Pembahasan Materi TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1. Pembahasan Materi

Kelapa sawit Elaeis guineensis diketahui berasal dari Afrika Barat. Industri sawit Malaysia dan Indonesia bermula dari empat anak benih dari Afrika yang ditanam di Taman Botani Bogor, Indonesia pada tahun 1848. benih dari Bogor ini kemudian ditanam di tepi – tepi jalan sebagai tanaman hiasan di Deli, Sumatera Timur pada tahun 1870-an dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor pada 1911 – 1912. Di Taman Botani Bogor yang terletak di Bogor di Indonesia terdapat pohon kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika. Dikembangkan pada tahun 1817 seluas 87 hektar hasil usaha Prof. Dr. Reinwadt, Ahli botani Belanda. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 m. bunga dan buahnya berupa tandan yang bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun,dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam, sedangkan tempurungnya digunakan sebagai bahan benih dan arang. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji. Tumbuh di daerah tropika, pada ketinggian 0 – 500m di atas permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur, ditempat terbuka dengan kelembapan tinggi. Kelembapan tinggi itu Universitas Sumatera Utara antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2000 – 2500 mm per tahun. Pelepah kelapa sawit meliputi beberapa helai daun yang berukuran 55 cm hingga 65 cm dan menguncup dengan lebar 2,5 cm hingga 4 cm. ada 2 jenis bentuk helai daun dalam Elaeis oleifera. Setiap pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang helai daun. Bilangan pelepah yang dihasilkan meningkat dari 30 hingga 40 ketika berumur tiga hingga empat tahun dan kemudian menurun sehingga 18 hingga 25 pelepah. Pengembangan bahan tanaman kelapa sawit pada dekade 1990-an bukan hanya difokuskan pada penigkatan produktivitas minyak, melainkan juga pada perbaikan kualitas minyak sehubungan dengan meningkatnya perhatian konsumen minyak nabati terhadap nilai nutrisi minyak makan, dan juga alasan kesehatan. Komponen kualitas minyak yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki adalah kandungan asam lemak tak jenuh ALTJ, khususnya kandungan oleat dan komponen minor minyak sawit, seperti betakaroten, tocopheral, dan tocotrienal. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas minyak kelapa sawit melalui pemuliaan adalah dengan mengintegrasikan gen penentu ALTJ dan komponen minor dari spesies liar Elaeis oleifera kedalam background genetik kelapa sawit komersial, E. guineensis. Secara konvensional, proses integrasi tersebut dapat dilakukan melaluo prosedur silang balik backcross. Namun demikian, kemajuan seleksi melalui silang konvensional pada kelapa sawit sangat lambat karena adanya factor sterilitas sabagai akibat jika dua spesies yang berbeda disilangkan. Universitas Sumatera Utara Untuk memecahkan kendala inefisiensi integrasi gen dari E. Oleifera ke E. Guineensis diperlukkan pendekatan baru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggabungkan teknologi marka molekuler ke dalam program seleksi silang balik, atau lazim disebut marker-assisted selection backcrossing MASBC. Salah satu persyaratan untuk melaksanakan MASBC adalah tersedianya peta pautan genetic dan informasi tentang lokasi dan pengaruh gen yang berasosiasi dengan karakter kuantitatif tertentu quantative trait lociQTL sebagai factor yang akan dijadikan sebagai kriteria seleksi. Pemetaan QTL yang berasosiasi dengan kualitas minyak belum pernah dilaporkan. Kajian mengenai pautan genetic dan QTL pada kelapa sawit dengan focus kualitas minyak, dan dengan menggunakan populasi BC sebagai populasi pemetaan, diharapkan menjadi langkah awal yang signifikan untuk memulai pelaksanaan MAS BC. Untuk memfasilitasi MAS dalam rangka perbaikan kandungan asam oleat pada tanaman kelapa sawit telah dilakukan konstruksi peta pautan genetik kelapa sawit berkerapatan tinggi Elaeis guineensis x E. oleifera dan peta QTL yang berasosiasi dengan asam oleat. Marka Random Amplification Polymorphism RAPD dipilih sebagai marka untuk menghasilkan lokus . Pengolahan kelapa sawit yang lazim disebut dengan tandan buah segar TBS dimaksudkan untuk memperoleh minyak sawit dari daging buah dan inti sawit dari biji. Perlakuan terhadap TBS mulai dari panen, transportasi, dan proses pengolahan di pabrik akan menentukan kuantitas dan kualitas minyak yang akan dihasilkan. Universitas Sumatera Utara 2.2. Pengolahan CPO menjadi bahan yang di komsumsi oleh manusia CPO yang dihasilkan dari kelapa sawit tidak dapat langsung di komsumsi oleh konsumen disebabkan oleh sifat-sifat dan adanya. Dari CPO dihasilkan antara lain adalah: 1. Minyak Goreng. 2. Sabun detergent. 3. Kosmetik. 4. Bahan Industri 5. Bahan yang dipakai dalam dunia kesehatan,dll. Pada umumnya sampai saat ini CPO telah diolah sebahagian besar dikomsumsi sebagai minyak goreng edible oil . Dari data-data penggunaan untuk tujuan lain terus meningkat. Untuk memenuhi selera konsumen,maka dari CPO bisa didapat edible oil yang cair disebut olein. Untuk indonesia dan asia tenggara umumnya menyukai edible oil yang cair, dari negara-negara asia barat dan timur tengah menyukai yang kental atau yang padat berdasarkan hal tersebut diatas maka CPO sebelum menjadi bahan konsumsi akan mengalami proses frekuensi. Dari CPO berdasarkan type dan langkah proses yang dipilih bisa didapatkan 3 tiga jenis hasil akhir yang secara umum dikenal dengan istilah refiden bleached dodorized oil R B D oil. Yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Produksi cair disebut RBD, olein. 2. Produksi padat disebut RBD, Stearin. 3. Produksi kental disebut RBD, Palm oil. 2.3. Proses Pembuatan Minyak Goreng 2.3.1 Sekilas tentang Bahan Baku