adalah obat yang tercantum dalam DPHO Daftar Plafon Harga Obat Askes. Apabila diperlukan obat di luar DPHO Askes, obat dilayani apabila pasien
keluarga menandatangani pernyataan bersedia membayar di luar DPHO Askes.
2.2 Alat Kesehatan
Berdasarkan Undang–Undang No.23 tahun 1992, alat kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin, implant, yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau
untuk membentuk stuktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Alat kesehatan yang termasuk dalam paket pelayanan kesehatan Askes
sosial adalah kacamata, gigi tiruan, alat bantu dengar, kakitangan tiruan dan implant. Namun alat kesehatan habis pakai seperti jarum suntik, peralatan infuse,
dan benang bedah tidak ditanggung oleh PT. Askes. Program asuransi kesehatan sosial bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima
Pensiun, Veteran, dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya merupakan penugasan Pemerintah kepada PT. Askes Persero. Walaupun
peraturan Asuransi Kesehatan Sosial telah dipenuhi, namun rendahnya premi yang diterima masih belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan biaya pelayanan
kesehatan peserta. PT. Askes masih belum mampu mencukupi biaya Rumah Sakit untuk melayani peserta, sehingga kesenjangan antara biaya yang dibayarkan PT.
Askes dengan biaya yang dikeluarkan rumah sakit masih tetap terjadi.
Nilsya Febrika Zebua: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008. USU e-Repository © 2008
2.3 Antibiotika
Antibiotika adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Walaupun antibiotika bermanfaat luas dalam pengobatan infeksi, perlu
disadari bahwa antibiotika hanya efektif untuk mengobati infeksi akibat bakteri. Antibiotika tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau non – bakteri
lainnya. Antibiotika dapat digolongkan dengan beberapa pendekatan, antara lain
berdasarkan struktur kimia, mekanisme kerja, manfaat dan sasaran kerja serta daya kerja.
1. Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimia a.
Golongan Penisilin, contoh: Karbenisilin, Piperasilin b.
Golongan Sepalosporin, contoh: generasi I Sefaleksin, Sefazolin, Sefradin, generasi II Sefamandol, Sefaklor, generasi III Sefotaksim,
Sefoksitin c.
Golongan Aminoglikosida, contoh: Amikasin, Gentamisin, Streptomisin d.
Golongan Kuinolon, contoh: Siprofloksasin, Levofloksasin, Ofloksasin e.
Golongan Tetrasiklin, contoh: Tetrasiklin, Doksisiklin, Oksitetrasiklin f.
Golongan Makrolida, contoh: Azitromisin, Eritromisin, Klaritromisin g.
Golongan Peptida, contoh: Polimiksin B, Basistrasin, Kolistin h.
Golongan Lain, contoh: Linkosamid, Rifampisin, Kloramfenikol, Klindamisin, Etambutol, Sulfametoksazol, dan Trimetropim.
Nilsya Febrika Zebua: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Penggolongan antibiotika berdasarkan luas efeknya a.
Antibiotika yang daya bekerja terhadap bakteri gram positif atau negatif saja narrow spektrum. Contoh: Penisilin, Makrolida dan Linkomisin.
b. Antibiotika yang bekerja terhadap bakteri gram positif dan negatif broad
spektrum. Contoh: Tetrasiklin dan Kloramfenikol. 3. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dikelompokkan sebagai berikut:
a. Menghambat metabolisme sel mikroba, seperti sulfonamid, trimetoprim,
asam p-aminosalisilat dan sulfon. b.
Menghambat sintesis dinding sel mikroba, seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisisn dan sikloserin.
c. Mengganggu keutuhan membran sel mikroba, seperti polimiksin, golongan
polien. d.
Menghambat sintesis protein sel mikroba, seperti aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol
e. Menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, seperti rifampisin dan
golongan kuinolon. Pertimbangan dasar penggunaan antibiotika secara Rasional
Seleksi penggunaan antibiotika semata-mata berdasarkan atas ilmu pengetahuan tentang sifat fisika-kimia antibiotika, mekanisme kerjanya, spektrum
aktivitasnya maupun daya kerjanya. Selain itu perlu juga dilakukan pengkajian yang mencakup absorpsi, distribusi, eksresinya serta efek samping dan
toksisitasnya. Dan perlu juga disesuaikan dengan faktor pasien, diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotika antara lain fungsi
Nilsya Febrika Zebua: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008. USU e-Repository © 2008
ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi status imunologis, daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, usia dan untuk wanita apakah sedang
hamil atau menyusui. Pemberian antibiotika yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam
kenyataan sehari-hari, tidak mungkin melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk setiap pasien yang dicurigai menderita infeksi.
Secara umum berdasarkan ditemukannya kuman penyebab infeksi atau tidak, maka terapi antibiotika dapat dibagi menjadi dua, yakni terapi secara
empiris dan terapi pasti. a.
Terapi secara empiris dimana pada banyak keadaan infeksi, kuman penyebab infeksi belum dapat diketahui atau dipastikan. Pertimbangan
utama dari terapi secara empiris ini adalah pengobatan sedini mungkin untuk memperkecil resiko komplikasi atau perkembangan lebih lanjut dari
infeksi, misalnya dalam menghadapi kasus – kasus infeksi berat. Pemilihan jenis antibiotika diberikan berdasarkan perkiraan kemungkinan
kuman penyebabnya. Ini dapat didasarkan pada pengalaman yang layak atau berdasarkan pada pola epidemiologi kuman setempat.
b. Terapi secara pasti dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis
yang sudah pasti, jenis kuman maupun spektrum kepekaannya terhadap antibiotika. Dalam praktek dokter sehari – hari, mulainya terapi antibiotika
umumnya dilakukan secara empiris, lalu kalau hasil pemeriksaan mikrobiologis menunjukkan ketidakcocokan dalam pemilihan antibiotika,
maka antibiotika dapat diganti kemudian dengan jenis yang sesuai.
Nilsya Febrika Zebua: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat Pelaksanaan