Dinamika konsep diri pada perempuan dewasa yang pernah menjadi korban Child Abuse (studi fenomenologi)

(1)

i

DINAMIKA KONSEP DIRI PADA PEREMPUAN DEWASA YANG PERNAH MENJADI KORBAN CHILD ABUSE

(Studi Fenomenologi) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Gayu Wibiyanti NIM: 121114037

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“Karena Bagiku HIDUP adalah KRISTUS dan MATI adalah KEUNTUNGAN. Segala Pujian, Hormat, dan Kemuliaan hanya bagi Tuhan!”

“arti hidup adalah hidup yang berarti” (Fire Generation)

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku”

(Filipi 4:13)

Love God Love People (Kingdom Family)

“Indonesia yang baru, pendidikan yang baru, pemerintahan yang baru, pintu sosial kemanusiaan yang baru, membangun bangsa yang baru, dimanapun tempat

dan posisi kita! dimulai dari satu kata “AKU yang baru” semuanya selalu dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu” INDONESIA BUTUH KITA!

“Pray. Power, Testimony” (Campus Awakening)


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan bagi:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu ada buat saya, Father, Sahabat, Kekasih Hati, Juru Selamat, dan Guru terbaik dalam hidup saya.

pahlawan-pahlawan dalam hidupku, Bangun Harsono dan Siti Lestari

yang selalu mendukung, berdoa, dan memberikan insipirasi bagi saya.

keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling USD yang telah mengajarkan banyak nilai-nilai kehidupan dan memfasilitasi saya untuk

memperoleh ilmu

yang terkasih keluarga-keluarga rohani saya, mentor atau ibu rohani saya, anak-anak rohani, keluarga besar fire generation Yogyakarta dan campus awakening yang selalu mendukung saya, memberikan motivasi, inspirasi, menengur, dan

mengingatkan saya,

semua teman dekat, sahabat, adik-adik, yang mendukung saya sampai hari ini

yang teristimewa seluruh korban child abuse dimanapun kalian berada, kalian adalah orang-orang yang istimewa. Dilahirkan dengan pengalaman yang

istimewa, untuk menjadi pribadi yang istimewa.


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

DINAMIKA KONSEP DIRI PADA PEREMPUAN DEWASA YANG PERNAH MENJADI KORBAN CHILD ABUSE

(Studi Fenomenologi) Gayu Wibiyanti Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika konsep diri pada perempuan dewasa yang pernah menjadi korban child abuse. Hal itu akan diperoleh ketika diketahui bentuk tindakan child abuse yang subjek alami, pemaknaan subjek terhadap peristiwa itu setelah subjek mengalami, konsep diri subjek setelah mengalami peristiwa child abuse, pemaknaan subjek terhadap peristiwa child abuse ketika dewasa, konsep diri subjek ketika dewasa, dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yang dimiliki ketika dewasa.

Jenis penelitian ini menurut sifat dan tujuannya adalah kualitatif deskriptif. Menurut sifat masalahnya, penelitian ini berjenis penelitian fenomenologi. Subjek penelitian ini adalah perempuan dewasa yang pernah menjadi korban child abuse. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi, memberikan alat ungkap masalah berupa personal life line, dan wawancara. Dengan personal life line sebagai metode pengumpulan data utama dalam penelitian ini.

Peneliti membagi konsep diri subjek menjadi 2 bagian, konsep diri setelah mengalami child abuse (sampai usia 17 tahun, sesuai usia anak berdasarkan undang-undang) dan setelah subjek dewasa (usia 17 tahun keatas). Dari hasil konsep diri subjek diketahui bahwa terdapat dinamika konsep diri pada kedua subjek setelah mengalami peristiwa child abuse sampai subjek dewasa. Hal itu dapat dilihat dari kedua subjek setelah mengalami peristiwa child abuse memiliki konsep diri yang negatif, konsep diri negatif didapati dari pemaknaan subjek terhadap diri subjek, penilaian subjek terhadap diri subjek negatif, dan dampak yang muncul akibat peristiwa child abuse. Hal yang berbeda terjadi pada diri kedua subjek pada saat dewasa. Pada saat dewasa kedua subjek memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri positif itu dimiliki subjek karena pemaknaan kedua subjek kepada diri subjek dengan peristiwa child abuse yang pernah dialami subjek menjadi positif, penilaian subjek terhadap diri subjek setelah dewasa menjadi positif. Faktor yang mempengaruhi perubahan konsep diri kedua subjek adalah usia subjek yang bertambah, orang yang terdekat dengan subjek, dan persepsi subjek terhadap diri subjek yang berubah karena pengalaman pribadi yang subjek alami. Dengan faktor orang terdekat sebagai fakor utama yang mempengaruhi perubahan konsep diri pada kedua subjek.

Kata Kunci : konsep diri, perempuan dewasa, korban child abuse, dinamika konsep diri.


(9)

ix ABSTRACT

THE DYNAMICS OF SELF-CONCEPT

ON ADULT WOMEN WHO HAD BEEN A CHILD ABUSE VICTIM (A Phenomenology Study)

Gayu Wibiyanti Sanata Dharma University

2016

This study aims to recognize the dynamics of self-concept of an adult woman who had been a child abuse victim. It was obtained from the type of abuse that the subjects received, how the subject creates meaning from the experience she had just received, the subject’s self-concept after the incident, the subjects’ creation of meaning from the experience after they become adult, the subjects’ self-concept as adults, and the factors that influence the self-concept as adults.

According to its nature and purpose, this study is a descriptive qualitative research. According to the nature of the problem, this study is a phenomenology research. The subjects of this study were adult women who had been victims of child abuse. The data gathering instruments in this study were observation, personal life line to reveal problems, and interviews. In this study, the researcher used personal life line as the main data gathering method.

The researcher divided the self-concept of the subject into two parts, the self-concept after experiencing child abuse (up to 17 years old, the age-appropriate under the law) and after the subjects become adults (age 17 years and more). From the result of the subjects’ self-concept, it was recognized that there were dynamics of self-concept in both subjects immediately after the abuse up to the time when the subjects become adults.

Both subjects develop negative self-concepts immediately after experiencing child abuse. The negative self-concept was known from the way they create meaning from their experiences. The subjects’ self-assessment was negative, and the ensuing effect that appeared after child abuse was negative. The different things happened to the two subjects in adulthood. In the adulthood, the two subjects have a positive self-concept. The positive self-concept was owned because they create positive meanings from their experiences, and the subjects’ self-assessment as adults was positive. The factors that influenced the change of the subjects’ self-concept were the development of age, the subjects’ closest persons, and the subjects’ changed self-perception because of personal experience that the subjects had. In this study, the closest person to the subjects was selected as the main factor which influenced the change of the subjects’ self-concept. Keywords: Self-concepts, adult women, child abuse victim, dynamics of self-concept.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu ada untuk menuntun, menolong, memberikan kekuatan, sukacita, dan damai sejahtera, sehingga penulisan tugas akhir dengan judul “DINAMIKA KONSEP DIRI PADA

PEREMPUAN DEWASA YANG PERNAH MENJADI KORBAN CHILD

ABUSE (Studi Fenomenologi)” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Santa Dharma.

Selama penulisan tugas akhir ini, banyak pihak yang terlibat dalam memberikan bimbingan, dukungan, motivasi, dan pendampingan pada setiap proses yang terjadi. Oleh karenanya disampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph, D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Dr. Gendon Barus, M, Si., selaku kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Drs. R. Budi Sarwono, M.A,. selaku dosen pembimbing yang telah sabar, memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali dengan berbagai ilmu pengetahuan serta nilai-nilai hidup yang sangat berguna.


(11)

xi

5. Orang tua tercinta Bangun Harsono dan Siti Lestari, adik tercinta Berlin Dwi Permana. Kakek dan nenek tersayang. Serta keluarga besar, atas dukungan doa, motivasi, semangat, perhatian, dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Tidak lupa juga atas dukungan keungan yang diberikan guna menyelesaikan perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

6. Keluarga didalam Tuhan, Mentor sekaligus ibu rohani saya (Elisabeth Winda Alfanisa), anak-anak rohani (Mercy, Adriyana, Ratih, Hana, dan lain-lain), Keluarga besar Fire Generation Yogyakarta (Novi, Herlin, Dinar, Dimiar, Odit, Feby, Elami, Kezia Gita, Ruth, Rizky, Daniel, Meida, Yoshua, Dyah, dan lain-lain). Keluarga PMK Eben-Haezer (Anas, Maisie, Nana, Viren, Iren, Kalingga, Dicky, dan lain-lain) atas doanya, pemberian semangat, motivasi, perhatian, dan dukungan yang diberikan selama ini.

7. Sahabat saya Daryani Ragil, atas dukungan doa, semangat, dan perhatian yang diberikan.

8. Para korban child abuse atas dukungan, banyak pembelajaran yang bisa diambil, motivasi, dan menginsiprasi saya selama ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan memberikan dukungan berupa perhatian, motivasi, samangat, dan lain-lain dalam penulisan skripsi ini.

Diharapkan banyak pihak yang memberikan kritik dan saran yang membangun guna pembenahan, penajaman, dan perkembangan penelitian


(12)

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vi

PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… vii

ABSTRAK .……… viii

ABSTRACT ……….. ix

KATA PENGANTAR ………... x

DAFTAR ISI ………. xiii

DAFTAR TABEL ………. xvi

DAFTAR GAMBAR ……… xvii

DAFTAR BAGAN ……… xviii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xix

BAB 1 PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Identifikasi Masalah ………... 3

C. Pembatasan Masalah ……….. 5

D. Pertanyaan Penelitian ……… 5

E. Tujuan Penelitian ………... 6

F. Manfaat Penelitian ………. 7


(14)

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 11

A. Hakikat Konsep Diri ……….. 11

1. Pengertian Konsep Diri ……… 11

2. Macam-Macam Konsep Diri ……… 13

3. Aspek-Aspek Konsep Diri ……….. 14

4. Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Konsep Diri ……….. 15

5. Dinamika Konsep Diri ………. 17

B. Hakikat Perempuan Dewasa ……… 17

C. Hakikat Child Abuse ………... 20

1. Pengertian Child Abuse ……….. 20

2. Kategori Child Abuse ……….. 21

3. Gejala-gejala Child Abuse ………. 22

D. Kajian Penelitian yang Relevan ……… 23

E. Kerangka Berpikir ……… 27

BAB III METODE PENELITIAN ……… 30

A. Jenis Penelitian ………. 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 31

C. Subjek dan Objek Penelitian ……… 31

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……….. 31

E. Keabsahan Data ……… 38

F. Teknik Analisis Data ……… 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ………. 43

A. Deskripsi Data ……… 43


(15)

xv

2. Deskripsi Umum Subjek Penelitian ……… 46

3. Deskripsi Data Personal Life Line ……….. 48

4. Deskripsi Data Wawancara ………. 65

5. Deskripsi Data Observasi ……… 102

B. PEMBAHASAN ……… 108

1. Subjek MV ……….. 109

2. Subjek HL ………... 133

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……….. 151

A. Simpulan ……… 151

1. Bentuk Peristiwa Child Abuse ……… 151

2. Pemaknaan Subjek terhadap Peristiwa Child Abuse setelah mengalami peristiwa Child Abuse ………... 152 3. Konsep Diri Subjek setelah Mengalami Peristiwa Child Abuse .. 152

4. Pemaknaan Subjek terhadap Peristiwa Child Abuse setelah Dewasa ………. 153 5. Konsep Diri Subjek setelah Dewasa ………... 153

6. Faktor-Faktor Pembentuk Konsep Diri Subjek setelah Dewasa . 154 7. Dinamika Konsep Diri yang terdapat pada Diri Subjek setelah Dewasa ... 155 B. Implikasi ………... 156

1. Implikasi Praktis ……….. 156

2. Implikasi Teoritis ………. 157

3. Keterbatasan Penelitian ……… 157

C. Saran ………. 158

DAFTAR PUSTAKA ……… 161


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Pedoman Observasi ……….. 33

Lembar Observasi ………. 33

Personal Life Line ………... 35

Pedoman Wawancara ……… 37

Tempat dan Jadwal Penelitian ……….. 45

Deskripsi Umum Subjek Penelitian ……… 47

Rangkuman Personal Life Line MV ………. 51


(17)

xvii

DAFTAR BAGAN


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Personal life line MV ……… 49


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan Subjek ………... 163 Lampiran 2. Hasil dan Pengkodean Personal Life Line MV dan HL ….. 165 Lampiran 3. Hasil dan Pengkodean Hasil Wawancara MV dan HL …… 180 Lampiran 4. Lembar Observasi MV dan HL ……… 213


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang

Child abuse biasanya disebut juga sebagai kekerasan pada anak atau perilaku kekerasan yang terjadi pada anak-anak. Bagi masyarakat di Indonesia child abuse bukanlah hal yang asing lagi. Hal itu bahkan seringkali dianggap sebagai hal yang biasa dan wajar bagi kebanyakan orang yang menerapkan pola asuh yang keras terhadap anak. Peneliti menemukan dalam kehidupan sehari-hari ada beberapa keluarga yang mengganggap child abuse sebagai tindakan yang wajar diberikan kepada anak jika anak melakukan sebuah kesalahan.

Semakin hari kasus kekerasan pada anak-anak semakin meningkat. KPAI menyebutkan hal itu seperti fenomena gunung es, yang terlihat dipermukaan bahkan jauh lebih sedikit daripada yang tidak terlihat. Dalam artian bahkan data yang masuk dalam KPAI itu hanya sebagian kecil kasus child abuse yang terungkap, sedangkan yang lainnya tenggelam dan hanya meninggalkan cerita menyedihkan bagi korbannya.

Pada tahun 2011 sampai 2014 terjadi peningkatan yang cukup tinggi pada kasus kekerasan anak. Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, tahun 2012 terjadi 3512 kasus, tahun 2013 ada 4311 kasus, dan


(21)

2 tahun 2014 ada 5066 kasus. Sedangkan ditahun 2015 ada 6006 kasus (Maria Advianti, Wakil Ketua KPAI, 2015). Dapat dilihat bahwa peningkatan significant terjadi dari tahun 2011 sampai tahun 2015. Bahkan berdasarkan data yang diperoleh dari Trimbun News pada tahun 2016 dari bulan januari sampai april dapat disimpulkan bahwa kasus kekerasan anak semakin meningkat yaitu 15 persen dari data yang diperoleh tahun 2015 dibulan yang sama.

Sebagian besar orang yang menjadi korban child abuse adalah perempuan. Perempuan seringkali dianggap sebagai pribadi yang lebih lemah, maka dibentuklah berbagai lembaga perlindungan perempuan, salah satunya adalah Komisi Nasional Anti Kekerasan pada Perempuan (KOMNAS perempuan). Berdasarkan data yang diperoleh dari KOMNAS perempuan pada tahun 2015 terdapat 321. 752 kasus kekerasan pada perempuan, maka ada 881 kasus kekerasan pada perempuan setiap harinya. Data tersebut bisa jadi belum termasuk dengan jumlah kekerasan pada anak setiap harinya. Maka dalam penelitian ini peneliti lebih tertarik untuk melakukan penelitian kepada perempuan.

Peristiwa kekerasan yang terdapat pada anak atau child abuse tentu akan sangat berpengaruh terhadap konsep diri seseorang. Apalagi setelah orang itu memasuki masa dewasa, mengingat konsep diri seseorang menurut Tjipto Susana terbentuk sejak anak usia 15 bulan dalam bentuk pengenalan fisik dan terus berkembang semakin kompleks dan akan cenderung menetap pada masa remaja. Dapat dikatakan bahwa ketika


(22)

3 seseorang mengalami child abuse, itu merupakan salah satu hal yang akan berpengaruh dalam pembentukan konsep dirinya sampai dia dewasa. Konsep diri itu cenderung menetap pada masa remaja dan akan terus berlanjut pada masa dewasa.

Dinamika konsep diri itu terdapat dalam rentang usia seseorang, dimulai dari dia mengalami child abuse sampai dewasa, hal itu akan mempengaruhi konsep diri yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki pengalaman yang buruk sewaktu anak-anak akan berpengaruh terhadap konsep dirinya ketika dewasa. Dinamika konsep diri ialah sesuatu yang mengerakan seseorang memliki konsep diri yang sekarang dimilikinya.

Peneliti menyakini bahwa penelitian dengan judul “Dinamika Konsep Diri pada Perempuan Dewasa yang Pernah Menjadi Korban Child Abuse” dengan metode penelitian fenomenologi penting untuk dilakukan. Hal itu diperkuat dengan kasus child abuse yang semakin meningkat dan keyakinan peneliti bahwa peristiwa child abuse akan mempengaruhi konsep diri seseorang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dilaksanakannya penelitian ini, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kasus kekerasan anak atau child abuse yang masuk ke KPAI setiap tahun jumlahnya meningkat. Pada tahun 2011 sampai 2014 terjadi peningkatan yang cukup tinggi. Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, tahun 2012 terjadi 3512 kasus, tahun 2013 ada 4311 kasus,


(23)

4 dan tahun 2014 ada 5066 kasus. Sedangkan ditahun 2015 ada 6006 kasus (Maria Advianti, Wakil Ketua KPAI, 2015).

2. KOMNAS perempuan pada tahun 2015 terdapat 321. 752 kasus kekerasan pada perempuan, maka setiap hari ada 881 kasus kekerasan pada perempuan. Kasus ini diduga karena pelaku pernah mengalami kekerasan waktu anak-anak, karena kasus kekerasan itu seperti rantai korban yang mengalami kekerasan akan cenderung melakukan atau menjadi pelaku.

3. Berdasarkan data di atas batasan usia anak-anak yang masuk dalam data KPAI adalah mereka yang berada dalam batasan usia maksimal 17 tahun. Hal itu sesuai dengan definisi undang-undang yang berlaku di Indonesia. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 pasal 1 butir 1 yaitu;

“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”

Dengan demikian rentang usia anak yang mengalami child abuse sesuai dengan data diatas adalah 17 tahun.

4. KPAI mengungkapkan bahwa kasus child abuse seperti fenomena gunung es yaitu sebetulnya hanya sedikit yang terungkap dan yang lain masih banyak yang tidak terungkap.

5. Seseorang yang pernah menjadi korban child abuse akan cenderung memiliki konsep diri yang negatif ketika memasuki masa remajanya


(24)

5 dan berdampak buruk terhadap diri korban. Konsep diri yang negatif itu memiliki kemungkinan berubah pada masa dewasanya.

6. Perubahan konsep diri yang terjadi pada korban child abuse biasanya didukung oleh berbagai macam faktor, apabila konsep diri subjek dalam penelitian ini berubah maka peneliti akan melihat faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan konsep diri subjek.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan keterbatasan tenaga, waktu, tempat, dan lain-lain, agar penelitian ini dapat berjalan terarah, maka peneliti hanya akan meneliti dinamika konsep diri yang terjadi pada dewasa muda korban child abuse di sebuah Universitas Swasta di DIY. Dengan dua subjek penelitian pada rentang usia dewasa muda (usia 21 tahun).

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dilaksanakannya penelitian ini, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seperti apakah bentuk tindakan child abuse yang dialami oleh subjek? 2. Seperti apakah subjek memaknai peristiwa child abuse ketika subjek

mengalaminya?

3. Seperti apakah gambaran konsep diri subjek setelah mengalami peristiwa child abuse?

4. Seperti apakah subjek memaknai peristiwa child abuse setelah subjek dewasa?


(25)

6 5. Seperti apakah gambaran konsep diri yang dimiliki subjek pada saat

dewasa?

6. Faktor-faktor apa saja yang membentuk konsep diri subjek ketika subjek dewasa?

7. Seperti apakah dinamika yang terjadi dalam diri korban child abuse sehingga korban memiliki konsep diri yang dimilikinya pada saat dewasa ini?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bentuk tindakan child abuse yang dialami oleh subjek. 2. Mengetahui seperti apa subjek memaknai peristiwa child abuse ketika

subjek mengalaminya.

3. Mengetahui gambaran konsep diri subjek setelah mengalami peristiwa child abuse.

4. Mengetahui seperti apa subjek memaknai peristiwa child abuse setelah subjek dewasa.

5. Mengetahui gambaran konsep diri yang dimiliki subjek pada saat dewasa.

6. Mengetahui faktor-faktor yang membentuk konsep diri pada subjek pada saat dewasa.


(26)

7 7. Mengetahui dinamika konsep diri yang terjadi dalam diri korban child abuse sehingga korban memiliki konsep diri yang dimilikinya pada saat dewasa.

F. Manfaaat Penelitian

Manfaaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Seacara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk menambah wawasan dan pengetahuan tambahan terhadap penelitian serupa mengenai konsep diri pada dewasa korban child abuse yang pernah dilakukan pada tahun 2012. Selain itu, diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk dilakukan penelitian serupa khususnya tentang korban child abuse mengingat jumlah peristiwa child abuse yang semakin meningkat.

2. Manfaat Praktis a. Bagi subjek

Bagi subjek penelitian ini diharapkan dapat membuat subjek berani terbuka kepada orang lain dan dapat mengenali konsep diri yang dimilikinya pada saat dewasa. Sehingga subjek dapat mempertahankan konsep diri yang positif yang terdapat dalam dirinya.

b. Bagi peneliti

Bagi peneliti proses dan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pembelajaran untuk mengenali konsep diri pada seseorang


(27)

8 yang pernah mengalami child abuse. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai acuan apabila menemukan kasus serupa dikemudian hari.

c. Bagi korban child abuse

Bagi korban child abuse diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi untuk dapat menumbuhkan konsep diri yang positif dan dapat menjadi sumber inspirasi untuk dapat mengatasi masalah konsep diri yang dimiliki korban.

d. Bagi konselor

Bagi konselor hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu konselor memiliki gambaran tentang konsep diri yang dimiliki seseorang yang mengalami child abuse atau pernah mengalami child abuse sehingga dapat menambah wawasan jika mendapatkan konseli dengan kasus child abuse mengingat banyak terjadi peristiwa child abuse di rumah maupun di sekolah.

G. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam judul penelitian, maka peneliti menjelaskan terlebih dahulu yang dimaksud dengan “Dinamika Konsep Diri Pada Perempuan Dewasa yang Pernah Menjadi Korban Child Abuse”. Adapun penjelasan sekaligus pembatasan istilah pada masing-masing variabel adalah sebagai berikut.


(28)

9 Konsep diri merupakan cara pandang seseorang mengenai diri sendiri yang akan berpengaruh terhadap pola-pikir, cara bertindak atau berperilaku, baik itu perilaku positif atau negatif.

2. Dinamika Konsep Diri

Dinamika konsep diri merupakan sesuatu yang bergerak atau perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seseorang, terkait dengan penilaian atau gambaran seseorang tentang dirinya.

3. Perempuan Dewasa

Perempuan dewasa adalah ciptaan Tuhan yang seringkali dikenal sebagai ciptaan yang lebih lemah daripada laki-laki. Batasan usia perempuan dewasa dalam penelitian ini didefinisikan sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Indonesia yaitu 17 tahun keatas. Usia 17 tahun kebawah peneliti gunakan sebagai batas kasus child abuse. Hal itu sesuai dengan definisi anak yang ada dalam undang-undang di Indonesia.

4. Child Abuse

Child abuse merupakan peristiwa perlukaan fisik, mental, atau seksual pada anak (batas usia maksimal 17 tahun dan belum menikah) yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki usia lebih tua daripada anak (dewasa).

5. Korban Child Abuse

Korban Child abuse merupakan seseorang yang pernah mengalami perlakuan yang salah yang mengakibatkan perlukaan secara fisik,


(29)

10 mental, atau seksual, yang dilakukan oleh orang yang memiliki usia yang lebih tua dari dia.


(30)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan mengenai kajian teori, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Berikut adalah pemaparan dari bab ini.

A. Hakikat Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI; 2007) terdiri dari dua kata yaitu konsep memiliki arti gambaran, proses atau hal-hal yang digunakan oleh akal budi untuk memahami sesuatu. Sedangkan, diri berarti bagian-bagian dari individu yang terpisah dari yang lain. Jadi, konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri atau penilaian terhadap dirinya sendiri.

Konsep diri menurut Atwater (dalam Desmita; 2010) adalah keseluruhan gambaran diri yang meliputi persepsi orang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Dapat dikatakan juga konsep diri meliputi keseluruhan pandangan seseorang akan dirinya. Pandangan itu menyangkut pandangan tentang kondisi diri, perasaan yang selama ini dialami, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan diri. Nilai-nilai itu bisa didapatkan dari ajaran agama, masyarakat, adat-istiadat, dan lain-lain. Sedangkan, menurut Hurlock (dalam Sinurat; 1994) konsep diri adalah kesan (image)


(31)

12 individu mengenai karakteristik dirinya, yang mencakup karakteristik fisik, sosial, emosional, aspirasi dan achievement.

Clara R Pudjijogyanti (dalam Diah; 2010) berpendapat bahwa konsep diri merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah seseorang akan berperilaku negatif atau tidak, sebab perilaku negatif merupakan perwujudan adanya gangguan dalam usaha pencapaian harga diri. Dari pengertian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa menurut Clara konsep diri juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembentukan perilaku seseorang negatif atau tidak.

Fitts (dalam Agustiani, 2006) berpendapat bahwa konsep diri adalah hal sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Seseorang yang memiliki konsep diri yang negatif akan cenderung

memiliki kepribadian yang kurang baik (minder, mudah

menyerah/pesimis, daya juang rendah, mudah depresi, maladaptif, dan lain-lain). Sedangkan, seseorang yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki kepribadian yang baik (optimis, daya juang tinggi, mudah terbuka, dan lain-lain).

Berdasarkan pengertian-pengertian para ahli diatas dapat peneliti menyimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang seseorang tentang dirinya sendiri yang akan berpengaruh pada pola pikirnya dan caranya betindak atau berperilaku, baik itu perilaku positif atau negatif.


(32)

13 Dengan kata lain konsep diri adalah hal yang sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang.

2. Macam-Macam Konsep Diri

Macam-macam konsep diri menurut Burn (1993) yaitu: a. Konsep diri positif

Individu yang memiliki konsep diri positif memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Perasaan bahwa dirinya berharga, berkompentensi, dan percaya diri.

2) Memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang sesuai dengan pengalaman baru yang didapatkannya.

3) Tidak memiliki kekhawatiran terhadap masalalu dan masa yang akan datang.

4) Memiliki kepercayaan diri untuk menyelesaikan masalah-masalah hidup meskipun dihadapkan dengan kegagalan.

5) Dapat menerima diri dan merasa dirinya berharga seperti orang lain.

6) Sensitif terhadap kebutuhan orang lain. b. Konsep diri negatif

Karakteristik orang yang memiliki konsep diri negatif adalah sebagai berikut:


(33)

14 1) Merasa dirinya inferior (perasaan rendah diri), tidak berharga, tidak memiliki kemampuan, dan memiliki perasaan tidak aman. 2) Sangat peka terhadap kritik karena kritik dianggap sebagai

bukti lebih lanjut mengenai inferioritasnya.

3) Memiliki sikap hiperkritis digunakan untuk mempertahankan citra diri yang kurang mantap dan mengalihkan pada kekurangan-kekurangan yang dimilki oleh orang lain.

4) Setiap kegagalan yang dialaminya dianggap sebagai bagian dari rencana tersembunyi dari orang lain dan kesalahan cenderung dilimpakan pada orang lain. Dalam hal ini mereka akan sulit mengakui kelemahan dan kegagalan.

5) Sering menunjukkan respon berlebihan terhadap pujian dari orang lain.

6) Menunjukan sikap mengasingkan diri, malu-malu, dan tidak berminat terhadap persaingan.

3. Aspek-Aspek Konsep Diri

Aspek-aspek dalam konsep diri menurut Agustiani (2006) terbagi menjadi 4 yaitu:

a. Aspek fisik

Aspek fisik meliputi sejumlah konsep yang dimiliki individu mengenai penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti pentingnya tubuh, perasaan, dan gengsi dihadapan orang lain yang disebabkan oleh keadaan fisiknya.


(34)

15 b. Aspek psikologis

Aspek ini meliputi penilaian individu terhadap keadaan psikis dirinya, seperti perasaan mengenai kemampuan atau ketidak-mampuannya. Perasaan itu akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri dan harga dirinya.

c. Aspek moral

Aspek moral merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah dalam kehidupan individu atau seseorang dalam memandang nilai etika moral bagi dirinya, seperti kejujuran, tanggungjawab atas kegagalan yang dialaminya, religiusitas serta perilakunya (nilai-nilai hidup yang dijalaninya).

d. Aspek sosial

Aspek ini meliputi kemampuan individu dalam berhubungan dengan dunia diluar dirinya seperti perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosial dengan orang lain secara umum, yaitu mencakup hubungan antar individu dengan keluarga dan individu dengan lingkungan.

4. Faktor-Faktor yang Mempenggaruhi Konsep Diri

Stuart dan Sundeen (1995) menyebutkan ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-faktor-faktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan self perception (persepsi diri sendiri).


(35)

16 a. Teori perkembangan

Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir sampai mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Dalam melakukan kegiatan memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama pangilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai pada diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

b. Significant other

Significant other (orang yang terpenting atau yang terdekat) Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi. c. Self-perception (persepsi diri sendiri)

Persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaianya, serta persepsi individu terhadap pengalamanya akan situasi tertentu.


(36)

17 Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

5. Dinamika Konsep Diri

Dinamika menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) adalah sesuatu yang bergerak. Bergerak dalam konteks ini adalah dalam artian berubah-ubah atau mengalami suatu perubahan. Jadi, kata dinamika dalam penelitian ini menunjukan sesuatu yang bergerak atau berubah-ubah dalam diri seseorang.

Konsep diri seperti yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan gambaran seseorang tentang dirinya sendiri atau penilaian seseorang tentang dirinya sendiri (KBBI). Dari pengetian tersebut maka definisi dinamika konsep diri merupakan sesuatu yang bergerak atau perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri seseorang mengenai gambaran atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri.

B. Hakikat Perempuan Dewasa

Perempuan dalam bahasa sansekerta (Shofiawanis: 2013) berasal dari kata per-empu-an yang berarti per yaitu mahluk, empu berarti mulia,


(37)

18 berilmu tinggi, pembuat karya agung. Pengunaan kata perempuan biasa digunakan sebagai bentuk penghormatan tertinggi pada kaum wanita. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia kata perempuan lebih sering digunakan daripada wanita. Hal itu dikarenakan dalam artian bahasa sansekerta wanita lebih memiliki artian perempuan yang tunduk terhadap sesuatu.

Perempuan merupakan manusia yang memiliki alat reproduksi, seperti rahim, dan saluran melahirkan, mempunyai sel telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat untuk menyusui, yang semuanya secara permanen tidak berubah, dan mempunyai ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan (Nugroho: 2008). Pengertian itu lebih mengarah kepada definisi perempuan secara biologis. Sedangkan, secara kurtural menurut Nugroho perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Perempuan seringkali dianggap sebagai ciptaan yang lebih lemah dibandingkan laki-laki sehingga perempuan lebih sering menjadi korban kekerasan dalam lingkungan keluarga.

Seseorang dikatakan berada pada masa dewasa ketika dalam rentang usia 18 sampai kematian. Hal itu dikarenakan masa dewasa digolongkan menjadi 3 berdasarkan usia dan tahap perkembangannya (Hurlock, 1990: 246) yaitu:


(38)

19 Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat perubahan fisik dan psikologis terjadi yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.

2. Masa dewasa madya

Masa dewasa madya dimulai umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada semua orang.

3. Masa dewasa lanjut usia

Masa dewasa lanjut usia dimulai dari usia 60 tahun sampai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun tapi cenderung untuk berupaya berpenampilan seperti mereka masih muda

Tugas perkembangan dewasa dini menurut Hurlock (1990: 254) adalah; mengetahui harapan-harapan masyarakat terhadap dirinya, mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang pasangan hidup, belajar hidup sebagai suami atau isteri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga Negara, bergabung dalam kelompok sosial yang cocok.

Keberhasilan dalam tuga-tugas perkembangan dewasa dini sangat dipengaruhi oleh jenis dasar yang telah diletakan sebelumnya. Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembagan anak dan remaja sangat berpengaruh dalam tugas perkembangan dewasa dini.


(39)

20 Pengertian perempuan dewasa berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan diatas adalah ciptaan Tuhan memiliki seringkali dikenal sebagai cipataan yang lebih lemah daripada laki-laki. Memiliki karakteristik cantik, keibuan, lemah lembut, dan emosional yang berada pada rentang usia 10 sampai 40 tahun.

C. Hakikat Child Abuse 1. Pengertian Child Abuse

Child abuse menurut Bagong Suyanto (2010: 28) merupakan peristiwa pelukaan fisik, mental, atau seksual yang umumnya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak; yang mana semuanya itu didesikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak. Orang yang mempunyai tanggung jawab dalam kesejahteraan anak itu bisa jadi orang tua anak itu sendiri, saudara dekat, saudara kandung (kakak), guru, tetangga, bahkan orang yang tidak dikenal yang seharusnya memiliki peranan untuk melindungi anak-anak.

Child abuse menurut Siswanto (2007: 122) terdiri dari dua kata yaitu ”abuse” yang memiliki arti penyalahgunaan/salah pakai, perlakukan kejam/siksaan, makian, menyalahgunakan, memperlaku-kan dengan kejam, memaki-maki, menghianati. Sedangkan, “child” memiliki arti anak. Jadi child abuse merupakan penyalahgunaan anak. Yang dimaksud anak adalah seseorang yang berusia maksimal 17


(40)

21 tahun dan belum menikah (sesuai dengan peraturan yang ada di Indonesia).

Peneliti menyimpulkan bahwa child abuse merupakan peristiwa perlukaan atau penyalahgunaan fisik, mental, atau seksual pada anak (berusia maksimal 17 tahun dan belum menikah) yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki usia lebih daripada anak (dewasa). Pelaku child abuse bisa orang yang memiliki hubungan dekat dengan anak ataupun orang yang sebelumnya tidak mengenal anak secara dekat. 2. Kategori Child Abuse

Kategori child abuse menurut American Medical Association tahun 1999 (dalam Siswanto, 2007: 124-125) adalah sebagai berikut:

a. Phyisical abuse (perlakuan salah secara fisik) adalah ketika anak mengalami pukulan, tamparan, gigitan, pembakaran, atau kekerasan fisik lainnya. Tindakan tersebut biasanya dilakukan

kepada anak dalam waktu yang lama (secara

terus-menerus/beberapa kali). Dilakukan dengan niat menyakiti fisik anak seperti: memukul, menendang, mengigit, menyiram anak dengan air panas, mengikat anak, dan lain-lain.

b. Sexual abuse (perlakuan salah secara seksual) adalah ketika anak diikutsertakan dalam situasi seksual dengan orang dewasa atau anak yang lebih tua. Tindakan yang dilakukan biasanya seperti memaksa anak melakukan kontak seksual, menyuruh anak


(41)

22 menyentuh alat vital orang lain, memperlihatkan adegan pornografi, menjadikan anak objek video porno, dan lain-lain. c. Neglect (diabaikan/dilalaikan) adalah ketika kebutuhan-kebutuhan

anak tidak dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi, tempat tinggal yang memadai, pakaian, kebersihan, dukungan emosional, cinta, afeksi, pendidikan, perawatan medis anak atau tindakan yang menyangkut masalah tumbuh kembang anak.

d. Emosional abuse (perlakuan salah secara emosinal) adalah ketika anak secara teratur diancam, diteriaki, dipermalukan, diabaikan, disalahkan, atau salah penanganan emosional lainnya, seperti membuat anak menjadi objek lelucon, selalu mencari-cari kesalahannya. Hal ini membuat anak merasa tidak berharga. 3. Gejala-Gejala Child Abuse

APA Public Interest Initiatives dan Hwang (dalam Siswanto, 2007: 133-134) menyebutkan gejala-gejala atau tanda-tanda terjadinya abuse pada anak-anak, remaja, dan dewasa antara lain:

a. Gambaran diri yang buruk. b. Sexual acting out.

c. Tingkahlaku agresif, menggangu, dan kadang-kadang ilegal. d. Marah dan gusar, atau perasaan-perasaan kesedihan atau

gejala-gejala lain yang merupakan tanda depresi. e. Tingkahlaku pasif atau menarik diri.


(42)

23 f. Kecemasan atau ketakutan, atau terkenang pengalaman masa lalu

dan mimpi buruk.

g. Masalah-masalah atau kegagalan-kegagalan sekolah. h. Penyalahgunaan obat dan alkohol.

i. Terluka/terpotong atau memar-memar. j. Patah tulang atau luka-luka dalam. k. Terbakar.

l. Kelaparan atau kehausan yang menetap. m. Kehilangan minat pada sekitarnya. n. Rambut dan kulit kotor.

o. Kurang pengawasan.

p. Luka, memar. pendarahan di kelamin.

q. Lebih banyak pengetahuan mengenai seks dibandingkan anak-anak seusianya yang normal.

r. Mengalami masalah dalam belajar. s. Takut pada orang atau tempat tertentu. D. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang konsep diri menunjukan bahwa konsep diri adalah hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Berikut adalah penelitian yang pernah dilakukan tentang “Konsep Diri dan Child Abuse” dan perbedaanya dengan penelitian ini:


(43)

24 1. Penelitian dengan judul yang sama yaitu “Dinamika Konsep Diri pada Orang Dewasa Korban Child Abuse” pernah dilakukan oleh Siti Nur Fatimah tahun 2002. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Fatimah adalah setelah mengalami child abuse subjek memiliki konsep diri yang rendah. Tapi, setelah beranjak dewasa subjek memiliki konsep diri yang positif dikarenakan beberapa faktor yang mendukungnya. Faktor yang mendukung subjek memiliki konsep diri positif ketika dewasa adalah keluarga dan komunitas subjek.

Perbedaan penelitian yang dilakukan Siti Nur Fatimah dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jumlah subjek dalam penelitian. Jumlah subjek dalam penelitian Siti Nur Fatimah adalah dua orang (satu laki-laki dan satu perempuan) sedangkan peneliti mengambil data dari 2 orang subjek perempuan. Hal itu dikarenakan kebanyakan korban child abuse adalah perempuan. Dari beberapa kasus yang ditemukan oleh peneliti sebagian besar adalah perempuan. Selain itu, kasus yang ada dalam penelitian yang dilakukan peneliti juga berbeda dengan jenis child abuse yang berbeda dari penelitian sebelumnya.

Penelitian sebelumnya mengunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Penelitian dinamika konsep diri perempuan dewasa yang pernah menjadi korban child abuse ini mengunakan metode penelitian fenomenologi.


(44)

25 2. Penelitian tentang konsep diri juga pernah dilakukan oleh Mery Natta, Nita Fitria, dan Imas Rafiah dengan judul “Gambaran Konsep Diri pada Remaja Rumah Tahanan Klas 1 Bandung”. Hasil dalam penelitian itu adalah remaja dalam rumah tahanan 57,14 % memiliki konsep diri positif dan 42,86 % memiliki konsep diri negatif. Penelitian itu dilakukan untuk mengetahui gambaran konsep diri yang terjadi pada remaja yang ada dalam rumah tahanan. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif deskriptif.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh penelti adalah subjek dalam penelitian. Pada penelitian sebelumnya subjek dalam penelitian itu adalah remaja rumah tahanan, sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti subjeknya adalah dewasa muda korban child abuse. Selain itu, peneliti tidak hanya mempelajari konsep diri yang dimiliki subjek sekarang tapi peneliti juga mempelajari dinamika konsep yang terjadi dari subjek mengalami peristiwa child abuse sampai subjek dewasa. Hal lain yang berbeda adalah jenis penelitian, jenis penelitian yang dilakukan oleh Mery adalah penelitian kuantitatif deskriptif sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode penelitian fenomenologi.

3. Penelitian tentang pelecehan seksual/ childhood-abuse (salah satu bentuk tindakan child abuse) pernah dilakukan oleh Yuliatin dengan judul penelitian “Resilience Korban Pelecehan Seksual yang Terjadi


(45)

26 pada Anak-Anak (Sebuah Studi Kasus pada Dewasa Muda). Hasil dari penelitian itu adalah beberapa subjek memiliki dinamika resilience yang baik pada saat dewasa karena faktor instrinsik (kekuatan dari dalam diri, percaya diri, optimis) dan faktor ekstinsik (didikan orangtua, teman, guru, komunitas yang mendukung). Namun, sebelum mereka sempat mengalami tekanan psikologis seperti gelisah, susah tidur, merasakan sensasi seksual, melakukan mastrubasi, protektif bergaul dengan lawan jenis, dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil demikian peneliti dalam penelitian itu menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliatin adalah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika konsep diri yang terjadi pada orang dewasa yang pernah menjadi korban child abuse. Penelitian sebelumnya lebih mengarah pada resilience sedangkan, dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan pemaknaan korban child abuse terhadap peristiwa yang dialaminya. Kemudian dapat mengungkap konsep diri subjek ketika dewasa. Penelitian ini menekankan pada konsep diri subjek ketika dewasa. Perbedaan lainnya adalah jenis penelitian yang dilakukan peneliti, penelitian ini mengunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Yuliatin mengunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode penelitian studi kasus.


(46)

27 E. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir peneliti dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan penelitian ini kepada dua perempuan dewasa yang pernah menjadi korban child abuse. Untuk mengetahui hidup dua subjek beserta peristiwa child abuse yang subjek alami, peneliti mengunakan personal life line. Personal life line digunakan sebagai inti penggalian data dalam penelitian ini, digunakan untuk mengungkap data diri subjek secara spesifik. Personal life line ini juga akan digunakan sebagai acuan untuk membuat daftar pertanyaan wawancara dalam penelitian ini. Sebagai langkah selanjutnya peneliti mengungkap dinamika konsep diri subjek.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemaknaan subjek terhadap peristiwa child abuse yang dialaminya dan seberapa peristiwa tersebut berpengaruh terhadap diri subjek. Jawaban dari pertanyaan wawancara nanti akan mengarah pada faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri subjek dulu pada waktu subjek mengalami peristwa child abuse dan aspek-aspek konsep diri subjek.

Setelah peneliti mendapatkan hasil pemaknaan subjek melalui jawaban dari wawancara, peneliti akan membandingkannya dengan teori-teori konsep diri dan child abuse untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian. Dari situ juga peneliti akan menemukan dinamika konsep diri yang terjadi pada diri subjek sehingga subjek dapat memiliki konsep diri seperti yang sekarang dimilikinya.


(47)

28 Observasi pada penelitian ini digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh. Peneliti melakukan observasi kepada subjek untuk mengetahui kegiatan subjek sehari-hari. Data yang diperoleh akan dibandingkan dengan hasil wawancara subjek tentang kondisi subjek setelah dewasa. Hal ini akan memperkuat validitas data penilaian subjek terhadap dirinya setelah dewasa dengan kondisi subjek dalam kehidupan sehari-hari.

Dinamika konsep diri subjek akan terlihat dari konsep diri yang subjek miliki pada saat setelah subjek mengalami peristiwa child abuse dan konsep diri subjek pada saat dewasa. Faktor-faktor yang menggerakan terbentuknya konsep diri yang subjek miliki pada saat setelah mengalami peristiwa child abuse dan pada saat dewasa itu yang disebut dinamika konsep diri. Dinamika itu terjadi ketika ada perubahan cara penilaian subjek terhadap dirinya.


(48)

29 Kerangka Berpikir

Personal life line tes

Korban child abuse MV dan HL (subjek)

Hasil wawancara = Pemaknaan peristiwa child abuse

bandingkan dengan teori child abuse dan teori

konsep diri DINAMIKA

KONSEP DIRI KONSEP DIRI


(49)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

BAB ini akan memaparkan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik dan instumen pengumpulan data, keabsahan data, dan teknik analisis data. Berikut adalah penjelasan dalam BAB ini.

A. Jenis Penelitian

Peneitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif menurut Imam Gunawan (2013: 85) adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial bukan untuk mendeskripisikan bagaian permukaan masalah-masalah manusia seperti yang dilakukan penelitian kualitatif dengan positifismenya.

Jenis penelitian kulitatif dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Imam Gunawan (2013: 71) mengungkapkan bahwa jenis penelitian fenomenologi berupaya untuk memahami makna yang sesungguhnya atas suatu pengalaman dan menekankan pada kesadaran yang disengaja atas pengalaman, karena pengalaman mengandung penampilan keluar dan kesadaran didalam, yang berbasis pada ingatan, gambaran, dan makna. Jenis penelitian fenomenologi ini digunakan untuk menangkap makna yang sebenarnya dari peristiwa yang tampak. Pengalaman seseorang tampak dalam penelitian kualitatif jenis ini menjadi hal yang sangat penting. Dalam peneltian ini, penelti mencari makna sebenarnya dari


(50)

31 subjek yang pernah menjadi korban child abuse kemudian pemaknaan itu digunakan untuk memberikan gambaran tentang konsep diri yang dimiliki subjek.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah Yogyakarta. Daerah Yogyakarta yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah daerah pusat kota Yogyakarta. Sedangkan, waktu dilaksanakannya penelitian adalah awal bulan September sampai awal bulan Desember. Penelitian dilakukan selama delan kali pertemuan termasuk observasi untuk setiap subjek. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu dilakukan selama dua sampai tiga jam. C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang perempuan dewasa yang pernah mengalami child abuse. Subjek tersebut yaitu MV dan HL. Kedua, subjek ini memiliki usia 21 tahun. Mereka bersedia untuk secara terbuka mengungkapkan peristiwa child abuse yang pernah mereka alami. Subjek juga merupakan mahasiswi dari Universitas Swasta yang ada di Yogyakarta. Berdasarkan hal itu maka objek dalam penelitian ini adalah orang dewasa yang pernah mengalami child abuse.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(51)

32 Observasi (Sugiyono, 2013: 10) merupakan salah satu cara mengumpulkan data dengan mengamati subjek secara langsung. Melalui observasi peneliti mengamati perilaku subjek secara langsung. Hasil dari observasi dapat digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui wawancara.

Observasi dilakukan peneliti untuk lebih mendalami keadaan subjek. Observasi dalam penelitian ini berupa memperhatikan non-verbal subjek pada saat diadakannya pertemuan untuk melakukan wawancara dan asesment tes “personal life line”. Observasi juga dilakukan dengan cara memperhatikan subjek dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas sehari-hari seperti bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan aktivitas yang sering dilakukan subjek. Tempat untuk melakukan observasi adalah tempat-tempat yang sering didatangi subjek. Berikut adalah pedoman observasi dan lembar kerja observasi dalam tabel 1 dan tabel 2.


(52)

33 Tabel 1

Pedoman Observasi

No. Aspek yang diamati Hal yang diamati

1. Fisik Penampilan subjek, kesesuaian antara

penampialan dengan jenis kelamin, non-verbal (nada bicara, ekspresi wajah, gerak tubuh) ketika subjek berinteraksi dengn orang lain, aktivitas subjek dalam kehidupan sehari-hari.

2. Psikologis Nada bicara, ekpresi wajah, gerak

tubuh subjek ketika sedang berinteraksi dengan orang lain, aktivitas subjek dalam kehidupan sehari-hari.

3. Moral Aktivitas yang dilakukan sehari-hari,

hal-hal yang sering dibicarakan.

4. Sosial Aktivitas yang dilakukan sehari-hari

Tabel 2 Lembar Observasi

Inisial Subjek : ……….. Observasi ke : ……… Tempat : ………... Hari/ tanggal : ………... Kegiatan yang dilakukan : ……… Hasil Observasi : ……….. ……… ……… ……… ……… ……… ………


(53)

34 2. Personal life line tes

Personal life line menurut Margot Phaneuf (2005) merupakan sebuah strategi yang digunakan untuk membantu mengungkap kehidupan seseorang yang menderita kecanduan alkohol, kecanduan games, mengalami trauma, perilaku yang tidak biasa, dan lain-lain. Biasa dikenal sebagai garis hidup. Prinsip dari garis hidup ini (Morgot: 2005) adalah menganut aliran Rogerian sebagai dasar pendekatannya yaitu dengan melakukan pendekatan menggunakan empati, tidak memasukkan penilaian pribadi, dan memiliki pemikiran yang positif. Hal itu diperlukan agar klien dapat merasakan penerimaan tanpa syarat sehingga memungkinkan klien dapat mengekspresikan dirinya dengan bebas.

Peneliti di sini sebagai saksi, menjaga dirinya hanya sebagai pengamat, tidak memberikan penilaian berdasarkan persepsinya agar hasil yang dituliskan klien dapat dipertahankan kebenaran dan keasliannya. Berikut adalah bentuk “persona l life line” dalam penelitian ini pada Tabel 3.

Cara menganalisis Personal Life Tes adalah dari hasil penelitian personal life tes, dibuat verbatim. Hasil dari verbatim itu dirangkum. Dari rangkuman itu diperolehlah hasil personal life line tes MV dan HL. Kemudian dari situ akan terungkap peristiwa child abuse yang dialami subjek. Dari hasil itu juga peneliti dapat melihat dampak


(54)

35 setelah subjek mengalami peristiwa child abuse. Teknik personal life line merupakan teknik yang utama digunakan pada penelitian ini.

Data yang diperoleh melalui personal life line tes setelah itu akan dicocokan dengan teori-teori konsep diri dan child abuse. Akan digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian ini.

Tabel 3 Personal Life Line

“PERSONAL LIFE LINE” Petunjuk pelaksanaan:

1. Pada usia berapa Anda terakhir kalinya mengingat masa anak-anak Anda? mungkin 4 tahun 5 tahun atau 7 tahun? lalu

gambarlah sebuah garis lurus yang menandakan rentang usia Anda dari masa anak-anak sampai usia Anda sekarang ini pada kertas HVS yang telah disediakan.

2. Dalam rentang usia terakhir masa anak-anak Anda sampai usia Anda yang sekarang pasti banyak kejadian yang terjadi, baik itu kejadian yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Gambarkan kejadian itu dalam bentuk garis keatas atau kebawah pada garis usia yang telah Anda tulis. Apabila kejadian itu menyenangkan gambar garis keatas tapi apabila tidak menyenangkan gambar garis itu kebawah.

3. Tinggi rendahnya garis bisa disesuaikan dengan seberapa menyenangkan atau tidak menyengkannya peristiwa itu dalam hidup Anda.

4. Berilah tanda diujung garis dan kata-kata untuk menjelaskan peristiwa apa yang Anda alami.


(55)

36 3. Wawancara

Wawancara menurut Kartono (dalam Imam Gunawan: 2013) merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan tanya jawab lisan, dimana dua orang atas lebih berhadap-hadapan secara fisik. Terdapat dua pihak kedudukan berbeda dalam wawancara, pertama berfungsi sebagai penanya dan kedua berfungsi sebagai pemberi informasi.

Wawancara dilakukan untuk mengetahui dinamika konsep diri yang terjadi dalam diri subjek. Selain itu hasil wawancara juga digunakan untuk memperkuat peneliti dalam menyimpulkan hasil penelitian ini. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pemaknaan subjek terhadap peristiwa child abuse yang pernah dialaminya. Pertanyaan-pertanyaan wawancara dalam penelitian ini didasarkan pada aspek-aspek konsep diri dan faktor-faktor konsep diri. Pertanyaan dalam wawancara yang dilakukan peneliti juga dilakukan untuk menjawab pertanyan-pertanyaan dalam penelitian ini. Berikut adalah daftar pertanyaan dalam wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti. Berikut daftar pedoman wawancara pada Tabel 4.


(56)

37 Tabel 4

Pedoman Wawancara

No. Pertanyaan Wawancara

1. Setelah kamu mengalami peristiwa kekerasan yang pertama kali kamu alami, apa yang kamu pikirkan tentang diri kamu saat itu?

2. Setelah kamu mengalami peristiwa kekerasan yang pertama kali kamu alami, apa yang kamu rasakan saat itu?

3. Bagaimana kamu menyikapinya saat itu?

4. Apakah itu berpengaruh dalam hidup kamu setelahnya? Kalo iya apakah kamu ingat perubahan apa yang terjadi dalam diri kamu saat itu?

5. Secara keseluruhan pada saat itu bagaimana kamu memaknai peristiwa yang kamu alami saat itu?

6. Menurut kamu hal apa saja yang mendukung kamu memaknai peristiwa kekerasan anak yang kamu alami seperti yang sudah kamu jelaskan tadi? 7. Selanjutnya kamu mengalami lagi peristiwa kekerasan lagi bahkan

sampai berulang-ulang tentunya itu menyakitkan bukan? Setelah kamu mengalaminya berulang-ulang apa yang kamu pikirkan saat itu?

8. Selanjutnya, apa yang kamu rasakan saat itu?

9. Dampak apa yang muncul dari peristiwa kekerasan anak yang kamu alami dalam kehidupanmu selanjutnya?

10. Bagaimana cara kamu menyikapinya lagi setelah peristiwa kekerasan itu berulang-ulang kali terjadi dalam dirimu?

11. Secara keseluruhan bagaimana kamu memaknai peristiwa kekerasan anak yang kamu alami?

12. Adakah pelajaran-pelajaran yang kamu ambil waktu itu? jika iya atau tidak apakah yang membuat kamu menjadi demikian?

13. Bagaimana pendapatmu saat ini tentang peristiwa kekerasan anak yang pernah kamu alami?

14. Apakah kamu menyesal mengalami itu semua? seandainya keadaan bisa berubah apakah kamu ingin merubahnya?

15. Apa yang terlintas dipikiranmu ketika kamu mengingat peristiwa yang kamu alami saat itu?

16. Apakah ada pelajaran-pelajaran yang bisa kamu ambil dari pengalaman kekerasan anak yang terjadi padamu?

17. Bagaimana kamu memaknai peristiwa kekerasan anak yang pernah kamu alami secara keseluruhan?

18. Menurutmu hal apa saja yang mendukung kamu dapat memaknai peristiwa kekerasan anak yang pernah kamu alami seperti sekarang ini? 19. Menurutmu bagaimana penampilanmu dulu secara fisik ketika kamu

mengalami kekerasan anak?

20. Adakah perubahan yang terjadi dalam caramu berpenampilan mulai saat itu?


(57)

38 21. Menurutmu bagaimana penampilanmu hari ini? apakah menurutmu sesuai

dengan dirimu yang seorang perempuan?

22. Menurutmu apa arti pentingnya tubuh? (setelah kamu mengalami kekerasan anak)

23. Pernahkah kamu merasa malu dengan keadaan fisik yang kamu miliki? jelaskan!

24. Nilai-nilai apa yang penting dan kamu jadikan sebagai prinsip dalam hidupmu? (dari kamu mengalami kekerasan anak dan sekarang)

25. Dari hasil personal life line kamu sempat merasa bahwa kamu tidak berharga dulu, bagaimana dengan keadaanmu sekarang?

26.. Sejak kamu mengalami kekerasan anak sampai sekarang bagaimana hubunganmu dengan keluargamu dan lingkungan sekitar tempat kamu tinggal?

27. Pernahkah kamu mengalami kesulitan untuk bersosialisasi?

E. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini adalah dengan cara mengunakan triangulasi. Triangulasi (Gunawan: 2013, 218) digunakan sebagai proses pemantapan derajat kepercayaan (kreadibilitas/validitas) dan konsistensi (readibilitas) data, serta bermanfaat juga sebaga alat bantu analisis data di lapangan. Dapat simpulkan triangulasi adalah sebuah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Denzin (dalam Gunawan: 2013) membedakan triangulasi menjadi empat macam, yaitu: triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti, dan triangulasi teoritik. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan triangulasi metode dan trangulasi teoritik. Peneliti mengunakan dua metode triangulasi agar hasil dari penelitian memiliki hasil yang valid dan dapat dipertangung jawabkan.


(58)

39 Triangulasi metode menurut Bachri dalam (Gunawan: 2013, 219) adalah usaha pengecekan data yang dapat dilakukan dengan mengunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama. Dari teknik-teknik yang digunakan dalam penetian peneliti akan memfokuskan untuk memperoleh data yang sama. Data yang sama dalam penelitian kemudian akan ditetapkan sebagai keberatan. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan teknik personal life line, wawancara, dan observasi.

Triangulasi teoritik (Gunawan: 2013, 222) adalah salah satu teknik pemeriksaan data secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya pengecekan data dalam penelitian. Upaya pengecekan data dilakukan peneliti tidak mengunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan data, atau hanya mengunakan pemahaman pribadi saja, tanpa melakukan pengecekan kembali dengan peneliti lain. Triangulasi teknik ini menurut Gunawan didasari oleh pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan data yang diperoleh dari subjek dengan teori-teori konsep diri, child abuse, menurut para ahli. Hal itu dilakukan agar peneliti dapat menarik kesimpulan yang lebih mantap dan bisa diterima kebenarannya.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan jenis penelitian kualitatif, metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi. Analisis data (Gunawan: 2013, 209) merupakan bagian yang paling penting dalam penelitian karena


(59)

40 dalam analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantif maupun formal. Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, menggelompokan, memberi kode/ tanda, dan meng-kategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang dijawab (Gunawan: 2013, 209).

Tiga tahap yang digunakan untuk menganalisis data menurut Miles dan Huberman (dalam Gunawan, 2013: 2010) pada penelitian ini adalah reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih pokok-pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya. Dalam pengumpulan data, data yang telah direduksi dapat membantu untuk memberikan gambaran yang lebih jelas. Sedangkan, pemaparan data digunakan untuk memberikan sekumpulan informasi tersusun, dan memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data.

Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi menurut Hursell (dalam Gunawan, 2013: 70) reduksi dalam metode fenomenologi untuk menangkap hakikat objek diperlukan tiga macam. Pertama, menyingkirkan segala sesuatu yang subjektif, sikap peneliti harus objektif, terbuka untuk gejala-gejala yang harus diajak bicara. Kedua, menyingkirkan semua pengetahuan tentang objek yang diperoleh dari sumber lain, dan semua teori dan hipotesis yang sudah ada. Ketiga, menyingkirkan seluruh tradisi


(60)

41 pengetahuan. Dengan demikian, gejala-gejala yang muncul akan memperlihatkan dirinya sendiri menjadi fenomin. Segala sesuatu yang dikatakan orang lain harus, untuk sementara disingkirkan atau dilupakan.

Hasil tes personal life line dan hasil observasi pada saat melakukan tes digunakan sebagai dasar untuk dapat mengungkap reduksi data dalam penelitian ini, hasil personal life line ini akan dijadikan acuan oleh peneliti untuk melakukan wawancara. Tes personal life line akan mengungkap bentuk-bentuk peristiwa child abuse yang dialami oleh subjek secara detail dari sini akan diperoleh data objektif dari subjek. Analisis data personal life line dengan cara melihat gambar personal life line yang dibuat oleh sujbek dan meminta subjek untuk menjelaskan maksud dari setiap garis dan peristiwa yang digambarkan subjek dalam garis itu. Kemudian dari hasil penjelasan subjek, peneliti membuat daftar pertabtaab wawancara.

Data wawancara pertama bersama dengan hasil observasi digunakan untuk menemukan pemaknaan subjek terhadap peristiwa child abuse yang dialaminya. Hal itu merupakan ciri khas dari penelitian fenomenologi. Selanjutnya, hasil dari wawancara kedua dengan observasi akan dijadikan sebagai penentu keadaan konsep diri subjek saat ini. Semuanya akan dipaparkan secara rinci satu persatu dalam bentuk verbatim.

Perpaduan antara data-data yang diambil peneliti akan digabungkan menjadi satu rangkuman dalam format fenomenologi dan kemudian akan digunakan untuk menjawab petanyaan penelitian.


(61)

42 Kemudian akan digunakan sebagai data dalam menentukan kebasahan dengan mengunakan triagulasi metode dan teori. Hasil dari semuanya itu akan digunakan untuk pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini, berupa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini


(62)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan hasil penelitian. Hasil penelitian disini berupa deskripsi data, dan pembahasan hasil penelitian. Deskripsi data pada penelitian ini didasarkan pada pertanyaan penelitian yaitu, (1) Seperti apakah bentuk tindakan child abuse yang dialami oleh subjek? (2) Seperti apakah subjek memaknai peristiwa child abuse ketika subjek mengalaminya? (3) Seperti apakah gambaran konsep diri subjek setelah mengalami peristiwa child abuse? (4) Bagaimakah subjek memaknai peristiwa child abuse setelah subjek dewasa? (5) Seperti apakah gambaran konsep diri yang dimiliki subjek pada saat dewasa? (6) Faktor-faktor apa saja yang membentuk konsep diri subjek? (7) Bagaimana dinamika yang terjadi dalam diri korban child abuse sehingga korban memiliki konsep diri yang dimilikinya pada saat dewasa ini? Deskripsi data pada bab ini disertai dengan pembahasan.

A. Deskripsi Data

1. Tempat dan Jadwal Penelitian dengan Subjek

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada dua orang subjek yang sesuai dengan kriteria yang telah dipaparkan peneliti yaitu, dua orang wanita dewasa yang pernah mengalami child abuse. Peneliti melakukan pengalian data dengan cara pendekatan terhadap subjek, observasi, dan wawancara. Peneliti melakukan hal itu ditempat-tempat yang berbeda-beda. Tempat itu tempat yang biasa dikunjungi oleh subjek dan dalam


(63)

44 melaksakan wawancara tempat yang dipilih peneliti adalah tempat yang membuat subjek merasa nyaman.

Peneltian ini dilakukan sejak bulan September sampai Desember. Pertemuan dengan subjek dilakukan dengan pendekatan, observasi, dan wawancara. Berikut adalah rincian tempat dan jadwal penelitian yang dilakukan dengan subjek terdapat pada tabel 5.


(64)

45 Tabel 5

Tempat dan Jadwal Penelitian No. Tanggal

Penelitian

Keterangan Tempat

1. 5 September 2016

Melakukan pendekatan

kepada MV Tempat

makan 2. 10 September

2016

Melakukan pendekatan, memastikan MV pernah mengalami child abuse dan bersedia menjadi subjek penelitian.

Tempat makan

3. 15 September 2016

Melakukan pendekatan

kepada subjek HL Kampus

peneliti 4. 19 September

2016

Melakukan pendekatan terhadap subjek HL (mem-buat subjek merasa nyaman & mau terbuka) dan me-mastikan subjek pernah menjadi korban child abuse dan bersedia untuk menjadi subjek peneltian.

Kampus HL dan tempat

makan

5. 20 September 2016

Melakukan perncarian data “personal life line” pada MV

Kosan MV 6. 23 September

2016

Melakukan Observasi 1 pada

MV Kampus

7. 27 September 2016

Melakukan Observasi 2 pada MV Komunitas luar kampus (tempat komunitas berkumpul dan tempat makan) 8. 1 Oktober

2016

Melakukan pengalian hasil “personal life line” pada MV. MV menceritakan “personal life line” yang telah dibuat oleh MV dan melakukan


(65)

46 observasi 3

9. 3 Oktober 2016

Melakukan pencarian data mengunakan “personal life line” pada HL

Tempat makan 10. 3 Oktober

2016

Melakukan observasi 1 pada

HL Kosan HL

11. 5 Oktober 2016

Melakukan pengalian data “personal life line” pada HL

dan melakukan observasi 2 Kampus

12. 16 Oktober 2016

Melakukan observasi 3 pada HL Lingkungan luar kampus dan kosan (komunitas luar kampus) 13. 17 November

2016

Melakukan wawancara pada MV

Kosan MV

14. 24 November 2016

Melakukan wawancara pada HL

Kosan HL

15. 26 November 2016

Melakukan wawancara pada MV

Kosan MV

16. 12 Desember 2016

Melakukan wawancara pada HL

Kosan HL

2. Deskripsi Umum Subjek Penelitian

Berikut ini akan dipaparkan deskripsi umum subjek dalam penelitian ini. Deskripsi umum itu berisi data diri subjek secara singkat. Deskripsi ini diharapkan akan memperjelas penelitian ini. Data dalam deskripsi ini diperoleh melalui teknik pendekatan dan wawancara kepada subjek. Berikut adalah deskripsi umum subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 6.


(66)

47 Tabel 6

Deskripsi Umum Subjek Penelitian Subjek

(Deskripsi) Subjek 1 Subjek 2

Nama (Insial) MV HL

Usia 21 tahun 21 tahun

Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

Agama Kristen Kristen

Alamat Jalan Cinta no 5B

Yogyakarta

Jalan Kenangan Manis No17 Yogyakarta

Status Mahasiswi

Universitas Swasata Yogyakarta Mahasiswi Universitas Swasta Yogyakarta Usia Menjadi Korban Child Abuse

6 tahun sampai 8 tahun, 10 tahun

13 tahun sampai 15 tahun, 17 tahun

Pelaku Tindakan Child Abuse Orang tua, pengasuh, kakak sepupu laki-laki, kakak sepupu perempuan

Paman dan Bibi, Om

Tempat Subjek Mengalami Child Abuse Rumah subjek, rumah kakak sepupu subjek perempuan, rumah kakak sepupu subjek laki-laki

Rumah paman dan bibi, rumah subjek,


(67)

48 3. Deskripsi Data Personal Life Line

Berdasarkan data personal life line yang telah diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian dalam penelitian ini. Berikut adalah hasil personal life line dan rangkuman verbatim personal life line kedua subjek dalam penelitian ini.

a. Deskripsi data personal life line subjek MV

Deskripsi data subjek MV diperoleh dari personal life line yang telah dibuat oleh MV dan hasil personal life line MV yang telah diolah oleh peneliti. Berikut adalah deskripsi data dari personal life line MV beserta dengan hasil yang telah diolah oleh peneliti. Gambar 1 menunjukan hasil personal life line yang dibuat oleh MV. Sedangkan, Rangkuman hasil personal life line MV dapat dilihat pada tabel 7.


(68)

49 Gambar 1


(69)

(70)

51 Tabel 7

Rangkuman Personal Life Line MV

Umur 4-5 tahun Dilihat dari grafik yang digambarkan oleh MV. MV mengambarkan garis ketas yang artinya senang. MV merasa senang karena MV pergi liburan bersama dengan keluarga besarnya pergi ke Ambon, bisa bertemu dengan saudara-saudara MV.

Umur 5 -6 tahun MV merasa senang karena MV masuk sekolah. MV TK 2 tahun. Senang karena punya banyak teman, sahabat, yang bahkan masih menjadi sahabat sampai sekarang. Bahagia karena setiap sepulang sekolah selalu dijemput sama tante dan diajak makan mie ayam atau beli sesuatu atau kesuatu tempat.

Dia yang selalu jemput aku dia yang selalu ibaratnya kaya ngurusin lah. Karena papa mamaku kerja dari aku masih kecil papa mamaku udah kerja. PLL01bcaNg1

MV merasa senang karena merasa menjadi cucu yang paling disayang oleh omanya. Setiap kali ada makanan tinggal sedikit dan disitu ada banyak sepupu MV yang minta, makanan itu diberikan kepada MV. Setiap kali omanya mengambil uang pensiuanan MV yang diajak.

Dari kecil orang tua MV bekerja dan MV dititipkan sama oma dan tantenya.

Umur 6 -7 tahun Masuk SD MV mulai mengalami hal yang menurutnya tidak menyenangkan. Dia mulai menyadari bahwa orangtuanya seperti mengabaikannya.

Papaku sering anter kesekolah tapi pagi sebelum berangkat kerja anter, tapi papaku dari aku kecil udah sering pergi-pergi dan memang aku lebih dekat sama omaku sama tanteku. Merasa terabaikan iya, tapi karena waktu itu posisiku TK jadi aku tidak merasa gimana-gimana. Tapi pada waktu aku SD aku merasa seperti itu. Bahkan merasa sangat terbaikan. PLL02bcaEA1

Waktu SD kelas 1 MV dibully dikelas. Lupa alasannya kenapa tapi MV dibully oleh teman-teman sekelas. Dibully banyak hal MV merasa sedih saat itu, dia menanggis dan melaporkannya kepada wali kelas.


(71)

52 Aku dibully sekelas. Baru kelas 1 SD aku udah dibuli sekelas. P ertama yang ngebuli itu ketua kelasku sampai akhirnya 1 kelas itu ngebuli. PLL01plm1

Umur 7 tahun MV pernah dikunci dikamar mandi dengan posisi badannya basah karena sudah diguyur air dulu. MV juga dimarahin, dipukulin. MV merasa tidak disayang oleh orang tuanya makanya dia kebal dengan keadaan waktu itu.

Aku juga dulu pernah dikunci dikamar mandi umur 7 tahun, karena waktu itu mau natalan aku di rumah sama kakak sepupuku tapi dia itu udah umurnya jauh. Gak tau dia kesel atau gimana, aku dimasukin kamar mandi. Keluar-keluar dari kamar mandi aku dimarahin, dipukulin, tapi sebelum dimasukin kamar mandi aku diguyur. Jadi dikamar mandinya basah, baru dikunci. Trus pas aku dikeluarin lagi aku dimarahin, disuruh ganti baju, disuruh tidur, trus aku dilaporin sama orangtuaku aku dimarahin lagi. Aku sedih aku nanggis tapi ya udah aku udah kebal. Karena dalam hatiku memang sudah tertanam kalau aku tidak disayang sama orang tuaku. PLL12bcaPA1

Umur 7, 8, 9 tahun

MV merasa senang karena punya adik baru. Tapi disatu sisi MV mulai merasa tidak senang karena dibanding-bandingkan.

Kelas 2 aku punya adik. Adiku lahir aku sama adikku bedanya 8 tahun. Senang punya adik baru, waktu adikku lahir aku gak sekolah. Seneng karena aku gak imunisasi. Jadi aku kurang 1 imunisasi. PLL05pm1

Aku seneng karena aku punya adik tapi disisi lain aku mulai gak senang. Gak seneng karena hidupku mulai dibanding-bandingkan sama kakakku. 8 tahun aku merasakan sebagai anak bungsu sekalipun papa mamaku sibuk tapi aku masih bisa meraskan sebagai anak bungsu. Latarbelakangnya kan kakakku waktu masih kecil sering sakit-sakitan makanya papaku perhatian banget sama kakakku. Trus akhirnya aku mulai dibanding-bandingkan sama kakakku. Trus perhatian kakaku juga mulai terbagi lagi udah gak sama aku sepenuhnya. Walaupun mema ng sebelumnya memang sudah gak perhatian karena sibuk. Tapi sama adikku kan beda. PLL03bcaEA1

Karena MV sering dibanding-bandingkan dengan kakaknya. Beberapa kali MV sempat mau bunuh diri.


(1)

213 Inisial Subjek : MV Observasi ke: I

Tempat : Kampus MV

Hari/ tanggal : Rabu, 21 September 2016

Kegiatan yang dilakukan : Mengamati kegiatan MV di kampus Hasil Observasi :

Penampilan MV kekampus menggunakan celana jeans dan kemeja. Tidak terlihat feminim tapi sesuai dengan perempuan, rambut MV yang panjang dibiarkan tidak terikat.

MV banyak berinteraksi dengan teman-teman dikampusnya. Baru saja memasuki lingkungan kampus banyak teman-teman MV yang datang menyapanya. Terlihat repson MV menanggapi teman-temannya juga cukup baik dengan senyuman dan menyempatkan diri untuk sedikit ngobrol.MV terlihat ramah terhadap teman-temannya. Sesekali, MV memulai menyapa teman-teman MV terliebih dahulu.

Ketika MV di kampus aktivitas yang MV lakukan kuliah, kemudian MV bertemu dengan beberapa teman untuk mendengarkan dan berbagi cerita. Cerita yang MV bagikan dengan teman-teman atau yang teman-teman MV bagikan dengan MV bukan membicarakan orang lain, tapi hal-hal yang membangun satu sama lain. Aktivitas MV selanjutnya ketika di kampus adalah mengikuti kegiatan kerohanian di kampus dan terlibat sebagai pengurus.


(2)

214 LEMBAR OBSERVASI

Inisial Subjek : MV Observasi ke: II Tempat : Area komunitas luar kampus MV (Gereja)

Hari/ tanggal : Kamis, 27 September 2016

Kegiatan yang dilakukan : Mengamati kegiatan MV ibadah dan makan malam Hasil Observasi :

MV mengikuti sebuah komunitas diluar kampus. Berdasarkan hasil pengamatan MV berpenampilan layaknya perempuan. Nada biacara, ekspresi wajah, dan non-verbal MV ketika bertemu dengan teman-teman komunitasnya menunjukan MV orang yang ramah, ceria, dan terlihat percaya diri untuk memulai pembicaraan. Hanya seringkali MV diam ketika ada temannya yang berbicara dan terlihat memperhatikan. Hal-hal yang dbicarakan berupa hal-hal yang MV alami selama 1 minggu dan hal-hal rohani.

Terlhat MV cukup percaya diri menyampaikan setiap gagasan atau cerita-ceritanya. MV mudah bergaul dengan semua usia, karena di komunitas itu ada yang memilki usia lebih muda dan lebih tua darinya.

Ditempat makan MV terlihat makan sambil ngobrol dengan teman-temannya. Disela-sela ngobrol tampak MV sesekali tertawa dan bercanda dengan teman-temannya. MV terlihat sangat nyaman berada dikomunitas ini dan mengikuti setiiap hal dengan penuh perhatian.


(3)

215 Inisial Subjek : MV Observasi ke: III

Tempat : Kosan MV

Hari/ tanggal : Sabtu, 1 Oktober 2016

Kegiatan yang dilakukan : Mengamati pada saat menjawab wawancara Hasil Observasi :

Penampilan MV santai memakai kaos warna putih dan celana jins panjang dengan rambut terikat. MV tidak terlihat feminim tapi menunjukan bahwa dia perempuan yang tidak lemah atau kuat. Pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan wawancara dari nada, ekspresi wajah, tampak MV menginngat dengan jelas peristiwa-peristiwa yang dialaminya, MV menjawab dengan mantab tidak ragu-ragu.

Hal-hal yang MV bicarakan setelah wawancara adalah hal-hal yang menyangkut masalah pribadi MV. Tapi, tampak ujung dari pembicaraan MV dapat mengambil pelajaran dari masalah yang MV alami.


(4)

216 LEMBAR OBSERVASI

Inisial Subjek : HL Observasi ke: I Tempat : Kosan HL

Hari/ tanggal : Senin, 3 Oktober 2016

Kegiatan yang dilakukan : Pengamatan terhadap kegiatan HL di kosan Hasil Observasi :

HL lebih sering di kosan daripada keluar kosan. HL jarang pergi main. HL lebih suka berada di kosan. HL masak sendiri untuk makan HL dan keponakannya. HL tinggal 1 kamar dengan keponakannya.

Penampilan HL di kosan seperti perempuan pada umumnya, memakai celana selutut dan kaos. Pada saat HL berinteraksi dengan teman-teman kosan-kosannya, HL tampak dekat dengan teman-temannya. HL juga memiliki hubungan yang dekat dengan adik keponakannya.

Kosan HL adalah tempat yang membuat HL merasa nyaman. Diluar kosan HL hanya pergi ke kampus, gereja, dan tempat HL berkomunitas. HL terlihat dewasa dan menjaga adiknya dengan baik. HL sangat perhatian kepada adiknya.

Hal-hal yang HL dan adiknya bicarakan adalah hal-hal yang membangun. HL terlihat tidak begitu suka becanda. Jadi, HL lebih banyak membicarakan hal-hal yag serius dengan adiknya.


(5)

217 Inisial Subjek : HL Observasi ke: II

Tempat : Kampus HL

Hari/ tanggal : Rabu, 5 Oktober 2016

Kegiatan yang dilakukan : Pengamatan pada saat HL wawancara Hasil Observasi :

HL menggunakan pakaian yang rapih pada saat peneliti akan melakukan wawancara kepada HL. Celana panjang, kaos, dan sepatu sandal yang rapih menunjukan HL orang yang memperhatikan penampilannya sebagai perempuan. Tapi, HL lebih suka berpergian menggunakan pakaian yang tertutup. HL tidak suka dan-dan (menggunakan make-up).

HL mahasiswi yang cukup mengetahui kegiatan-kegitan di kampus. Walaupun HL tidak terlibat dalam kegiatan kampus tapi HL mengetahui kegiatan apa saja yang ada di kampusnya.

Ekspresi, nada bicara HL, pada saat dilakukan wawancara terlihat seperti sesekali bingung dan gugup menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Tapi, antara kata-kata dan ekspresi wajah terdapat kesesuaian. Misalnya HL menyatakan bahwa “peristiwa child abuse yang HL alami adalah peristiwa yang menyedihkan” tampak muka HL menunjukan ekspresi kesedihan yang mendalam.

Di kampus HL banyak melibatkan diri dengan kegiatan keagamaan dan dia memiliki banyak teman. HL merupakan orang yang cukup mendominasi diantara teman-temannya.


(6)

218 LEMBAR OBSERVASI

Inisial Subjek : HL Observasi ke: III Tempat : Gereja tempat HL berkomunitas di luar kampus.

Hari/ tanggal : Minggu, 16 Oktober 2016

Kegiatan yang dilakukan : Mengamati HL ketika bersama dengan teman-teman dikomunitasnya.

Hasil Observasi :

HL ketika bersama dengan teman-teman dikomunitasnya terlihst akrab dengan beberapa orang. HL terlihat nyaman bersama dengan mereka, tampak ketika HL berbicara dengan teman-teman komunitasnya HL memegang tangan atau mengandeng tangan temannya (perempuan) interaksi HL dengan teman-teman juga baik.

Penampilan HL terlihat tertutup, celana panjang, kaos, dan jaket. HL terlihat dewasa dengan penampilannya. Dengan rambut HL yang keriting dan terikat rapih. Menunjukan HL terlihat bersifat keibuan. Ekspresi wajah HL, ketika berbicara menunjukan dia bahagia, HL orang yang sering tersenyum. Hal-hal yang HL bicarakan adalah hal-hal yang bersifat rohani.. HL mengikuti kegiatan yang dilakukan dalam komunitas dengan baik. HL terlibat didalamnya. HL juga terlihat percaya diri ketika berinteraksi dengan teman-temannya.