Kebijakan Penetapan Tarif Barang Publik

Konsep, Teori dan Aplikasi

Hak Penerbitan pada STIA LAN Bandung Press Jalan Cimandiri No. 34-38 Bandung 40114 Telpon: 022-4237375, Fax 022-4267683

Penulis: Septiana Dwiputrianti, SE, M. Com (Hons), Ph.D

Hak Cipta 2012 pada penulis Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak

dan/atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfoto copy, merekam,

penyimpanan lainnya, serta memperjualbelikannya tanpa mendapat ijin tertulis dari penerbit.

Edisi Pertama Cetakan Pertama 2012

ISBN: 978-979-97385-7-8

Kata Pengantar

Bismillahirrohmannirrohim Alhamdulillah, dengan mengucap Puji dan Syukur kehadirat Allah

SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan buku ini. Penerbitan buku ini dilandasi dengan semangat untuk selalu berusaha memenuhi kebutuhan referensi yang tepat dalam proses pembelajaran berkaitan dengan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, khususnya ‘Manajemen Ekonomi Publik’ yang khusus

diselenggarakan oleh STIA LAN Bandung. Buku ini merupakan hasil pemikiran dan/atau hasil penelitian dosen

beserta mahasiswa sebagai pengampu mata kuliah untuk Program Studi Manajemen Ekonomi Publik yang berbasis kepada studi literatur dan dokumentasi yang dilakukan secara bertahap. Berbagai studi kasus disampaikan dalam Kebijakan Penetapan Tarif di berbagai sektor diharapkan dapat memberikan informasi secara praktis dalam penerapan konsep dan teori yang dapat menjadi salah satu alternatif literatur yang berkualitas dalam proses pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyelesaian buku ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh berbagai pihak. Penulis sangat menyadari masih ada kekurangan, oleh karena itu, saran dan masukan dari semua pihak sangat terbuka dan diharapkan untuk menyempurnakan buku ini.

Pada akhirnya, dengan mengucapkan syukur dan sujud kepada Alloh SWT buku ini telah selesai. Semoga usaha hambaNYA untuk menyampaikan ilmu yang dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Bandung, November 2012 Penulis,

Septiana Dwiputrianti

Glossary:

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

Obyek PKB kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

Subyek PKB orang pribadi, badan, pemerintah, pemerintah daerah, TNI dan Polri yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor.

Wajib PKB orang pribadi, badan, pemerintah, pemerintah daerah, TNI dan Polri yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor.

Bab I Konsep Ekonomi Publik dan Barang/Pelayanan Publik Vs Swasta

A. Teori Ekonomi

Sejarah Perkembangan Teori Ekonomi adalah suatu pemikiran kapitalisme yang terlebih dahulu yang harus dilacak melalui sejarah perkembangan pemikiran ekonomi dari era Yunani kuno sampai era sekarang.Berikut beberapa Teori yang dikutip dari beberapa sumber :

a. Aristoteles adalah yang pertama kali memikirkan tentang

transaksi ekonomi dan membedakan di antaranya antara yang bersifat "natural" atau "unnatural". Transaksi natural terkait dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi jumlahnya oleh tujuan yang dikehendakinya. Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang secara potensial tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan unnatural tak berbatas karena dia menjadi akhir dari dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dati transaksi ini disebutkan adalah perdagangan moneter dan retail yang dia ejek sebagai "unnatural" dan bahkan tidak bermoral.

b. Pigou berpendapat bahwa barang publik harus disediakan

sampai suatu tingkat di mana kepuasan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal (marginal disutility) akan pajak yang dipungut untuk membiayai program-program pemerintah atau untuk menyediakan barang public. Kelemahan Teori Pigou adalah karena didasarkan pada rasa ketidak puasan marginal masyarakat dalam membayar pajak dan rasa kepuasan marginal akan barang publik, sampai suatu tingkat di mana kepuasan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal (marginal disutility) akan pajak yang dipungut untuk membiayai program-program pemerintah atau untuk menyediakan barang public. Kelemahan Teori Pigou adalah karena didasarkan pada rasa ketidak puasan marginal masyarakat dalam membayar pajak dan rasa kepuasan marginal akan barang publik,

c. Niccolò Machiavelli dalam karyanya The Prince adalah penulis pertama yang menyusun teori kebijakan ekonomi dalam bentuk nasihat. Dia melakukannya dengan menyatakan bahwa para bangsawan dan republik harus membatasi pengeluarannya, dan mencegah penjarahan oleh kaum yang punya maupun oleh kaum kebanyakan.

Dengan cara itu maka negara akan dilihat sebagai “murah hati” karena tidak menjadi beban berat bagi warganya. Selama masa Early Modern period, mercantilists hampir dapat merumuskan suatu teori ekonomi tersendiri. Perbedaan ini tercermin dari munculnya negara bangsa di kawasan Eropa Barat yang menekankan pada balance of payments.

d. Tokoh pemikir Islam juga memberikan sumbangsih pada pemahaman di bidang ekonomi. ibn Khaldun dari Tunis (1332 –1406) menulis masalah teori ekonomi dan politik dalam karyanya Prolegomena, menunjukkan bagaimana kepadatan populasi adalah terkait dengan pembagian tenaga kerja yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang sebaliknya mengakibatkan pada penambahan populasi dalam sebuah lingkaran. Dia juga memperkenalkan konsep yang biasa disebut dengan Khaldun-Laffer Curve (keterkaitan antara tingkat pajak dan pendapatan pajak dalam kurva berbentuk huruf U).

Terdapat dua bentuk dasar dari kegagalan pasar terkait dengan barang publik: underconsumption dan undersupply. Dalam kasus barang nonrival , exclusion adalah tidak diinginkan karena menghasilkan underconsumption. Tetapi tanpa exclusion, yang mana terdapat masalah undersupply. Keengganan individu berkontribusi secara sukarela untuk menyediakan barang publik akan menimbulkan masalah free rider.

B. Perbedaan Konsep Barang/Pelayanan Publik dan Swasta

Menurut Mangkoesubroto (1993:4) barang publik karena memiliki dua sifat yaitu: - Non rivalry , dimana penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang

tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat mengambil manfaat dari barang.

- Non Excludable , dimana tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan kata lain setiap orang dapat memiliki akses ke barang tersebut. Dalam konteks pasar, yang membayar maupun yang tidak membayar dapat menikmati barang tersebut.

Jadi, barang publik murni adalah barang publik di mana biaya marginal untuk menyediakannya terhadap tambahan orang adalah nol dan di mana tidak mungkin melarang orang untuk menerima barang. Pertahanan nasional adalah salah satu dari sedikit contoh barang publik murni. Barang publik murni disediakan secara efisien ketika penjumlahan dari tingkat marginal substitusi (atas semua individu) adalah sama dengan transformasi marginal. Kurva permintaan untuk barang publik atau Kurva permintaan kolektif adalah penjumlahan secara vertikal dari permintaan individu yang ada dalam masyarakat.

Sebaliknya, barang swasta adalah barang yang dapat disediakan melalui sistem pasar, yaitu melalui transaksi antara penjual dan pembeli (Mangkoesoebroto, 1993:3). Barang publik maupun barang privat dapat dibedakan antara barang publik murni dan barang publik campuran ( quasi public ), begitu juga dengan barang swasta dibedakan antara barang swasta murni dan barang swasta campuran ( quasi private ). Barang yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar ini disebut barang publik, yaitu barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan pembeli, namun harus disediakan oleh pemerintah sebagai salah satu tugas fungsi pokoknya dalam menyediakan barang/layanan kepada kebutuhan masyarakatnya. Jika barang privat bebas tersedia maka akan terjadi over-consumpption. Ketika individu tidak membayar untuk mendapatkan barang, dia akan meminta sampai pada titik di mana keuntungan marginal yang dia terima dari barang tersebut sama Sebaliknya, barang swasta adalah barang yang dapat disediakan melalui sistem pasar, yaitu melalui transaksi antara penjual dan pembeli (Mangkoesoebroto, 1993:3). Barang publik maupun barang privat dapat dibedakan antara barang publik murni dan barang publik campuran ( quasi public ), begitu juga dengan barang swasta dibedakan antara barang swasta murni dan barang swasta campuran ( quasi private ). Barang yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar ini disebut barang publik, yaitu barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan pembeli, namun harus disediakan oleh pemerintah sebagai salah satu tugas fungsi pokoknya dalam menyediakan barang/layanan kepada kebutuhan masyarakatnya. Jika barang privat bebas tersedia maka akan terjadi over-consumpption. Ketika individu tidak membayar untuk mendapatkan barang, dia akan meminta sampai pada titik di mana keuntungan marginal yang dia terima dari barang tersebut sama

Perbedaan antara barang swasta dan barang publik ditunjukkan pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1

Barang Publik ( Public ) versus Barang Swasta ( Private )

Excludable

Non Excludable

Barang Swasta Murni : Barang Campuran ( Quasi

- biaya Pengecualian rendah

Public ):

- dihasilkan oleh Swasta - barang yang manfaatnya - dijual melalui pasar

dirasakan dan dikonsumsi Rival

- dibiayai dari hasil penjualan bersama (lebih dari 1 orang) - dihasilkan

dan - disediakan melalui swasta pemerintah

swasta

/kelompok atau oleh contoh : sepatu, bolpoin, baju,

pemerintah tas

contoh: Taman

Barang Campuran ( Quasi Barang Publik Murni : Private )

langsung oleh - barang

- diatur

pemerintah Non

swasta

yang

menimbulkan eksternalitas - difasilitasi oleh pemerintah Rival

- didanai oleh swasta atau - tidak dapat disediakan oleh pemerintah

swasta

contoh : Pertahanan dan transportasi umum, pemancar

contoh

rumah

sakit,

Peradilan TV

Pada hakikatnya manusia sebagai mahluk hidup memiliki berbagai macam kebutuhan baik secara fisik maupun non-fisik. Secara fisik manusia membutuhkan sandang, pangan, dan papan, sedangkan secara non-fisik manusia membutuhkan rasa aman, kasih sayang, penghargaan, dsb. yang kemudian kebutuhan tersebut dapat diperoleh dalam bentuk barang maupun jasa. Barang ataupun jasa dapat kita klasifikasikan sebagai berikut:

1. Barang Swasta, menurut Mangkoesoebroto (1993:11) adalah “barang yang dapat disediakan melalui sistem pasar dapat menyebabkan alokasi sumber- sumber ekonomi secara efisien”, contohnya sepatu, tas, baju, dsb.

2. Barang Publik, menurut Mangkoesoebroto (1993:3) adalah “barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar” contohnya pertahanan, keadilan, dsb.

3. Barang Semi Swasta, merupakan barang yang tidak perlu adanya persaingan dalam mendapatkan barang/ jasa tersebut, tetapi untuk mendapatkan barang/ jasa tersebut kita harus membayar, contohnya jalan tol, layanan TV kabel, dsb.

4. Barang Semi Publik, merupakan barang yang dapat dinikmati oleh semua orang, akan tetapi dalam mendapatkan barang/ jasa tersebut kita harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan, contohnya JAMKESMAS, dsb.

Selain itu, barang privat adalah barang manfaat barang dan jasa yang hanya dapat dinikmati secara individu/kelompok tertentu. Barang publik yaitu barang dan jasa yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, siapapun dia tanpa terkecuali. Untuk barang swasta, untuk mendapatkannya perlu adanya persaingan untuk mendapatkannya. Sedangkan barang publik tidak perlu melakukan persaingan, karena semua orang memiliki hak untuk mendapatkkan dan menggunakannya.

Namun, ada juga yang disebut barang campuran privat dan publik yaitu barang kebutuhan masyarakat yang manfaatnya dinikmati secara individu tetapi merupakan kebutuahan bagi semua masyarakat secara umum, seperti: air bersih, listrik, pendidikan, kesehatan, transportasi publik. Jenis barang disebut merit good, dimana semua orang bisa perlu mendapatkannya, tetapi tidak semua orang dapat memperoleh barang publik ini. Hal ini terjadi, karena untuk mendapatkan barang dan jasa publik ini, membutuhkan biaya/tarif yang harus dibayarkan sesuai kebijakan penetapan tarif pemerintah. Masyarakat yang tidak mampu, dapat memperoleh barang dan jasa listrik, pendidikan, kesehatan dan air bersih secara gratis untuk kondisi dan persyaratan tertentu saja.

Pemerintah menentukan cara untuk membatasi konsumsi. Metode untuk membatasi konsumsi barang disebut rationing system. Harga menyediakan satu rationing system. Kedua, cara umum untuk me-rationing barang publik adalah ketentuan yang seragam bagi penawaran barang dalam jumlah yang sama untuk setiap orang. Seperti penyediaan pada tingkat yang seragam untuk bebas pendidikan bagi semua individu meskipun individu ada yang menyukai lebih atau sedikit. Keuntungan utama dari ketentuan publik bagi barang; tidak mengikuti untuk beradaptasi terhadap perbedaan kebutuhan individu dan hasrat seperti dalam pasar privat.

C. Pengertian dan Tujuan Kebijakan Tarif

1. Pengertian Kebijakan Tarif

Sebuah kebijakan tarif adalah strategi perpajakan yang diimpor atau diekspor barang dan jasa dari satu negara ke negara lain.. Pajak ini sering berusaha untuk melindungi industri dalam negeri atau menghukum negara untuk kebijakan yang terkait atau tidak terkait dengan perekonomian.. Dianggap oleh negara-negara ramah menjadi penghalang dan positif interaksi produksi, beberapa negara telah membuat pengecualian terhadap Sebuah kebijakan tarif adalah strategi perpajakan yang diimpor atau diekspor barang dan jasa dari satu negara ke negara lain.. Pajak ini sering berusaha untuk melindungi industri dalam negeri atau menghukum negara untuk kebijakan yang terkait atau tidak terkait dengan perekonomian.. Dianggap oleh negara-negara ramah menjadi penghalang dan positif interaksi produksi, beberapa negara telah membuat pengecualian terhadap

Fokus utama dari kebijakan tarif adalah untuk melindungi industri dalam negeri dari impor barang/layanan asing. Tarif produksi/layanan dalam negeri bila dibandingkan yang harga negera lain akan tersedia dengan harga yang kompetitif. Sebagai contoh, jika sebuah negara mencoba untuk meningkatkan produksi mobil, yang memungkinkan kendaraan lebih murah dan bersaing dengan produk luar negeri. Oleh karena itu, kebijakan tarif dapat ditetapkan sebagai cara untuk memberikan perlindungan kepada produsen agar dapat bersaing dalam memasarkan produknya.

Sebuah kebijakan tarif dapat diarahkan pada suatu produk tertentu atau, pada tingkat lebih rendah, di negara tertentu.. Sebuah negara mungkin berusaha untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap negara lain sebagai tindakan hukuman, misalnya.. Tujuannya adalah untuk menggunakan tekanan ekonomi untuk mendorong reformasi dan perubahan.. Dalam beberapa kasus, tarif mungkin balasan untuk melawan suatu tarif negara lain telah menjatuhkan produk yang dihasilkan Negara tersebut.

Kebijakan tarif kebanyakan menyiapkan harmonisasi tarif jadwal , artinya jika produk yang memenuhi kriteria tertentu, mereka adalah kode dengan cara tertentu.. Hal ini memungkinkan importir untuk sepenuhnya memahami apa pajak yang akan mereka hadapi bila datang ke suatu negara, berdasarkan produk yang mereka bawa.. Selanjutnya, banyak negara berada pada standar yang sama tentang bagaimana produk diklasifikasikan, yang membuat mencari jadwal dan kode untuk harmonisasi tarif sederhana.

Untuk membantu mengatasi beberapa efek negatif dari kebijakan tarif di beberapa negara, terutama di wilayah geografis dekat, perjanjian perdagangan bebas mungkin akan ditandatangani. Tiga yang paling terkenal Untuk membantu mengatasi beberapa efek negatif dari kebijakan tarif di beberapa negara, terutama di wilayah geografis dekat, perjanjian perdagangan bebas mungkin akan ditandatangani. Tiga yang paling terkenal

Sebuah zona perdagangan bebas mirip dengan perjanjian perdagangan bebas, dan kebijakan tarif sering tidak ditegakkan dalam zona tersebut.. Mereka berbeda dari perjanjian perdagangan bebas karena mereka tidak mencakup seluruh negara, tetapi hanya bidang-bidang tertentu. Biasanya, daerah ini kota perbatasan dan kota yang mungkin bergantung satu sama lain untuk perdagangan.

2. Tujuan Penetapan Tarif dan Kebijakannya

Ada beberapa tujuan diberlakukannya kebijakan tarif

a. Menjelaskan siapa yang mendapatkanmanfaat dan siapa yang menanggung beban akibat suatu regulasi (aturan ekonomi)

b. Menganalisis besaran manfaat dan kerugiandari regulasi ekonomi

c. dapat menentukan arah ekonomi suatunegara dan jangka waktu pencapaiannya

Disamping itu, tarif dapat dibedakan dengan berbagai tujuan, antara lain:

a. Pemulihan biaya

Tarif dapat ditetapkan untuk meningkatkan pemulihan biaya (cost recovery) rumah sakit. Hal semacam ini terutama dijumpai pada rumah sakit pemerintah yang semakin lama, semakin kurang subsidinya. Karena itu kebijakan swadana sangat berkaitan dengan penetapan tarif yang menghubungkan dengan pemulihan biaya.

b. Subsidi Silang

Penentuan tarif bertujuan untuk menyeimbangkan penggunaan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah, mengingat heterogennitas pendapatan masyarakat. Pola subsidi dapat didasarkan pada kelas ruang pelayanan profit dan pelayanan non profit. Subsidi silang merupakan suatu kebijakan yang diharapkan pengguna jasa pelayanan publik, seperti untuk pelayanan kesehatan bagi kalangan yang mampu ekonominya dapat ikut serta meringankan beban biaya pasien ekonomi lemah. Dengan konsep subsidi silang ini, maka tarif kelas VIP dan kelas I semestinya diatas unit cost agar surplus dari tarif tersebut dapat di gunakan untuk mengatasi defisit di kelas III.

c. Mengurangi Pesaing

Penetapan tarif terkadang dilakukan untuk mengurangi potensi pembangunan rumah sakit baru yang akan menjadi kompetitor baru. Dengan cara ini, maka rumah sakit yang sudah beroperasi terlebih dahulu mempunyai strategi agar tarifnya tidak dapat disamakan oleh rumah sakit baru. Pasar kompetitif menjadikan rumah sakit bisa saling mengintif untuk menetapkan tarif. Penetapan tarif benar-benar dilakukan berbasis pada analisis pesaing. Dalam metode ini, biaya yang menyesuaikan dengan tarif. Ada dua metode dalam hal ini yakni penetapan tarif diatas pesaing dan penetapan tarif dibawah pesaing.

d. Memaksimalkan Pendapatan

Pada ciri pasar monopoli, maka penetapan tarif dapat dilakukan dengan tujuan memaksimalkan pendapatan. Tanpa kehadiran pesaing dalam suasana pasar dengan demand tinggi, maka tarif pada tingkatan yang setinggi- tingginya, akan memberikan surplus setinggi-tingginya.

e. Memaksimalisasikan Penggunaan Pelayanan

Ada suatu kondisi dimana rumah sakit mempunyai BOR (Bed Occupancy Rate = Tingkat Penggunaan Tempat Tidur) yang rendah . Guna meningkatkan BOR maka tarif ditekan serendah mungkin dengan demikian tujuan utama adalah meningkatkan utilisasi walaupun pada akhirnya surplus juga diharapkan ada dengan pendapatan tarif

f. Meminimalisasi Penggunaan Pelayanan

Untuk mengurangi pemakaian, dapat ditetapkan tarif tinggi. Sebagai contoh, tarif periksa umum di rumah sakit pemerintah ditetapkan jauh lebih tinggi dari pelayanan sejenis di Puskesmas. Dengan cara ini, maka fungsi rujukan dapat ditingkatkan

Pada tingkat mikro , hubungan antara biaya total, pendapatan total dan jumlah output (produk) dapat menentukan tarif rasional, dimana tarif rasional adalah tarif optimal untuk melayani consumer surplus , tetapi tetap berusaha mempertahankan pemerataan pelayanan publik, seperti pelayanan kesehatan dirumah sakit.

1.4 Permasalahan

Keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah disertai peningkatan jumlah penduduk miskin di Indonesia menyebabkan rumah sakit pemerintah mengalami kerugian financial dalam membiayai operasional pelayanan kesehatan yang rasional dan layak bagi keluarga miskin (gakin). Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kedokteran. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan rumah sakit sebagai public Keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah disertai peningkatan jumlah penduduk miskin di Indonesia menyebabkan rumah sakit pemerintah mengalami kerugian financial dalam membiayai operasional pelayanan kesehatan yang rasional dan layak bagi keluarga miskin (gakin). Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kedokteran. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan rumah sakit sebagai public

Bila harga pelayanan kesehatan dilepaskan pada mekanisme pasar, maka akan terjadi sekelompok masyarakat yang memiliki kemampuan di bawah harga pasar sehingga menimbulkan inequity.

Sebagai public goods , rumah sakit badan layanan umum harus tetap mengemban fungsi sosial untuk mencapai pemerataan masyarakat golongan kurang dan atau tidak mampu. Salah satu fungsi sosial tersebut berupa pengaturan tarif yang dilakukan melalui kebijakan subsidi silang namun dalam pelaksanaannya, rumah sakit kadang-kadang mengalami defisit anggaran.

Sumber dana utama dari pemerintah berupa anggaran rutin untuk mendukung kegiatan rumah sakit hanya berkisar 50% sampai 60% dari kebutuhan riil

D. Sistem Tarif

Sistem tarif adalah suatu sistem dimana barang dikenakan pajak yang masuk ke, atau meninggalkan, negara untuk tujuan dijual kembali. Konsep, umumnya, memiliki baik pendukung dan lawan. Proteksionis mendukung penggunaan tarif sebagai cara untuk melindungi sistem ekonomi suatu negara, sementara perdagangan bebas advokat melihat tarif sebagai campur tangan pemerintah tidak perlu di pasar.

Tarif sistem dapat menggunakan berbagai jenis tarif. Yang umum jenis yang paling adalah tarif impor , atau tarif bea cukai, yang mengenakan biaya tambahan pada produk impor ke negara pengadaan tarif. Jenis tarif impor juga bervariasi dari ad valorem tarif, yang mengenakan pajak yang persentase standar produk nilai, untuk tarif spesifik yang ditentukan pajak jumlah pra-yang tidak bervariasi sebagai produk harga pasar dapat meningkatkan penurunan.

Selain tarif impor, ada ekspor tarif yang dikenakan pada produk ketika mereka meninggalkan negara itu mengenakan pajak. Jenis tarif kurang umum, namun terlihat sebagai sumber penting pendapatan. Karena kenyataan bahwa pajak penghasilan, pajak penjualan, tidak dapat diterima untuk produk ini, maka tarif ekspor dipandang sebagai cara recouping beberapa bahwa kerugian penerimaan pajak. tarif ekspor mungkin juga memiliki manfaat untuk mendorong bisnis untuk menemukan pasar domestik.

Biasanya, sistem tarif ini diimplementasikan untuk tujuan melindungi produksi barang atau jasa yang serupa di dalam negeri. Sebagai contoh, produksi etanol di Amerika Serikat relatif mahal dibandingkan dengan Brasil, hanya karena produk yang digunakan, ketersediaan produk tersebut, dan biaya yang terkait dengan produksi itu. Tanpa tarif yang signifikan terhadap etanol Brasil impor, industri etanol Amerika kemungkinan akan hancur, karena akan kalah bersaing berdasarkan harga. Ini juga berpendapat bahwa jenis tarif membantu memacu inovasi dalam energi terbarukan.

Selain menggunakan sistem tarif untuk melindungi produksi suatu negara dari suatu produk, juga kadang-kadang, meskipun jarang, digunakan untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap negara lain. Misalnya, jika produk berasal dari negara yang biasanya dilihat oleh negara pengimpor Selain menggunakan sistem tarif untuk melindungi produksi suatu negara dari suatu produk, juga kadang-kadang, meskipun jarang, digunakan untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap negara lain. Misalnya, jika produk berasal dari negara yang biasanya dilihat oleh negara pengimpor

Bab II: Biaya dan Externalitas

A. Definisi dan Klasifikasi Biaya

Hansen dan Mowen (2006:40) mendefinisikan biaya sebagai:Biaya adalah kas atau nilai ekuivalenkas yang dikorbankan untuk mendapatkan barangatau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa datang bagiorganisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Jadi, kita dapat menganggap biaya sebagaiukuran dollar dari sumber daya yang digunakan untuk mencapai keuntungan tertentu.

Perusahaan mengeluarkan biaya (cost) jika menggunakan sumber daya untuktujuan tertentu (Blocher 2007:102). Contohnya, sebuah perusahaan yangmemproduksi mobil, mempunyai biaya bahan baku (seperti spare parts dan ban), biaya tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya.

Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009:33) adalah:Definisi umum biaya adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untukmendapatkan manfaat sekarang atau masa depan. Oleh karena itu, sementara biaya merefleksikan arus keluar sumber-sumber seperti kas, atau komitmen keuangan untuk membayar di masa depan.arus keluar tersebut mendatangkan manfaat-manfaat yang dapat digunakan untuk membuat produk yang dapat dijual untuk menghasilkansuatu manfaat kas.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur pokok dalam biaya, yaitu:

a. Biaya merupakan pengorbanan sumber daya ekonomi.

b. Diukur dalam satuan uang.

c. Memberikan manfaat sekarang atau masa depan.

d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Menurut Hansen dan Mowen (2006:88-91) mengklasifikasikan biaya menurut perilakunya. Dalam menilai perilaku biaya, pertama yang harus dipertimbangkan adalah batasan waktu, dalam jangka panjang, semua biaya adalahvariabel sedangkan dalam jangka pendek, paling tidak satu biaya adalah biaya tetap.Kemudian harus diidentifikasi sumber-sumber daya yang dibutuhkan dan output aktivitas. Terakhir, harus diukur input dan output dan menentukan pengaruhperubahan output pada biaya aktivitas.

B. Activity Based Costing System

Fokus utama activity based costing adalah aktivitas. Mengidentifikasi biaya aktivitas dan kemudian ke produk merupakan langkah dalam menyusun activity based costing system (Hansen & Mowen, 2006:153). Activity based costing mengakui hubungan sebab akibat atau hubungan langsung antara biaya sumber daya, penggerakbiaya, aktivitas, dan objek biaya dalam membebankan biaya pada aktivitas dan kemudian pada objek biaya.

Konsep activity based costing timbul karena sistem akumulasi biaya tradisional (traditional costing) yang dipakai tidak dapat mencerminkan secara benarbesarnya pemakaian biaya produksi dan biaya sumber daya fisik secara benar. Sistemakuntansi biaya tradisional dirancang hanya untuk menyajikan informasi biaya padatahap produksi yang merupakan salah satu dari 3 tahap proses pembuatan produktahap desain dan pengembangan produk, tahap produksi, dan tahap distribusi.

Sistem akuntansi tradisional mempunyai kelemahan, yaitu: Sistem akuntansi tradisional mempunyai kelemahan, yaitu:

b. Hanya alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk mengalokasikan biayaoverhead yang sangat berbeda.

c. Cost pool ( cost centers ) yang terlalu besar dan berisi mesin yang mempunyaistruktur biayaoverhead yang sangat berbeda.

d. Biaya pemesanan dan penyerahan rancangan produk dan jasa sangat berbeda diantara berbagai saluran distribusi, namun sistem akuntansi biaya konvensional tidak memperdulikan biaya pemasaran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembebanan biaya secara tradisonal kurang tepat karena hanya berdasarkan jumlah produksi, sehingga mempunyai kelemahan-kelemahan yang membuat undercost pada volume yang rendah, produk sederhana, namun mengovercost pada volume tinggi dengan produk yang kompleks, dengan demikian perhitungan biaya menjadi terdistorsi. Activity based costing menghilangkan distorsi sehingga dapat diketahui harga pokok proses, jasa, dan produk yang sebenarnya.

Activity based costing memfokuskan pada aktivitas sebagai objek biaya yangfundamental. Activity based costing menggunakan biaya dari aktivitas sebagai dasaruntuk membagikan biaya ke objek biaya lain seperti produk, jasa, atau konsumen (Horngren 1994:136). Aktivitas yang terjadi di perusahaan dipengaruhi oleh penggerak biaya dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas tersebut.

Menurut Garrison dan Norren (2000:342) “Activity based costing adalahmetode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajeruntuk pembuatan keputusan stratejik dan keputusan lain yang

mempengaruhikapasitas dan biaya tetap”. Pengambil keputusan yang mempengaruhikapasitas dan biaya tetap”. Pengambil keputusan yang

Menurut Blocher (2005: 222) menyatakan bahwa activity based costing adalah perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing-ABC) adalah pendekatanperhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek seperti produk, jasa, ataupelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut. Dasar pemikiran pendekatan perhitungan biaya ini adalah produk dan jasa perusahaan merupakan hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.

C. Definisi Eksternalitas

Menurut Mangkoesoebroto (1993:43), eksternalitas adalah suatu efek samping yang terjadi diluar apa yang mungkin diharapkan atau didapat dari penyelenggaraan suatu aktifitas ekonomi. Ditinjau dari dampaknya, eksternalitas dapat dibagi dua, yaitu eksternalitas negatif dan eksternalitas positif. Yang dimaksud dengan eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Sedangkan eksternalitas negatif apabila dampaknya bagi orang lain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan. Artinya, eksternalitas dapat mempengaruhi terhadap pihak yang lain atau pihak lain dapat terkena dampaknya, walaupun tidak terlibat dalam kegiatan atau aktifitas eknomi tersebut.

Menurut Misham bahwa konsep eksternalitas pertama muncul berawal dari prinsip-prinsip ekonomi yang dikemukakan oleh Alfred Marshal tentang kurva penawaran yang menurun (Downward-sloping suplly curve ) dari industri kompetitif. Lebih lanjut Marshall mengatakan bahwa eksternalitas timbul ketika suatu variabel yang dikontrol oleh suatu agen ekonomi tertentu mengganggu fungsi utilitas (fungsi kegunaan) agen ekonomi lain (Sutikno dan Maryunani, 2006:113). Sedangkan menurut Mueller, eksternalitas atau efek samping terjadi ketika kegiatan konsumsi atau produksi dari suatu individu atau perusahaan mempunyai dampak yang tidak diinginkan terhadap utilitas atau fungsi produksi individu atau perusahaan lain (Sutikno dan Maruyani, 2006:113). Dengan demikian eksternalitas dapat diartikan sebagai dampak yang diterima oleh pihak ketiga yang tidak ikut dalam transaksi atau kegiatan ekonomi tertentu.

D. Jenis Eksternalitas

Menurut Pierce dan Wash, eksternalitas dapat terjadi dari empat jenis interaksi pelaku ekonomi, yaitu: produsen dengan produsen, produsen dengan konsumen, konsumen dengan produsen, konsumen dengan konsumen (Sutikno dan Maruyani, 2006:119). Selain karena tindakan konsumsi, eksternalitas juga timbul karena suatu aktivitas produksi. Sedangkan penjelasan mengenai empat interaksi tersebut menurut Yakin adalah sebagai berikut (Sutikno dan Maruyani, 2006:119) :

a. Eksternalitas Produsen terhadap Produsen lain ( Effects Producers on Other Producers )

b. Dampak Produsen terhadap Konsumen ( Effects Producers on Consumers ).

c. Dampak konsumen terhadap Konsumen (Effects Consumers on Other Consumers )

d. Dampak konsumen terhadap Produsen ( Effects Consumers on Producers )

Jadi, dalam perekonomian terdapat empat kemungkinan eksternalitas yaitu:

a. Konsumen-konsumen, yaitu tindakan seorang konsumen yang menimbulkan eksternalitas bagi konsumen lain

b. Konsumen-Produsen, yaitu tindakan seorang konsumen yang menimbulkan eksternalitas (positif atau negativ) terhadap produsen.

c. Produsen-Konsumen, contohnya adalah pabrik yang menyebabkan polusi sungai sehingga mengganggu penduduk yang menggunakan air sungai tersebut.

d. Produsen-Produsen, contohnya adalah seperti dikemukakan di atas, dimana sebuah pabrik yang menimbulkan polusi air mengakibatkan kenaikan biaya produksi perusahaaan lain yang menggunakan air sebagai salah satu faktor produksi.

Menurut Mangkoesoebroto (1993:109), yang dimaksud dengan eksternalitas adalah keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar. Eksternalitas terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Eksternalitas positif, adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan (Mangkoesoebroto, 1993:110).

2. Eksternalitas negatif, merupakan dampak yang ditimbulkan bagi orang lain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan (Mangkoesoebroto, 1993:110).

Secara umum, dengan adanya eksternalitas tidak akan mengganggu tercapainya suatu tujuan selama semua dampak yang akan timbul, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan telah diperhitungkan sedemikian rupa dalam penetapan tarif barang.

Jadi, eksternalitas dapat timbul sebagai akibat tindakan konsumsi dan eksternalitas ini dapat bersifat positif (menguntungkan) atau negative (merugikan). Eksternalitas positive adalah tindakan pelaku ekonomi yang satu menguntungkan yang lain. Contohnya : dengan tertibnya nasabah yang membayar sewa modal saat jatuh tempo itu akan menguntungkan bagi kedua belah pihak,bagi nasabah barang tidak terlelang dan bagi perusahaan adanya perputaran uang yang masuk dan keluar. Sedangkan externalitas negative adalah adalah tindakan pelaku yang satu merugikan yang lain. Contohnya: jika terdapat barang palsu dari nasabah, selain merugikan perusahaan juga sangat merugikan pegawai, karena jika pegawai tersebut menerima barang palsu maka akan mendapatkan sanksi.

E. Biaya yang Ditimbulkan Sebagai Dampak Eksternalitas

Penentuan harga yang mencerminkan biaya yang sebenarnya akan memberikan sinyal kepada pengguna dari barang dan pelayanan publik yang lebih bijaksana.

Marginal Cost Pricing (MCP) adalah konsep ini telah diadopsi oleh beberapa negara sebagai suatu mekanisme didasarkan pada prinsip ekonomi bahwa alokasi sumber daya yang optimal secara sosial adalah dimana manfaat sosial marginal yang diperoleh setara dengan biaya sosial marginal yang dikeluarkan (Fauzi, 2006:176). Biaya marginal ini termasuk biaya pengguna (user cost). Gambar 1 memperlihatkan alokasi optimal berdasarkan prinsip MCP. Alokasi optimal secara sosial ada pada titik ∗ dan

∗ dimana manfaat marginal sama dengan biaya marginal. Jika kemudian terjadi eksternalitas negatif, biaya marginal akan bergeser ke kiri dan

menyebabkan keseimbangan baru dicapai pada harga lebih tinggi dengan kuantitas makin sedikit

Gambar 1

Alokasi Optimal berdasarkan Marginal Cost Pricing (MCP)

Biaya Marginal dengan Biaya Lingkungan (Rp)

� Biaya Marginal

∗ Tanpa Biaya Lingkungan

Manfaat marginal

� Q (Kuantitas) Sumber : Fauzy (2006:176)

BAB III PERAN PEMERINTAH DALAM KEBIJAKAN

A. Peran Pemerintah

Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui anggaran negara yang terutama bersumber dari pajak serta pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik. Jika pelayanan publik dibiayai dari sumber pajak, maka setiap wajib pajak yang membayar belum tentu dapat menikmati secara langsung jasa publik tersebut. Jadi, pajak yang dibayarkan oleh masyarakat adalah pendapatan negara yang tidak memiliki jasa timbal (kontraprestasi) langsung secara individual yang dapat dinikmati oleh pembayar pajak. Jika pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut, sedangkan yang tidak menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar.

Kewajiban aparatur negara yang juga mengikuti kewajiban negara dalam menyelenggarakan tugas negara seperti yang diamanatkan Undang Undang Dasar (UUD) 1945, Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (UU APBN). Dalam Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan pemerintah untuk mengarahkan programnya dikaitkan dengan 4 (empat) tujuan bernegara, yaitu: (1) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2) Memajukan kesejahteraan umum; (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa; (4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia. UU APBN (Mardiasmo 2000) juga mengamanatkan peranan pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat (public service) dalam bentuk penyediaan jasa dan barang secara Kewajiban aparatur negara yang juga mengikuti kewajiban negara dalam menyelenggarakan tugas negara seperti yang diamanatkan Undang Undang Dasar (UUD) 1945, Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (UU APBN). Dalam Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan pemerintah untuk mengarahkan programnya dikaitkan dengan 4 (empat) tujuan bernegara, yaitu: (1) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2) Memajukan kesejahteraan umum; (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa; (4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia. UU APBN (Mardiasmo 2000) juga mengamanatkan peranan pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat (public service) dalam bentuk penyediaan jasa dan barang secara

Walaupun masyarakat telah dibebani dengan pajak yang dapat dipaksakan kepada pemerintah, dan pemerintah memberikan prestasi kepada masyarakat. Tidak semua prestasi yang diberikan oleh organisasi sektor publik kepada masyarakat yang telah dilayani dapat dibuat secara gratis mengingat terdapat barang privat yang manfaat barang dan jasa hanya dinikmati secara individu, barang publik yaitu barang dan jasa kebutuhan yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat serta barang campuran privat dan barang publik yaitu barang kebutuhan masyarakat yang manfaatnya dinikmati secara individu tetapi sering masyarakat umum juga membutuhkan barang dan jasa tersebut merit good (semua orang bisa mendapatkannya tetapi tidak semua orang dapat mendapatkan barang dan jasa) tersebut seperti: air bersih, listrik, pendidikan, kesehatan, transportasi publik.

Pajak yang dibebankan kepada masyarakat dapat dikatakan sebagai paksaan dari pemerintah dan merupakan kewajiban masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam proses pembangunan bangsa. Pemerintah dalam hal ini harus mampu menunjukkan kemampuan dan prestasi dalam mewujudkan tujuan bernegara kepada masyarakat, sebagai wujud akuntabilitas dan tanggungjawab moral serta materi atas pajak yang dibebankan kepada masyarakat. Namun, tidak semua prestasi yang diberikan oleh organisasi sektor publik kepada masyarakat yang telah dilayani dapat dibuat secara gratis karena mendapatkan sumber dari pajak.

Samuelson (2003:40) juga mengungkapkan bahwa pemerintah mempunyai tiga fungsi ekonomi yang utama dalam sebuah ekonomi pasar, yaitu:

a. Pemerintah meningkatkan efisiensi dengan menciptakan persaingan, mengendalikan eksternalitas seperti polusi, dan menyediakan barang-barang publik.

b. Pemerintah mamajukan keadilan dengan menggunakan pajak dan program-program pengeluarannya untuk mendistribusikan kembali pendapatan kepada kelompok-kelompok khusus.

c. Pemerintah membantu perkembangan stabilitas dan pertumbuhan makroekonomi

Dalam sistem perekonomian, pemerintah memiliki peranan yang sangat penting. Bahkan dalam sistem perekonomian kapitalis sekalipun, pemerintah tetap ikut campur tangan walaupun secara tidak langsung dan dengan kapasitas yang sangat terbatas. Itu artinya semua sistem perekonomian tidak terlepas dari campur tangan pemerintah. Hal ini dikarenakan pemerintah memiliki 3 fungsi, yaitu:

1. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menyediakan barang. Hal ini ditujukan agar masyarakat tetap dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga ketika pasar tidak dapat menyediakan barang tersebut, maka pemerintah akan menyediakan barang tersebut.

2. Fungsi distribusi, menurut Mangkoesoebroto (1993:6) peranan pemerintah dalam distribusi adalah “untuk mengusahakan agar

alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara efisien. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pemerataan dalam penyediaan barang/ jasa di setiap daerah.

3. Fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menjaga kestabilan perekonomian bangsa. Hal ini bertujuan agar roda perekonomian bangsa tetap stabil, karena sektor ekonomi merupakan sektor utama dalam suatu negara.

Fungsi-fungsi di atas bertujuan agar pemerintah tetap memegang kendali terhadap sistem perekonomian di Indonesia, sehingga tidak terjadi ketimpangan terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Tarif barang dan pelayanan publik perlu diatur dalam kebijakan. Barang dan jasa sosial seperti lampu jalan, jalan, pertahanan dan hukum tidak akan dapat diproduksi oleh swasta, karena tidak dapat dilepaskan ke mekanisme pasar. Pelayanan publik di sector kesehatan dan pendidikan juga tidak akan dapat sepenuhnya diberikan ke mekanisme pasar, karena banyak penduduk miskin yang tidak mampu membayar biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan dengan tarif yang normal.

Dari sisi jumlah, beberapa jasa dan barang diproduksi berlebihan bahkan kurang dari yang dibutuhkan, apabila tidak diatur secara integral. Beberapa barang dan jasa sengaja tidak diproduksi secara cukup, akibat strategi monopoli pasar. Peranan pemerintahlah di sini yang berperan agar alokasi, distribusi, produksi dan stabilitasi jumlah dan tariff barang dan pelayanan publik dan swasta sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat. Secara umum, masyarakat sangat mengharapkan fungsi pemerintah sebagai (1) penyedia barang publik; (2) penyedia fasilitas publik seperti kesehatan, pendidikan dan perumahan; (3) membuat kebijakan tarif dan memberikan subsidi serta mengalokasikan pengeluaran pemerintah sesuai dengan kemampuan masyarakat serta mengutamakan kebutuhan masyarakat secara umum.

B. Kegagalan Pemerintah

Sebagaimana adanya kegagalan pasar, dalam literature ekonomi public dibahas apa yang disebut dengan kegagalan pemerintah, yaitu kegagalan pemerintah dalam menciptakan kondisi Pareto Optimal.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi sumber timbulnya kegagalan pemerintah :

1. Campur tangan pemerintah kadang-kadang menimbulkan dampak yang tidak bias diperkirakan terlebih dahulu. Misalnya saja, kebijakan pemerintah dalam mengatur tata niaga cengkeh agar penghasilan petani cengkeh naik, ternyata membawa dampak permintaan tembakau menurun sehingga pendapatan petani tembakau juga turun.

2. Campur tangan pemerintah memerlukan biaya yang tidak murah, oleh karena itu maka campur tangan pemerintah harus dipertimbangkan manfaat dan biayanya secara cermat agar tidak lebih besar daripada biaya masyarakat tanpa adanya campur tangan pemerintah.

3. Adanya kegagalan dalam pelaksanaan program pemerintah. Pelaksanaan program pemerintah memerlukan tender, dan sistem yang kompleks.

4. Perilaku Pemegang kebijakan pemerintah yang bersifat mengejar keuntungan pribadi atau rent seeking behavior.

Hal-hal tersebut akan menyebabkan bahwa tidak selamanya campur tangan pemerintah menyebabkan terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat menuju Pareto Optimal, bahkan kadang-kadang justru menjauhi kondisi Pareto Optimal.

C. Pengertian dan Tujuan Organisasi Sektor Publik

Pemerintah dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, dihadapkan pada pelaksanaan tugas yang sangat luas dan kompleks. Pemerintah memiliki hak dan wewenang untuk mengatur kehidupan warga negaranya. Pada dasarnya penyelenggaraan pemerintahan Pemerintah dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, dihadapkan pada pelaksanaan tugas yang sangat luas dan kompleks. Pemerintah memiliki hak dan wewenang untuk mengatur kehidupan warga negaranya. Pada dasarnya penyelenggaraan pemerintahan

Upaya pemerintah dalam meningkatkan citra pelayanan, mulai dengan diberlakukannya UU No.12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU No.32 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten /kota, selanjutnya PP No.41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah, dan pada akhirnya melalui Menteri Dalam Negeri dengan Permendagri No.24 tahun 2006 tentang penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu serta permendagri No.20 tahun 2008 tentang pedoman organisasi dan tata kerja unit pelayanan perizinan terpadu daerah. Implementasi dari peraturan-peraturan tersebut adalah dengan pembentukan organ untuk mengurus pelayanan perizinan yang berbentuk badan/kantor. (Ridwan, 2009:229).

Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan juga harus memiliki standar pelayanan yang dipublikasikan sebagai jaminan kepastian bagi warga penerima pelayanan. Pelayanan publik pada dasarnya mencakup aspek kehidupan masyarakat luas. Dalam kehidupan bernegara, pemerintah memiliki fungsi melayani publik, dalam bentuk mengatur maupun menerbitkan perizinan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, usaha, kesejahteraan, dan sebagainya.

Institusi pemerintah sebagai pelayan masyarakat perlu menemukan dan memahami cara yang profesional dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam konteks pemerintahan, kebutuhan masyarakat menjadi tuntutan dan tanggung jawab pemerintah. Oleh karena itu, pemerintahan perlu Institusi pemerintah sebagai pelayan masyarakat perlu menemukan dan memahami cara yang profesional dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam konteks pemerintahan, kebutuhan masyarakat menjadi tuntutan dan tanggung jawab pemerintah. Oleh karena itu, pemerintahan perlu

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik seperti prosedur pelayanan, persyaratan, kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, kepastian biaya pelayanan, dan kepastian jadwal pelayanan maka pemerintah memiliki konsekuensi untuk meningkatkan pelayanan dalam sektor pelayanan publik.

Berbagai penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang seringkali dilakukan oleh pemerintah di balik misi melayani serta menciptakan kesejahteraan, kemakmuran dan ketentraman masyarakat. Hampir setiap hari, banyak keluhan masyarakat tentang kurang lancarnya pelayanan umum pemerintah kepada masyarakat, praktek calo atau pihak ketiga untuk memperlancar pengurusan, pungutan liar, atau tarif yang dikenakan melebihi ketentuan.