Jenis Minyak yang digunakan pada Terapi Oil Pulling

diperkenalkan pada tahun 1992 oleh Karach.F yang menyatakan bahwa oil pulling dapat menyembuhkan berbagai penyakit mulai dari penyakit jantung dan masalah pencernaan hingga gangguan hormonal. Beliau mengatakan bahwa dia menyembuhkan dirinya dari kelainan darah kronis yang diderita selama 15 tahun dan dalam waktu tiga hari dia sembuh dari penyakit arthritisnya. Beliau menggunakan metode ini dalam praktek medisnya dengan sukses kemudian melanjutkan studi tentang terapi ini, mensistematisasi dan menyebarkan ke seluruh dunia. Terapi oil pulling dapat dilakukan dengan menggunakan minyak nabati seperti minyak kelapa, minyak bunga matahari atau minyak wijen. Terapi ini adalah teknik Ayurvedic yang memiliki sifat detoksifikasi yang kuat dan sangat popular sebagai pelengkap dan menjadi obat alternatif untuk berbagai masalah kesehatan. 14

2.2.1 Jenis Minyak yang digunakan pada Terapi Oil Pulling

Terapi oil pulling dengan minyak wijen atau minyak bunga matahari telah banyak digunakan sebagai obat tradisional India selama bertahun-tahun. Kedua minyak ini terbukti memiliki keunggulan dibandingkan obat kumur komersial. Namun demikian, minyak nabati apapun dapat digunakan dalam terapi ini seperti minyak kelapa, minyak zaitun, dan minyak kacang. Faktor penentunya adalah mengetahui kandungan minyaknya yang bersifat anti mikroba. 14 a. Minyak kelapa Minyak kelapa murni secara dominan disusun oleh medium chains fatty acids MCFA, seperti : asam laurat 48, asam kaprilat 8, asam kaprat 7, dan asam kaproat 0,5. Medium chains fatty acids dalam tubuh dipecah dan digunakan untuk menghasilkan energi, dan jarang disimpan sebagai lemak tubuh atau menumpuk dalam pembuluh nadi. Minyak kelapa memiliki kadar asam lemak tak jenuh ganda omega-3, asam eiksapentaeinoat EPA dan asam-asam Very Low Dentisty Lipoprotein VLDL. 15 Asam lemak yang ditemukan dalam minyak kelapa menunjukkan aktivitas anti-mikroba yang membantu memerangi mikroorganisme, bakteri dan virus patogenik. Sejak tahun 1982, pengakuan antimikroba minyak kelapa telah dilaporkan oleh Hierholzer dan Kabara. Baru-baru ini, hasil penelitian Universitas Sumatera Utara mengungkapkan bahwa monolaurin, yaitu monogliserida asam laurat dari minyak kelapa memiliki aktivitas antimikroba terhadap organisme gram positif dan berbagai gram negatif, termasuk Escherichia vulneris, Enterobcater spp., Helicobacter pylori, Staphylococcus aureus, Candida spp, termasuk C. albicans, C. glabrata, C. tropicalis, C. parapsilosis, C. stellatoidea dan C. krusei, serta virus. 13 b. Minyak wijen Minyak wijen terdiri dari 14,90 asam lemak jenuh dan 85,10 asam lemak tidak jenuh, Asam lemak jenuh utama dalam minyak biji wijen adalah asam palmitat 8,58, asam stearate 5,44 dan asam arachidik 0,9. Asam lemak tak jenuhnya adalah asam linoleat 46.26 dan asam oleat 38,84. Asam linoleat dalam minyak wijen menunjukkan aktivitas anti-bakteri terhadap Streptococus mutans. Minyak wijen merupakan sumber vitamin E yang baik. Minyak ini juga mengandung tiga antioksida yang kuat yaitu sesamol, sesamin dan sesamolin serta sifat anti-kanker. 16 c. Minyak bunga matahari Komponen minyak biji bunga matahari yang paling dominan adalah asam lemak tidak jenuh sekitar 88, yang terdiri dari asam lemak linoleat 55.5 dan asam oleat 31,5. Kadar asam lemak tidak jenuh sekitar 12 yang terdiri atas asam palmitat 6,8 dan asam stearate 5. Selain itu, minyak bunga matahari bertindak sebagai antioksidan karena adanya vitamin E di dalamnya. Sebagai antioksidan, mungkin ini dapat menetralkan radikal bebas penyebab kanker. Minyak ini juga kaya dengan beberapa mineral di antaranya kalsium, mangan, fosfor, seng, besi dan kalium, kalsium dan fosfor membantu pertumbuhan tulang dan gigi. Minyak bunga matahari menunjukkan sifat antimikrobanya terhadap Streptococus aureus, Enterococcus coli, Pseuodomonas aeruginosa, Candida albicans dan Streptococus pyogenes. 13

2.2.2 Mekanisme Oil Pulling Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri