasar pada umumnya terdiri dari partikel-partikel dasar. Partikel dasar mempunyai diameter 2 – 5 mikron dan berat jenisnya lebih besar dari berat jenis partikel karet, sehingga pada pemusingan partikel-partikel dasar berkumpul di bagian bawah dasar. Jumlah lutoid dalam lateks berkisar antara 15 – 20. Tampubolon, M., 1986

2.5. Spesifikasi Karet

Karet alam merupakan komoditi perkebunaan yang unik karena penggunaannya sebagai bahan baku industri sedangkan komoditi perkebunan lainnya sebagian besar adalah bahan makanan dan minuman. Sebelum menjadi barang jadi misalnya ban kendaraan, karet mengalami pengujian mutu teknis yang ketat dan kemudian diproses dengan prosedur pengolahan yang cukup rumit. Karena itu masalah mutu karet jauh lebih canggih dibandingkan dengan mutu komoditi perkebunan lainnya. Karet spesifikasi teknis TSR yang dikenal dengan istilah “crumb rubber” mula-mula diolah oleh Malaysia tahun 1966, kemudian diikuti oleh Singapura dengan Universitas Sumatera Utara bahan baku berasal dari Indonesia yang penentuan jenis mutunya berdasarkan SMR Standar Malaysia Rubber dan SSR Singapore Specified Rubber. Sedangkan Indonesia baru mulai mengolah crumb rubber pada tahun 1969 dengan spesifikasi jenis mutu berdasarkan SIR Standar Indonesia Rubber. Konsumen yang mula-mula menerima dengan baik karet jenis crumb rubber ini adalah Amerika. Karena itu ekspor karet Indonesia terutama ditujukan ke Amerika Serikat dan memperoleh pasaran yang baik. Tahun 1982 jumlah karet Indonesia yang dikonsumsi oleh Amerika Serikat adalah 54 dari konsumsi karet alam negara tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat kita tinjau proporsi jenis mutu karet alam ekspor dalam pasaran Internasional pada tahun 1982 yaitu sebagai berikut : Tabel 2.3. Jenis Mutu Karet dalam Pasaran Internasional No Jenis Mutu 1 TSR-20 34,7 2 RSS-3 23,4 3 RSS-1 12,3 4 RSS-4 6,4 5 TSR-10 5,6 6 RSS-2 4,5 7 TSR-50 4,1 TSR = Technical Specified Rubber Crumb Rubber = Karet Remah Universitas Sumatera Utara 2.5.1. Proses pengolahan TSR Proses pengolahan TSR dapat dibagi 2, yaitu : 1. Proses pengolahan bahan baku lateks Proses pengolahan bahan baku lateks yaitu pengecilan ukuran, penipisan, peremahan, pencacahan, pembutiran, pengeringan, pembalan dan pengepakan. 2. Proses pengolahan bahan baku koagulum Proses pengolahan bahan baku koagulum juga ditentukan oleh kondisi bahan baku yaitu bahan baku kotor dan bahan baku bersih. 2.5.2. Pengawasan mutu karet Pengujian mutu dilakukan sesuai dengan parameter skema SIR yang dikeluarkan berdasarkan SK Mentri Perdagangan N0. 321KpVIII83 seperti pada tabel di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4. Skema Standar Indonesia Rubber SIR Spesifikasi SIR 5CV SIR 5LV SIR 5L SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50 Kadar kotoran, maks 0,05 0,05 0,05 0,05 0,10 0,20 0,50 Kadar Abu, maks 0,50 0,50 0,50 0,50 0,75 1,00 1,50 Kadar zat menguap, maks 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 PRI, min 60 60 60 60 50 40 30 Po, min - - 30 30 30 30 30 Warna, angka komparator lovibond, maks - - 6 - - - - Viskositas Mooney ML1+4’100°C - - - - - - - Uji kemantapan viskositas satuan Wallace, maks 8 8 - - - - - Ekstrak aseton, - 6,8 - - - - - Warna Lambang Hijau Hijau Hijau Hijau Coklat Merah Kuning Nitrogen, maks 0,6 O,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 Hasil pengujian yang diperoleh walaupun memenuhi standar mutu tapi mempunyai variasi yang cukup besar, apalagi bila diuji sifat-sifat fisika barang jadinya. Pada masing-masing pabrik dapat juga terjadi variasi mutu untuk tiap kali produksi, begitu juga bila dibandingkan antar pabrik. Anwar, A.,Anas, A., 1987. Universitas Sumatera Utara

2.6. Penyusutan bahan olah karet

Dokumen yang terkait

Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi Crumb Rubber Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate

52 291 167

Analisa Perbandingan Kadar Kotoran (Dirt Content) Pada Karet Remah Yang Berasal Dari Bahan Baku Lump Mangkok Dengan Bahan Baku Latex PT.Bridgestone Sumatera Rubber Estate,Tbk

6 87 73

Penentuan Ammoniak Pada Limbah Cair Pengolahan Karet Remah Dengan Bahan Baku Lateks Pekat Dan Lump Mangkok Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

6 121 54

Perlakuan Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Untuk Mendapatkan Nilai Pri Sesuai Dengan Parameter Mutu Karet Sir 10 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate - Dolok Merangir

7 54 44

Analisis Konsistensi Mutu Crumb Rubber di Pabrik Karet PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate

17 61 75

Pengaruh Kombinasi Komposisi Bahan Olah Karet Terhadap Tingkat Konsistensi Plastisitas Retension Indeks (Pri) Karet Remah Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

3 58 55

Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir 20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan

22 182 63

Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Plastisitas Karet Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

2 51 50

Manajemen penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara

0 28 83

Model Perencanaan Persediaan Bahan Baku Karet Untuk Memproduksi Karet Remah (Crumb Rubber) Jenis SIR 20 Pada PT. Lembah Karet Padang.

6 18 6