3.8 Penetapan Kadar Serat Tak Larut Dalam Kerupuk Ampas Sisa Jagung Pipilan
Penentuan kadar serat tak larut dengan metode analisis NDF ini berdasarkan Birch, 1987.
Ditimbang seksama 0,5 gram kerupuk yang telah dihaluskan, dimasukkan kedalam labu alas bulat 500 ml, ditambah pereaksi NDF sebanyak 100 ml. Dipanaskan dengan
elektromantel, menggunakan pendingin bola. Setelah mendidih selama 5 menit, pemanasan dihentikan hingga busa habis. Kemudian dilakukan pemanasan kembali
selama 60 menit, terhitung sejak campuran mulai mendidih. Campuran diaduk, kemudian disaring dengan corong Buchner. Residu dicuci dengan air suling panas 80 - 90 °C ,
Lalu dicuci dengan aseton, masing-masing. Hasil penyaringan dikeringkan pada suhu 105 °C selama 9 jam, dinginkan dalam desikator lalu ditimbang kembali. Pengeringan ulang
ini dilakukan hingga diperoleh berat konstan W
1
. Hasil penimbangan diabukan pada suhu 800 °C selama 3 jam. Didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Pengabuan
dilakukan lagi selama 1 jam, didinginkan dalam desikator lalu ditimbang kembali. Pengabuan ulang ini dilakukan hingga diperoleh berat konstan W
2
. Data penimbangan dan penetapan kadar serat tak larut dalam kerupuk ampas sisa jagung
pipilan dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 33
3.9 Pengorengan Kerupuk Ampas Sisa Jagung Pipilan
Kerupuk ampas sisa jagung pipilan digoreng dengan minyak panas, sambil dibalik- balik sampai matang dan kembang.
Universitas Sumatera Utara
3.10 Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan metode hedonik Soekarto, 1981, yaitu analisis menurut uji kesukaan terhadap rasa. Panelis diharapkan dapat mengemukakan penilaian
suka atau tingkat kesukaan. Kriteria panelis :
1. Panelis yang digunakan adalah panelis konsumen yang diambil secara acak dengan jumlah anggota penelis seluruhnya 40 orang
2. Tidak dalam keadaan sakit dilihat bahwa panelis tidak sedang demam, flu dan batuk. 3. Panelis yang digunakan adalah mahasiswa.
Langkah-langkah uji organoleptik: 1.
Pengujian dilakukan didalan ruangan yang bersih Gambar ruangan uji organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 13 gambar 3
halaman 50 2.
Kerupuk yang sudah digoreng, masing-masing diberi kode produk I, II dan III dengan variasi ampas sisa jagung pipilan berturut-turut 200 gram, 400 gram dan
500 gram. 3.
Kepada panelis disajikan kerupuk untuk dicicipi, air putih dan formulir pertanyaan. Sebelumnya panelis diberikan penjelasan singkat mengenai produk
yang diperiksa dan cara penilaian Formulir pertanyaan dan gambar penyajian dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13
halaman 49 dan 50.
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan yang diberikan kepada panelis: i.
Produk yang diperiksa adalah kerupuk ampas sisa jagung pipilan ii.
Setiap melakuakan pencicipan panelis dianjurkan untuk minum, agar panelis dapat menilai secara objektif terhadap setiap produk
iii. Setelah panelis selesai mencicipi produk yang diperiksa, panelis diminta untuk
memberi penilaian berdasarkan tingkat kesukaan sesuai dengan penilaian mereka masing-masing. Gambar panelis sedang memberikan penilaian
terhadap rasa kerupuk ampas sisa jagung pipilan dapat dilihat pada Lampiran 13 gambar 4 halaman 50
4. Untuk penganalisaan, skala hedonik ditarnsformasi menjadi skala numerik dengan
angka menaik sesuai tingkat kesukaan. Dengan data numerik dilakukan analisa satistik
5. Skala hedonik dan skala numerik yang digunakan sebagai berikut:
Skala hedonik Skala numerik
Amat sangat suka Sangat suka
Suka Agak suka
Tidak suka 5
4 3
2 1
Universitas Sumatera Utara
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN