Perumusan Masalah Manfaat Penelitian

mudah untuk memahami mengapa meningioma memiliki berbagai penampilan histologis, dan mengapa meningioma sering merupakan bagian dari displasia herediter dari neural shets yang dikenal sebagai penyakit Von Recklinghausen Tabuchi, 1984. Pewarnaan imunohistokimia S100 merupakan pewarnaan standar untuk melanoma dan schwannoma. Pewarnaan imunohistokimia S100 cukup jarang digunakan untuk menegakkan diagnosis meningioma. Penulis juga belum mendapatkan suatu literatur yang spesifik menggambarkan karakteristik meningioma grade, jenis histopatologi dll. dengan ekspresi pewarnaan S100.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut “Bagaimanakan gambaranekspresi pewarnaan imunohistokimia S100 pada pasien meningioma di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan?” 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaranekspresi pewarnaan imunohistokimia S100 pada meningioma

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik demografi jenis kelamin dan usia penderita meningioma di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Pebruari 2010 – Pebruari 2012. 2. Untuk mengetahui karakteristik penderita meningioma lokasi tumor, grade WHO, jenis histopatologi, rekurensi tumor di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Pebruari 2010 – Pebruari 2012. Universitas Sumatera Utara 3. Untuk mengetahui karakteristik gambaranekspresi pewarnaan imunohistokimia S100 pada penderita meningioma di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Pebruari 2010 – Pebruari 2012. 4. Untuk mengetahui karakteristik gambaranekspresi pewarnaan imunohistokimia S100 dengan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Pebruari 2010 – Pebruari 2012. 5. Untuk mengetahui karakteristik gambaranekspresi pewarnaan imunohistokimia S100 dengan usia di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Pebruari 2010 – Pebruari 2012. 6. Untuk mengetahui karakteristik gambaranekspresi pewarnaan imunohistokimia S100 dengan lokasi tumor di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Pebruari 2010 – Pebruari 2012. 7. Untuk mengetahui karakteristik gambaranekspresi pewarnaan imunohistokimia S100 dengan grade WHO di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Pebruari 2010 – Pebruari 2012. 8. Untuk mengetahui karakteristik gambaranekspresi pewarnaan imunohistokimia S100 dengan jenis histopatologi di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Pebruari 2010 – Pebruari 2012. 9. Untuk mengetahui karakteristik gambaranekspresi pewarnaan imunohistokimia S100 dengan PTEI di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Pebruari 2010 – Pebruari 2012. 10. Untuk mengetahui karakteristik gambaranekspresi pewarnaan imunohistokimia S100 dengan rekurensi tumor di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Pebruari 2010 – Pebruari 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mendapatkan gambaranekspresi pewarnaan imunohistokimia S100 pada pasien meningioma Universitas Sumatera Utara 2. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi ilmiah dalam penanganan meningioma dan akan bermanfaat untuk meningkatkan upaya peningkatan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang bedah saraf. 3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya mengenai pewarnaan imunohistokimia S100. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Meningioma 2.1.1. Sejarah dan Definisi Meningioma adalah sebuah penamaan yang diberikan oleh Harvey Cushing pada tahun 1922 untuk mendeskripsikan suatu tumor jinak pada selaput otak susunan saraf pusat Al-Rodhan dan Laws, 1991. Pada abad 18 dan 19 meningioma hanya dapat terdiagnosa pada pasien bila pasien tersebut mengalami perubahan pada tulang tengkorak yang didekatnya, sehingga tampak pada inspeksi maupun palpasi. Hanya sedikit usaha pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat lesi ini, dan hanya sedikit saja yang menguntungkan pasien. Dari 13 operasi yang dilakukan antara tahun 1743 dan 1896, 9 pasien mengalami kematian. Pada 1894 John Cleland, seorang profesor anatomy di Glasgow menemukan bahwa dua tumor meningioma yang ditemukannya di ruang diseksi, berasal dari arachnoid dan bukan duramater. Pada 1915 pendapat ini kembali ditegaskan oleh Cushing dan Weed Louis et al, 2000. Tumor ini kemudian telah mendapatkan berbagai penamaan termasuk fungoid tumor, sarcoma, cylindroma, endothelioma, dan fibroma. Cushing mengajukan nama mengiothelioma sebagai usaha untuk menjelaskan tumor ini berdasarkan jaringan yang terlibat. Cushing berusaha untuk menghindarkan nama histologis karena pada saat tersebut komposisi tumor masih belum jelas, dia juga berusahan menghindarkan penggunaan nama berdasar letak anatomis karena tumor ini dapat terdapat pada daerah yang sangat bervariasi. Kemudian Cushing lebih memilih untuk menggunakan nama meningioma Chou dan Miles, 1991. Universitas Sumatera Utara