Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh
PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
BANDA ACEH
TESIS
Oleh
SITI DARA SAFITRI 067013035/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
THE INFLUENCE OF CAREER DEVELOPMENT ON WORK MOTIVATION OF THE NURSES IN NURSING
AT MEURAXA GENERAL HOSPITAL, BANDA ACEH
THESIS
By
SITI DARA SAFITRI 067013035/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
THE INFLUENCE OF CAREER DEVELOPMENT ON WORK MOTIVATION OF THE NURSES IN NURSING
AT MEURAXA DISTRICT GENERAL HOSPITAL, BANDA ACEH
THESIS
By
SITI DARA SAFITRI 067013035/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA BANDA ACEH
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
SITI DARA SAFITRI 067013035/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
(5)
Judul Tesis : PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA BANDA ACEH
Nama Mahasiswa : Siti Dara Safitri Nomor Induk Mahasiswa : 067013035
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr.Dra. Ida Yustina, M.Si ) (dr. Jules H. Hutagalung, M.P.H Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(6)
Telah diuji pada
Tanggal : 17 Januari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si Anggota : 1. dr. Jules H. Hutagalung, M.P.H
2. Dr. Endang Sulistya Rini, S.E. M.Si 3. Siti Zahara Nasution, S.Kp, M.NS
(7)
PERNYATAAN
PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUMAH SAKIT MEURAXA BANDA ACEH
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2012
(8)
ABSTRAK
Bed Occupancy Rate (BOR) RSUD Meuraxa Banda Aceh tahun 2008 masih rendah, yaitu 46,5%, dibanding standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI, yakni 60-85%. Survey pendahuluan menunjukkan kinerja perawat pelaksana di RSUD Meuraxa Banda Aceh masih belum memenuhi standar kerja yang baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengembangan karir (promosi dan pelatihan) terhadap motivasi kerja perawat pelaksana (disiplin kerja dan tanggung jawab) dalam asuhan keperawatan di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Jenis penelitian menggunakan survey explanatory, dilaksanakan pada bulan Februari - Oktober 2011. Populasi adalah seluruh perawat pelaksana sebanyak 62 orang di mana seluruhnya dijadikan sampel. Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi dan pelatihan yang dilaksanakan belum sesuai dengan harapan perawat (buruk). Secara statistik terdapat pengaruh promosi dan pelatihan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana.
Disarankan kepada manajemen RSUD Meuraxa Banda Aceh untuk mengelola program pengembangan karir pada perawat pelaksana sehingga termotivasi untuk bekerja lebih baik menjadi perawat yang profesional.
(9)
ABSTRACT
Bed Occupancy Rate (BOR) Meuraxa Banda Aceh Hospital in 2008 were still low, as 46,5%, compare to the Ministry of Health of Indonesia standard, as 60-85%. The preliminary survey showed that the performance of nurse in Meuraxa Banda Aceh Hospital were still not accomplish the standard yet.
The purpose of this explanatory survey was to analyze the influence of career development (promotion and training) on work motivation of the nurses (work discipline and responsibility) in implementing nursing at Meuraxa Banda Aceh Hospital. The population of this study were all of the 62 nurses and all of them were selected to be the samples for this study. The survey was conducted on February until October 2011. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews, then analyzed through multiple linear regression tests.
The result of this study showed that promotion and training implemented was poor or did not meet what the nurses expected yet. Statistically, the promotion and training had influence on work motivation of the nurses.
The management of Meuraxa Banda Aceh Hospital is suggested to manage the career development program to the nurse that the nurses are motivated to perform their work better and become professional nurses.
Keywords: Career Development, Motivation
(10)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi rahmat dan hidayat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh”.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi
Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Medan.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H.,
M.Sc (CTM)., Sp.A, (K).
2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya
Utama, M.S atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si
(11)
untuk membimbing kami dalam menyelesaikan tesis dan sekretarisnya Utara Dr.
Ir. Evawany Aritonang, M.Si.
4. Anggota Komisi Pembimbing dr. Jules H. Hutagalung, M.P.H atas segala
ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan,
dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini
selesai.
5. Tim Penguji Dr. Endang Sulistya Rini, S.E. M.Si dan Anggota Tim Penguji Siti
Zahara Nasution, S.Kp, M.Ns yang telah banyak memberikan saran, bimbingan
dan perhatian selama penulisan tesis.
6. Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh yang telah banyak
membantu penulis dalam dalam rangka menyelesaikan penelitian.
7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda Drs. Tagor
Siregar dan Ibunda Dra. Dahniar AR serta keluarga besar yang telah memberikan
dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.
9. Teristimewa buat suami tercinta Satriawan Tanel, S.T, M.Si dan ananda Nabila
Althaffira Tanel, Sitti Falisha Tanel, dan Fayruz Ramadhani Tanel berkat
(12)
10. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam
penyusunan tesis.
Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan
dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Januari 2012 Penulis
(13)
RIWAYAT HIDUP
Siti Dara Saftri lahir di Banda Aceh tanggal 21 Nopember 1972, beragama
Islam, bertempat tinggal di Desa Ilie Kecamatan Ule Kareng Kota Banda Aceh, anak
ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Tagor Siregar dan Dra. Dahniar AR,
sudah menikah dengan Satriawan Tanel, S.T, M.Si dikarunia tiga orang putri.
Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar Negeri Teladan Lamnyong
Banda Aceh pada tahun 1987. Menamatkan Sekolah Menengah Pertama Negeri
Darussalam Banda Aceh pada tahun 1989, Menamatkan SMA Darussalam pada tahun
1991 dan menamatkan S1 Kedokteran Unsyiah Banda Aceh pada tahun 2000.
Penulis memulai karir sebagai dokter PTT di Puskesmas Aceh Barat pada
tahun 2001, dan diangkat menjadi PNS pada tahun 2002-2004 bekerja sebagai Kepala
Puskesmas Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, tahun 2005-2010
menjabat sebagai Kepala Puskesmas Darussalam Kecamatan Darussalam Kabupaten
(14)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Permasalahan ... 8
1.3.Tujuan Penelitian ... 8
1.4.Hipotesis ... 9
1.5.Manfaat Penelitian ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Motivasi Kerja ... 10
2.1.1. Disiplin Kerja ... 16
2.1.2. Tanggung Jawab ... 17
2.2. Pengembangan Karir ... 18
2.2.1. Promosi ... 25
2.2.2. Pelatihan ... 26
2.3. Landasan Teori ... 29
2.4. Kerangka Konsep ... 32
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ... 34
3.1. Jenis Penelitian ... 34
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
3.2.1. Tempat Penelitian ... 34
3.2.2. Waktu Penelitian ... 34
3.3. Populasi dan Sampel ... 34
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 37
3.6. Metode Pengukuran ... 38
(15)
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 41
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41
4.1.1. Demografi Wilayah Kerja RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 41
4.1.2. Tenaga Kesehatan di RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 41
4.1.3. Tingkat Pemakaian Fasilitas RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 43
4.1.4. Data Penyakit di Rumah Sakit di RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 44
4.2. Hasil Penelitian ... 45
4.2.1. Analisis Univariat ... 45
4.2.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .... 45
4.2.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
4.2.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 46
4.2.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 46
4.2.1.5. Distribusi Pengembangan Karir ... 47
4.2.1.6. Distribusi Motivasi Kerja ... 50
4.2.2. Analisis Bivariat... 53
4.2.3. Analisis Multivariat ... 54
BAB 5. PEMBAHASAN ... 57
5.1. Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Motivasi Kerja Responden dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh ... 57
5.1.1 Pengaruh Promosi terhadap Motivasi Kerja Responden dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh ... 59
5.1.2. Pengaruh Pelatihan terhadap Motivasi Kerja Responden dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh ... 61
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
6.1. Kesimpulan ... 64
6.2. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
(16)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1. Skala Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 39
4.1. Sarana dan Prasarana Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap di
RSUD Meuraxa Banda Aceh Tahun 20101 ... 42
4.2 Tenaga Kesehatan di RSUD Meuraxa Banda Aceh Tahun 2010.. 43
4.3. Nilai BOR, LOS, dan TOI di RSUD Meuraxa Banda Aceh
Tahun 2010 ... 43
4.4. Distribusi Data 10 Penyakit Penyakit Terbesar Pasien Rawat
Jalan di RSUD Meuraxa Banda Aceh Tahun 2010 ... 44
4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur di RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 45
4.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin di RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 46
4.7. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan di RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 46
4.8. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Lama Bekerja di RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 47
4.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Promosi di
RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 47
4.10. Distribusi Kategori Promosi Responden di RSUD Meuraxa
Banda Aceh ... 48
4.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pelatihan di RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 49
(17)
4.12. Distribusi Kategori Pelatihan Responden di RSUD Meuraxa
Banda Aceh ... 49 4.13. Distribusi Kategori Pengembangan Karir Responden di RSUD
Meuraxa Banda Aceh ... 50
4.14. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Disiplin Kerja
di RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 51
4.15. Distribusi Kategori Disiplin Responden di RSUD Meuraxa
Banda Aceh ... 51
4.16. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Tanggung
Jawab di RSUD Meuraxa Banda Aceh ... 52
4.17. Distribusi Kategori Tanggung Jawab Responden di RSUD
Meuraxa Banda Aceh ... 53
4.18. Distribusi Kategori Motivasi Kerja Responden di RSUD
Meuraxa Banda Aceh ... 53
4.19. Hasil Analisis Bivariat Antara Variabel Independen dengan
Variabel Dependen ... 54
4.20. Hasil Uji Regresi Berganda Pengembangan Karir (Promosi dan Pelatihan) terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
(18)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 67
2 Surat Telah Selesai Meneliti dari RSUD Meuraxa Banda Aceh... 68
3. Kuesioner Penelitian ... 69
4. Pengolahan Data ... 71
5. Master Data ... 91
(20)
ABSTRAK
Bed Occupancy Rate (BOR) RSUD Meuraxa Banda Aceh tahun 2008 masih rendah, yaitu 46,5%, dibanding standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI, yakni 60-85%. Survey pendahuluan menunjukkan kinerja perawat pelaksana di RSUD Meuraxa Banda Aceh masih belum memenuhi standar kerja yang baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengembangan karir (promosi dan pelatihan) terhadap motivasi kerja perawat pelaksana (disiplin kerja dan tanggung jawab) dalam asuhan keperawatan di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Jenis penelitian menggunakan survey explanatory, dilaksanakan pada bulan Februari - Oktober 2011. Populasi adalah seluruh perawat pelaksana sebanyak 62 orang di mana seluruhnya dijadikan sampel. Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi dan pelatihan yang dilaksanakan belum sesuai dengan harapan perawat (buruk). Secara statistik terdapat pengaruh promosi dan pelatihan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana.
Disarankan kepada manajemen RSUD Meuraxa Banda Aceh untuk mengelola program pengembangan karir pada perawat pelaksana sehingga termotivasi untuk bekerja lebih baik menjadi perawat yang profesional.
(21)
ABSTRACT
Bed Occupancy Rate (BOR) Meuraxa Banda Aceh Hospital in 2008 were still low, as 46,5%, compare to the Ministry of Health of Indonesia standard, as 60-85%. The preliminary survey showed that the performance of nurse in Meuraxa Banda Aceh Hospital were still not accomplish the standard yet.
The purpose of this explanatory survey was to analyze the influence of career development (promotion and training) on work motivation of the nurses (work discipline and responsibility) in implementing nursing at Meuraxa Banda Aceh Hospital. The population of this study were all of the 62 nurses and all of them were selected to be the samples for this study. The survey was conducted on February until October 2011. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews, then analyzed through multiple linear regression tests.
The result of this study showed that promotion and training implemented was poor or did not meet what the nurses expected yet. Statistically, the promotion and training had influence on work motivation of the nurses.
The management of Meuraxa Banda Aceh Hospital is suggested to manage the career development program to the nurse that the nurses are motivated to perform their work better and become professional nurses.
Keywords: Career Development, Motivation
(22)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
optimal dari rumah sakit cenderung terus meningkat. Keadaan ini menuntut pihak
rumah sakit untuk terus mengembangkan kualitas pelayanannya di antaranya melalui
pengembangan sarana dan prasarana, sistem manajemen, sumber daya manusia, dan
sumberdaya organisasi lainnya.
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan
keperawatan atau yang dikenal dengan asuhan keperawatan. Menurut Kozier (1993),
proses keperawatan adalah suatu cara menyelesaikan masalah yang sistematik dan
bersifat individual untuk memenuhi kebutuhan pasien sebagai manusia. Proses
keperawatan terdiri atas pengajian dan penegakan diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan, pelaksanaan rencana tindakan dan evaluasi. Setiap tahap saling
berhubungan dan saling memengaruhi.
Asuhan keperawatan tidak hanya sekadar kontak dengan klien dan
keluarganya, namun lingkup pekerjaan keperawatan sangat luas mulai mengatur
administrasi, lingkungan, perawatan dan pengobatan. Koordinasi/konsultasi juga
merupakan kemampuan seorang perawat yang ditujukan untuk membantu
meningkatkan kesehatan kliennya. Seorang perawat yang profesional tidak hanya
(23)
yang memadai untuk membantu memenuhi kebutuhan klien dan keluarganya. Banyak
anggota tim kesehatan sangat membutuhkan kemampuan perawat yang dapat
mengoordinir pekerjaan di ruang-ruang pelayanan rumah sakit. Dalam memberikan
pelayanan pada klien, perawat menggunakan pendekatan proses keperawatan “suatu
pendekatan yang sistematis dalam mengaji, menegakkan diagnosa, implementasi dan
evaluasi keperawatan yang berhubungan dengan masalah kesehatan klien (Anderson,
dkk, 1993).
Menurut Anderson (1993), keterampilan profesional staf sangat menentukan
efisiensi sumber daya manusia rumah sakit, dan juga melaporkan bahwa 52% waktu
perawat bekerja di rumah sakit lebih ditujukan pada menjalankan tugas tanpa
menggunakan pengetahuan profesional yang dipersyaratkan seperti membersihkan
kamar mandi, lantai, dan mencuci piring. Untuk itu, pelaksanaan pelayanan asuhan
keperawatan di rumah sakit tergantung pada kinerja tenaga perawatnya, di samping
faktor manajemen rumah sakit.
Produktivitas suatu organisasi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
kesempatan memperoleh pendidikan dan pelatihan tambahan, penilaian prestasi kerja
adil, rasional, dan obyektif, sistem imbalan dan berbagai faktor lainnya. Motivasi dan
kepuasan kerja merupakan bagian dari berbagai faktor tersebut. Motivasi yang tepat
bagi karyawan akan terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam
melaksanakan tugasnya karena meyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi
mencapai tujuan dan sasarannya, kepentingan pribadi para anggota organisasi akan
(24)
Tujuan utama program pelatihan untuk menutup ”gap” atau kecakapan dan
kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan atau memikul tanggung jawab
yang lebih besar. Program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisien
dan efektifitas kerja dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan
(Handoko, 2001).
Herzberg dalam Robbins (2003) mengatakan jika ingin memotivasi orang
terhadap pekerjaannya, penekanan dilakukan pada hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan itu sendiri atau hasil langsung yang diakibatkan seperti promosi, tanggung
jawab dan prestasi.
Dari penelitian yang dikutip Suherlan (2009) terlihat bahwa pengujian untuk
variabel pengembangan karir dan variabel motivasi, hasilnya sangat signifikan.
Variabel pengembangan karir dan variabel motivasi berpengaruh secara positif
terhadap variabel kinerja.
Menurut Kaye dalam Jerry (1989), pengembangan karir sekarang ini
merupakan strategi organisasi yang memungkinkan untuk mendorong karyawan
untuk memikirkan jenjang karir di masa depan. Organisasi akan membantu mereka
menganalisis kemampuan dan minat mereka sehingga tumbuh dan berkembang sesuai
kebutuhan organisasi. Managemen organisasi berkewajiban terhadap peningkatan
produktivitas, peningkatan perilaku karyawan terhadap pekerjaan dan kepuasan bagi
para karyawan.
Menurut Jerry (1989), manajemen karir mengacu pada aktivitas sumber daya
(25)
pelatihan, dan pendidikan. Semua proses tersebut menciptakan suatu sistem dari
pengembangan karir organisasi yang berfungsi sebagai suatu rangka kerja terhadap
program pengembangan karir di masa akan datang.
Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan.
Rencana karir dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai
dengan keahliannya, sehingga akan meningkatkan kualitas kerja perawat, membuat ia
terus berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja (Handoko, 2001).
Hasil penelitian Adriani (2002), menunjukkan imbalan berupa kesempatan
jenjang karir, merupakan faktor yang memengaruhi 75% kinerja perawat di RS Haji
Jakarta. Ini menunjukkan bahwa imbalan yang diberikan oleh pihak manajerial,
bukan saja berupa uang, tetapi kesempatan berkarir lebih baik, dengan lebih
meningkatkan kinerja perawat. Selanjutnya penelitian Zakaria (2004), di Rumah Sakit
Umum Daerah Swadana Jombang menunjukkan terdapat pengaruh harapan karir
dengan prestasi kerja.
Variabel pengembangan karir lebih besar dibandingkan dengan variabel
motivasi, hal ini akan memberikan pengaruh terhadap variabel kinerja. Dikarenakan
bahwa motivasi seseorang akan timbul apabila pengembangan karir yang ada di
sebuah perusahaan sudah ada dan jelas untuk dapat dilaksanakan. Hasil penelitian ini
juga memperlihatkan bahwa apa yang peneliti temukan sudah sesuai dengan teori
yang dikemukakan, yang mengatakan bahwa ada hubungan secara korelasional antara
(26)
kedua variabel tersebut memberikan pengaruh secara positif dan signifikan terhadap
variabel kinerja di Rumah Sakit Sarjito Yogyakarta (Suherlan, 2009).
Perubahan lingkungan yang dinamis oleh setiap organisasi memberikan
dampak pada pengembangan karir individu. Karir akan mendukung efektivitas
individu dan organisasi dalam mencapai tujuan. Karir merupakan bagian dari
perjalanan hidup dan tujuan hidup seseorang. Setiap orang berhak dan berkewajiban
untuk sukses mencapai karir yang baik, itulah obsesinya (Sutrisno, 2009).
Menurut Kuntjoro, dan Riza (2007), kinerja perawat dapat diukur dari
beberapa hal yaitu dari aspek penampilan fisik, kemampuan menangani pasien,
memahami prosedur kerja, disiplin, kemampuan manajemen, dan memahami standar
keamanan.
Promosi adalah perpindahan pegawai dari satu pekerjaan dan memiliki
tanggung jawab yang besar. Setiap pegawai mendambakan promosi karena dipandang
sebagai penghargaan atas keberhasilan seseorang yang menunjukkan prestasi kerja
yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawab atas pekerjaannya.
Organisasi bertanggung jawab untuk perencanaan karir karyawan, tugas lain yang
tidak dapat diabaikan adalah mempromosikan dari pusat pemberdayaan, karyawan
harus direkrut, dirancang untuk dipromosikan pada tempat-tempat yang dipersiapkan
sehingga terjadi memperdayaan karir dalam perencanaan dan pengembangan karir
(Siagian, 2006).
Pelayanan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan tergantung pada
(27)
keperawatan mulai dari diagnosa sampai dokumentasi pelayanan keperawatan yang
dilakukannya. Dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan tersebut tidaklah
mudah, banyak faktor yang memengaruhinya seperti kondisi fisik perawat, dukungan
rekan-rekan kerja, ketersediaan fasilitas kerja, dan juga faktor pemberian kompensasi
atas pelayanan yang diberikannya, baik secara langsung maupun kompensasi tidak
langsung (Ruky, 2002).
Saat ini 40%-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan
keperawatan. Hal ini dikarenakan telah terjadi pergeseran paradigma dalam
pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pada
diagnosis penyakit dan gejala sebagai informasi, bukan sebagai fokus pelayanan
(Porter, 1997).
Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh adalah salah satu rumah sakit
umum milik pemerintah daerah Kota Banda Aceh yang terletak ± 7 Km dari Kota
Banda Aceh. Sesuai Perda Kota Banda Aceh No. 07 Tahun 2000, yang merujuk pada
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum melalui SK Mendagri No. 22 Tahun 1994
tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah. Rumah
sakit ini mulai beroperasi sejak tahun 1997 dengan status kelas C dan dalam
penyusunan dokumen-dokumen persiapan akreditasi. Berdasarkan profil Rumah Sakit
Meuraxa Banda Aceh (2008) jumlah perawat secara keseluruhan sebanyak 62 orang,
dengan latar belakang pendidikan Sarjana Keperawatan (3 orang), D-III keperawatan
(28)
Indikator pelayanan kesehatan RSU Meuraxa sejak tahun 2006 sampai dengan
tahun 2008 tidak menunjukkan peningkatan yang bermakna ditandai dengan masih
rendahnya BOR/pemakaian tempat tidur, TOI/lama tempat tidur tidak ditempat, dan
LOS/lama hari rawatan. BOR RSU Meuraxa tahun 2006, 2007, 2008 adalah :
19,40%, 20,5%, 46,5% dan TOI tahun 2006, 2007, 2008 adalah : 8 hari, 5,09 hari,
4,08 hari serta LOS tahun 2006, 2007, 2008 adalah : 3,23 hari, 1,65 hari, 2,25 hari.
Nilai BOR, TOI, LOS RSU Meuraxa belum mencapai nilai ideal, yaitu BOR (60-85),
TOI (1-3 hari), LOS (6-9 hari) sesuai standar Departemen kesehatan dengan jumlah
tempat tidur = 100 unit.
Data absensi perawat pelaksana periode 2008 menunjukkan tingkat kehadiran
dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien sudah cukup baik (92%),
namun hasil observasi di ruang rawat inap masih banyak perawat pelaksana yang
meninggalkan ruangan pada jam kerja. Selanjutnya hasil wawancara dari 30 perawat,
dimana kurang mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan lanjutan dengan
alasan jika perawat mengikuti pendidikan, maka perawat lain tidak diberi ijin
melanjutkan pendidikan (45%), perawat kurang mengikuti pelatihan (18%)
disebabkan kurangnya dana pelatihan yang diutamakan hanya bagi perawat yang
bekerja di unit kegawatdaruratan, perawat senior lebih diutamakan dalam
pengembangan karir, walaupun jenjang pendidikan tidak memenuhi syarat (26%) dan
perawat tidak menginginkan dengan jabatan yang lebih tnggi, sehingga beban kerja
(29)
Namun permasalahan pelayanan asuhan keperawatan secara kualitas masih
rendah. Hal ini terlihat dari frekuensi penurunan jumlah pasien rawat inap setiap
bulannya, juga permasalahan pengembangan karir perawat yang belum baik sehingga
tanggung jawab dalam pelayanan asuhan keperawatan belum dapat dilaksanakan
secara optimal. Ini terbukti masih ada dokumen asuhan keperawatan masih belum
diisi oleh perawat, tidak melakukan asuhan keperawatan. Masih banyak rasa ketidak
puasan pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka pengaruh pengembangan
karir terhadap motivasi kerja perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan perlu
mendapat perhatian serta dapat mengambil suatu tindakan konkrit dalam manajemen
sumber daya manusia di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian
yaitu : bagaimana pengaruh pengembangan karir (promosi dan pelatihan) terhadap
motivasi kerja perawat pelaksana (disiplin kerja dan tanggung jawab) dalam asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengembangan
karir (promosi dan pelatihan) terhadap motivasi kerja perawat pelaksana (disiplin
kerja dan tanggung jawab) dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah
(30)
1.4 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh pengembangan karir (promosi dan pelatihan) terhadap motivasi
kerja perawat pelaksana (disiplin kerja dan tanggung jawab) dalam asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis
1. Untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan peneliti dalam Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
2. Untuk menambah khasanah keilmuan dalam bidang sumber daya manusia
pada pengembangan karir terhadap motivasi kerja perawat.
1.5.2 Manfaat praktis
1. Sebagai bahan masukan kepada manajemen RS Meuraxa Banda Aceh
dalam memerhatikan pengembangan karir untuk motivasi kerja perawat.
2. Sebagai bahan informasi bagi perawat untuk meningkatkan motivasi kerja
(31)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Motivasi Kerja
Menurut Mc. Donal, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan (Sardiman, 2007).
Pendapat Sedarmayanti (2009), motivasi merupakan kesediaan mengeluarkan
tingkat upaya tinggi ke arah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan
upaya itu untuk memenuhi kebutuhan individual. Pendekatan motivasi alah bahwa
pemimpin menciptakan iklim yang dapat membuat anggota merasa termotivasi
Kepemimpinan dan motivasi merupakan dua hal yang yang tidak dapat dipisahkan,
dalam kebanyakan hal motivasi seorang individu akan timbul karena pengaruh
pemimpin yang efektif. Jadi efektivitas kepemimpinan akan tampak bagaimana dapat
memotivasi anggotanya secara efektif.
Selanjutnya Luthans (2006), menambahkan motivasi kerja menentukan apa
yang memotivasi orang dalam pekerjaan berfokus pada identifikasi kebutuhan dan
dorongan pada diri seseorang dan bagaimana kebutuhan dan dorongan tersebut
diprioritaskan.
Motivasi dapat dibagi berdasarkan sumbernya ekstrinsik dan intrinsik. Motif
ekstrinsik merupakan konsekuensi eksternal yang dapat dilihat pada individu (uang),
biasanya dilakukan oleh orang lain sebagai satu kesatuan untuk memotivasi individu.
(32)
belajar dan berprestasi (Luthans, 2003). Salah satu teori yang menggunakan
pendekatan proses dalam motivasi kerja adalah Expetncy dari Vroom. Motivasi kerja
akan mencapai titik paling kuat apabila (1) individu percaya bahwa tingkah laku
dalam pekerjaan akan mencapai hasil, (2) individu merasa bahwa hasil tertentu itu
menari untuk diperoleh, dan (3) individu percaya bahwa mungkin baginya untuk
mencapai prestasi yang diinginkan sesuai dengan upaya yang dikeluarkan.
Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan
suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai
faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang pasti
memiliki suatu faktor yang mendorong aktivitas tersebut.
Terdapat dua faktor motivasi yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg
dalam Robbins (2003) yaitu faktor intrinsik (motivasi) dan ekstrinsik (hygiene).
Faktor intrinsik berhubungan dengan kepuasan kerja seperti kemajuan, prestasi,
pengakuan dan tanggung jawab yang terkait dengan kepuasan kerja. Faktor ekstrinsik
(ketidakpuasan) seperti pengawasan gaji, kebijakan perusahaan dan kondisi kerja.
Herzberg menambahkan bahwa ada dua faktor yang dapat memberikan
kepuasan dalam bekerja :
a. Faktor sesuatu yang dapat memotivasi (motivator). Faktor ini antara lain
adalah faktor prestasi (achievement), faktor pengakuan/penghargaan, faktor tanggung jawab, faktor memperoleh kemajuan dan perkembangan dalam
bekerja khususnya promosi, dan faktor pekerjaan itu sendiri. Faktor ini terkait
(33)
b. Kebutuhan Kesehatan Lingkungan Kerja (Hygiene Factors). Faktor ini dapat berbentuk upah/gaji, hubungan antara pekerja, supervisi teknis, kondisi kerja,
kebijaksanaan perusahaan, dan proses administrasi di perusahaan. Faktor ini
terkait dengan kebutuhan pada urutan yang lebih rendah dalam teori Maslow
(Nawawi, 2008).
Pemberian motivasi pada seseorang merupakan suatu mata rantai yang
dimulai dari kebutuhan, menimbulkan keinginan, menyebabkan tensi, menimbulkan
tindakan dan menghasilkan keputusan. Pada awalnya dari rantai motivasi memulai
dengan kebutuhan yang dipenuhi, mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan, perilaku
yang berorientasi pada tujuan, pembangkitan kinerja, menimbulkan imbalan dan
hukuman. Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja
seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang tergantung
pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan. Perbedaan motivasi kerja
bagi seorang petugas biasanya tercermin dalam berbagai kegiatan dan bahkan prestasi
yang dicapainya (Hamzah, 2008).
Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja
dengan memberikan daya penggerak untuk menciptakan kegairahan kerja seseorang,
agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan. Oleh karena itu manajer harus selalu
menimbulkan motivasi kerja yang tinggi kepada karyawannya guna melaksanakan
(34)
tingkat prestasi kerja seseorang, ada faktor lain yang ikut memengaruhi seperti
pengetahuan, sikap, kemampuan, pengalaman, dan persepsi peranan (Sutrisno, 2010).
Motivasi sebagai proses psikologi dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, faktor tersebut dapat dibedakan atas faktor intern dan ekstern yang
berasal dari karyawan.
1. Faktor Intern
Faktor intern yang dapat memengaruhi pemberian motivasi pada seseorang
antara lain:
a. Keinginan untuk dapat hidup
Merupakan kebutuhan setiap manusia yang hidup di muka bumi ini.
Keinginan untuk dapat hidup meliputi kebutuhan untuk:
1) Memperoleh kompensasi yang memadai,
2) Pekerjaan yang tetap walaupun penghasilan tidak begitu memadai,
3) Kondisi kerja yang aman dan nyaman.
b. Keinginan untuk dapat memiliki
Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang untuk
mau melakukan pekerjaan.
c. Keinginan untuk memperoleh penghargaan
Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati
oleh orang lain. Untuk memperoleh status sosial tinggi, orang mau
mengeluarkan uangnya, untuk memperoleh uang itu orang harus bekerja
(35)
d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan
1) Dapat meliputi hal-hal: Adanya penghargaan terhadap prestasi.
2) Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak.
3) Pimpinan yang adil dan bijaksana.
4) Perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat.
e. Keinginan untuk berkuasa.
Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk bekerja.
Kadang-kadang keinginan untuk berkuasa ini dipenuhi dengan cara-cara tidak terpuji,
namun cara-cara yang dilakukannya masih termasuk bekerja juga.
2. Faktor Ekstern
Faktor-faktor ekstern itu adalah:
a. Kondisi lingkungan kerja
Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang
ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat
memengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja yang bersih dan sehat
akan memotivasi pekerja terhadap pekerjaannya, namun lingkungan kerja
yang kotor, gelap, pengap dan lembab akan menimbulkan cepat lelah dan
menurunkan kreativitas.
b. Kompensasi yang memadai.
Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi
(36)
Kompensasi yang kurang memadai akan membuat mereka kurang tertarik
bekerja keras dan memungkinkan mereka bekerja tidak tenang.
c. Supervisi yang baik
Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan pengarahan,
membimbing kerja para karyawan agar dapat melaksanakan kerja dengan baik
tanpa melakukan kesalahan. Bila supervisi dekat dan baik dengan karyawan
maka suasana kerja akan bergairah dan bersemangat atau sebaliknya.
d. Adanya jaminan pekerjaan
e. Status dan tanggung jawab
Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan setiap
karyawan dalam bekerja. Status dan kedudukan merupakan dorongan untuk
memenuhi sense of achiement dalam tugas sehari-hari. f. Peraturan yang fleksibel (Sutrisno, 2010).
Motivasi kerja menurut Nawawi (2008), dibedakan dua bentuk. Kedua bentuk
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi ini adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja
sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya atau manfaat pekerjaan
yang dilaksanakannya. Motivasi ini bersumber dari pekerjaan yang dikerjakan,
baik karena mampu memenuhi kebutuhan, atau menyenangkan untuk mencapai
suatu tujuan, maupun karena memberikan harapan tertentu yang positif dimasa
(37)
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ini adalah pendorong kerja yang bersumber dari luar dari pekerja
sebagai individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskannya melaksanakan
pekerjaan yang maksimal.
Dalam suatu organisasi terdapat kecendrungan bahwa penggunaan motivasi
ekstrinsik lebih dominan mempengaruhi kinerja pegawai dari pada motivasi
intrinsik. Kondisi ini terutama disebabkan tidak mudah untuk menumbuhkan
kesadaran dari dalam diri pekerja, sementara kondisi kerja disekitarnya lebih
banyak menggiringi pegawai untuk meningkatkan kinerjanya.
2.1.1 Disiplin Kerja
Menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2010), mengatakan disiplin adalah
sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk memenuhi dan mentaati norma-norma
peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap
hormat yang ada dalam diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan.
Bila peraturan dan ketetapan yang ada dalam perusahaan diabaikan, maka karyawan
memiliki kinerja yang buruk. Sebaliknya bila karyawan tunduk pada peraturaan
menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik (Siagian, 2006)
Disiplin kerja sangat besar manfaatnya bagi organisasi dan karyawan. Bagi
organisasi adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan
(38)
akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan menambah
semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya (Sutrisno, 2010).
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap
tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat
kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan. Melalui disiplin akan mencerminkan
kekutan, karena biasanya seseorang yang berhasil dalam karyanya adalah orang yang
memiliki disiplin tinggi (Siagian, 2006)
Produktivitas kerja pegawai dalam suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh
disiplin pegawai, apabila di antara pegawai sudah tidak menghiraukan disiplin kerja,
maka dapat dipastikan produktivitaskerja akan menurun. Padahal untuk mendapatkan
produktivitas kerja sangat diperlukan kedisiplinan para karyawan (Sutrisno, 2010).
2.1.2 Tanggung Jawab
Menurut Nawawi (2008), tanggung jawab adalah rasa keterpanggilan dalam
diri karyawan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Menurut Ravianto dalam Sutrisno (2010), setiap organisasi selalu
berkeinginan agar karyawan yang dimiliki mampu yang tinggi. Produktivitas tenaga
kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja
itu sendiri maupun faktor lain seperti tanggung jawab.
Tanggung jawab merupakn nilai-nilai yang bersifat prinsip dan standar, untuk
mengatur perilaku para pekerja dalam melakukan interaksi guna meningkatkan
(39)
2.2 Pengembangan Karir
Pengembangan karir dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang terencana,
terorganisir, terdiri dari aktivitas atau proses yang terstruktur yang menghasilkan
upaya saling bekerjasama antara para karyawan dan organisasi. Sistem ini, karyawan
bertanggung jawab untuk perencanaan karir organisasi bertanggung jawab untuk
manajemen karir. Organisasi mempunyai dua motif pokok untuk
mengimplementasikan program-program pengembangan karir: (1) Untuk
mengembangkan dan mempromosikan karyawan dari dalam dan (2) untuk
mengurangi terjadinya penumpukan. Program pengembangan karir menyempaikan
keinginan yang kuat dari pemilik perusahaan, sesuatu yang diinginkan oleh pemilik
perusahaan untuk mendapatkan suatu citra perekrutan yang positif. Disamping itu,
suatu program pengembangan karir yang berhasil tidak dipandang sebagai suatu
aktivitas terpisah tetapi terintegrasi kedalam organisasi (Jerry, 1989).
Pengertian karir menurut (Sedarmayanti, 2009) adalah: 1. Rangkaian kegiatan
kerja terpisah tapi berkaitan, memberikan kesinambungan, ketentraman, dan arti
dalam hidup seseorang, 2. Serangkaian pengalaman peran yang diurut dengan tepat
menuju kepada peningkatan tingkat tanggug jawab, status, kekuasaan, imbalan, dan
karir, dan 3. Semua pekerjaan yang dikerjakan selama masa kerja sekarang.
Menurut Hani (2001), pelaksanaan pengembangan karir dapat dilakukan
melalui:
(40)
Prestasi kerja baik sangat penting karena mendasari semua kegiatan
pengembangan karir lainnya.
2. Perbuatan yang diketahui umum
Menjadi dikenal oleh pimpinan /orang yang memutuskan promosi, transfer
dan kesempatan karir lainnya. Perbuatan yang diketahui umum didapat
melalui laporan tertulis, presentasi lisan, kerja panitia.
3. Permintaan berhenti
Untuk mendapatkan kesempatan karir yang lebih baik (promosi, kenaikan gaji
dan pengalaman baru), seseorang dapat mengajukan permintaan pindah
ketempat kerja lain.
4. Kesetiaan organisasional
5. Mentor dan sponsor
6. Mentor adalah orang profesional, yang dapat memberi bimbingan karir
informal, sponsor adalah mentor yang dapat menciptakan kesempatan karir
bagi orang lain.
Pengembangan karir berarti bahwa seorang pegawai ingin terus berkarya
dalam organisasi tempatnya bekerja untuk jangka waktu yang lama sampai misalnya,
usia pensiun. Karir merupakan bagian dari perjalanan hidup dan tujuan hidup
seseorang. Setiap orang berhak dan berkewajiban untuk sukses mencapai karir yang
baik (Siagian, 2006).
Dalam pengembangan karir, para karyawan bertanggung jawab untuk
(41)
ini terpisah tapi saling berkaitan untuk membuat proses pengembangan karir.
Perencanaan karir adalah suatu proses menempatkan sasaran karir dari karyawan dan
mengembangkan aktivitas untuk mencapai sasaran tersebut (Jerry, 1989).
Proses dan pengembangan karir yang ditumbuhkan perusahaan sangat
membantu setiap karyawan dalam memecahkan masalah karir. Sesuatu yang baik
dalam pengembangan karir yang dapat menjanjikan pilihan atas jalur karir (Sutrisno,
2010).
Proses dan pengembangan karir yang ditumbuhkan oleh perusahaan sangat
membantu setiap karyawan dalam memecahkan masalah karir. Sesuatu yang baik
dalam pengembangan karir dapat menjanjikan pilihan atas jalur karir karyawan
tersebut (Sutrisno, 2010).
Menurut Walker dalam Jerry (1989) Hubungan pengembangan karir
individu/organisasi :
1. Organisasi
Aktivitas dalam pengembangan karir
a. Penempatan kerja
Penempatan kerja adalah suatu proses terorganisir yang memungkinkan
karyawan mengaplikasikannya untuk posisi terbuka di dalam organisasi.
b. Mentoring
Tujuan utama dari suatu sistem mentoring adalah untuk memperkenalkan
karyawan pada jaringan kerja bagian dalam dari organisasi yang dapat
(42)
c. Pusat pemberdayaan karir
Pusat pemberdayaan karir berfungsi sebagai suatu sarana untuk para karyawan
mendapatkan informasi berkaitan dengan karir mereka.
d. Manajer sebagai pembimbing karir
Tujuan utama adalah untuk membantu para karyawan dalam menganalisis
kemampuan dan minat mereka agar lebih sesuai dengan kebutuhan pribadi
untuk pertumbuhan dan perkembangan dari kebutuhan organisasi.
e. Lokakarya pengembangan karir
Suatu bentuk yang lebih disukai dari pengembangan karir adalah lokakarya
dan seminar yang dirancang untuk mendorong karyawan untuk mengambil
tanggung jawab bagi karir mereka.
f. Perencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusia telah menjadi sebuah fungsi dari
departemen manajemen sumber daya manusia sejak permulaan organisasi
industri modern.
g. Penilaian kinerja/prestasi
Tujuan pokok dari penilaian kinerja/prestasi adalah untuk menilai
kinerja/prestasi dimasa yang lalu, yang berfungsi sebagai suatu landasan
untuk keputusan selanjutnya, untuk memotivasi dan mengarahkan
kinerja/prestasi individual dan juga upaya-upaya pengembangan karir.
(43)
Suatu upaya untuk meningkatkan keahlian, kompetensi dan pengetahuan
karyawan serta mengurutkan pengalaman kerja, biasanya tugas kerja yang
berbeda, untuk memberikan karyawan peluang untuk berpartisipasi dalam
banyak aspek dari area profesional.
2. Individual
Aktivitas pengembangan karir meliputi :
a. Perencanaan karir
Perencanaan karir adalah proses penentuan sasaran karir individual dan secara
kreatif melakukan aktivitas yang akan mencapai sasaran itu. Perencanaan
karir juga dapat dilihat sebagai suatu proses personal, terdiri dari tiga kriteria :
(1) perencanaan hidup secara luas, (2) perencanaan pengembangan
(3) perencanaan kinerja/prestasi (Walker, 1980).
Menurut Zenger (1981) dalam Jerry (1989), ada tiga hambatan utama untuk
implementasi dari program perencanaan karir. (1) Kurangnya kejelasan mengenai
peranan dalam organisasi dalam hal tanggung jawab perencanaan karir, (2)
Kurangnya praktisi personalia yang ahli dalam perencanaan karir dan isu-isu terkait,
dan (3) Karakteristik dari perencanaan karir.
b. Pengetahuan karir
Peranan dari personalia adalah untuk memberikan sarana dan informasi untuk
membantu dalam proses pembuatan keputusan. Tetapi juga harus
mengembangkan suatu iklim dan kultur yang kondusif untuk tumbuh, yang
(44)
c. Utilisasi pusat
Kebanyakan pusat pemberdayaan karir memberikan petunjuk-petunjuk
berkaitan dengan pekerjaan, referensi pendidikan, petunjuk perencanaan karir,
dan program komputer yang ditujukan untuk membantu karyawan dalam
menentukan minat, nilai-nilai, dan kompetensi karir mereka.
d. Pemberdayaan karir.
e. Pengetahuan organisasi.
Tanggung jawab lain dari karyawan dalam pengembangan karir adalah
mengetahui kesempatan/peluang karir yang tersedia di dalam organisasi
mereka saat ini. Bagian personalia dapat menyampaikan jenis dan tingkat
karir yang terbuka pada saat ini dan juga kecenderungan dimasa yang akan
datang dari organisasi.
f. Analisis terhadap minat, nilai dan kompetensi.
Program ini memberikan informasi pekerjaan tambahan yang melengkapi
materi tertulis yang sudah ada pada pusat pemberdayaan karir.
Pengembangan karir antara individu dan organisasi tergantung pada
kerjasama mereka ketika aktivitas pengembangan karir diimplementasikan. Suatu
sikap yang koperatif dan harmonis yang didedikasikan untuk pengembangan suatu
hubungan saling menguntungkan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi program
pengembangan karir. Tanpa suatu tingkat kerjasama yang tinggi, penggunaan yang
efektif dari aktivitas pengembangan karir menjadi terbatas dan pengembangan karir
(45)
Konsep-konsep dasar perencanaan karir menurut Handoko (2001) adalah :
1. Karir
Suatu karir adalah seluruh pekerjaan (jabatan) yang ditangani atau dipegang
selama kehidupan kerja seseorang.
2. Jalur karir (career path)
Suatu jalur karir adalah pola pekerjaan-pekerjaan berurutan yang membentuk
karir seseorang.
3. Sasaran-sasaran karir (career goals)
Sasaran karir adalah posisi di waktu yang akan datang dimana seseorang
“berjuang” untuk mencapainya sebagai bagian dari karirnya.
4. Perencanaan karir (career planning)
Perencanaan karir adalah proses melalui mana seseorang memilih sasaran karir,
dan jalur ke sasaran tersebut.
5. Pengembangan karir (career development)
Pengembangan karir adalah peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan
seseorang untuk mencapai suatu rencana karir.
2.2.1 Promosi
Promosi adalah perpindahan seorang pegawai dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lain dengan jabatan alebih tinggi, tanggung jawab lebih besar dan penghasilan yang
lebih besar. Semua pegawai mendambakan promosi karena dipandang sebagai
penghargaan atas keberhasilan seseorang menunjukkan prestasi kerja yang tinggi
(46)
sekarang, sekaligus sebagai pengakuan atas kemampuan dan potensi yang
bersangkutan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi dalam organisasi
(Siagian, 2006).
Organisasi pada umumnya menggunakan dua kriteria utama dalam
mempertimbangkan seseorang untuk dipromosikan, yaitu prestasi kerja dan
senioritas. Promosi yang didasarkan pada prestasi kerja menggunakan hasil penilaian
atas karya yang sangat baik dalam promosi atau jabatan sekarang. Dengan demikian
promosi tersebut dapat dipandang sebagai penghargaan organisasi atas prestasi kerja
anggota. Promosi berdasarkan senioritas berarti bahwa pegawai yang palinga berhak
dipromosikan ialah yang masa kerjanya paling lama. Banyak organisasi yang
menempuh cara ini dengan tiga pertimbangan, yaitu :
a. Sebagai penghargaan atas jasa-jasa seseorang paling sedikit dilihat dari segala
loyalitas kepada organisasi.
b. Penilaian biasanya bersifat obyektif karena cukup dengan membandingkan masa
kerja orang-orang tertentu yang dipertimbangkan untuk dipromosikan.
c. Mendorong organisasi mengembangkan para pegawainya karena pegawai yang
paling lama berkarya akhirnya akan mendapat promosi.
Kelemahan dalam cara ini pada kenyataan bahwa pegawai yang paling senior
belum tentu merupakan pegawai yang paling produktif, belum tentu paling mampu
(47)
2.2.2 Pelatihan
Pelatihan (trainning) adalah suatu sebuah proses dimana seseorang mendapatkan kapabilitas untuk mencapai pencapaian tujuan organisasional..
Pelatihan memberikan pegawai pengetahuan dan keterampilan yang spesifik dan
dapat diidentifikasi dan dapat digunakan untuk menunjang pekerjaan (Mathis, 2006).
Sedarmayanti (2009) pelatihan merupakan usaha mengurangi atau
menghilangkan terjadinya kesenjangan antara kemampuan pegawai dengan yang
dikehendaki organisasi. Usaha tersebut dilakukan melalui peningkatan kemampuan
kerja yang dimiliki karyawan dengan cara menambah pengetahuan dan keterampilan
serta merubah sikap.
Pelatihan menurut Handoko (2006), bertujuan untuk memperbaiki penguasaan
berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin.
Latihan menyiapkan para karyawan untuk melakukan pekerjaannya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan
suatu kegiataan yang diberikan organisasi kepada pegawai bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi yang
diharapkan.
Sasaran pelatihan dalam organisasi sebagaimana yang kemukakan Sutrisno
(2010) adalah meningkatkan produktivitas kerja, mutu kerja, ketepatan dalam
perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM), moral kerja, menjaga kesehatan dan
(48)
Hasil pelatihan yang bermakna akan terwujud jika manajer bersikap positif,
yang ditunjukkan dari kesediaan memberikan kesempatan mengaplikasikan hasil
pelatihan pada pekerja perseta pelatihan. Dengan kata lain kepada pekerja tersebut
diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan seluruh pengetahuan, keterampilan atau
keahlian dan hasil belajar lainnya dalam melaksanakan pekerjaan proses keperawatan
sesuai jabatan masing-masing (Mathis, 2006).
Proses keperawatan merupakan salah satu pendekatan untuk pemecahan
masalah yang mendukung kemampuan perawat untuk mengatur dan memberikan
asuhan keperawatan. Proses keperawatan mengandung elemen berpikir kritis yang
memungkinkan perawat dalam melakukan penilaian dan melakukan tindakan
berdasarkan penalaran (Sumijatun, 2010).
Tahapan proses asuhan keperawatan menurut Sumijatun (2010) terdiri atas :
1. Tahap pengkajian
Pengkajian merupakan proses yang kontinyu dilakukan pada setiap tahap
proses keperawatan yang dilakukan sebelum penetapan diganosa keperawatan. Proses
pengkajian mencakup kegiatan yaitu pengumpulan, penyusunan, validasi data dan
pencatatan data.
2. Diagnosa Keperawatan
Diganosa keperawatan berhubungan dengan fungsi mandiri keperawatan yaitu
area yang unik dari pekerjaan perawat yang terpisah dengan medis. Dengan
(49)
diprogramkan oleh dokter dalam melakukan pengobatan yang biasanya disebut
sebagai fungsi tergantung.
3. Implementasi
Implementasi merupakan kegiatan yang terdiri dari mengerjakan,
mendelegasikan dan pencatatan yang terdiri dari mengkaji klien kembali, menentukan
kebutuhan bantuan perawat lain, mengimplementasikan strategi keperawatan dan
mengkomunikasikan tindakan-tindakan keperawatan.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada waktu kegiatan sedang dilakukan, intermitten, dan
terminal. Pada saat kegiatan dilakukan evaluasi atau segera setelah implementasi
meningkatkan kemampuan perawat dalam memodifikasi intervensi; pada saat
intermitten dilakukan pada interval khusus misalnya seminggu sekali yang dilakukan
untuk mengetahui kemajuan terhadap pencapaian tujuan dan meningkatkan
kemampuan perawat untuk memperbaiki setiap kekurangan dan memodifikasi
rencana keperawatan agar sesuai dengan kebutuhan; dan pada saat terminal
menunjukkan keadaan pasien pada waktu pulang.
Evaluasi kualitas asuhan keperawatan merupakan satu bagian yang penting
dari akontabilitas profesional untuk mengetahuian quality assurance. Tiga aspek penting dalam evaluasi yang mengacu pada standar yakni struktur, proses dan
outcome. Evaluasi pada struktur terpusat pada organisasi dari sistem perawatan klien, seperti prosedur administrasi pasien masuk, pembiayaan yang dibebankan pada
(50)
pada proses dilakukan dengan melakukan wawancara pada klien atau keluarganya,
melakukan audit pada catatan keperawatan serta secara langsung dapat dilakukan
dengan observasi. Evaluasi pada outcome berfokus pada status kesehatan klien, kesejahteraan dan kepuasan klien atau hasil perawatan dalam hal perubahan klien.
2.3 Landasan Teori
Menurut Luthans (2006), Motivasi kerja menentukan apa yang memotivasi
orang dalam pekerjaan, sehingga adanya dorongan dan kebutuhan yang harus
diprioritaskan, di mana insentif, penghargaan, tanggung jawab. Prestasi merupakan
unsur dari motivasi kerja.
Motivasi sesorang dipengaruhi ketersediaannya faktor job content yang meliputi pencapaian prestasi, pengakuaan, pekerjaanya, tanggung jawab dan
pengembangan potensi individu. Faktor job content yang meliputi gaji, kondisi kerja, hubungan antar pribadi, promosi, aspek tugas, kebijakan administrasi perusahaan dan
kualitas supervise (Robbins, 2003)
Pemberian motivasi pada seseorang merupakan suatu mata rantai yang
dimulai dari kebutuhan, menimbulkan keinginan, menyebabkan tensi, menimbulkan
tindakan dan menghasilkan keputusan. Pada awalnya dari rantai motivasi memulai
dengan kebutuhan yang dipenuhi, mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan, perilaku
yang berorientasi pada tujuan, pembangkitan kinerja, menimbulkan imbalan dan
hukuman. Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja
(51)
pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan. Perbedaan motivasi kerja
bagi seorang petugas biasanya tercermin dalam berbagai kegiatan dan bahkan prestasi
yang dicapainya (Hamzah, 2008).
Pengembangan karir adalah sebagai suatu usaha yang terencana, terorganisir,
terdiri dari aktivitas atau proses yang terstruktur yang menghasilkan upaya saling
bekerjasama antara para karyawan dan organisasi
Dalam pengembangan karir, para karyawan bertanggung jawab untuk
perencanaan kerja dan organisasi bertanggung jawab untuk manajemen karir. Proses
ini terpisah tapi saling berkaitan untuk membuat proses pengembangan karir.
Perencanaan karir adalah suatu proses menempatkan sasaran karir dari karyawan dan
mengembangkan aktivitas untuk mencapai sasaran tersebut. Manajemen karir
mengacu pada aktivitas sumber daya manusia yang spesifik, seperti penempatan
kerja, penilaian kinerja, konseling, pelatihan dan pendidikan (Jerry, 1989).
Pengembangan karir antara individu dan organisasi tergantung pada
kerjasama mereka ketika aktivitas pengembangan karir diimplementasikan. Suatu
sikap yang koperatif dan harmonis yang didedikasikan untuk pengembangan suatu
hubungan saling menguntungkan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi program
pengembangan karir. Tanpa suatu tingkat kerjasama yang tinggi, penggunaan yang
efektif dari aktivitas pengembangan karir menjadi terbatas dan pengembangan karir
sumber daya manusia secara keseluruhan menjadi hilang (Jerry, 1989).
Promosi adalah perpindahan seorang pegawai dari satu pekerjaan ke pekerjaan
(52)
lebih besar. Semua pegawai mendambakan promosi karena dipandang sebagai
penghargaan atas keberhasilan seseorang menunjukkan prestasi kerja yang tinggi
dalam menunaikan kewajibannya dalam pekerjaan dan jabatan yang dipangkunya
sekarang, sekaligus sebagai pengakuan atas kemampuan dan potensi yang
bersangkutan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi dalam organisasi. Untuk itu
diperlukan suatu pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan pegawai dalam
mengemban tugasnya (Siagian, 2006).
Pemberian motivasi pada seseorang merupakan suatu mata rantai yang
dimulai dari kebutuhan, menimbulkan keinginan, menyebabkan tensi, menimbulkan
tindakan dan menghasilkan keputusan. Pada awalnya dari rantai motivasi memulai
dengan kebutuhan yang dipenuhi, mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan, perilaku
yang berorientasi pada tujuan, pembangkitan kinerja, menimbulkan imbalan dan
hukuman. Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja
seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang tergantung
pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan. Perbedaan motivasi kerja
bagi seorang petugas biasanya tercermin dalam berbagai kegiatan dan bahkan prestasi
(53)
Motivasi Kerja
1. Disiplin Kerja 2. Tanggung jawab
2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
2.4.1 Definisi Konsep
1. Pengembangan karir adalah suatu usaha yang terencana, terorganisir, terdiri
dari aktivitas atau proses yang terstruktur yang menghasilkan upaya saling
bekerjasama antara para karyawan dan organisasi (Jerry, 1989).
2. Promosi adalah perpindahan seorang pegawai dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lain dengan jabatan lebih tinggi, tanggung jawab lebih besar dan penghasilan
yang lebih besar (Siagian, 2006).
3. Pelatihan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
pegawai dalam meningkatkan efisien dan efektivitas kerja (Handoko, 2006).
4. Motivasi kerja adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali
diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang (Robbins, 2003).
5. Disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk memenuhi
dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya (Sutrisno,
2010).
Pengembangan karir
1. Promosi 2. Pelatihan
(54)
6. Tanggung jawab adalah merupakn nilai-nilai yang bersifat prinsip dan standar
untuk mengatur perilaku para pekerja dalam melakukan interaksi guna
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas masing-masing
(55)
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan explanatory
yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel
melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1989).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa, Banda Aceh
Nanggroe Aceh Darussalam. Pemilihan rumah sakit tersebut menjadi objek penelitian
adalah pelayanan kesehatan RSU Meuraxa tidak menunjukkan peningkatan yang
bermakna ditandai dengan masih rendahnya BOR, TOI, dan LOS.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Oktober 2011.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh perawat pelaksana sebanyak 62 orang di Rumah Sakit
Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
(56)
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data primer adalah data yang dikumpulkan dari responden melalui pengisian angket
yang telah disediakan, kuesioner angket dibuat berdasarkan variabel yang diteliti. Data
sekunder adalah data yang dikumpulkan dari catatan rekam medik rumah sakit dengan cara
mereview dokumen mengenai data-data yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian
diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas instrumen diperlukan
untuk mendapatkan instrumen sebagai alat ukur penelitian yang dapat mengukur apa
yang diinginkan atau dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Pendapat Sugiyono (2008), bahwa pada uji validitas suatu instrumen dilakukan
dengan mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel menggunakan
rumus teknik korelasi pearson product moment corelation coefident ( r ), dengan ketentuan : a) Bila rhitung > rtabel maka dinyatakan valid dan b) Bila rhitung < rtabel
Dengan rumus
maka
dinyatakan tidak valid.
(
) (
)
( )
[
]
[
( )
]
{
2 2 2 2}
12y . y N . x x N y x xy N r
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
∑
− − = Keterangan:x = skor tiap-tiap variabel y = skor total tiap responden
(57)
Pengujian reliabilitas menunjuk suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data atau dalam arti
lain akan terdapat antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada objek yang diteliti. (Riduwan, 2002).
Uji reliabilitas terhadap kuesioner bertujuan untuk melihat konsistensi
jawaban. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks realibilitas yaitu
menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis realibilitas alat ukur dari
satu kali pengukuran, dengan ketentuan: a) jika nilai ralpha > rtabel maka dinyatakan
realiabel dan b) jika nilai ralpha < rtabel
Dengan rumus:
maka dinyatakan tidak reliabel. (Arikunto,
2002)
(
)
σ σ − − =∑
2 1 2 b 11 1 1 k k r Keterangan: r11k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = realiabilitas instrumen
∑
σ2b = jumlah varians butir 2
1
σ = varians total
Uji validitas dan reliabilitas instrumen pada penelitian ini dilakukan di rumah sakit kabupaten terdekat dari lokasi penelitian yaitu RSUD Jantho Banda Aceh dengan kriteria responden yang sama dengan jumlah 30 0rang,
(58)
Hasil nilai corrected item-total correlation dari variabel pengembangan karir (promosi dan pelatihan) dan motivasi kerja (disiplin dan tanggung jawab) mempunyai
rhitung > dari nilai r tabel = 0,361, dengan demikian dinyatakan valid. Sedangkan nilai
cronbach alpha dari masing-masing instrumen > r tabel (0,361) sehingga dapat dikatakan instrumen dari semua butir pernyataan reliabel (Lampiran 6).
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen (Variabel bebas)
1. Pengembangan karir adalah perencanaan karir pada perawat dalam memperoleh
promosi dan penilaian kinerja yang objektif.
2. Promosi adalah kesempatan perawat dalam memperoleh jenjang karir yang lebih
tinggi, dengan jumlah kuesioner 4 soal yang kemudian dikategorikan :
a. Baik, jika responden memperoleh jawaban dengan skor 10-12.
b. Sedang, jika responden memperoleh jawaban dengan skor 7-9.
c. Buruk, jika responden memperoleh menjawab dengan skor 4-6.
3. Pelatihan adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau
keterampilan, dengan jumlah kuesioner 4 soal yang kemudian dikategorikan :
a. Baik, jika responden memperoleh jawaban dengan skor 10-12.
b. Sedang, jika responden memperoleh jawaban dengan skor 7-9.
(59)
3.5.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)
1. Motivasi kerja adalah dorongan atau semangat yang datang dari luar maupun
dalam diri perawat dalam melaksanakan pekerjaan ditinjau dari disiplin kerja
dan tanggungjawabnya.
2. Disiplin kerja adalah upaya yang dilakukan perawat dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan norma-norma peraturan yang berlaku, dengan jumlah
kuesioner 5 soal yang kemudian dikategorikan :
a. Baik, jika responden memperoleh jawaban dengan skor 13-15.
b. Sedang, jika responden memperoleh jawaban dengan skor 9-12.
c. Buruk, jika responden memperoleh menjawab dengan skor 5-8.
3. Tanggungjawab adalah upaya yang dilakukan perawat untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsinya, dengan jumlah kuesioner 4 soal
yang kemudian dikategorikan :
a. Baik, jika responden memperoleh jawaban dengan skor 10-12.
b. Sedang, jika responden memperoleh jawaban dengan skor 7-9
c. Buruk, jika responden memperoleh menjawab dengan skor 4-6.
3.6 Metode Pengukuran
Aspek pengukuran variabel dependen adalah motivasi kerja yang mencakup
disiplin kerja dan tanggungjawab dengan jumlah 9 pertanyaan, sedangkan variabel
(60)
jumlah 8 pertanyaan. Variabel pengembangan karir dan motivasi kategori jawaban
sangat setuju diberi nilai 3, setuju diberi nilai 2 dan tidak setuju nilai 1. Untuk
keseluruhan aspek pengukuran variabel penelitian dirumuskan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1. Skala Pengukuran Variabel Independen dan Dependen Variabel Jumlah Indikator Kategori Jawaban Kategori Variabel Skor Penilaian Skala Pengukuran Motivasi Kerja Disiplin Kerja
5 Sangat Setuju = 3
Setuju = 2 Tidak setuju = 1
Baik = 3 Sedang = 2 Buruk = 1
13-15 9-12 5-8 Ordinal Tanggung Jawab
4 Sangat Setuju = 3
Setuju = 2 Tidak setuju = 1
Baik = 3 Sedang = 2 Buruk = 1
10-12 7-9 4-6
Ordinal
Pengembangan Karir
Promosi 4 Sangat Setuju = 3
Setuju = 2 Tidak setuju = 1
Baik = 3 Sedang = 2 Buruk = 1
10-12 7-9 4-6
Ordinal
Pelatihan 4 Sangat Setuju = 3
Setuju = 2 Tidak setuju = 1
Baik = 3 Sedang = 2 Buruk = 1
10-12 7-9 4-6
Ordinal
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis multivariat yang bertujuan untuk melihat
pengaruh antara variabel bebas yaitu pengembangan karir (promosi dan pelatihan)
terhadap variabel terikat yaitu motivasi kerja perawat (disiplin kerja dan
tanggungjawab) di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Uji statistik yang digunakan ”adalah
regresi linier berganda” pada batas kemaknaan 95% (Sugiyono, 2008). Model regresi
linier berganda yaitu :
(61)
Keterangan :
Y = Motivasi kerja perawat
a = Konstanta
b
X
= Koefisien regresi linier berganda
1
X
= Promosi
2
e = Error (tingkat kesalahan) yaitu 0,05 (5%). = Pelatihan
(62)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Demografi Wilayah Kerja RSUD Meuraxa Banda Aceh
Kota Banda merupakan ibukota Provinsi Aceh, terletak pada garis 5,30o –
5,35o LU dan 95,30o-99,16oBT; dengan ketinggian wilayah kota ± 0,8-5 meter di atas
permukaan laut. Dengan batas wilayah sebelah Utara dengan Selat Malaka, sebelah
Selatan dengan Kabupaten Aceh Besar, sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh
Besar, dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Luas wilayah Kota Banda
Aceh adalah 61,36 km2
Secara resmi setelah grand opening pada tanggal 11 November 2007, pengoperasionalan RSUD Meuraxa menggunakan lokasi di Jalan Soekarno Hatta km.
2 Desa Mibo, Kecamatan Banda Raya. Luas tanah untuk bangunan adalah 15.268 m . Sebagai rumah sakit milik Pemerintah Kota Banda Aceh,
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Meuraxa merupakan pusat rujukan dari 11
(sebelas) puskesmas yang berada di wilayah Kota Banda Aceh dan sekitarnya.
2
,
yang bersumber dari pengadaan APBD tahun 2007. Sedangkan bangunan RSUD
Meuraxa di kawasan Mibo ini seluas 5.300 m2
4.1.2 Tenaga Kesehatan di RSUD Meuraxa Banda Aceh
(63)
Berdasarkan data kepegawaian tahun 2010, RSUD Meuraxa Banda Aceh
meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1.Sarana dan Prasarana Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUD Meuraxa Banda Aceh Tahun 2010
No. Jenis Pelayanan Jumlah Tempat Tidur
1. Instalasi Gawat Darurat 4
2. Ruang Rawat Pria 14
3. Ruang Rawat Wanita 16
4. Ruang Rawat Kebidanan 9
5. Ruang Bersalin 3
6. Ruang Rawat Isolasi 8
7. Ruang Rawat Anak 15
8. NICU 2
9. ICU 3
10. Ruang Rawat Kls I 9
11. Ruang Rawat Kls II 14
12. Kamar Bedah -
13. Unit Anasthesi -
14. Poli Penyakit Dalam -
15. Poli Spesialis THT -
16. Poli Spesialis Mata -
17. Poli Spesialis Bedah -
18. Poli Spesialis Kulit -
19. Poli Spesialis Saraf -
20. Poli Spesialis Paru -
21. Poli Spesialis Kebidanan -
(64)
` Pada Tabel 4.1 di atas, diperoleh data sarana dan prasarana pelayanan rawat jalan dan rawat inap di RSUD Meuraxa meliputi ruang IGD dengan 4 tempat tidur,
ruang perawatan dengan 88 tempat tidur, ruang NICU dengan 2 tempat tidur, ruang
ICU dengan 3 tempat tidur, kamar bedah 1 unit, unit anasthesi 1 unit, dan poli
spesialis sebanyak 8 unit.
Tabel 4.2.Tenaga Kesehatan di RSUD Meuraxa Banda Aceh Tahun 2010
No. Uraian Nilai Ideal
1 Dokter 23
2 Perawat 64
3 Bidan 45
4 Ahli Gizi 7
Jumlah 139
Sumber : Profil RSUD Meuraxa Banda Aceh, 2010
Pada Tabel 4.2 di atas, diperoleh data jumlah tenaga kesehatan di RSUD
Meuraxa Banda Aceh, dokter sebanyak 23 orang, perawat sebanyak 62 orang, bidan
sebanyak 45 orang, dan ahli gizi sebanyak 7 orang.
4.1.3 Tingkat Pemakaian Fasilitas RSUD Meuraxa Banda Aceh
Adapun angka rata-rata tempat tidur terisi dalam satu tahun atau BOR : (Bed Occupacion Rate), angka rata-rata lamanya seorang pasien dirawat atau LOS (Average Length of Stay), dan lama tempat tidur tidak ditempati/TOI (Turn Over Interval) di RSUD Meuraxa Banda Aceh sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 4.3.Nilai BOR, LOS, dan TOI di RSUD Meuraxa Banda Aceh Tahun 2010
(65)
1. BOR 46,5% 75-85%
2. LOS 2,25 hari 3 – 12 hari
3. TOI 4,08 hari 1 -3 hari
Sumber : Profil RSUD Meuraxa Banda Aceh, 2010
Pada Tabel 4.3 di atas, diperoleh data angka rata-rata tempat tidur terisi dalam
satu tahun atau BOR : (Bed Occupacion Rate) di RSUD Meuraxa Banda Aceh yaitu 46,5%, angka rata-rata lamanya seorang pasien dirawat atau LOS (Average Length of Stay) yaitu 2,25 hari, dan lama tempat tidur tidak ditempati/TOI (Turn Over Interval) yaitu 4,08 hari.
4.1.4 Data Penyakit di Rumah Sakit di RSUD Meuraxa Banda Aceh
Data 10 penyakit terbesar yang didapati di RSUD Meuraxa Banda Aceh
Tahun 2010 adalah :
Tabel 4.4.Distribusi Data 10 Penyakit Penyakit Terbesar Pasien Rawat Jalan di RSUD Meuraxa Banda Aceh Tahun 2010
No. Nama Penyakit Jumlah Persentase (%)
1. ISPA 1854 17,04
2. Demam yang sebabnya tidak
diketahui
1512
13,90
3. Hipertensi 1274 11,71
4. Dispepsia 1224 11,25
5. Diare dan Gastroenteritis 1156 10,63
6. Diabetes Mellitus 1049 9,64
7. Gastritis dan Duodenitis 773 7,11
8. Artitis Reumatoid 723 6,65
9. Penyakit Pulpa & Periapikal 665 6,11
10. Faringitis Akut 649 5,97
Jumlah 543 100
(66)
Pada Tabel 4.4 di atas, diperoleh data 10 penyakit terbesar di RSUD Meuraxa
Banda Aceh Tahun 2010 yaitu ISPA 17,04%, Demam 13,90%, Hipertensi 11,71%,
Dispepsia 11,25%, Diare dan Gastroenteritis 11,25%, Diabetes Mellitus 9,64%,
Gastitis dan Duodenitis 7,11%, Artitis Reumatoid 6,5%, Penyakit Pulpa dan
Periapikal 6,11%, dan Faringitis Akut 5,97%.
4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Analisis Univariat
4.2.1.1Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Distribusi kelompok umur responden dibagi menjadi 2 kategori yaitu dewasa
dini (umur 18-40 tahun) dan dewasa madya (umur >40 – 60 tahun) (Hurlock, 1980).
Dilihat dari kategori umur tersebut sebanyak 44 orang (71%) adalah 18-40 tahun dan
selebihnya adalah dewasa madya dengan umur >40-60 tahun yaitu 18 orang (29%).
Tabel 4.5.Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di RSUD Meuraxa Banda Aceh
No Umur n %
1. Dewasa dini (18 - 40 tahun) 44 71
2. Dewasa madya (>40 - 60 tahun) 18 29
Total 62 100
4.2.1.2Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi jenis kelamin responden pada Tabel 4.6 dibagi menjadi 2 kategori
(1)
Uji Regresi Linier Berganda
Regression
Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Pelatihan,
Promosi(a) , Enter
a All requested variables entered, b Dependent Variable: Motivasi
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std, Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,726(a) ,592 ,572 2,937 1,287
a Predictors: (Constant), Pelatihan, Promosi b Dependent Variable: Motivasi
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig,
1 Regression 328,339 2 164,169 19,036 ,000(a)
Residual 508,839 59 8,624
Total 837,177 61
a Predictors: (Constant), Pelatihan, Promosi b Dependent Variable: Motivasi
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig,
B Std, Error Beta B Std, Error
1 (Constant) 7,221 1,583 4,561 ,000
Promosi ,719 ,252 ,488 2,849 ,006
Pelatihan ,540 ,247 ,397 2,186 ,033
a Dependent Variable: Motivasi
Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std, Deviation N
Predicted Value 13,51 21,07 16,69 2,320 62
Residual -7,067 6,866 ,000 2,888 62
Std, Predicted Value -1,370 1,885 ,000 1,000 62
Std, Residual -2,407 2,338 ,000 ,983 62
(2)
Regression Standardized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3
Frequency
25
20
15
10
5
0
Histogram Dependent Variable: Motivasi
Observed Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
E
xpect
ed
C
um
P
rob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Motivasi
R
egressi
on
S
tandardi
z
ed
R
esi
dual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot Dependent Variable: Motivasi
(3)
Regression
Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1
Pengemban
gan Karir(a) , Enter
a All requested variables entered, b Dependent Variable: Motivasi
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std, Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,655(a) ,429 ,407 2,916 1,313
a Predictors: (Constant), Pengembangan Karir b Dependent Variable: Motivasi
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig,
1 Regression 327,003 1 327,003 38,458 ,000(a)
Residual 510,174 60 8,503
Total 837,177 61
a Predictors: (Constant), Pengembangan Karir b Dependent Variable: Motivasi
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig,
B Std, Error Beta B Std, Error
1 (Constant) 7,220 1,572 4,593 ,000
Pengembangan Karir ,628 ,101 ,655 6,201 ,000
a Dependent Variable: Motivasi
Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std, Deviation N
Predicted Value 13,50 21,04 16,69 2,315 62
Residual -7,040 6,614 ,000 2,892 62
Std, Predicted Value -1,379 1,877 ,000 1,000 62
Std, Residual -2,414 2,268 ,000 ,992 62
(4)
Charts
Observed Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
E
xpect
ed
C
um
P
rob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Motivasi
Regression Standardized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3
Fr
e
que
nc
y
25
20
15
10
5
0
Histogram
Dependent Variable: Motivasi
Mean =-5.87E-16 Std. Dev. =0.992
(5)
Regression Standardized Predicted Value
2 1
0 -1
-2
R
e
g
re
s
s
io
n
S
ta
n
d
a
rd
iz
e
d
R
e
s
id
u
a
l 3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
(6)