memiliki SDM yang handal di bidang teknologi informasi. SDM yang handal ini biasanya ada di lingkungan bisnis industri. Kekurangan
SDM yang berkualitas ini menjadi salah satu penghambat implementasi dari e-government, sayang sekali kekurangan
kemampuan pemerintah ini sering dimanfaatkan oleh oknum bisnis dengan menjual solusi yang salah dan mahal.
d. Infrastruktur yang belum memadai dan mahal. Infrastruktur
telekomunikasi Indonesia memang masih belum tersebar secara merata. Di berbagai daerah di Indonesia masih belum tersedia
saluran telepon, atau bahkan aliran listri, kalaupun semua fasilitas ada harganya masih relatif mahal, pemerintah juga belum
menyiapkan pendanaan budget untuk keperluan ini. e.
Tempat akses yang terbatas. Sejalan dengan poin di atas, tempat
akses informasi jumlahnya juga masih terbatas. Di beberapa tempat di luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong
royong untuk menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di perpustakaan umum public library. Di Indonesia hal ini dapat
dilakukan di kantor pos, kantor pemerintahan, dan tempat-tempat umum lainnya. Rahardjo, 2001.
2.2.8 Aspek Perilaku dalam Pengembangan e-government
Perubahan dari sistem manual ke sistem komputer tidak hanya terkait dengan perangkat keras dan perangkat lunak teknologi komputer,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
selain juga perubahan perilaku manusia. Pemakai komputer merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan dalam
pengembangan teknologi informasi. Indriantoro, 2000:196. Darma 2000:209 mengungkapkan mengenai pandangan pekerja
terhadap dampak investasi teknologi informasi dalam organisasi ditemukan bahwa faktor-faktor psiko-sosial seperti kepuasan pengguna
dalam sistem informasi organisasi dan faktor-faktor prestasi pekerja yang lebih berpengaruh. Penting sekali untuk dipastikan bahwa pekerja telah
merasa puas dengan fasilitas IT yang diberikan. Pengembangan e-government membutuhkan perencanaan dan
penerapan yang hati-hati untuk menghindari perlawanan, saat ini bisnis terlibat dalam dilema peningkatan kebutuhan yang konstan untuk
perubahan dan perlawanan alami dalam diri manusia untuk berubah. Seseorang biasanya menyukai atau bahkan mendorong perubahan ketika
hal ini melibatkan orang lain. Perubahan biasanya juga dikehendaki ketika hal ini melibatkan peningkatan keahlian-keahlian yang sudah terbukti atau
sudah didukung secara luas. Sebagai contoh, seseorang jarang sekali menolak ketika diminta untuk meng-up grade ke sistem komputer atau
perangkat lunak yang baru dan yang telah dikembangkan, atau mempelajari sebuah prosedur baru yang meningkatkan efisiensi.
Perlawanan muncul ketika perubahan pada pertanyaan yang pertanyaan yang mempengaruhi manusia pada tingkat personal.
Perubahan berubah menjadi ancaman ketika hal ini melibatkan kebiasaan,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tradisi, dan hubungan kedaerahan yang dibuktikan, diketahui dan yang paling penting, sudah lazim pada seseorang. Perlawanan bahkan lebih
kuat ketika perubahan menyebut atau menanyakan keefetifan seseorang dalam tempat kerjanya.
Perubahan semacam ini menerpa orang-orang dimana mereka hidup dengan menentang gambaran dasar yang mereka pegang dengan
teguh. Tidak seorang pun yang ingin dipilih sebagai orang berprestasi buruk dalam kelompok, dan dalam beberapa kelompok, tidak seorangpun
yang ingin dipilih sebagai orang yang paling berhasil yang berpikir bahwa dirinya lebih baik dari anggota-anggota lainnya.
Masalah yang berkaitan dengan perubahan pada tingkat personal ini kelihatannya merupakan pemisah yang tidak dapat diatasi antara
tingkah laku yang diharapkan dengan tingkah laku yang nyata. Pemisah tersebut disebabkan oleh penipuan diri sendiri, dan menciptakan sebuah
penghalang untuk pencapaian perubahan. Hanya karena seseorang diatur untuk berubah, atau mengetahui perubahan yang diperlukan dan
menginginkan untuk berubah, tidak berarti bahwa dia mengetahui bagaimana cara untuk berubah.
Menurut Lawrence dan Low dalam tulisan Indriantoro 2000:196, untuk menghindari perlawanan untuk berubah dalam penerapan teknologi
informasi, maka diperlukan partisipasi pengguna. Sesuatu yang sederhana seperti keterbukaan dapat menghilangkan ketakutan dalam
tempat kerja karena kebanyakan ketakutan terbentuk pada asumsi yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
baru dan pengertian yang salah. Dengan kepercayaan dan sikap yang paling menguntungkan muncullah komitmen yang meningkat pada
kemajuan tim dan meningkatnya sebuah perasaan kontribusi personal. Perlawanan untuk berubah yang telah dijelaskan sebelumnya
menjadi faktor penentu dalam penerapan teknologi informasi pada organisasi. Pada sisi lain, terdapat sebuah tantangan besar pada
organisasi saat ini.
2.2.9 Theory of Reasoned Action