17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Legitimasi
Teori legitimasi menyatakan bahwa suatu organisasi hanya bisa bertahan, jika masyarakat dimana dia berada merasa bahwa organisasi beroperasi
berdasarkan sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat Yuliani 2003. Menurut Ghozali dan Chariri 2007, teori legitimasi
dilandasi oleh “kontrak sosial” yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat
dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Adanya kontrak yang terbentuk antara perusahaan dan masyarakat menjadi suatu ikatan
yang dapat menjaga hubungan baik perusahaan dengan masyarakat sekitar. Shocker dan Sethi 1974 dalam Ghozali dan Chariri 2007:412 memberikan
penjelasan tentang konsep kontrak sosial sebagai berikut: Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di masyarakat
melalui kontrak sosial baik eksplisit maupun implisit dimana kelangsungan hidup dan pertumbuhanya didasarkan pada:
1. hasil akhir output yang secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat
luas. 2. distribusi manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada kelompok sesuai
dengan power yang dimiliki. Kontrak sosial dapat menjadi hal yang merugikan dan dapat mengancam
kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri, apabila dalam melakukan kegiatan operasionalnya perusahaan hanya mementingkan keuntungan ekonomi perusahaan
dan tidak memerhatikan nilai sosial yang terdapat di masyarakat serta tak acuh terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan
sekitarnya. Hal ini dikenal dengan legitimasi gap. Menurut Dowling dan Pfeffer 1975 dalam Ghozali dan Chariri 2007:413 perbedaan antara nilai-nilai
perusahaan dan nilai- nilai sosial masyarakat sering dinamakan “legitimasi gap”
dan dapat memperngaruhi kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kegiatan usahaanya.
Legitimasi adalah persepsi umum atau asumsi bahwa tindakan entitas yang diinginkan, tepat, atau sesuai dalam beberapa sistem konstruksi sosial dari norma-
norma, nilai-nilai, keyakinan, dan definisi Suchman 1995:574 dalam Joshi dan Gao 2009. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan
masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan O‟Donovan: 2002 dalam Hadi :2011. Hubungan yang terjalin
diantara keduanya menunjukan suatu keterikatan. Selain adanya keterikatan hubungan, perusahaan dan masyarakat perlu membangun hubungan yang selaras.
Hubungan yang selaras ini merupakan usaha perusahaan dalam memenuhi kontrak sosial yang terjalin dengan masyarakat. Dimana, dengan terciptanya
keselarasan hubungan dapat menghindarkan perusahaan dari protes atau klaim yang diajukan masyarakat kepada perusahaan karena adanya ketidaksesuaian
antara kegiatan perusahaan dengan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat. Menurut Hadi 2011 perusahaan perlu melakukan operasial usaha dengan
menjaga keseimbangan lingkungan pisik maupun psikis serta keseimbangan harapan antara perusahaan sebagai pihak economics rational dengan lingkungan
dan masyarakat.
Legitimacy theory menyebutkan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan usahanya berdasarkan nilai-nilai
justice, danbagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan Djuitaningsih dan Erista 2011.
Sehingga, hubungan antara perusahaan dan masyarakat menurut teori legitimasi dapat digambarkan bahwa suatu perusahaan dapat diterima di masyarakat apabila
perusahaan tersebut tidak melanggar sesuatu yang dapat merugikan masyarakat. Perusahaan perlu mengevaluasi nilai sosialnya dan menyesuaikannya dengan
nilai-nilai yangada di masyarakat ODonovan 2001 dalam Ghozali dan Chariri 2007.
Nurkhin 2009 menyatakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari
masyarakat. Pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan adalah cara perusahaan untuk mengelola legitimasinya Joshi dan Gao 2009:30. ODonovan
2002 dalam Hadi 2011 menyebutkan bahwa pengurangan kesenjangan legitimasi dapat dilakukan dengan cara memperluas pengungkapan termasuk
pengungkapan sosial sebagai wujud akuntabilitas dan keterbukaan operasi perusahaan, atas berbagai dampak yang ditimbulkan. Pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan kepada stakeholders dan disarankan bahwa
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan jalan masuk dimana beberapa organisasi menggunakannya untuk memperoleh keuntungan atau
memperbaiki legitimasi Nurkhin, 2009 karena legitimasi yang rendah akan
mendatangkan masalah bagi perusahaan yang akhirnya dapat mengarah pada perampasan hak untuk beroperasi Joshi dan Gao 2009:30.
Berdasarkan uraian tersebut, teori legitimasi adalah salah satu teori yang dapat mendasari pengungkapan aktivitas sosial dan lingkungan perusahaan.
Pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menunjukkan kepada para stakeholder
bahwa perusahaan telah berusaha menjalankan kegiatan usahanya dan juga memperhatikan lingkungan sosialnya. Sayekti dan Wondabio 2007 dalam
Djuitaningsih dan Erista 2011 berpendapat bahwa pengungkapan CSR dalam laporan keuangan diharapkan mampu membantu perusahaan untuk memperoleh
legitimasi sosial dan memaksimalkan keuangannya dalam jangka panjang, serta terjadi keseimbangan antara sistem nilai perusahaan dengan nilai masyarakatm,
karena apabila terjadi ketidakseimbangan maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya dan akan mengancam keberlangsungan perusahaan tersebut.
2.2. Teori Stakeholder