Durasi Kegiatan Dipercepat Crashed

17 e. Faktor cuaca Faktor ini akan sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja. Iklim dan cuaca yang jelek akan memperlambat penyelesaian kegiatan. f. Dana yang tersedia Durasi kegiatan akan lebih lama bila dana yang masuk ke dalam kas perusahaan tersendat-sendat. Begitu juga akan menyebabkan tersendatnya arus material yang masuk. g. Macam dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan Volume pekerjaan yang lebih besar membutuhkan durasi pekerjaan yang lebih lama. Volume ini dapat dihitung dari dokumen rencana kerja dan syarat-syarat yang diberikan pemilik proyek. h. Kondisi sosial politik Termasuk dalam hal ini adalah peraturan pemerintah di bidang tenaga kerja. i. Sumber daya yang dimiliki oleh pelaksana Faktor ini meliputi jumlah, kemampuan dan keterapilan tenaga kerja serta kapasitas alat-alat kerja. Yang perlu ditinjau di sini adalah produktifitas tenaga kerja dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu antara lain : kualitas dan kuantitas tenaga kerja, efisiensi, jam kerja, kondisi lingkungan dan lain- lain.

b. Durasi Kegiatan Dipercepat Crashed

Salah satu indikasi akan suatu manajemen proyek agar dikatakan baik adalah tercapainya target sesuai waktu. Pada umumnya manajemen proyek hanya terfokus pada cara meminimalisasi keterlambatan bukan pada cara mempercepat pekerjaan. 18 Ada beberapa alasan mengapa jadwal kegiatan proyek seharusnya lebih singkat, yaitu : • Jadwal kegiatan yang lebih pendek dapat mengurangi biaya dari keseluruhan proyek sementara dapat meningkatkan jumlah pekerjaan tanpa penambahan sumber daya. • Jadwal kegiatan yang lebih pendek akan mempercepat waktu penyelesaian proyek sehingga hasil akhir dari proyek akan dapat segera digunakan, yang kemudian akan sangat berpengaruh terhadap profit yang akan didapatkan dari pengerjaan proyek. • Jadwal kegiatan yang lebih pendek juga akan meningkatkan kemungkinan untuk memenangkan tender terutama untuk kontraktor dan konsultan. Pada awalnya, yaitu pada saat proyek direncanakan, durasi kegiatan direncanakan sesuai durasi yang tersedia sumber daya normal. Bila kemudian hari penyelesaian dipercepat karena alasan tertentu, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu : 1. Perubahan logika pekerjaan a. Kegiatan seri dijadikan paralel Sebagai contoh, berikut adalah beberapa item pekerjaan. Gambar 2.2 Kegiatan Seri Pembersihan lokasi Pekerjaan pengukuran Pembuatan pagar proyek 19 Dari Gambar 2.2 di atas dapat dilihat bahwa kegiatan pembuatan pagar proyek dilakukan setelah kegiatan pengukuran selesai. Namun, sebenarnya kedua kegiatan ini dapat dilakukan secara beramaan selama sumber daya yang dimiliki oleh proyek memadai. Sehingga waktu penyelesaian untuk potongan jaringan kegiatan ini dapat dipersingkat menjadi seperti Gambar 2.3. Gambar 2.3 Kegiatan Paralel b. Kegiatan seri dijadikan overlap Sebagai contoh pada pekerjaan pelat lantai suatu bangunan yang terdiri dari pekerjaan bekisting dan pembesian. Gambar 2.4 Kegiatan Seri Pada Gambar 2.4, kedua pekerjaan harus dilakukan secara seri, yaitu pekerjaan bekisting kemudian diikuti oleh pekerjaan pembesian. Pembersihan lokasi Pekerjaan pengukuran Pembuatan pagar proyek Pekerjaan bekisting Pekerjaan pembesian 20 50 Bila pada pekerjaan pelat lantai tersebut terbagi atas beberapa lokasi kegiatan, maka kegiatan ini dapat dilakukan secara overlap sehingga waktu penyelesaian bisa dipersingkat. Artinya, pada saat pekerjaan bekisting telah dikerjakan 50 maka pekerjaan pembesian sudah bisa mulai dikerjakan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan selama sumber daya yang dimiliki proyek memadai. Gambar 2.5 Kegiatan Overlap 2. Penambahan produktifitas sumber daya Dalam mempercepat durasi sebuah proyek dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut : a. Penambahan jam kerja lembur Penambahan jam kerja lembur dilakukan guna mempercepat penyelesaian proyek. Namun, kerja lembur ini mengandung resiko yang cukup tinggi dan pekerjaan yang berat. Oleh sebab itu, kerja lembur harus mendapat tambahan yang lebih besar dari upah kerja normal, biasanya 1,5 sampai 2 kali upah kerja normal. Acap kali kerja lembur yang panjang lebih dari 40 jam per minggu tidak dapat dihindari sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan produktifitas.Imam Soeharto 1999. Grafik pada gambar 2.6 dibawah menunjukkan indikasi penurunan produktifitas, bila jumlah jam per harridan hari per minggu bertambah. Pekerjaan bekisting Pekerjaan pembesian 21 Gambar 2.6 Grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur Iman Soeharto, 1999 b. Pembagian giliran kerja Di sini terjadi penambahan jumlah pekerja, karena unit pekerja giliran pagi sampai sore berbeda dengan unit pekerja giliran sore sampai malam. Dengan demikian produktifitas kerja dianggap hampir sama. c. Penambahan tenaga kerja Dimaksudkan sebagai penambahan jumlah pekerja dalam satu unit kerja tanpa menambah jam kerjanya. Penambahan tenaga kerja yang optimum akan menambah produktifitas kerja, namun penambahan yang terlalu banyak justru menurunkan produktifitas kerja karena berbagai macam hal, antara lain : terlalu sempitnya lahan untuk bekerja, kesulitan pengawasan dan lain-lain. 22 d. Penambahanpenggantian peralatan Dimaksudkan untuk manambah produktifitas kerja, menambah ketelitian kerja dan mengurangi jumlah tenaga kerja manusia. e. Penggantianperbaikan metode kkerja Dilakukan bila metode yang dilakukan sudah tidak efisien lagi. Misalnya perubahan dari pelaksanaan produksi manual ke produksi pabrikasi. Namun penggantian metode kerja kadang kala juga berarti merubah logika jaringan kegiatan atau bahkan jenis kegiatannya sendiri. f. Konsentrasi pada kegiatan tertentu Dilakukan dengan mengkonsentrasikan pelaksanaan pekerjaan yang dianggap khusus, kritis atau tingkat kegagalan tinggi. Konsentrasi ini berarti penambahan tenaga kerja atau peraltan pada kegiatan ini. g. Kombinasi dari alternatif yang ada Dalam pelaksanaannya, peningkatan produktifitas sumber daya dapat dilakukan dengan mengkombinasikan alternatif-aternatif yang ada sehingga menghasilkan suatu cara yang paling tepat dan efisien.

2.1.4.2. Network Planning Jaringan Kerja

Untuk memudahkan pelaksanaan sebuah proyek konstruksi, maka diperlukan adanya sebuah perencanaan yang baik agar seluruh kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Perencanaan jaringan kerja pada sebuah proyek lebih dikenal dengan istilah network planning NWP. Network Planning diperkenalkan pada tahun 50-an oleh tim perusahaan Dupont dan Rand Corporation untuk mengembangkan sistem control manajemen. 23 Network planning adalah gambaran kejadian-kejadian dan kegiatan yang diharapkan akan terjadi dan dibuat secara kronologis serta dengan kaitan yang logis dan berhubungan antara sebuah kejadian atau kegiatan dengan yang lainnya. Ini juga merupakan teknik dalam perencanaan kegiatan atau proyek yang dapat menjawab pertanyaan bagaimana mengelola suatu proyek. Dengan adanya Network planning ini kita dapat mengetahui kegiatan- kegiatan mana yang memiliki kegiatan paling kritis atau kegiatan yang sangat membutuhkan pengontrolan untuk mencapai proyek sesuai target.

2.1.4.3. Kurva S atau

Hanumm Curve Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas dasar pengamatan terhadap pelaksanaan sejumlah proyek dari awal hingga selesai. Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja bobot kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal. Bobot kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaannya dipakai untuk mengetahui kemajuan proyek tersebut. Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek. Pembandingan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan Abrar Husein, 2009. Adapun fungsi kurva S adalah sebagai berikut : a. Menentukan waktu penyelesaian proyek. b. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek. c. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek. 24 d. Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan dipakai. Gambar 2.7 Kurva S

2.1.5. Rencana Anggaran Biaya

Dalam merrencanakan sebuah proyek tentu tidak terlepas dari Rencana Anggaran Biaya yang akan digunakan untuk proyek tersebut. Rencana Anggaran Biaya RAB adalah perhitungan perkiraan jumlah anggaran biaya yang akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi mulai dari perencanaan, pembangunan, sampai pemeliharaan. RAB ini digunakan untuk merencanakan pengendaliaan biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan setiap kegiatan proyek. Adapun fungsi dari RAB ini antara lain: 1. Sebagai pedoman untuk melakukan perjanjian kontrak kerja konstruksi 2. Memperkirakan kebutuhan tenaga kerja pada proyek 3. Menghitung kebutuhan material yang akan digunakan pada proyek konstruksi 25 4. Memperkirakan untung yang didapat kontraktor ketika memborong suatu pekerjaan konstruksi 5. Mengetahui besarnya pajak PPN bangunan, dimana besarnya PPN adalah 10 dari RAB Dalam menghitung RAB ada beberapa data yang diperlukan, diantaranya: 1. Gambar Proyek 2. Volume Pekerjaan 3. Analisa Harga Satuan 4. Penentuan Biaya

2.1.5.1. Gambar Proyek

Gambar proyek diperlukan sebagai acuan dalam merencanakan sebuah Rencana Anggaran biaya. Dari gambar proyek akan diperoleh bentuk, ukuran dan spesifikasi material yang akan digunakan.

2.1.5.2. Volume Pekerjaan

Perhitungan volume pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses pengukuranperhitungan terhadap kuantitas item-item pekerjaan berdasarkan pada gambar atau aktualisasi pekerjaan di lapangan. Dengan mengetahui jumlah volume pekerjaan maka akan diketahui berapa banyak biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut.

2.1.5.3. Analisa Harga Satuan

Analisa Harga Satuan AHS adalah pedoman untuk menghitung harga standard satuan pekerjaan konstruksi yang didalamya terdapat angka yang 26 menunjukan jumlah material, tenaga dan biaya persatuan pekerjaan. AHS diterbitkan oleh setiap instansi terkait di setiap Pemerintah Daerah. Untuk mendapatkan daftar harga baik bahan maupun upah dapat diperoleh melalui berbagai media antara lain : • Daftar harga yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat. • Daftar harga yang dikeluarkan oleh instansi tertentu. • Jurnal-jurnal harga bahan dan upah. • Bapenas • Survei harga di lokasi proyek. Setelah daftar harga diperoleh kemudian dilakukan analisa harga satuan pekerjaan yang dapat dilakukan dengan perhitungan ataupun dengan menggunakan buku analisa BOW ataupun SNI untuk mendapatkan harga koefisien masing-masing pekerjaan, sehingga kemudian akan dapat dilakukan perhitungan Rencana Anggaran Biaya RAB.

2.1.5.4. Penentuan Biaya

Biaya yang digunakan pada proyek konstruksi adalah biaya total yaitu biaya langsung dan biaya tak langsung proyek. Biaya tidak langsung bersifat kontinu selama proyek, sehingga pengurangan durasi proyek berarti pengurangan dalam biaya tidak langsung. Biaya langsung dalam grafik akan meningkat jika durasi proyek dikurangi dari awalnya yang direncanakan.

a. Biaya Langsung Direct Cost

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Konstruksi (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jembatan Rel Kereta Api di Kuala Tanjung – Sumatera Utara)

18 126 88

Analisa Waktu Dan Biaya Optimum Pada Proyek Konstruksi Jembatan (Studi Kasus : Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api Km.16 Lintas Bandar Tinggi - Kuala Tanjung)

18 59 102

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Konstruksi (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jembatan Rel Kereta Api di Kuala Tanjung – Sumatera Utara)

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Konstruksi (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jembatan Rel Kereta Api di Kuala Tanjung – Sumatera Utara)

0 0 1

Cover Analisa Waktu Dan Biaya Optimum Pada Proyek Konstruksi Jembatan (Studi Kasus : Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api Km.16 Lintas Bandar Tinggi Kuala Tanjung)

0 0 11

Abstract Analisa Waktu Dan Biaya Optimum Pada Proyek Konstruksi Jembatan (Studi Kasus : Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api Km.16 Lintas Bandar Tinggi Kuala Tanjung)

0 0 1

Chapter I Analisa Waktu Dan Biaya Optimum Pada Proyek Konstruksi Jembatan (Studi Kasus : Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api Km.16 Lintas Bandar Tinggi Kuala Tanjung)

0 0 5

Reference Analisa Waktu Dan Biaya Optimum Pada Proyek Konstruksi Jembatan (Studi Kasus : Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api Km.16 Lintas Bandar Tinggi Kuala Tanjung)

0 0 1

Appendix Analisa Waktu Dan Biaya Optimum Pada Proyek Konstruksi Jembatan (Studi Kasus : Proyek Konstruksi Jembatan Kereta Api Km.16 Lintas Bandar Tinggi Kuala Tanjung)

0 0 2

BIAYA PROYEK konstruksi jembatan studi

0 0 7