PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN HASIL BELAJAR SISWA: Studi Eksperimen Kuasi Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN Sakerta Barat Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan.

(1)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Asumsi Penelitian ... 10

F. Hipotesis ... 10

G. Metode Penelitian ... 11

H. Lokasi Penelitian ... 12

I. Definisi Operasional Variabel ... 12

J. Paradigma Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ... 14

B. Keterampilan Sosial ... 26

C. Hasil Belajar ... 33

D. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 37

E. Penerapan pembelajara kooperatif tipe think pair share dalam meningkatkan keterampilan social dan hasil belajar ... 43


(2)

vi BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 47

B. Lokasi Penelitian ... 49

C. Populasi dan Sampel ... 49

D. Identifikasi Variabel ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Teknik Pengolahan Data ... 55

G. Teknik Analisis Data ... 64

H. Alur Penelitian ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72

B. Pembahasan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 101

B. Rekomendasi ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Perangkat pembelajaran ... 107

B. Instrumen Pengumpul Data ... 123

C. Hasil Uji Coba Instrumen ... 142

D. Data Hasil Penelitian ... 154

E. Hasil Uji Hipotesis ... 175

F. Dokumentasi Penelitian ... 181


(3)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif ... 18

Tabel 2. 2 Indikator keterampilan sosial ... 28

Tabel 3.1 Desain peneitian ... 47

Tabel 3.2 Klasifikasi N-Gain ... 55

Tabel 3.3 Rekapitulasi validitas tes ... 62

Tabel 4.1 Normalitas Data Pretes Eksperimen ... 83

Tabel 4.2 Normalitas Data Pretes Kontrol ... 84

Tabel 4.3 Homogenitas Data Pretes ... 84

Tabel 4.4 Hasil Uji t Pretes ... 85

Tabel 4.5 Normalitas Data Postes Eksperimen ... 85

Tabel 4.6 Normalitas Data Postes Kontrol ... 86

Tabel 4.7 Homogenitas Data Postes ... 86

Tabel 4.8 Hasil Uji t Postes ... 87

Tabel 4.9 Normalitas Data Keterampilan Sosial ... 88

Tabel 4.10 Normalitas Data Hasil Belajar ... 88

Tabel 4.11 Homogenitas Data Keterampilan Sosial dan Hasil Belajar ... 89


(4)

viii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Paradigma penelitian ... 13 Bagan 3.1 Paradigma penelitian ... 71


(5)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 107

K. Peta konsep materi permasalahan sosial ... 108

L. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 109

Lampiran B : Instrumen Pengumpul Data ... 123

1. Kisi-kisi Instrumen ... 124

2. Angket respon Siswa ... 126

M. Lembar observasi sikap keterampilan sosial siswa ... 128

N. Uji coba insterumen tes ... 130

O. Lembar jawaban ... 136

P. Soal tes hasil belajar ... 137

Q. Lembar jawaban tes ... 141

Lampiran C : Hasil Uji Coba Instrumen ... 142

1. Data hasil uji coba instrumen tes ... 143

2. Hasil perhitungan validitas instrumen ... 145

3. Hasil Perhitungan reliabilitas instrumen tes ... 147

4. Data terurut hasil uji coba instrumen ... 148

5. Uji tingkat kesukaran dan daya pembeda ... 151

6. Rekapitulasi analisi butir soal tes ... 152

Lampiran D : Data Hasil Penelitian ... 154

1. Skor respon siswa ... 155

2. Persentase item respon siswa ... 157

3. Skor sikap keterampilan sosial siswa ... 159

4. Persentase item keterampilan social siswa ... 161


(6)

x

6. Skor pretes siswa kelas control ... 163

7. Skor postes siswa kelas eksperimen ... `164

8. Skor postes siswa kelas control ... 165

9. Tabel penolong skor angket, obserpasi, dan tes ... 166

10. Uji normalitas respon siswa ... 167

11. Uji normalitas sikap keterampilan sosial siswa ... 168

12. Uji normalitas pretes kelas eksperimen ... 169

13. Uji normalitas pretes kelas kontrol ... 170

14. Uji homogenitas pretes ... 171

15. Uji normalitas postes kelas eksperimen ... 172

16. Uji normalitas postes kelas kontrol ... 173

17. Uji homogenitas postes ... 174

Lampiran E : Uji Hipotesis ... 175

1. Hasil kemampuan awal siswa ... 176

2. Hasil kemampuan akhir siswa ... 177

3. Peningkatan hasil belajar berdasarkan n-gain ... 178

4. Pengaruh pembelajaran Kooperatif ... 179

5. Keterampilan sosial dengan hasil belajar ... 180

Lampiran F : Dokumentasi Penelitian ... 181

Foto penelitian ... 182


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS masih dianggap kurang begitu penting dan kurang bermanfaat serta siswa tidak begitu antusias ketika pembelajaran. Sehingga pelajaran IPS secara keseluruhan tidak lebih sebagai pelajaran hafalan yang membuat siswa jenuh untuk mempelajarinya.

Pengajaran guru dalam kelas banyak menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, yang mengakibatkan pembelajaran itu kurang menarik dan cenderung membosankan. Padahal jika guru mampu berinovasi, pembelajaran IPS tersebut tidak akan membosankan. Inovasi dalam pembelajaran merupakan salah satu indikator penunjang keberhasilan pembelajaran.

Disamping itu, fenomena belajar kompetitif dan individualis telah mendominasi dalam setiap tingkatan pendidikan di lembaga pendidikan di Indonesia. Siswa datang ke sekolah dengan harapan untuk berkompetisi untuk berhasil dan menjadi yang terbaik. Belajar kompetitif dan individualis akan efektif dan merupakan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik.

Meskipun demikian terdapat beberapa kelemahan pada pembelajaran kompetitif dan individualis, yaitu (a) kompetisi siswa kadang tidak sehat. Sebagai contoh jika seorang siswa menjawab pertanyaan guru, siswa yang lain


(8)

berharap agar jawaban yang diberikan salah, (b) siswa berkemampuan rendah kurang termotivasi, (c) siswa berkemampuan rendah akan sulit sukses dan semakin tertinggal, dan (d) dapat membuat frustasi siswa yang lainnya (Slavin, 2005). Berdasarkan hal tersebut di atas maka guru seharusnya mampu membuat inovasi atau mencari metode pembelajaran lain yang dianggap dapat memberikan kegairahan kepada siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran yang individualis mengakibatkan siswa terbiasa nyaman dengan belajar sendiri, acuh dengan teman atau lingkungannya. hal ini dapat mengakibatkan siswa tidak terlatih secara sosial, dengan kata lain siswa tidak belajar keterampilan sosial yang didalamnya ada rasa saling menghormati, membantu, tanggung jawab dan sebagainya.

Disamping itu, ketika siswa terbiasa terbiasa dengan belajar individu, ketimpangan hasil belajar pun akan terjadi, karena kemampuan yang tidak sama tidak dibarengi dengan rasa saling membantu, diskusi dan belajar bersama. Untuk menghindari hal tersebut dan agar siswa yang satu dapat membantu siswa yang lainnya maka salah satu inovasi yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan menerapkan pola belajar kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan kepada faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang terdiri dari sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda-beda. Slavin, R. E (2005) mengartikan pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa


(9)

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-5 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Model pembelajaran ini berangkat dari dasar pemikiran “getting better

together” yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih

luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk lebih mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Dalam pembelajaran kooperatif siswa bukan hanya belajar menerima apa yang disajikan oleh guru, melainkan dapat belajar dari siswa atau sumber lainya. Disamping itu, kemampuan siswa untuk belajar mandiri dapat ditingkatkan.

Pembelajaran mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan yaitu untuk menambah pengetahuan keilmuan, keterampilan, serta penanaman konsep diri. Keberhasilan proses pembelajaran tercermin dalam peningkatan motivasi dan hasil belajar. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar, tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efesiensi dan efektifitas kegiatan yang dilakukan peserta didik.

Pola pembelajaran individualis kepada pembelajaran kelompok masih belum banyak diimplemetasikan dalam pendidikan kita. Pelajaran IPS pada tataran konsepnya adalah untuk menanamkan sikap sosial pada diri siswa. Sikap saling menghormati, menghargai dan tenggang rasa dengan orang lain. Namun dalam implementasinya hampir di setiap jenjang pendidikan, pembelajaran IPS masih dikenal sebagai pelajaran hafalan yang kurang


(10)

bermanfaat bagi kehidupan siswa. Sehingga dengan persepsi seperti itu pembelajaran IPS masih dianggap kurang penting dibandingkan dengan pelajaran lain di sekolah.

Pendidikan IPS sangat memperhatikan dimensi keterampilan sosial disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dan mampu berpartisipasi secara cerdas dan demokratis.

Penanaman sikap atau keterampilan sosial kepada anak Sekolah Dasar sangat penting, karena mulai dari Sekolah Dasar-lah penanaman karakter positif kepada anak harus dimulai, sehingga tujuan dari pendidikan yaitu perubahan prilaku dapat tercapai. Penguasaan keterampilan sosial merupakan salah satu pencapaian kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa, sebagai hasil dari proses pembelajaran di sekolah. Keterampilan sosial dimaksud antara lain keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis, keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi, keterampilan berpartisipasi, keterampilan mengelola konflik dan keterampilan memengaruhi orang lain.

Sesuai dengan tahap perkembangan anak usia SD, Nurikhsan, A. J dan Agustin, M (2011) berpendapat bahwa beberapa tugas perkembangan anak usia SD adalah (a) belajar bergaul dengan teman sebaya, (b) mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institutsi-institusi sosial, dan (c) mengembangkan peranan sosial.


(11)

Perkembangan keterampilan sosial anak sangat dipengaruhi lingkungan sosialnya, baik orang tua, keluarga, orang dewasa lainya maupun teman sebaya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan sosial secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Namun, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif seperti orang tua acuh, guru tidak memberikan bimbingan, teladan, pengajaran atau pembiasaan terhadap anak maka akan menampilkan prilaku yang tidak baik. Keterampilan sosial perlu ditanamkan kepada anak, sehingga akan terbentuk karakter anak yang peka dan tidak egosentris dalam bergaul dengan teman atau lingkungan luar.

Nurikhsan, A. J dan Agustin, M (2011) beberapa sikap yang muncul dari kesalahan perlakuan kepada anak antara lain (a) bersifat minder; (b) senang mendominasi orang lain; (c) bersifat egois; (d) senang mengisolasi atau menyendiri; (e) kurang mempunyai perasaan tenggang rasa; dan (f) kurang memperdulikan norma yang berlaku.

Beberapa ahli menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif berguna untuk menumbuhkan kemampuan bekerjasama, dan membantu teman. Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu alternatif pembelajaran dipandang mampu menanamkan keterampilan sosial anak dalam kelas. Dalam pembelajaran kooperatif siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa meningkatkan hasil belajarnya.


(12)

Disamping itu pula pembelajaran IPS yang baik akan berimplikasi terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang mampu mencapai tujuan-tujuan permbelajaran atau tujuan instruksional. Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Keterampilan sosial dan hasil belajar siswa merupakan 2 hal penting dalam pembelajaran IPS, karena salah satu tujuan dari pembelajaran IPS adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi. Di SD Sakerta Barat yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini belum terlihat keterampilan sosial dan hasil belajar yang memuaskan khususnya dalam pelajaran IPS. Hal ini dapat di lihat dari observasi awal peneliti di SD tersebut dengan beberapa indikator diantaranya:

1. Dalam pembelajaran siswa masih menganggap guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan,

2. Dalam pembelajaran antar siswa masih individualis, 3. Belum memahami esensi belajar kelompok/bersama,

4. Siswa belum memahami makna tanggung jawab, saling menghormati, dan tolong menolong.


(13)

Melihat indikator-indikator di atas, maka perlu inovasi pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru untuk memperbaiki hasil pembelajaran terutama pelajaran IPS. Hal yang utama adalah mengubah pola belajar dari individual ke pembelajaran kelompok, salah satu pembelajaran yang relatif peka terhadap pembelajaran kelompok adalah pembelajaran kooperatif.

Salah satu pembelajaran kooperatif yang peneliti tertarik untuk menelitinya adalah tipe think pair share. Pembelajaran tipe think pair share merupakan pembelajaran yang sederhana dalam cooperative learning, menurut Slavin, R. E (2005: 257), pembelajaran ini dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas, siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasanganya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas.

Inovasi pembelajaran konvensional ke arah yang lebih dinamis dengan tipe think pair share, sengaja ingin peneliti teliti untuk dapat melihat pengaruhnya dalam meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar. Karena tipe pembelajaran ini banyak melatih siswa untuk belajar dalam kelompok, sharing dengan teman lain dan belajar membantu kekurangan dari teman sharingnya/pasangannya. Selain dari dari pada itu, pembelajaran kooperatif dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya


(14)

dalam pembelajaran IPS. Oleh karena itu, peneliti mengajukan judul penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pembelajaran kooperatif tipe think pair share dalam meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN Sakerta Barat kec. Darma kab. Kuningan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, untuk lebih fokusnya pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi pembahasan pada :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi perlakuan dengan siswa yang tidak diberi perlakuan?

2. Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa?

3. Manakah yang lebih dominan pengaruhnya antara keterampilan sosial dengan hasil belajar setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe

think pair share?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar hasil belajar antara siswa yang diberi perlakuan (berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe think


(15)

2. Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe think

pair share berpengaruh terhadap keterampilan sosial dan hasil belajar

siswa.

3. Untuk mengetahui lebih dominan mana pengaruhnya antara keterampilan sosial dengan hasil belajar setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe think pair share.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang penerapan tipe pembelajaran tipe think pair share dalam pelajaran IPS di kelas IV SD dan penjelasan tentang kontribusi tipe pembelajaran think pair share terhadap keterampilan sosial dan hasil belajar siswa.

Oleh karena itu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara Konseptual, hasil penelitian diharapkan memberikan dukungan terhadap konsep dan teori yang berkaitan dengan penerapan tipe-tipe pembelajaran efektif untuk mata pelajaran IPS di sekolah Dasar.

2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

a. Guru IPS pada tingkat Sekolah Dasar (SD), yaitu memberikan pemahaman mengenai pentingnya variasi pembelajaran yang efektif dan disesuaikan dengan kondisi siswa sehingga kemampuan sosial dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.


(16)

b. Siswa, khususnya yang berkenaan dengan: 1) Interaksi dalam kelompok

2) Kemampuan menyampaikan pendapat di depan forum 3) Latihan berfikir kritis dan kreatif

4) Pemahaman materi pelajaran

E. Asumsi

Pelaksanaan penelitian ini didasarkan atas beberapa asumsi (anggapan dasar), yaitu :

1. Pelajaran IPS merupakan pelajaran yang sangat penting dalam mengembangkan kecakapan sosial anak;

2. Para siswa kelas IV SD telah mempunyai konsep tentang belajar IPS yang dipelajari pada pembelajaran sebelumnya;

3. Dalam pembelajaran IPS perlu di kembangkan variasi atau pembelajaran supaya anggapan bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran hafalan yang membosankan dapat dihilangkan;

4. Sesuai dengan perkembanganya anak kelas IV ada dalam fase perkembangan operasional kongkrit.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan salah satu ciri dari penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Hipotesis juga merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan


(17)

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan jawaban sementara karena jawaban yang diberikan belum relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2008 : 96). Hipotesis penelitianya yaitu :

a. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol.

b. Tidak terdapat pengaruh setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap keterampilan sosial dan hasil belajar siswa. c. Setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share, hasil

belajar siswa lebih berpengaruh dibandingkan keterampilan sosial siswa.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Salah satu dari dua rancangan eksperimen kuasi (eksperimen semu) yaitu nonequivalent control group

design (Sugiyono, 2010: 79). Nonequivalent control group design merupakan

rancangan dengan pemasangan subjek melalui pengelompokkan yang tidak dipilih secara random dengan cara pemberian perlakuan kepada kelompok eksperimen sedangkan kelompok control tidak diberi perlakuan.

H. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SDN Sakerta Barat yang terletak di Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan. Pemilihan lokasi penelitian


(18)

berdasarkan berbagai pertimbangan, yaitu jarak lokasi penelitian tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal peneliti sehingga diperkirakan akan dapat memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian dan mengurus perizinan penelitian. Selain itu informasi dari guru IPS yang peneliti hubungi, di SD tersebut belum pernah ada yang melakukan penelitian seperti halnya yang dilakukan peneliti, sehingga memungkinkan dilaksanakannya penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan.

I. Definisi Operasional Variabel

1. Think pair share atau berpikir-berpasangan-berbagi adalah merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi, baik siswa dengan siswa atau pun siswa dengan guru dengan cara pengelompokkan siswa secara berpasangan dalam menyelesaikan permasalahan.

2. Keterampilan sosial adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks pembelajaran dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan berupa kemampuan untuk bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok.

3. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku berupa aspek kognitif yang merupakan ukuran keberhasilan siswa setelah mengikuti assessment atau penilaian dan evaluasi.


(19)

J. Paradigma Penelitian

Keterangan:

Kausalitas Arus masalah Keterampilan Sosial

siswa

Hasil Belajar siswa Penerapan

pembelajaran kooperatif tipe think pair share

Hasil Pembelajaran IPS dengan metode konvensional

Hasil Belajar IPS Keterampilan

Sosial Siswa rendah

Meningkat


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III akan mengkaji tentang metode penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti. Bab ini akan dibagi ke dalam beberapa pembahasan yaitu : metode penelitian, identifikasi variabel, tekhnik pengumpulan data, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengolahan data, teknik analisis data dan alur penelitian.

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Salah satu dari dua rancangan eksperimen kuasi (eksperimen semu) adalah nonequivalent control group

design (Sugiyono, 2010: 79). Nonequivalent control group design yaitu,

rancangan dengan pemasangan subjek melalui pengelompokkan yang tidak dipilih secara random dengan cara pemberian perlakuan kepada kelompok eksperimen sedangkan kelompok control tidak diberi perlakuan.

Pelaksanaan penelitian dengan metode eksperimen pada dasarnya memperhatikan beberapa ketentuan yang ada, yaitu: 1) kejelasan rancangan, 2) kejelasan menetapkan tipe perlakuan yang dieksperimenkan (kelompok eksperimen) dan kelompok kontrol, 4) pengukuran statistik dan pengamatan, 5) kejelian dan ketelitian dalam mengendalikan diri dari situasi eksperimen perlu diperhatikan.


(21)

Desain konsep penelitian yang digunakan merujuk kepada Fraenkel (dalam Sugiyono, 2010:76) yang digambarkan dengan hubungan sebagai berikut:

Treatment group O1 O2

Control group O3 - O4

Tabel 3.1 Desain Penelitian Keterangan:

O1 : tes kemampuan awal pada kelompok eksperimen O2 : tes kemampuan akhir pada kelompok eksperimen O3 :tes kemampuan awal pada kelompok kontrol O4 : tes kemampuan akhir pada kelompok kontrol X1 : Strategi pembelajaran dengan tipe think pair share - : tidak diberi perlakuan

(Sugiyono, 2010: 79) Paradigma penelitian seperti yang dikemukakan di atas, terdapat dua kali analisis. Analisis yang pertama adalah menguji perbedaan kemammpuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok control (O1 : O3). Sedangkan analisis yang kedua adalah menguji perbedaan antara kemampuan akhir siswa antara kedua kelas tersebut (O2 : O4). Jika O2 lebih besar dari O1 maka variabel penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share berpengaruh positif, dan bila O2 lebih kecil dari O4 maka berpengaruh negatif. Sehingga dari selisih keduanya dapat diketahui ada tidaknya peningkatan hasil belajarnya.


(22)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SDN Sakerta Barat yang terletak di Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan berbagai pertimbangan, yaitu:

1. Jarak lokasi penelitian tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal peneliti sehingga diperkirakan akan dapat memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian dan mengurus perizinan penelitian;

2. Berdasarkan informasi dari guru bahasa IPS yang peneliti hubungi,di SDN Sakerta Barat Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan belum pernah ada yang melakukan penelitian seperti halnya yang dilakukan peneliti; dan

3. Berdasarkan informasi para guru SDN Sakerta Barat Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan dan pengamatan peneliti, para siswa di SDN Sakerta Barat Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan memiliki tingkat kedisiplinan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan sekolah sejenis di kecamatan Kuningan, sehingga memungkinkan dilaksanakannya penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan.

C. Subyek Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2009: 117) berpendapat bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Senada dengan pendapat di atas, Akdon


(23)

(2008: 96) menjelaskan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Sedangkan Arikunto, S (2006: 130) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulan akan diberlakukan untuk populasi, untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif/mewakili (Sugiyono, 2009: 118). Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut dengan penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 2006: 131).

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 57 siswa. Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang berdasarkan pendapat Surakhmad sebagaimana yang dikutip oleh Riduwan (2008: 65) bahwa apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100 maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi.


(24)

Surakhmad sebagaimana yang dikutip oleh Riduwan (2008: 65) pengambilan sampel berdasarkan rumus berikut:

S= 15% + (50%-15%)

Dimana:

S = Jumlah sampel yang diambil n = jumlah anggota populasi

D. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dilambangkan dengan (X) yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dilambangkan dengan “Y” yaitu, keterampilan sosial sebagai Y1 dan hasil belajar siswa sebagai Y2.

E. Teknik Pengumpulan Data

Arikunto, S (2005) menyebutkan beberapa teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian. Data ini adalah instrument utama dalam upaya menemukan hasil sebuah penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu : studi pustaka, tes, angket dan observasi.

1. Studi Pustaka

Teknik ini digunakan untuk menggali berbagai berbagai teori yang relevan guna dijadikan acuan dalam peyusunan pembelajaran yang


(25)

menjadi bahan uji coba. Teori-teori yang dipelajari adalah berbagai teori yang berkaitan dengan pembelajaran, dalam hal ini tipe pembelajaran secara umum, maupun pembelajaran kooperatif tipe think pair share. 2. Angket

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur atau responden (Arikunto, 2005: 28). Dengan adanya angket peneliti dapat memperoleh informasi tentang respon siswa terhadap pengalaman mempelajari sub pokok permasalahan sosial menggunakan pembelajaran kooperatif tipe think pair share.

Penyebaran angket dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 Juni

2011. Angket yang disebarkan kepada 30 responden kelas IV-A (kelas eksperimen) sebanyak 20 item dengan menggunakan skala Gutman. Data yang diperoleh berupa interval atau ratio dikotomi (dua alternatif) yang berbeda yaitu benar terjadi (BT) diberi nilai 1 atau tidak terjadi (TT) diberi nilai 0.

3. Observasi

Observasi adalah salah satu insterumen evaluasi jenis non tes. Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai beberapa fenomena (Arifin, 2010: 152). Dalam penelitian ini peneliti mengobservasi setiap tindakan siswa dalam situasi pembelajaran IPS yang berkaitan dengan keterampilan sosial yang dimunculkan.


(26)

Observasi dilaksanakan satu kali selama tiga kali pertemuan pembelajaran, yaitu hari Rabu tanggal 25 Mei, Sabtu tanggal 28 Mei, dan terakhir hari Rabu tanggal 8 Juni 2011. Lembar observasi ini hanya digunakan pada kelas eksperimen (kelas IV-A) yang berjumlah 30 orang, karena indikator-indikator pengamatan yang dikembangkan dibuat hanya untuk memonitor pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe think pair

share dan juga untuk mengetahui seberapa baik keterampilan yang

ditunjukkan siswa setelah pemberian perlakuan tersebut.

Karena materi yang dilteliti masih mencakup satu kompetensi dasar maka untuk mengefektifkan waktu yang diberikan, secara teknis pengamatan dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama 30 orang siswa kelas IV-A dikelompokkan menjadi 15 kelompok, 1 kelompok terdiri dari dua orang siswa atau berpasangan. Setelah terbentuk kelompok, pada pertemuan pertama tepatnya hari Rabu, sepuluh orang siswa atau lima kelompok yang pertama siswa diamati. Pada pertemuan berikutnya sepuluh orang siswa atau lima kelompok yang kedua diamai perilakunya. Kemudian pada pertemuan terakhir sepuluh siswa atau lima kelompok yang terakhir diamati perilakunya.

Tujuan dari lembar observasi tersebut adalah untuk membuat refleksi terhadap proses pembelajaran, agar pembelajaran berikutnya dapat menjadi lebih baik dari pada tindakan pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Lebih jauh lagi, lembar observasi ini digunakan juga untuk mengejar lebih jauh tentang temuan


(27)

yang diperoleh secara kuantitatif dan kualitatif. Namun demikian tetap ada kelemahannya, yaitu subjektivitas guru misalnya: guru dapat bertindak kurang objektif, kurang cekatan, lupa, tidak terawasi, dan lain-lain.

Hasil dari teknik observasi ini nantinya dapat digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari teknik tes sehingga pada akhirnya dapat dirumuskan suatu kesimpulan penelitian yang akurat dan komprehensif.

4. Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2005 : 53). Tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap kemampuan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa dalam bidang studi IPS.

Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah tes obyektif berbentuk pilihan ganda (multiple choice test) sebanyak 20 item soal yang dinyatakan valid dengan 4 pilihan jawaban. Teknik tes ini digunakan sebanyak 2 kali, yaitu tes kemamapuan awal pembelajaran (pretes) dan tes kemampuan akhir siswa (postes). Pretes dilaksanakan sebelum pemberian perlakuan tepatnya pada hari Sabtu tanggal 21 Mei 2011. Sedangkan postes dilaksanakan setelah seluruh perlakuan diberikan, tepatnya pada hari Sabtu tanggal 11 Juni 2011. Kedua jenis tes tersebut diberi kepada dua kelas yang berbeda yaitu kelas eksperimen dan kontrol.


(28)

Hasil pretes dan postes baik para siswa dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol ini merupakan refleksi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

Data yang diperoleh dari hasil tes baik pretes maupun postes selanjutnya diolah melalui tahap sebagai berikut.

a. Memberikan skor jawaban dengan menggunakan skala 0-100 (T-Skor). Rumus yang digunakan sebagi berikut:

S = 50 + 10 (Arifin, 2010: 238)

Keterangan :

50 = Bilangan tetap

X = Jumlah jawaban benar

̅ = rata-rata 10 = bilangan tetap

b. Membuat tabel skor tes hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Peningkatan hasil belajar diukur berdasarkan selisih hasil pretes dan postes dihitung dengan menggunakan rumus g faktor (N-Gains) :

g =

e Maks

e Post

S S

S S

Pr Pr − −

Hake (dalam Meltzer, 2002)

Keterangan: SPost = Skor Postes

SPre = Skor Pretes SMaks = Skor maksimum


(29)

Hake sebagaimana dikutip oleh Meltzer (2002) hasil perhitungan

N-gain kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:

Basarnya g Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Tabel 3.2 Klasifikasi Gain (g)

F. Teknik Pengolahan Data

Sebelum Instrumen ini digunakan terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat instrumen penelitian yang baik tersebut sebagai alat pengumpul data penelitian.

Setelah instrumen diujicobakan maka, data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode statistik. Metode statistik merupakan salah satu ciri dari jenis penelitian kuantitatif. Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis Instrumen tes penelitian sebagai berikut:

a) Uji Validitas Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu alat ukur (Arikunto, 2006: 168). Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan tepat untuk mengukur variabel yang akan diukur, sehingga data yang diperoleh menjadi teruji kesahehannya.

Pengujian validitas instrumen tes hasil belajar merujuk pada rumusan Riduwan (2008: 97) yaitu dengan menkorelasikan antara skor


(30)

instrumen dengan rumus Pearson Product Moment, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memberikan skor pada setiap item dari masing-masing responden. 2. Menghitung skor total dari hasil penjumlahan masing-masing skor

item dari tiap-tiap responden (∑X).

3. Menghitung perolehan total dari masing-masing responden (∑Y). 4. Menghitung jumlah total dari hasil penjumlahan masing-masing skor

item dari tiap-tiap respoden, setelah dikuadratkan (∑X2).

5. Menghitung perolehan skor total dari masing-masing responden, setelah dikuadratkan (∑Y2).

6. Menghitung skor total hasil perkalian dari masing-msing skor item yang diperoleh tiap-tiap responden dengan skor total yang diperoleh masing-masing responden (∑XY).

7. Substitusikan tiap unsur yang nilainya telah didapat ke dalam rumus

Korelasi Product Momen yaitu:

− − − = } ) ( . { } ) ( . { ) ).( ( ) ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n

rxy (Riduwan, 2008: 98)

Keterangan :

r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y n = Banyaknya responden

X = Skor item soal Y = Skor total


(31)

8. Mengkonsultasikan ke tabel r product moment, dengan taraf signifikasi 95% apabila rxy ≥ r tabel , maka item soal tersebut dikatakan valid. Dengan kriteria kevalidan (Arifin, 2010: 257) sebagai berikut: 0,81 < rxy≤ 1,00 validitas sangat tinggi

0,61 < rxy ≤ 0,80 validitas tinggi 0,41 < rxy ≤ 0,60 validitas cukup tinggi 0,21 < rxy≤ 0,40 validitas rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 validitas sangat rendah (tidak valid) Berdasakan hasil perhitungan validitas instrumen tes hasil belajar diperoleh rxy tabel sebesar 0.361 sehingga dapat disimpulkan bahwa item yang valid sebanyak 20 item sedangkan item yang tidak valid (invalid) sebanyak 10 soal yaitu 5, 7, 9, 10, 15, 16, 19, 22, 24, dan 25. Perhitungan selengkapnya mengenai validitas instrumen tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran D.

b) Uji Reliabilitas

Instrumen tes yang baik, disamping harus valid, juga harus realibel (dapat dipercaya) artinya mempunyai nilai ketepatan yang mana bila diteskan pada kelompok yang sama dalam waktu yang berbeda akan menghasilkan nilai yang sama pula. Reliabilitas menunjukkan pada ketetapan (konsistensi) dari nilai yang diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama atau pun ekuivalen (Arikunto, 2005: 171).


(32)

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metoda

Kuder Richadson-21 atau KR-21 dengan rumus sebagai berikut:

= 1 − . (Riduwan, 2008: 109).

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas internal seluruh item k : banyaknya item

s : standar deviasi x : mean atau rata-rata

Langkah-langkah pengujian dengan metode KR-21, yaitu: a. Membuat tabel analisis bulir soal

b. Menentukan rata-rata (mean) dan simpangan baku (SD)

c. Substitusikan kedalam rumus KR-21, kemudian menyimpulkan, nilai r11 (koefisien realibilitas) tersebut dikonsultasikan pada klasifikasi Guilford (dalam Suherman, 2003: 156), yaitu;

0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi 0,70 ≤ r11 < 0,90 derajat reliabilitas tinggi 0,40 ≤ r11 < 0,70 derajat reliabilitas sedang 0,20 ≤ r11 < 0,40 derajat reliabilitas rendah

r11 < 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode KR-21 diperoleh r11 sebesar 0,813 sehingga instrumen tes dinyatakan reliabel dengan kategori tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.


(33)

c) Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar tidaknya suatu soal (Arikunto, 2006: 207). Perhitungan tingkat kesukaran soal tingkat kesukaran soal (difficuly indeks) adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Langkah-langkah menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif (dalam Arifin, 2010 : 266) yaitu:

1. Menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai skor terendah

2. Mengambil 27% lembar jawaban dari atas selanjutnya disebut kelompok atas (higher group) dan 27% lembar jawaban dari bawah yang selanjutnya disebut kelompok bawah (lower group) yang selanjutnya disebut kelompok bawah. Sisa sebanyak 46% disisihkan. 3. Membuat tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah) dari

setiap peserta didik, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah. Jika jawaban peserta didik benar, di beri nilai 1, sebaliknya jika jawaban peserta didik salah, diberi nilai 0.

4. Menghitung indeks kesukaran soal dengan menggunakan rymys berikut ini:


(34)

% 100 ) ( X nH nL WH WL TK + + =

(Arifin, 2010: 266) Keterangan :

TK = Tingkat kesukaran

WL = Jumlah siswa yang menjawab soal dari kelompok bawah WH = Jumlah siswa yang menjawab soal dari kelompok atas nL = Jumlah kelompok bawah

nH = Jumlah kelompok atas

Arifin, Z (2010: 270) menyebutkan kriteria penafsiran indeks kesukaran sebagai berikut:

0,00 ≤ TK < 0,270 soal mudah 0,28 ≤ TK < 0,72 soal sedang 0,73 ≤ P ≤ 0,100 soal sukar

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan uji coba indeks kesukaran tes hasil belajar sebanyak 30 item soal terdiri dari 12 soal kategori sukar, 18 item soal dengan kategori sedang dan 0 item soal dengan kategori mudah. Data selengkapnya mengenai hasil perhitungan indeks kesukaran instrumen tes dilihat pada lampiran D.

d) Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu item soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan criteria tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu item soal, semakin mampu item soal tersebut


(35)

membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi.

Kelley (1939), Crocker&Algina (1986) dalam Surapranata (2006: 24) bahwa yang paling stabil dan sensitif dalam menentukan daya pembeda serta aturan yang paling banyak digunakan adalah mengurutkan data nilai tertinggi sampai terendah kemudian menentukan 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah dari seluruh jumlah peserta uji instrumen tes. Jika jumlah siswa pada kelompok uji coba sebanyak 30 siswa maka kelompok atas terdiri dari 9 siswa dengan nilai tertinggi dan 9 siswa dengan nilai terendah.

Sebelum menentukan daya pembeda soal, terlebih dahulu dilakukan perhitungan proporsi jawaban benar untuk kelompok atas dan kelompok bawah dengan menggunakan rumus :

Pb Pa Jb

Bb Ja

Ba

DP = − = −

(Arifin, 2010: 273) Keterangan

D = daya pembeda J = Jumlah peserta

Ja = Banyaknya peserta kelompok atas Jb = banyaknya peserta kelompok bawah

Ba = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar Bb = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar Pa = proporsi kelas atas yang menjawab benar


(36)

Arikunto, S (2005: 218) menginterpretasi daya pembeda denga criteria berikut ini

0,00 ≤ DP < 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali

Data selengkapnya mengenai hasil perhitungan daya pembeda dilihat pada lampiran D. Berdasarkan analisis item soal terhadap hasil uji coba instrumen tes hasil belajar pada pokok bahasan permasalahan sosial yang dilaksanakan di kelas V SDN Sakerta Barat Kec. Darma Kab. Kuningan diperoleh rekapitulasi sebagai berikut:

No Interpretasi

Validitas Reliabilitas Daya Pembeda

Indeks

Kesukaran Keterangan 1. Cukup

Tinggi

Sangat Baik Sukar Dipakai

2. Tinggi Sangat Baik Sedang Dipakai

3. Cukup Baik Sukar Dipakai

4. Cukup Sangat Baik Sedang Dipakai

5. Rendah Cukup Sukar Tidak Dipakai

6. Tinggi Sangat Baik Sedang Dipakai

7. Rendah Buruk Sedang Tidak Dipakai

8. Rendah Cukup Sedang Dipakai

9. Rendah Baik Sedang Tidak Dipakai

10. Rendah Sangat Baik Sedang Tidak Dipakai

11. Cukup Sangat Baik Sedang Dipakai

12. Cukup Sangat Baik Sedang Dipakai

13. Tinggi Buruk Sedang Dipakai

14. Tinggi Baik Sedang Dipakai

15. Rendah Sangat Baik Sedang Tidak Dipakai

16. Rendah Buruk Sedang Tidak Dipakai


(37)

18. Tinggi Sangat Baik Sukar Dipakai

19. Rendah Sangat Baik Sukar Tidak Dipakai

20. Cukup Baik Sukar Dipakai

21. Cukup Sangat Baik Sedang Dipakai

22. Rendah Buruk Sukar Tidak Dipakai

23. Cukup Cukup Sedang Dipakai

24. Rendah Sangat Baik Sukar Tidak Dipakai

25. Rendah Cukup Sukar Tidak Dipakai

26. Tinggi Sangat Baik Sukar Dipakai

27. Cukup Cukup Sedang Dipakai

28. Cukup Sangat Baik Sukar Dipakai

29. Cukup Baik Sukar Dipakai

30. Cukup Baik Sukar Dipakai

Setelah instrumen diuji cobakan dan diketahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembedanya, kemudian diambil soal-soal yang valid sebagai instrumen penelitian. Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan diperoleh 20 soal yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 6, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 20, 21, 23, 26, 27, 28, 29, dan 30 dipakai sebagai instrumen penelitian karena valid. Sedangkan soal nomor 5, 7, 9, 10, 15, 16, 19, 22, 24, dan 25, tidak dipakai karena tidak valid dan memiliki daya pembeda yang jelek dan sangat jelek. Data selengkapnya mengenai rekapitulasi instrumen tes dapat dilihat pada lampiran D.

G. Teknik Analisis Data

Uji analisis data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi software Minitab. Minitab adalah salah satu software popular yang banyak digunakan oleh user untuk mengolah data-data statistika (Pramesti, 2009: 1). Kemudahan dalam mengoperasikan Minitab versi 14 menjadi salah satu


(38)

alasan bagi peneliti untuk menggunakan software tersebut. Uji signifikansi yang digunakan berdasarkan besarnya nilai kemungkinan yang dihasilkan (probability value atau lebih dikenal dengan P-Value). P-Value yang dihasilkan dibandingkan dengan besarnya taraf signifikansi (α) yang digunakan.

a) Uji Prasyarat Analisis Data

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa data rasio sehingga uji statistic yang digunakan adalah statistic parametric. Penggunaan statistic parametric memerlukan banyak asumsi, diantarnya data harus berdistribusi normal dan bersifat homogen (Sugiyono, 2010: 150). Data yang akan diuji meliputi: data pretes dan postes, respon siswa terhadap pembelajaran think pair share, serta hasil observasi keterampilan sosial siswa.

1. Uji Normalitas Distribusi

Data hasil penelitian yang dikumpulkan sebelum diolah lebih lanjut kepada pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Muhidin, S. A. dan Maman A. (2007: 73) menjelaskan bahwa pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Data yang diuji meliputi: data pretes, postes, hasil belajar, hasil respon siswa, dan skor hasil observasi keterampilan sosial siswa.

Menguji normalitas data skor tes hasil belajar dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov Z. Nilai signifikansi


(39)

yang dihasilkan berupa P-Value, jika P-Value > α (0,05) maka Ho diterima. Selain dilihat dari besarnya P-Value dilihat juga berdasarkan

plot probabilitas normal (Rath& Strong, 2009: 23). Plot probabilitas normal bermanfaat untuk mengidentifikasi tingkat kesesuaian data

yang kita olah dengan distribusi normal yang digunakan. Semakin dekat titik-titik yang digambar dengan garis etngah semakin baik kesesuaian data sehingga dapat dikatakan data berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Varians

Persyaratan uji parametrik yang kedua adalah homogenitas data. Uji homogenitas mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen. Uji pada tahap ini menggunakan uji F dirumuskan sebagai berikut:

F = (Sugiyono, 2010: 197)

Dengan : S12 = Varians terbesar

S22 = Varians terkecil

Jika harga Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka kedua kelompok data tersebut adalah homogen. Jika Fhitung < Ftabel, maka variansnya homogen.

3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Rumus yang digunakan untuk menguji kesamaan dua rata-rata pada kedua sampel adalah t-test. Rumus ini digunakan karena kedua sampel berdistribusi normal dan variansnya homogen.


(40)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung adalah 0,104 dan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk = n1+ n2 – 2 = 30 + 27 – 2 = 55) diperoleh ttabel adalah 2,004 (uji dua pihak dan dengan interpolasi), sehingga 0,104 < 2,004. Karena thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan, antara kemampuan awal kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

b) Uji Analisis Data

Berdasarkan paradigma penelitian yang dikemukakan di bab III, untuk menguji perbedaan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok control (O1:O3). Sedangkan perbedaan antara kemampuan akhir siswa antara kedua kelas tersebut (O2:O4). Teknik statistik yang digunakan adalah t-test. Jika O3 lebih besar dari O1 maka variabel penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share berpengaruh positif, dan bila O2 lebih kecil dari O4 maka berpengaruh negatif. Sehingga dari selisih keduanya dapat diketahui ada tidaknya peningkatan hasil belajarnya.

Jika asumsi homogenitas sudah terpenuhi maka langkah selanjutnya adalah analisis t-test dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika jumlah anggota sampel kelas eksperimen (n1) sama dengan

jumlah sampel kelas control (n1) atau (n1 = n2) dan variannya homogen, maka dapat digunkana rumus t-test separated varian atau


(41)

T-test separated varian dirumuskan sebagai berikut: t = "̅ "̅

#$ % &%$

(Sugiyono, 2010: 197)

Keterangan:

̅ : rata-rata sampel ke – 1

̅' : rata-rata sampel ke – 2

n : jumlah sampel ke – 1

n' : jumlah sampel ke – 2

s' ∶ varians sampel ke − 1

s'' ∶ varians sampel ke − 2

Sedangkan T-test pooled varian drumuskan sebagai berikut:

t = "̅ "̅

#% 5 6 7 % 5 6% 7% 5 89% $ :89%$ :

(Sugiyono, 2010: 197)

Keterangan:

̅ : rata-rata sampel ke – 1

̅' : rata-rata sampel ke – 2

n : jumlah sampel ke – 1

n' : jumlah sampel ke – 2

s' ∶ varians sampel ke − 1

s'' ∶ varians sampel ke − 2

s : standar deviasi sampel ke − 1 s' : standar deviasi sampel ke − 2


(42)

b. Phophan (1973) sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2010: 197) Jika jumlah anggota sampel kelas eksperimen (n1) sama dengan jumlah sampel kelas control (n1) atau (n1 = n2) tetapi variannya tidak homogen, maka dapat digunkana rumus t-test separated varian.atau

pooled varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = (n1-1) atau (n2 – 1).

c. Jika jumlah anggota sampel kelas eksperimen (n1) tidak sama dengan jumlah sampel kelas control (n1) atau (n1 ≠ n2) dan variannya homogen, maka dapat digunkana rumus t-test pooled varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan derajat kebebasan (dk) = n1+ n2 – 2. d. Jika jumlah anggota sampel kelas eksperimen (n1) tidak sama dengan

jumlah sampel kelas control (n1) atau (n1 ≠ n2) dan variannya tidak homogen, maka rumus yang digunakan adalah t-test separated

varian. Harga t sebagai pengganti t tabel dihitung dari selisih harga t

tabel dengan dk (n1 – 1) dan dk (n2 – 1) kemudian dibagi dua, stelah itu ditambahkan dengan harga t yang terkecil.

e. Jika sampel berkorelasi atau berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah treatment (diberi perlaakuan), atau membandingkan kelompok control dengan kelompok eksperimen, maka digunakana t-test sample related (berpasangan) dengan rumus sebagai berikut:

t = "̅ "̅

#6 % &6% '>89% $ :89%$ :


(43)

Keterangan:

̅ : rata-rata sampel ke – 1

̅' : rata-rata sampel ke – 2

n : jumlah sampel ke – 1

n' : jumlah sampel ke – 2

s' ∶ varians sampel ke − 1

s'' ∶ varians sampel ke − 2

s : standar deviasi sampel 1 s' : standar deviasi sampel ke − 2 r = nilai korelasi X dan X'

H. Alur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

1) Melakukan observasi dan wawancara dengan guru yang mengajar kelas IV di SDN Sakerta Barat Kec. Darma Kab. Kuningan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan tipe pembelajaran.

2) Bersama guru menyepakati penerapan pembelajaran kooperatif tipe

think pair share yang dilaksanakan oleh guru bersangkutan,

pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

3) Memperkenalkan pembelajaran kooperatif tipe think pair share dan memberikan training pada guru yang bersangkutan.


(44)

4) Mengadakan pretes kepada kelompok eksperimen dan kontrol untuk mengetahui tes awal dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair

share di SDN Sakerta Barat Kec. Darma Kab. Kuningan.

5) Menerapkan pembelajaran kooperatif tipe think pair share kepada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional kepada kelas kontrol. 6) Memberikan postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

7) Melakukan analisis data kuantitatif dengan menggunakan t-testerhadap rerata skor pretes dan rerata skor post test

Langkah-langkah penelitian tersebut digambarkan melalui diagram alur di bawah ini:

1. Identifikasi masalah pada pembelajaran IPS

Penentuan Subyek

Pretes Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen

Pemb.konvensional Postes

Pembelajaran tipe TPS

Observasi & respon keterlaksanaan Pembelajaran

Pengolahan dan analisis data hasil penelitian

Kesimpulan dan rekomendasi


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Think pair share atau berpikir-berpasangan-berbagi merupakan salah satu

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi baik siswa dengan siswa atau pun siswa dengan guru dengan cara pengelompokkan siswa secara berpasangan dalam menyelesaikan permasalahan. Pembelajaran tersebut peneliti terapkan pada mata pelajaran IPS pokok bahasan permasalahan social di lingkungan sekitar. Dari penerapan pembelajaran tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata – rata g (n-gain) kelas eksperimen = 0,553 (sedang) dan g (n-gain) hasil belajar kelas kontrol = 0,263 (rendah) sehingga nilai g (n-gain) hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai kelas kontrol. Untuk menguji perbedaan di anatara kedua sampel yaitu menggunakan test. Berdasarkan hasil perhitungan

t-test diperoleh thitung = 21,642 dan ttabel (α = 5% dan dk = 55) diperoleh ttabel = 2,004. Karena thitung ≥ ttabel, atau 21,642 > 2,004, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif think pair share efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS.


(46)

2. Penerapan pembelajaran kooperatif think pair share diketahui dari skor pretes dan postes kelas eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung = -11,2 dan pada α = 5% dan dk = 55 diperoleh ttabel = 2,004 (uji pihak kanan). Karena thitung ≤ ttabel, atau -11,2 < 2,004, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah pemberian perlakuan. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share. 3. Untuk mengetahui manakah diantara keterampilan sosial siswa dan hasil

belajar yang lebih dominan adalah dengan menggunakan t-test. Hasil perhitungan diperoleh thitung = -1,06 (uji pihak kanan) dan pada α = 5% dan dk = 58 diperoleh ttabel = 2,048. Karena thitung < ttabel, atau -1,06 < 2,048. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan sosial lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan hasil belajarnya. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS pada pokok bahasan permasalahan sosial di lingkungan sekitar, dengan diterapkkannya pembelajaran kooperatif

think pair share dapat meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar

siswa kelas IV SDN Sakerta Barat Kec. Darma Kab. Kuningan tahun ajaran 2010 – 2011 pada mata pelajaran IPS pokok bahasan Permasalahan social di lingkungan sekitar.


(47)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, berikut ini peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi yang sekiranya bermanfaat bagi guru dan siswa, serta para peneliti lain sebagai diantaranya:

a) Bagi Guru

1. Guru dalam pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran think

pair share hendaknya memperhatikan efektivitas dan efisiensi waktu

agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Pembelajaran hendaknya memanfaatkan media atau alat peraga yang lebih variatif sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga pembelajaran dapat lebih menarik perhatian siswa.

3. Penerapan pembelajaran think pair share belum bersifat final. Oleh karena itu, peneliti harapkan penelitian ini dapat dilajutkan demi perluasan generalisasi dengan mengambil subyek yang berbeda, materi yang berbeda dan ruang lingkup yang lebih luas, serta waktu penelitian yang relatif lebih lama.

b) Bagi Peneliti lain

Penelitian ini belum bersifat final, sehingga hasil penelitian ini diharapkan menjadi wawasan dan motivasi bagi inovasi proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Akdon. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Hamalik. O. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

__________, (2006). Lesson Study, Suatu Strategi Untuk Meningkatkan

Keprofesionalan Pendidik ( Pengalaman IMSTEP JICA ). Bandung: UPI

Press.

Hasan, S.H. (1996). Pendidikan ilmu Sosial. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Ibrahim, M. et al. (2007). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Press.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning; Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Januar.M.(2010). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dalam Mengembangkan


(49)

Lie, A. (2007). Cooperative Learning; Mempraktikan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Meltzer, D.E.(2002) “ the Ralationship between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gain in Physics: Hidden variable in diagnostic

pretest Scores. American Journal of physics. 70,(12),1259-1267.

Muhidin, S. A dan Maman A. (2007). Analisi Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam

Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004.Bandung: Remaja Rosdakarya

Muslich, M. (2008). KTSP: Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurikhsan, A.J dan Agustin, M (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan

Remaja. Bandung: Refika Aditama.

Pramesti, G.(2009). Buku Pintar MINITAB 15. Jakarta: Gramedia

Ramdhani, N. (1994). Pelatihan Keterampilan social. Tersedia : http:// www.

pdf.search-engine.com/keterampilan -sosial- (diunduh 20 Juni 2011)

Rath&Strong. (2009). Six Sigma: Cara Menggunakan Rancangan Eksperimen,

Analisis Varian, Analisis Regresi dan 25 Alat Canggih Lainnya.

Yogyakarta: Andi Publisher.

Riduwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W.(2006). Model Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prena Media Grup.

Santyasa, I.W. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif. Disajikan dalam Pelatihan Tindakan Kelas bagi Guru-guru SMP dan SMA, 29 Juni s.d. 1 Juli 2007, di Nuansa Penida


(50)

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Lab. PKn UPI: Bandung

Slavin, R.E. (1997). Educational Psychology Theory, Research, and Practice,

Fifth Edition. Massachusetts: Allyn and bacon Publishers.

__________.(2005). Cooperatif Learning; Teori,Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Solihatin, E.dan Raharjo. (2007). Cooperatif Learning; Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sthal, R.J. (1994). Cooperative Learning in social Studies : Handbook For Teachers. USA. : Kane Publishing Service. Inc.

Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono, (2003). Statistik untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

_________.(2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung;Alfabeta.

Supriatna, N. (2001). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia.

Surapranata, S. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas,dan Interpretasi Hasil

Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosda.

Suprijono, A. (2009). Coopetarive Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syah, M. (2005). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.


(51)

Trianto. (2010). Mendesain Tipe Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, Bandung: Pustaka Setia.

Widyaningsih, dan Wahyu dkk. (2008). Cooperative Learning sebagai Model

Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. Semarang: UNNES.

Wena, M. (2008). Model pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan

Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.


(1)

2. Penerapan pembelajaran kooperatif think pair share diketahui dari skor pretes dan postes kelas eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung = -11,2 dan pada α = 5% dan dk = 55 diperoleh ttabel = 2,004 (uji pihak kanan). Karena thitung ≤ ttabel, atau -11,2 < 2,004, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah pemberian perlakuan. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share. 3. Untuk mengetahui manakah diantara keterampilan sosial siswa dan hasil

belajar yang lebih dominan adalah dengan menggunakan t-test. Hasil perhitungan diperoleh thitung = -1,06 (uji pihak kanan) dan pada α = 5% dan dk = 58 diperoleh ttabel = 2,048. Karena thitung < ttabel, atau -1,06 < 2,048. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan sosial lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan hasil belajarnya. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS pada pokok bahasan permasalahan sosial di lingkungan sekitar, dengan diterapkkannya pembelajaran kooperatif think pair share dapat meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sakerta Barat Kec. Darma Kab. Kuningan tahun ajaran 2010 – 2011 pada mata pelajaran IPS pokok bahasan Permasalahan social di lingkungan sekitar.


(2)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, berikut ini peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi yang sekiranya bermanfaat bagi guru dan siswa, serta para peneliti lain sebagai diantaranya:

a) Bagi Guru

1. Guru dalam pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran think pair share hendaknya memperhatikan efektivitas dan efisiensi waktu agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Pembelajaran hendaknya memanfaatkan media atau alat peraga yang lebih variatif sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga pembelajaran dapat lebih menarik perhatian siswa.

3. Penerapan pembelajaran think pair share belum bersifat final. Oleh karena itu, peneliti harapkan penelitian ini dapat dilajutkan demi perluasan generalisasi dengan mengambil subyek yang berbeda, materi yang berbeda dan ruang lingkup yang lebih luas, serta waktu penelitian yang relatif lebih lama.

b) Bagi Peneliti lain

Penelitian ini belum bersifat final, sehingga hasil penelitian ini diharapkan menjadi wawasan dan motivasi bagi inovasi proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Akdon. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Hamalik. O. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

__________, (2006). Lesson Study, Suatu Strategi Untuk Meningkatkan

Keprofesionalan Pendidik ( Pengalaman IMSTEP JICA ). Bandung: UPI Press.

Hasan, S.H. (1996). Pendidikan ilmu Sosial. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Ibrahim, M. et al. (2007). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Press.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning; Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Januar.M.(2010). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dalam Mengembangkan Berfikir Kritis Siswa. Tesis: Tidak diterbitkan.


(4)

Lie, A. (2007). Cooperative Learning; Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Meltzer, D.E.(2002) “ the Ralationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: Hidden variable in diagnostic pretest Scores. American Journal of physics. 70,(12),1259-1267.

Muhidin, S. A dan Maman A. (2007). Analisi Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004.Bandung: Remaja Rosdakarya

Muslich, M. (2008). KTSP: Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurikhsan, A.J dan Agustin, M (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Refika Aditama.

Pramesti, G.(2009). Buku Pintar MINITAB 15. Jakarta: Gramedia

Ramdhani, N. (1994). Pelatihan Keterampilan social. Tersedia : http:// www. pdf.search-engine.com/keterampilan -sosial- (diunduh 20 Juni 2011)

Rath&Strong. (2009). Six Sigma: Cara Menggunakan Rancangan Eksperimen, Analisis Varian, Analisis Regresi dan 25 Alat Canggih Lainnya.

Yogyakarta: Andi Publisher.

Riduwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W.(2006). Model Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prena Media Grup.

Santyasa, I.W. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif. Disajikan dalam Pelatihan Tindakan Kelas bagi Guru-guru SMP dan SMA, 29 Juni s.d. 1 Juli 2007, di Nuansa Penida


(5)

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Lab. PKn UPI: Bandung

Slavin, R.E. (1997). Educational Psychology Theory, Research, and Practice, Fifth Edition. Massachusetts: Allyn and bacon Publishers.

__________.(2005). Cooperatif Learning; Teori,Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Solihatin, E.dan Raharjo. (2007). Cooperatif Learning; Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sthal, R.J. (1994). Cooperative Learning in social Studies : Handbook For Teachers. USA. : Kane Publishing Service. Inc.

Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono, (2003). Statistik untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

_________.(2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung;Alfabeta.

Supriatna, N. (2001). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia.

Surapranata, S. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas,dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosda.

Suprijono, A. (2009). Coopetarive Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syah, M. (2005). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.


(6)

Trianto. (2010). Mendesain Tipe Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, Bandung: Pustaka Setia.

Widyaningsih, dan Wahyu dkk. (2008). Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. Semarang: UNNES.

Wena, M. (2008). Model pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

http://f4jar.multiply.com/journal/item/191/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_Me-nengah_Akhir ( di unduh tanggal 09/03/11)


Dokumen yang terkait

Pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah : kuasi eksperimen di smp pgri 2 ciputat

0 11 202

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Peningkatan hasil belajar PKn melalui pendekatan Think-Pair-Share

0 9 153

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

Perbedaan hasil belajar biologi siswa menggunakan model Rotating Trio Exchange (RTE) dengan Think Pair Share (TPS) pada konsep virus

1 7 181

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE DAN TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS.

0 1 61

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE BERBANTUAN VIDEO PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SDN 1 GETASSRABI

0 0 22

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil belajar IPA Kelas IV SDN 037 Tarai Bangun Kecamatan Tambang

0 0 12