BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan peradaban manusia antara lain ditandai oleh terbentuknya lembaga pemerintahan. Penyelenggaraan perusahaan untuk
menjamin tata tertib kehidupan bermasyarakat, tentu membutuhkan biaya. Mekanisme perpajakan adalah cara pokok bagi pemerintahan manapun untuk
memobilisasi sumber daya guna menjamin berlangsungnya pemerintahan dan program-program yang dijalankannya.
Pajak berpotensi sangat besar sebagai sumber pemasukan utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang digunakan untuk
membelanjai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Namun, potensi itu belum digali secara optimal karena
kurangnya kebijakan dan peraturan yang mendukung. Profesionalitas aparat dan kesadaran masyarakat wajib pajak, juga masih rendah.
Sasaran utama kebijakan peningkatan penerimaan keuangan negara di Indonesia antara lain adalah dengan cara menggali, mendorong dan
mengembangkan sumber-sumber penerimaan dalam negeri. Hal ini dimaksudkan agar jumlahnya semakin meningkat sesuai dengan kebutuhan
pembangunan serta penyelenggaraan pemerintah. Dalam hal ini upaya peningkatan penerimaan keuangan negara tersebut mempunyai korelasi positif
terhadap adanya tuntutan untuk meningkatkan disektor terkait, termasuk peningkatan kemampuan penerimaan dari sektor pajak.
Pada saat ini, pendapatan pajak domestik semakin dominan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Hal ini berbeda jika
dibandingkan dengan situasi pada pertengahan dekade 70-an sampai 80-an, ketika APBN kita didominasi dari penerimaan migas. Secara implisit ini
berarti bahwa rakyat semakin besar peranannya dalam pembangunan Ismawan, 2001:3.
Dalam upaya meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak, maka kebijaksanaan perpajakan lebih diarahkan kepada upaya meningkatkan
penerimaan khususnya melalui berbagai program intensifikasi dan ekstensifikasi pajak. Hal ini karena sektor pajak sebagai salah satu tulang
punggung sumber penerimaan negara yang secara fungsional sangat menentukan kelancaran pemerintahan, pembanguan serta dalam mempercepat
pertumbuhan ekonomi Husen, 1999:5. Kebijaksanaan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan dalam
negeri dari sektor pajak, antara lain melalui perubahan sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system pada
tahun 1983. Hal ini ditetapkan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 yang telah mengalami dua kali perubahan, yaitu perubahan pertama Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan perubahan kedua Undang-Undang nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Self
Assessment system memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang dan melunasinya, serta melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat ia terdaftar.
Berlakunya Self assessment system ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, yang ditandai dengan pelaksanaan kewajiban
perpajakannya oleh wajib pajak secara sukarela dan sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan yang berlaku. Oleh karena itu,
peran serta masyarakat menjadi sangat penting dan sebagai penentu di dalam menopang pembiayaan pembangunan melalui pembayaran pajak Hutagaol,
2005: 24. Pada kenyataannya dalam pelaksanaan self assessment system masih
terdapat banyak kendala yang harus dihadapi oleh fiskus untuk meningkatkan penerimaan pajak. Salah satu kendalanya adalah masih rendahnya kesadaran
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga berdampak pada berkurangnya penerimaan pajak. Penyebab lainnya adalah dikarenakan
persepsi masyarakat yang negatif, pajak dianggap membebani dan memaksa, belum dianggap sebagai bentuk pengabdian, dukungan atau partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Salah satu upaya untuk memperbaiki image tersebut adalah persepsi yang baik atau positif dari wajib pajak terhadap self
assessment system yang diterapkan dalam system perpajakan nasional. Selain itu, kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor pengalaman, faktor intelegensi, faktor kepribadian, faktor motivasi, faktor kecemasan dan
pengharapan Harvey dan Smith, 1977 dalam Prasetio dkk., 2006:5.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prasetio dkk. 2006 dalam Jurnal Perpajakan Indonesia
dengan judul “Persepsi Wajib Pajak Badan Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System dalam Memenuhi Kewajiban Pajak”. Variabel yang
digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Prasetio dkk. 2006 adalah variabel pengalaman, motivasi dan kepribadian wajib pajak. Variabel ini
diambil dari pengertian persepsi yang menjelaskan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi. Sedangkan dalam penelitian ini,
variabel yang digunakan untuk mengukur kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya adalah dengan menggunakan variabel
pengalaman, motivasi dan pengharapan wajib pajak. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang mengenai objeknya, maka semakin tinggi
pula persepsi seseorang terhadap objeknya, dalam hal ini mengenai kepatuhan wajib pajak. Pengalaman yang dimiliki oleh wajib pajak mengenai
pelaksanaan kewajiban perpajakannya adalah sebagai hasil dari seringnya terjadi kontak antara wajib pajak terhadap pelaksanaan kewajiban
perpajakannya. Motivasi pada dasarnya menunjukkan upaya untuk menjelaskan sebab-
sebab atau landasan dari timbulnya suatu peristiwa perilaku tertentu pada diri seseorang. Motivasi ini berperan sangat penting dalam mendorong wajib pajak
untuk membayar pajak. Semakin besar motivasi dan pengharapan wajib pajak terhadap pajak yang dibayarkannya maka akan semakin tinggi pula kesadaran
wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Penelitian ini
dilakukan hanya terbatas pada wajib pajak badan yang terdaftar dan berbadan hukum Perseroan Terbatas PT pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama
Jakarta Pasar Minggu. Dipilihnya wajib pajak badan sebagai objek penelitian karena objek pajak badan sebagai objek pajak yang memiliki sejumlah
persepsi, pengalaman, motivasi, pengharapan dan lain-lain pada dirinya dalam melakukan pelaksanaan kewajiban pajaknya. Sedangkan lokasi penelitian
dipilih karena memiliki potensi yang besar dalam penerimaan pajak. Hal ini didukung dengan banyaknya perusahaan-perusahaan, baik perusahaan besar
maupun kecil yang terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh pengalaman, Motivasi dan Pengharapan Wajib Pajak Badan
Terhdap Pelaksanaan Self Assessment System dalam Memenuhi Kewajiban Pajak”.
B. Perumusan Masalah