dahulu pelunasan atas piutangnya, baru kemudian pemilik hak tagih dengan hak istimewa dan selanjutnya kemudian sisanya untuk kreditur
konkuren.
D. Bentuk-bentuk Jaminan
1. Gadai
Gadai menurut KUH Perdata pasal 1150 adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan
kepadanya oleh seorang yang berutang atau orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya, setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Gadai adalah salah satu lembaga jaminan yang digunakan untuk mengikat objek jaminan utang berupa benda bergerak. Ketentuan tentang
gadai diatur dalam pasal 1150-1160 KUH Perdata. Gadai hanya diberikan untuk benda bergerak, dan benda yang dijadikan objek gadai harus
dikeluarkan dari penguasaan pemberi gadai. Menurut pasal 1151 KUH Perdata persetujuan gadai dibuktikan
dengan segala alat yang diperbolehkan bagi pembuktian persetujuan pokoknya. Ini berarti dalam hal persetujuan pokok yang menjadi dasar
pemberian gadai adalah berbentuk perjanjian yang tidak memerlukan formalitas tertentu, maka gadai juga dapat diberikan dengan cara yang
sama yaitu menurut ketentuan yang berlaku bagi sahnya perjanjian pokok tersebut.
Objek gadai adalah “suatu barang bergerak“, selain benda bergerak tersebut maka benda-benda bergerak tak bertubuh juga dapat diterima
sebagai objek gadai. Benda-benda bergerak tak bertubuh dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan sebagai tagihan-tagihan atau
piutang-piutang, surat-surat atas tunjuk dan surat-surat atas bawa.
23
Benda yang menjadi objek gadai adalah benda bergerak, baik berwujud maupun
tak berwujud. Benda bergerak tak berwujud antara lain adalah hak tagihan.
24
Para pihak yang terlibat dalam perjanjian gadai terdiri dari pihak yang memberikan jaminan gadai atau yang sering disebut dengan istilah
Pemberi Gadai, dan pihak yang menerima jaminan gadai atau yang sering disebut Pemegang gadai. Namun bila ada perjanjian lain benda gadai dapat
dipegang oleh pihak ketiga, selain kreditur pemegang gadai yang disebut juga pihak ketiga pemegang gadai. Keberadaan pihak ketiga Pemberi
Gadai ini adalah dalam hal benda jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah milik pihak ketiga dan diberikan oleh pihak ketiga tersebut.
Tanggungjawab pihak ketiga ini terbatas pada benda gadai yang dia berikan, sedangkan untuk selebihnya menjadi tanggungan debitur itu
23
Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan Di Indonesia, Cetakan kedua, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, Tahun 1998 h. 208
24
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab Tentang Creditverband, Gadai dan Fiducia, Cetakan ke IVBandung : Penerbit Alumni, Tahun 1987 h. 56
sendiri. Hal ini berarti pihak ketiga pemberi gadai tidak mempunyai utang, karena dia bukanlah debitur sehingga kreditur tidak mempunyai hak tagih
terhadap pihak ketiga pemberi gadai tersebut.Akan tetapi pihak ketiga pemberi gadai ini mempunyai tanggungjawab yuridis atas benda gadainya.
Hak gadai diletakkan dengan memberikan benda gadai di bawah kekuasaan kreditur pemegang gadai atau di bawah kekuasaan pihak ketiga
pemegang gadai, jika terdapat kesepakatan antara kreditur dan debitur. Benda gadai harus ditaruh di luar kekuasaan dari pemberi gadai dan maka
dari itu harus telah diserahkan ke dalam kekuasaan pemegang gadai pada saat terjadinya gadai. Penyerahan benda Gadai ke dalam kekuasaan
kreditur atau ke dalam kekuasaan pihak ke tiga yang ditunjuk oleh para pihak dalam gadai. Syarat ini disebut dengan Inbezitstelling.
Penyerahan benda-benda bergerak bertubuh atau benda bergerak tidak bertubuh yang berupa tagihan atas tunjuk, dilakukan dengan
penyerahan nyata maka penyerahan tersebut dilakukan dengan endossement disertai dengan penyerahan nyata.
Penyerahan dalam gadai ini bukanlah penyerahan yuridis dalam arti pihak yang menerima benda gadai tersebut, tetapi pihak pemilik atas
benda itu. Pihak pemegang gadai tetap hanya berkedudukan sebagai pemegang gadai, walaupun ia menguasai benda tersebut bezitter, maka
dari itu dalam gadai dikenal istilah pandbezit.
Pihak pemegang gadai memiliki hak dan kewajiban. Berikut adalah hak-hak yang dimiliki oleh pihak pemegang gadai antara lain adalah
sebagai berikut : a.
Hak untuk tetap menahan benda gadai yang dijadikan jaminan selama utang belum dilunasi, baik terhadap utang pokok maupun bunganya.
b. Hak untuk menjual benda gadai di depan umum menurut kebiasaan
dan syarat-syarat setempat dalam hal debitur tidak dapat melunasi utangnya setelah tenggang waktu yang ditentukan telah lampau.
Terhadap penjualan benda gadai ini baru dilakukan apabila setelah diberi
peringatan ternyata
debitur belum
juga memenuhi
kewajibannya, maka dengan sendirinya pihak kreditur berhak untuk mengambil pelunasan dari hasil penjualan benda gadai tersebut. Dan
apabila dari hasil penjualan itu melebihi dari kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur maka kreditur wajib mengembalikan kelebihan
itu kepada debitur. c.
Hak untuk meminta penggantian biaya yang dikeluarkan untuk keperluan menyelamatkan benda gadai .
d. Hak untuk melaksanakan gadai ulang atas benda gadai.
Adapun kewajiban yang melekat pada pihak pemegang gadai antara lain adalah :
a. Mengurus benda gadai yang berada dalam penguasaanya dan menjaga
keselamatan benda gadai tersebut serta bertanggungjawab jika terjadi
kehilangan atau penyusutan nilai benda gadai, apabila hal itu terjadi karena kesalahannya.
b. Memberitahu pihak pemberi gadai bila hendak dilakukan penjualan benda
jaminan. c.
Mengembalikan kelebihan atau sisa dari hasil penjualan benda gadai, setelah diambil sebagai pelunasan utangnya kepada pemberi gadai.
d. Mengembalikan benda gadai jika utang yang ada dalam perjanjian pokok
telah dilunasi debitur pemberi gadai. Hapusnya atau berakhirnya gadai dapat terjadi karena:
1 Hapusnya perikatan pokok yang dijamin dengan gadai. Hal ini sesuai
dengan sifat gadai yaitu accesoir, yaitu keberadaannya tergantung pada keberadaan perjanjian pokok, sehingga apabila perjanjian pokok berakhir
maka gadai juga ikut berakhir. 2
Terlepasnya benda gadai dari kekuasaan pemegang gadai atau dilepasnya benda gadai secara sukarela oleh pihak pemegang gadai.
3 Hapus atau musnahnya benda gadai.
4 Terjadinya pencampuran, yaitu benda objek gadai menjadi milik
pemegang gadai. 2.
Fidusia Jaminan fidusia adalah lembaga jaminan yang digunakan untuk
mengikat objek jaminan berupa benda bergerak dan tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
25
.. Jaminan fidusia diatur dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia. Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda
atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Sedangkan jaminan fidusia menurut pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 adalah Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda
bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan
Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia
terhadap kreditor lainnya. Asas-asas yang digunakan dalam Undang-undang Nomor 42
Tahun 1999 tentang jaminan fidusia adalah asas kepastian hukum, asas pendaftaran, asas perlindungan yang seimbang, asas menampung
kebutuhan praktek, asas tertulis otentik, dan asas pemberian kedudukan yang kuat terhadap kreditur
26
.
25
M. Bahsan. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. Jakarta ; Raja Grafindo Persada, 2007 h. 50
26
J. Satrio. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2007h.180
Fidusia pada hakikatnya merupakan pengalihan hak kepemilikan suatu barang atau benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan barang
atau benda tersebut tetap dalam penguasaan pemiliknya. Ciri-ciri jaminan fidusia di antaranya adalah memberikan hak kebendaan, hak didahulukan
kepada kreditur, objek jaminan masih dalam penguasaan debitur, memberikan kepastian hukum dan mudah dieksekusi.
Jaminan fidusia merupakan perjanjian turunan dari perjanjian pokok, dibuat dengan akta notaris menggunakan bahasa Indonesia.
Pembuatan akta jaminan fidusia harus memuat hal-hal seperti identitas para pihak penerima dan pemberi fidusia, data perjanjian pokok yang
dijamin fidusia, uraian mengenai benda yang menjadi objek fidusia, nilai penjamin dan nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
Jaminan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima fidusia atau kepada kuasa atau wakil dari penerima fidusia. Pemberian
fidusia kepada lebih dari satu penerima fidusia umumnya dilakukan dalam rangka pembiayaan kredit konsorsium. Kuasa adalah orang yang secara
hukum mendapat kuasa khusus dari penerima fidusia untuk mewakili kepentingannya dalam penerimaan jaminan fidusia. Wakil adalah orang
yang secara hukum dianggap mewakili penerima fidusia dalam penerimaan jaminan fidusia
27
.
27
M. Bahsan. Hukum Jaminan Jaminan Kredit Perbankan. Jakarta : Raja Grafindo persada, 2007 h.55
Benda objek jaminan fidusia yang dapat digunakan bisa berupa satu atau lebih jenis benda, termasuk piutang baik yang ada pada saat
jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian. Hal ini membolehkan jaminan fidusia mencakup benda yang diperoleh di
kemudian hari
yang apabila
dilihat secara
komersial sangat
menguntungkan dan menunjukan fleksibilitas terkait benda yang dijadikan objek jaminan fidusia.
Pemberi fidusia dilarang melakukan fidusia ulang terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Hal ini karena benda yang menjadi
objek jaminan fidusia hak kepemilikanya telah beralih kepada penerima fidusia.
Jaminan fidusia dapat dialihkan ke penerima fidusia baru, yang berakibat beralihnya secara hukum segala hak dan kewajiban penerima
fidusia kepada penerima fidusia baru. Pengalihan jaminan fidusia ini harus didaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia. Pengalihan hak atas piutang ini
dikenal dengan sebutan cessie. Dalam hal ini berlaku asas droit de suite yaitu hak kebendaan mengikuti pemegang benda dimana benda tersebut
berada. Jadi, segala hak kebendaan beralih dari penerima fidusia lama kepada penerima fidusia baru. Dan perlu ada pemberitahuan kepada
pemberi jaminan fidusia bahwa telah terjadi hal tersebut. Hapusnya jaminan fidusia terjadi karena hal berikut :
a. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia; b. pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia; atau
c. musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Namun musnahnya benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia
tidak menghapuskan klaim asuransi sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf b Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia. Kantor pendaftaran jaminan fidusia lalu menerbitkan surat keterangan yang menyatakan bahwa sertifikat jaminan fidusia tidak
berlaku lagi setelah penerima fidusia melapor kepada kantor pendaftaran jaminan fidusia.
Penerima fidusia memiliki hak mendahului terhadap kreditur lain saat terjadi eksekusi benda objek jaminan fidusia. Hak mendahului adalah
hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Hak ini tidak
terganggu atau terhapus apabila pemberi fidusia pailit. Apabila pemberi fidusia cedera janji, eksekusi terhadap benda yang
menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara pelaksanaan titel eksekutorial, penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia
kekuasaan penerima fidusia sendiri meliputi pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan, serta melakukan
penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika cara ini dinilain dapat menguntungkan
para pihak. Pemberi fidusia wajib menyerahkan benda yang menjadi objek
jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia. Jika
dalam hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan, penerima fidusia wajib mengembalikan kelebiham tersebut kepada pemberi fidusia. Namun bila
terjadi sebaliknya yaitu hasil eksekusi tidak mencukupi pelunasan utang, pemberi fidusia tetap berkewajiban membayar sisa utang kepada penerima
fidusia. 3.
Hak Tanggungan Hak tanggungan adalah lembaga jaminan yang digunakan
mengikat objek jaminan utang berupa tanah atau benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang bersangkutan
28
. Sedangkan menurut pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 hak tanggungan atas tanah
beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak
atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak
berikut benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan
kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain; Peraturan yang mengatur hak tanggungan adalah Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1996, dengan belakunya undang-undang tersebut maka aturan sebelumnya yang digunakan untuk mengikat tanah sebagai jaminan
28
M. Bahsan. Hukum Jaminan Jaminan Kredit Perbankan. Jakarta : Raja Grafindo persada, 2007 h.22
yaitu aturan hipotek dan crediet verband di KUH Perdata tidak berlaku lagi.
Ciri-ciri hak tanggungan yang seperti ada dalam adalah Undang- undang Nomor 4 Tahun 1996 adalah sebagai berikut :
a. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu; kepada
pemegangnya. Dalam hal ini pemegang hak tanggungan mendapat hak didahulukan dari kreditur lainnya untuk memperoleh
pelunasan piutang dari hasil penjualan objek hak tanggungan saat debitur melakukan wanprestasi.
b. Selalu mengikuti objek jaminan utang dalam tangan siapa pun
objek tersebut berada. Bila objek jaminan utang dengan hak tanggungan beralih kepada pihak lain karena berbagai sebab seperti
penjualan, pewarisan penghibahan atau lainnya, pembebanan hak tanggungan tetap melekat pada objek hak tanggungan.
c. Memenuhi asas spesialitas dan asas publisitas. Hal ini tercermin
dalam aturan terkait pembuatan akta pemberian hak tanggungan dan pendaftaran hak tanggungan. Dengan dipenuhinya asas-asas
tersebut maka pengikatan objek hak tanggungan akan sempurna yang berarti terdapat kepastian hukum kepada para pihak yang
terlibat dalam hak tanggungan. d.
Mudah dalam pelaksanaan eksekusi. Eksekusi dilakukan berdasarkan titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak
tanggungan. Dimana pemegang hak tanggungan peringkat pertama
dapat melakukan pelelangan umum atas objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri.
Hak tanggungan memiliki sifat yang tidak dapat terbagi-bagi kecuali ada perjanjian dalam akta pemberian hak tanggungan.Utang yang
dijamin dengan hak tanggungan dapat berupa utang yang akan ada maupun yang sudah ada.
Objek hak tanggungan adalah hak atas tanah seperti hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan. Selain itu, hak atas tanah yang
sifatnya dapat dipindahtangankan seperti hak pakai atas tanah Negara dapat pula menjadi objek hak tanggungan. Hak tanggungan dapat pula di
bebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
tersebut. Suatu objek hak tanggungan dapat dibebani lebih dari satu hak tanggungan untuk menjaminkan pelunasan lebih dari satu utang.
Apabila debitur cedera janji, pemegang hak tanggungan peringkat pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas
kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan lagi dari pemberi hak tanggungan yang didasarkan pada janji
yang diberikan oleh pemberi hak tanggungan. Di dalam akta pemberian hak tanggungan wajib mencatumkan,
identitas pemegang dan pemberi hak tanggungan, domisili para pihak, penunjukan secara jelas utang-utang yang dijamin, nilai tanggungan, dan
uraian jelas tentang objek hak tanggungan. Lalu pemberian hak tanggungan wajib didatarkan pada kantor Badan Pertanahan Nasional
29
. Hak Tanggungan dapat hapus karena hal-hal sebagai berikut:
1 Hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan;
2 Dilepaskannya Hak Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan;
3 Pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh
Ketua Pengadilan Negeri; 4
Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan. 5
Hapusnya Hak Tanggungan karena dilepaskan oleh pemegangnya dilakukan
dengan pemberian
pernyataan tertulis
mengenai dilepaskannya Hak Tanggungan tersebut oleh pemegang Hak
Tanggungan kepada pemberi Hak Tanggungan. 6
Hapusnya Hak Tanggungan karena pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri terjadi
karena permohonan pembeli hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan tersebut agar hak atas tanah yang dibelinya itu
dibersihkan dari beban Hak Tanggungan. 7
Hapusnya Hak Tanggungan karena hapusnya hak atas tanah yang dibeban Hak Tanggungan tidak menyebabkan hapusnya utang yang
dijamin.
30
29
M. Bahsan. Hukum Jaminan Jaminan Kredit Perbankan. Jakarta : Raja Grafindo persada, 2007 h.32
30
M. Bahsan. Hukum Jaminan Jaminan Kredit Perbankan. Jakarta : Raja Grafindo persada, 2007 h.43-45
4. Hipotek
Hipotek adalah lembaga jaminan yang digunakan untuk mengikat objek jaminan utang berupa kapal laut yang berukuran 20 m
3
atau lebih dan berbendera Indonesia.
31
Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan objek jaminan berupa tanah sudah
tidak dapat diikat dengan jaminan hipotek. Objek hipotek saat ini berupa kapal laut berukuran 20 m
3
. Hipotek diatur dalam KUH Perdata dan KUH Dagang.
Pengikatan kapal laut melalui hipotek memberikan kepastian hukum bagi pemberi pinjaman dengan dibuatnya akta hipotek dan
sertifikat hipotek sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku. Sertifikat hipotek mencantumkan kata-kata “Demi keadilan berdasarkan ketuhanan
yang maha esa.” Sehingga memberikan kekuatan eksekutorial bagi pemegang hipotek. Hipotek memberikan hak kebendaan dan kedudukan
didahulukan kepada pihak pemberi pinjaman sebagai pemegang hak hipotek. Eksekusi terhadap objek jaminan yang diikat melalui hipotek
dilakukan melalui pelelangan umum. Eksekusi dapat dilakukan bila pemberi hipotek melakukan wanprestasi.
Penggunaan hipotek sebagai lembaga jaminan ditegaskan kembali melalui Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.
31
M. Bahsan. Hukum Jaminan Jaminan Kredit Perbankan. Jakarta : Raja Grafindo persada, 2007 h.15
Dimana diatur dalam undang-undang tersebut bahwa kapal yang telah didaftarkan dapat dibebani hipotek.
Selain itu, penggunaan hipotek untuk mengikat objek jaminan utang berupa kapal udara dan helikopter. Hal ini ditegaskan pula di
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan yang mengatur bahwa pesawat terbang dan helikopter yang telah mempunyai
tanda pendaftaran dapat dibebani hipotek dan harus didaftarkan.
BAB III OBLIGASI SEBAGAI OBJEK JAMINAN DAN PENJAMINAN
PERNYATAAN PENJAMINAN NEGATIF A.
Pengertian dan Karakteristik Obligasi
Pengertian obligasi ditemukan perbedaan pendapat di antara para ahli. Obligasi atau bond, adalah surat utang jangka panjang yang dikeluarkan oleh
peminjam, dengan kewajiban untuk membayar kepada bond holder pemegang obligasi sejumlah bunga tetap yang telah ditetapkan
sebelumnya
32
. Obligasi menurut Black’s Law Dictionary adalah :
“A certificate or evidence of a debt, on which the issuing company or governmental body promises to pay the bondholders a specified amount of
interest for a specified length of time, and to pay the loan on the expiration date. A long term debt instrument that promises to pay a lender a series of
periodic interest payments in addition to returning the principal at maturity. In every case, a bond represents debt-it’s holder is the creditor of the
corporation, and not a part owner as is the shareholder. Commonly bonds are secured by a mortgage.
The word “bond” is sometimes used more broadly to refer also to unsecured instrument i.e. debentures.”
Dalam pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary tersebut dapat diketahui bahwa yang dinamakan dengan obligasi atau bond tidak lain
adalah utang, yang pokok utangnya baru akan dikembalikan dalam suatu jangka waktu tertentu di masa datang. Selama utang pokok belum dibayar,
32
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi Sukuk. Sinar Grafika. Jakarta. 2008. h. 1
debitor akan membayar bunga dari utang pokok tersebut secara berkala kepada kreditor
33
Menurut Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548KMK1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1199kmk.0101991, obligasi adalah bukti utang dari emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainya serta pelunasan
pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang- kurangnya 3 tiga tahun sejak emisi.
Dari beberapa pengertian obligasi diatas dapat disimpulkan bahwa obligasi adalah pernyataan utang melalui surat utang yang diterbitkan oleh
penerbit obligasi kepada pemegang obligasi dimana penerbit obligasi berkewajiban memberikan bunga atau kupon secara berkala kepada pemegang
obligasi. Secara umum obligasi merupakan produk pengembangan dari surat
utang jangka panjang. Pada prinsipnya karakteristik obligasi dapat dilihat dari struktur yang melekat pada obligasi. Pihak penerbit obligasi pada dasarnya
melakukan pinjaman kepada pembeli obligasi pemegang obligasi. Pada umumnya karakteristik umum yang tercantum pada sebuah obligasi adalah
34
:
33
Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis : Efek Sebagai Benda. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2005. h.136-137.
34
Sapto Rahardjo. Panduan Investasi Obligasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2003. h.8-10
1. Nilai Penerbitan Obligasi
Dalam penerbitan obligasi maka pihak emiten akan dengan jelas menyatakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan melalui penjualan
obligasi. Istilah yang ada dikenal dengan jumlah emisi obligasi. Penentuan jumlah penerbitan obligasi diseuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
aliran kas perusahaan serta kinerja bisnisnya. 2.
Jangka Waktu Obligasi Setiap obligasi mempunyai jangka waktu jatuh tempo maturity. Masa
jatuh tempo obligasi biasanya berjangka pendek yaitu dibawah 1 tahun, jangka menengah sekitar 5 tahun dan jangka panjang sekitar 10 tahun.
Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan sangat diminati oleh investor karena resikonya semakin kecil.
3. Tingkat Suku Bunga
Untuk menarik investor agar membeli obligasi, maka penerbit obligasi biasanya memberikan insentif berupa tingkat suka bunga yang
tinggi per tahunnya. Penentuan tingkat suku bunga biasanya ditentukan dengan membandingkan tingkat suku bunga perbankan pada umumnya.
Istilah suku bunga obligasi biasanya dikenal dengan nama kupon obligasi. Kupon dapat berbentuk bunga tetap fixed rate atau bunga megambang.
4. Jadwal Pembayaran Suku Bunga
Kewajiban pembayaran kupon dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan sebelumnya, bisa dilakukan secara triwulan atau semester.
Ketepatan waktu pembayaran kupon merupakan aspek penting dalam menjaga reputasi penerbit obligasi.
5. Jaminan
Obligasi yang memberikan jaminan berbentuk asset perusahaan akan lebih mempunyai daya tarik bagi calon pembeli obligasi tersebut. Di
dalam penerbitan obligasi sendiri tidak mutlak harus menggunakan jaminan. Apabila memberikan jaminan berbentuk asset perusahaan
ataupun tagihan piutang perusahaan ataupun tagihan piutang perusahaan dapat menjadi alternatif yang menarik investor.
Penerbitan obligasi dilakukan dengan beberapa tujuan penting, antara lain mendapatkan jumlah dana tambahan yang lebih fleksibel,
mendapatkan pinjaman dengan tingkat suku bunga fleksibel, mendapatkan alternatif pembiayaan melalui pasar modal
35
.
B. Jenis-jens Obligasi