PENGARUH ANALISIS FUNDAMENTAL TERHADAP PERGERAKAN HARGA SAHAM ( Studi kasus pada perbankan yang masuk Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia).

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “ Veteran “ Jawa Timur

Oleh :

FEBRI KURNIA PUTRI NPM. 0742010052

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS


(2)

karena dengan limpahan Rahmat, Karunia serta Hidayah-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Analisis Fundamental Terhadap Pergerakan Harga Saham ( Studi Pada Perbankan yang Masuk Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia )”, dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung jawaban penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Jojok Dwiridotjahjono, S.Sos M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparawati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

2. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si sebagai PLH ketua program studi ilmu administrasi bisnis FISIP UPN “Veteran” Jatim.

3. Seluruh dosen program studi ilmu administrasi bisnis maupun staf karyawan FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim.

4. Kedua orang tua beserta keluarga, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan berupa moril maupun materiil.


(3)

Surabaya, Mei 2011


(4)

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL……… i x DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Teori Manajemen Keuangan ... 9

2.2.1 Manajemen Keuangan ... 9


(5)

2.5.1 Harga Saham ... 18

2.5.1.1 Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Harga Saham...33

2.5.2 Inflasi ... 34

2.5.2.1 Jenis – jenis Inflasi ... 34

2.5.2.2 Pengaruh Inflasi ... 35

2.5.3 Kurs ... 36

2.5.4 Suku Bunga Bank Indonesia ... 38

2.6 Kerangka Pemikiran ... 40

2.7 Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Definisi Operasional ... 42

3.1.1 Variabel Dependen ( Y ) ... 42

3.1.2 Variabel Independen ( X ) ... 42

3.2 Populasi, sampel, teknik penarikan sampel ... 43

3.2.1 Popuasi ... 43

3.2.2 Sampel ... 44

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel ... 44

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.3.1 Jenis Data ... 46


(6)

3.4.2 Uji Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Gambaran Obyek Penelitian………... ....53

4.1.1. Bursa Efek Indonesia………... 53

4.1.2 Bank Danamon……… 56

4.1.3 Bank Central Asia………... 58

4.1.4 Bank CIMB Niaga……….. 59

4.1.5 Bank Internasional Indonesia……….. 61

4.1.6 Bank Rakyat Indonesia………... 62

4.1.7 Bank Mandiri……….. 64

4.2 Penyajian Hasil Penelitian………. .66

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif………. 66

4.2.2 Analisis Statistik Inferensial………. ...82

4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik……… 82

4.2.2.2 Uji Regresi Linier Berganda………... 86

4.3 Pembahasan……… 94

4.3.1 Uji Simultan………. 95

4.3.2 Uji Parsial………. 95

4.3.2.1 Inflasi ( X1 )………... 95


(7)

5.2 Saran………..99

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

Halaman

Tabel 1.1 Harga saham rata – rata tahunan perusahaan perbankan

Indeks LQ 45 BEI……… 02

Tabel 2.2 Daftar inflasi, kurs dan suku bunga 2006 – 2009………. 05

Tabel 3.1Daftar Populasi Perbankan... 44

Tabel 3.2 Perusahaan yang Masuk Indeks LQ 45 BEI 2006 – 2009...45

Tabel 3.3Daftar Sampel Perbankan………... 45

Tabel 4.1 Harga saham rata – rata tahunan perusahaan perbankan Indeks LQ 45 BEI……… 68

Tabel 4.2 Harga saham Bank BRI periode 2006 – 2009……… 69

Tabel 4.3 Harga saham Bank Danamon periode 2006 – 2009………71

Tabel 4.4 Harga saham Bank Mandiri periode 2006 – 2009………73

Tabel 4.5 Harga saham Bank BCA periode 2006 – 2009……… 75

Tabel 4.6 Harga saham Bank bii periode 2006 – 2009……… 77

Tabel 4.7 Harga saham Bank Niaga periode 2006 – 2009……….. .79

Tabel 4.8 Inflasi periode 2006 – 2009………...81

Tabel 4.9 Kurs periode 2006 – 2009……….. ..82

Tabel 4.10 Suku bunga periode 2006 – 2009………. .83

Tabel 4.11 Durbin Watson………. ..86

Tabel 4.12 Nilai Statistik Kolinearitas………..87


(9)

(10)

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran...41

Gambar 4.1 Normalitas Data... 85

Gambar 4.2 Gambar Persebaran Pola Residual... 88

Gambar 4.3 Kurva Uji F... 92

Gambar 4.4 Kurva Uji t variabel X1... 94

Gambar 4.5 Kurva Uji t variabel X2... 95


(11)

Lampiran 2 : Grafik pergerakan Inflasi tahun 2006 – 2009. Lampiran 3 : Grafik pergerakan kurs tahun 2006 – 2009.

Lampiran 4 : Grafik pergerakan suku bunga Bank Indonesia tahun 2006 – 2009. Lampiran 5 : Terdiri dari :

a. Harga saham rata – rata tahunan perusahaan perbankan indeks LQ 45

b. Daftar inflasi, kurs dan suku bunga 2006 – 2009 c. Harga saham Bank BRI periode 2006 – 2009 d. Harga saham Bank Danamon periode 2006 – 2009

e. Harga saham Bank Mandiri periode 2006 – 2009 f. Harga saham Bank BCA periode 2006 – 2009

g. Harga saham Bank bii periode 2006 – 2009 h. Harga saham Bank Niaga periode 2006 – 2009 i. Inflasi periode 2006 – 2009

j. Kurs periode 2006 – 2009


(12)

3. Uji Multikolinearitas 4. Uji Heteroskedastisitas 5. Uji Regresi Linier Berganda 6. Uji F ( Simultan )

7. Uji t ( Parsial )


(13)

Setiap perusahaan memerlukan modal yang sangat besar, untuk itu pandangan para pemilik perusahaan diarahkan ke pasar modal baik dari dalam negeri maupun luar negeri karena pasar modal merupakan tempat untuk mendapatkan modal investasi . Pasar modal memiliki beberapa pengelompokkan saham unggulan yang terkumpul dalam suatu. indeks LQ 45. indeks LQ 45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar.

Kebutuhan informasi mengenai harga saham bagi investor semakin meningkat, hal ini disebabkan investor ingin mengurangi kerugian. Penelitian ini akan menggunakan analisis fundamental untuk mengetahui inflasi, kurs dan suku bunga berpengaruh secara simultan dan secara parsial terhadap harga saham.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdafrtar pada indeks LQ 45 periode 2006 – 2009 Bursa Efek Indonesia. Sedangkan sampel yang diambil sebagai obyek penelitian yaitu sebanyak 6 ( enam ) perbankan, dengan menggunakan teknik samapel purposive sampling.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia ( BEI ) untuk data internal perusahaan yaitu harga saham perbankan indeks LQ 45 periode 2006 - 2009. Sedangkan untuk variabel inflasi, kurs dan suku bunga diperoleh melalui situs resmi Bank Indonesia ( BI ) periode 2006 – 2009.

Data analisis menggunakan model regresi linier berganda dan untuk uji hipotesis menggunakan uji F sebagai uji simultan ( bersama – sama ) serta uji t sebagai uji parsial terhadap variabel penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi, kurs dan suku bunga berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. Pada pengujian secara parsial diperoleh hasil, variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan variabel suku bunga juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham .Dapat disimpulkan secara parsial hanya variabel kurs yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.


(14)

the company directed to capital markets both from domestic and abroad because of capital market is the place to get investment capital. The capital market has some excellent stock grouping collected in a. LQ 45. LQ 45 Index is a market capitalization of the 45 most liquid stocks and large capitalization value.

Needs information about stock prices for investors is increasing, it is because investors want to reduce losses. This study will use fundamental analysis to determine inflation, exchange rates and interest rates simultaneously affect and partially to the stock price.

The population in this study are all banking companies in the index LQ 45 in the period from 2006 to 2009 Indonesia Stock Exchange. While the sample is taken as an object of study as many as 6 (six), banking, using purposive sampling technique. This study uses secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange (BEI) for internal data company that is banking stock price index LQ 45 period 2006 to 2009. As for the variable inflation, exchange rates and interest rates obtained through the official website of Bank Indonesia (BI) in the period 2006 to 2009.

Data analysis using multiple linear regression model and to test the hypothesis using the F test as a simultaneous test (together - the same) and t test as a partial test of the study variables.

The results showed that the variable inflation, exchange rates and interest rates simultaneously affect the stock price. In a partial test result, inflation

variable does not significantly affect the stock price and interest rate variables also did not significantly influence stock prices. It can be concluded only partially variable exchange rates significantly influence stock price.


(15)

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan masyarakat, penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang, usaha yang mengarah pada dana investasi masih rendah. Dalam hal ini pasar modal mempunyai peranan yang strategis dalam perekonomian Indonesia. Melalui pasar modal pemerintah dapat mengalokasikan dana dari masyarakat ke sektor – sektor investasi yang produktif. Pasar modal dalam banyak hal sangat menentukan kehidupan perekonomian suatu Negara. Dalam pasar modal mengenal berbagai aktivitas baik seputar transaksi saham, kinerja perusahaan, harga saham, laba maupun kebijakan deviden.

Pasar modal merupakan tempat untuk mendapatkan modal investasi, sementara investor pasar modal merupakan tempat untuk menginvestasikan uangnya. Dalam pasar modal menjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak, sedangkan dalam bentuk konkritnya produk – produk yang diperjualbelikan di pasar modal berupa lembar surat – surat berharga di Bursa Efek. Kegiatan pengelola perdagangan efek meliputi pencatatan saham yang akan diperdagangkan, fasilitator perdagangan efek pada lantai bursa, pengorganisasian terhadap perusahaan terdaftar, pengawasan terhadap jalannya perdagangan efek di lantai bursa, menginformasikan keadaan keuanagn perusahaan, kinerja


(16)

perusahaan, aliran kasa dan kegiatan lain yang berhubungan dengan analisis pasar modal dan penyebaran informasi perdagangan.

Investasi di pasar modal, nilai harga saham merupakan fakor penting. Oleh karena itu para investor harus memperhatikan pergerakan harga saham yang dipengaruhi oleh faktor Fundamental yang terdiri dari intern meliputi keadaan para emiten seperti laporan kinerja keuangan, pembagian deviden, perubahan strategi dalam rapat umum pemegang saham, akan menjadi informasi penting bagi para investor di pasar modal. Sedangkan fakor ekstern meliputi kebijakan pemerintah, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar ( kurs ), keadaan inflasi, penetapan suku bunga oleh Bank Indonesia. Berikut ini adalah daftar harga saham rata – rata tahunan perusahaan perbankan yang masuk 5 kali berturut – turut indeks LQ 45 periode 2006 – 2009 :

Tabel 1.1

Harga saham rata – rata tahunan perusahaan perbankan Indeks LQ 45 Bank

Harga Saham

Rata-Rata

2006 2007 2008 2009

BRI 4345.833 6191.667 5510.417 6281.250 5582.292 Danamon 5070.833 7370.833 5168.750 3977.083 5396.875 Mandiri 2083.750 3164.583 2637.500 3455.000 2835.208 BCA 4389.583 5939.583 3052.083 3777.083 4289.583 Bii 188.333 217.917 420.833 371.250 299.583 Niaga 657.917 855.000 731.250 625.833 717.500

Rata-Rata Tahunan

2789.375 3956.597 2920.139 3081.250

Sumber : IDX LQ 45 2010 ( data diolah )

Gejolak krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Krisis global yang berawal di Amerika serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan dampaknya ke seluruh dunia termasuk Indonesia pada tahun 2008.


(17)

Pasar modal di Indonesia turut mengalami gejolak sehingga sempat terhenti perdagangannya. Upaya pemerintah dan Bank Indonesia untuk mencegah dampak krisis global agar tidak meluas, melalui kebijakan di bidang fiskal, moneter dan sektor riil merupakan prioritas utama hingga tahun 2009. Dampak dari terjadinya krisis global di Indonesia turut naiknya tinkat inflasi hingga September 2008 menjadi 12,14%. Dalam menempuh kebikannya, Bank Indonesia mengarahkan upayanya pada langkah – langkah menjaga inflasi sehingga pada akhir tahun 2008 inflasi berada pada posisi 11,06% menurun 1,08% dari bulan September. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Dampak krisis global juga mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika membuat mata uang rupiah menaglami depresiasi pada triwulan ketiga. Implikasi dari depresiasi rupiah yaitu kenaikan kewajiban valuta asing pada pemerintah dan swasta. Kerugian yang dialami oleh perusahaan publik sebagai akibat membengkaknya kewajiban luar negerinya menagibatkan menurunnya kinerja fundamental perusahaan – perusahaan sehinnga harga saham ikut menurun. Sehinnga hampir seluruh emiten di Bursa Efek Jakarta menderita kerugian selisih kurs kerena memiliki hutang luar negeri. Hubungan atau pengaruh kurs sendiri terhadap saham sangat berkaitan erat. Hal ini karena kurs merupakan salah satu fakor yang mempengaruhi indeks harga saham, sedangkan


(18)

indeks harga saham merupakan dampak simultan dari berbagai kejadian utama fenomena ekonomi. Apabila kurs menguat, maka secara tidak langsung indeks harga saham juga akan naik, tetapi bila kurs melemah maka indeks harga saham juga akan turun. Naik turunnya harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik turunnya permintaan saham di pasar modal oleh investor. Pentingnya kestabilan nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika yaitu agar pergerakan harga saham di Indonesia tidak mengalami gejolak yang akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap investor dalam melakukan investasinya di pasar modal.

Akibat dari dampaknya krisis global tersebut Bank Indonesia turut serta mengendalikan perekonomian dengan cara menurunkan Suku Bunga Acuan secara bertahap selama enam bulan terakhir. Penurunan suku bunga Bank Indonesia tersebut dilakukan untuk mengurangi keketatan likuiditas di lingkungan pengusaha, dengan harapan perekonomian dapat berkembang lebih baik lagi. Pentingnya Bank Indonesia dalam mengatur kebijakan suku bunga yaitu berfungsi sebagai Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting


(19)

framework. . Berikut daftar inflasi, kurs dan suku bunga dari tahun 2006 sampai 2009 :

Tabel 1.2

Daftar inflasi, kurs dan suku bunga periode 2006 - 2009

Variabel (X)

Tahun

Rata-Rata

2006 2007 2008 2009

Inflasi 13.33% 6.40% 10.18% 4.90% 8.70% Kurs 916448,98 913914,71 969262,53 1041047,17 960168,348 Suku Bunga 11,83% 8,60% 8,67% 7,15% 9,06% Sumber : Bank Indonesia 2010 ( data diolah )

Berdasrkan uraian dan permasalahan di atas maka dalam penelitian ini akan menganalisis mengenai “ Pengaruh Analisis Fundamental Terhadap Pergerakan Harga Saham ( Studi Kasus Pada Perbankan yang Masuk Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia ) “.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan, perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pengaruh analisis fundamental yang meliputi inflasi, kurs dan suku bunga BI secara simultan ( bersama – sama ) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perbankan pada Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia ( BEI ) ? 2. Apakah pengaruh analisis fundamental yang meliputi inflasi, kurs dan suku

bunga BI secara parsial mempunyai pengaruh terhadap harga saham perbankan pada Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia (BEI)?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh analisis fundamental yang meliputi inflasi, kurs dan suku bunga BI secara simultan ( bersama – sama ) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perbankan pada Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia ( BEI ).

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh analisis fundamental yang meliputi inflasi, kurs dan suku bunga BI secara parsial mempunyai pengaruh terhadap harga saham perbankan pada Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia ( BEI ).

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam kajian Ilmu Administrasi Bisnis khususnya yang berkaitan dengan manajemen keuangan tentang pengaruh analisis fundamental terhadap pergerakan harga saham.

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Investor

Sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan – perusahaan khususnya perbankan di Indonesia dengan melihat dari sudut pandang fundamental khusunya pada faktor eksternal perusahaan.


(21)

2. Bagi Penelitian akan datang

Sebagai bahan acuan bagi pihak – pihak ( peneliti ) yang tertarik untuk menilti tentang pasar modal di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan faktor fundamental di kedepannya.

3. Bagi Perusahaan

Sebagai gambaran bagi perusahaan tentang kinerja perusahaan dengan melihat pengaruh fundamental dari perusahaan.


(22)

2.1 Penelitian Terdahulu

Alfian Taufike B.M ( 2010 ) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh earning per share, debt equity ratio dan kurs terhadap harga saham perbankan pada Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel earning per share dan debt equity ratio berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel kurs tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Jojok Dwiridotjahjono ( 2006 ) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh variabel – variabel ekonomi makro terhadap harga saham pada perusahaan Food & Baverage yang listing di Bursa Efek Jakarta ( BEJ). Hasil penelitian ini menujukkan bahwa variabel – variabel ekonomi mikro yang terdiri dari inflasi, tingkat bunga deposito, nilai tukar rupiah, produk domestik bruto, harga emas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial variabel inflasi, tingkat bunga deposito, nilai tukar, harag emas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel produk domestik bruto pengaruhnya tidak signifikan pada perusahaan food & baverage yang listing di BEJ.

Penelitian yang sekarang penulis lakukan yaitu tentang penagruh analisis fundamental terhadap pergerakan harga saham ( studi kasus pada perbankan yang masuk indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia) dengan variabel terikat ( Y ) harga


(23)

saham dan tiga variabel bebas yaitu inflasi ( X1 ), kurs ( X2) dan suku bunga Bank

Indonesia ( X3).

2.2 Teori Manajemen Keuangan

2.2.1 Manajemen Keuangan

Menurut Suad Husnan ( 2004 : 4 ) manajemen keuangan merupakan semua kegiatan yang menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Orang yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut sebagai manajer keuangan.

Manajemen keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi -fungsi keuangan. Fungsi - fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana memperoleh dana ( raising of fund ) dan bagaimana menggunakan dana tersebut. Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjakan aktiva tersebut. Untuk memperoleh dana, manajer keuangan bisa memperolehnya dari dalam maupun luar perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa berbentuk hutang atau modal sendiri.

Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan dapat di definisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan


(24)

untuk memaksi mumkan nilai perusahaan. Kegiatan penting lai nnya yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat aspek yaitu :

1. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer lainnya yang bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.

2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan , serta segala hal yang berkaitan dengannya.

3. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin.

4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana perusahaan dapat memperoleh dana dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.

2.2.2 Manajemen Investasi

Investasi dalam arti luas merupakan pengorbanan sejumlah uang saat ini untuk memperoleh sejumlah uang di masa akan datang. Menurut Sunariyah ( 2004 : 4 ) investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Sedangkan menurut M. Fakhrudin ( 2001 : 195 ) dikatakan bahwa, investasi adalah komitmen dana dengan tujuan memperoleh pengembalian ekonomi selama satu periode waktu, yang biasanya dalam bentuk arus kas periodik dan atau nilai akhir.

Definisi berikutnya adalah menurut Tandelilin ( 2001 : 37 ), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan


(25)

datang. Menurut Suad Husnan ( 2004 : 18 ) menyatakan investasi adalah setiap penggunaan uang dengan maksud untuk memperoleh penghasilan.

Menurut bentuknya investasi dibedakan menjadi investasi dalam aktiva finansial( financial investment ) dan investasi dalam aktiva riil ( real investment ). Investasi dalam aktiva finansial lebih merupakan kepemilikan hak klaim atau aktiva yang diwujudkan dalam bentuk dokumen legal yang kemudian disebut sebagai sekuritas ( surat berharga , sedangkan untuk investasi Dalam aktiva riil berupa aktiva berwujud yang tampak nyata ( bangunan, tanah ). Seorang investor yang menghendaki tingkat pengembalian yang tinggi, tentu akan menghadapi resiko yang tinggi pula. Untuk menyikapi hal tersebut, maka salah satu caranya adalah dengan menggunakan upaya diversifikasi yang tepat di antara bermacam – macam bentuk pilihan investasi yang ada.

2.3 Pasar Modal

Pengertian pasar modal di Indonesia tercantum dalam pasal 1 Undang – undang no 8 tahun 1995 yang mendefinisikan bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek ( saham ), perusahaan public yang berkaitan dengan efek. Menurut M. Fakhrudin ( 2001 : 258 ) pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri.

Menurut Tandelilin ( 2001 : 13 ) pasar modal juga dapat didefinisikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang pada umumnya memiliki


(26)

umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Menurut Sunariyah ( 2004 : 4 ) pasar modal merupakan suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalmnya adalah bank – bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat – surat berharga yang beredar. Sedangkan tempat terjadinya jual beli sekuritas disebut bursa efek. M. Fakhrudin ( 2001 : 258) menyatakan ada beberapa fungsi pasar modal, yaitu:

1. Sarana untuk menghimpun dana – dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam kegiatan – kegiatan yang produktif.

2. Sumber pembiayaan yang mudah, murah dan cepat bagi dunia usaha dan pembangunan nasional.

3. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja.

4. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi.

5. Memperkokoh beroperasinya mekanisme financial market dalam menata system moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana “ open market operation “ sewaktu – waktu diperlukan oleh Bank Sentral.

6. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu rate yang reasonable. 7. Sebagai altenatif investasi bagi para pemodal.S

Menurut Sunariyah ( 2004 : 12) macam – macam pasar modal, yaitu : 1. Pasar Primer ( primary market )

Pasar primer ( perdana ) adalah tempat penjualan atau penawaran saham baru dari perusahaan yang menerbitkan saham ( emiten ) kepada investor sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pasar primer merupakan


(27)

pasar modal yang memperdagangkan saham – saham yang dijual untuk pertama kalinya sebelum saham dicatatkan di bursa.

2. Pasar Sekunder ( secondary market )

Pasar sekunder adalah tempat perdagangan surat berharga yang sudah beredar. Pasar ini merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lainnya diperjualbelikan secara luas, setelah melalui penjualan atau penawaran di pasar perdana. Pasar sekunder dibedakan menjadi stock exchange market ( pasar bursa saham atau bursa efek ) dan over the counter ( OTC ) market. Sekuritas dari perusahaan kecil umumnya diperdagangkan di OTC market, sedangkan sekuritas untuk perusahaan besar di stock exchange ( bursa efek). 3. Pasar ketiga ( third market )

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lainnya di luar bursa OTC market. Pasar ini merupakan pasar perdagangan surat berharga yang dijalnkan broker ( pialang ) yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tuutup.

4. Pasar Keempat ( fourth market )

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antara investor tanpa melalui perantara pedagang efek ( broker ) atau pasar modal yan dilakukan di antara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar.


(28)

Di dalam suatu pasar modal terdapat beberapa pelaku yang mempengaruhi terhadap dunia investasi, adapun pelaku – pelaku yang terlibat langsung dalam pasar modal, yaitu :

1. Emiten

Emiten adalah perusahaan yang melakukan emisi, baik berupa saham ataupun obligasi. Dengan kata lain emiten adalah perusahaan yang mengeluarkan efek untuk dijual atau diperdagangkan dengan tujuan memperoleh dana.

2. Investor

Investor merupakan pihak yang menginvestasikan dananya melalui pembelian efek untuk dijual atau diperdagangkan dengan tujuan memperoleh dana.

3. Lembaga penunjang

Perkembangan pasar modal akan mendorong perkembangan lembaga penunjang seperti BAPEPAM ( Badan Pelaksana Penanaman Modal ), akuntan publik, konsultan hukum serta lembaga penunjang lain menjadi professional dalam pelayanannya sesuai dengan bidang masing – masing. 4. Pemerintah

Pembangunan yang dilakukan memerlukan pendanaan yang cukup besar. Perkembangan pasar modal menjadi suatu alternatif dalam pemanfaatan potensi masyarakat sebagai sumber pembiayaan.

Dapat disimpulkan pasar modal yaitu suatu pasar yang disiapkan guna memperdagangkan saham – saham, obligasi dan jenis surat berharga lainnya


(29)

milik suatu emiten yang telah terdaftar di bursa efek dengan memakai jasa para perantara ( pialang ) pedagang efek.

2.4 Indeks LQ 45

Menurut M. Fakhrudin ( 2001 : 204 ) indeks LQ 45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar. Indeks LQ 45 menggunakan 45 saham terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan ( setiap awal bulan Pebruari dan Agustus ). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

Beberapa kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 adalah :

1. Kriteria pertama adalah :

a. Berada di TOP 95% dari total rat – rata tahunan nilai transaksi saham di pasar regular.

b. Berada di TOP 90% dari rata – rata tahunan kapitalisasi pasar. 2. Kriteria kedua adalah :

a. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industry BEJ sesuai dengan nilai kapitalisai pasarnya.

b. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.

Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham – saham dengan


(30)

likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham – saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi criteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut :

1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar regular ( rata – rata transaksi selama 12 bulan terkhir ).

2. Ranking berdasar kapitalisasi pasar ( rata – rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir ).

3. Tercatat di BEJ minimum 3 bulan.

4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar regular.

Saham-saham yang termasuk didalam LQ 45 terus dipantau dan setiap enam bulan akan diadakan review (awal Februari, dan Agustus). Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. Pemilihan saham - saham LQ 45 harus wajar, oleh karena itu BEJ mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM, Universitas, dan Profesional di bidang pasar modal.

Faktor – faktor yang berperan dalam pergerakan indeks LQ 45, diantaranya yaitu :

1. Tingakt suku bunga BI sebagai patokan ( benchmark ) portofolio investasi di pasar keuangan Indonesia.

2. Tingkat toleransi investor terhadap risiko dan saham – saham penggerak indeks yang notabene merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEJ.


(31)

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap naiknya Indeks LQ 45 adalah : 1. Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga minyak mentah dunia.

2. Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ 45 ke zone positif.

Tujuan indeks LQ 45 adalah sebagai pelengkap IHSG ( Indeks Haraga Saham Gabungan ) dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terperacaya bagi analis keuanagn, manajemen investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainya dalam memonitor pergerakan harga dari saham – saham yang aktif diperdagangkan.

Dapat disimpulkan indeks LQ 45 yaitu sekumpulan sahm – saham yang nilai pergerakannya berada di atas pada tiap sektornya dan merupakan sahm – saham unggulan ( blue chips ) yang terpilih melalui kriteria – kriteria yang telah ditentukan oleh bursa efek serta indeks LQ 45 sebagai pelengkap IHSG.

2.5 Teori Sesuai Variabel 2.5.1 Harga Saham

Pengertian saham menurut M. Fakhrudin ( 2001 : 175 ) adalah bukti penyertaan modal di suatu perusahaan atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Sedangkan menurut M. Sophian Hardianto ( 2001 : 6 ) saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang yang berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut ( emiten ).


(32)

Wujud saham yang berupa selembar kertas dan menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham. Suatu perseroan terbatas mengeluarkan sertifikat saham kepada pemiliknya sebagai bukti investasi mereka dalam usaha. Satuan dasar dari modal saham adalah lembar saham. Suatu perseroan terbatas mengeluarkan sertifikat saham untuk sejumlah lembar saham yang diinginkan. Saham yang ditangan pemegang saham disebut saham beredar. Total jumlah saham dalam peredaran pada tiap waktu mewakili seratus persen kepemilikan perseroan terbatas disebut modal saham.

Menurut M. Fakhrudin ( 2001 : 175 ), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham yaitu :

1. Ditinjau dari segi manfaatnya saham digolongkan menjadi dua yaitu : a. Saham Biasa ( common stock )

Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar.

b. Saham Preferen ( prefered stock )

Merupakan saham yang memiliki kharakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap ( seperti bunga obligasi ), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal yaitu :


(33)

mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar deviden.

2. Ditinjau dari segi peralihannya dibedakan menjadi dua yaitu : a. Saham atas unjuk ( bearer stocks )

Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

b. Saham atas nama ( registered stocks )

Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melaui prosedur.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangannya dibagi menjadi :

a. Blue Chip Stocks

Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industry sejenis, memilki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.

b. Income Stocks

Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata – rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.


(34)

c. Growth Stocks

Saham - saham dari emiten yang memilki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industry sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

d. Speculative Stocks

Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemampuan penghasilan tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

e. Counter Cylical Stocks

Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten sperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarkat seperti rokok, consumer goods.

Keuntungan yang diperoleh dalam berinvestasi saham adalah : 1. Capital Gain, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih

antara nilai jual yang lebih tinggi dari pada nilai beli saham.

2. Deviden, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham.

3. Saham juga dapat dijaminkan ke Bank untuk memperoleh kredit sebagai angguan tambahan dari anggunan pokok.

4. Saham perusahaan, seperti juga tanah atau aktiva berharga sejenis, nilainya akan meningkat sejalan dengan waktu dan perkembangan atau kinerja


(35)

perusahaan. Pemodal jangka panjang mengandalkan kenaikkan nilai saham ini untuk meraih keuntungan dari investasi saham.

Kerugian yang diperoleh dalam berinvestasi saham yaitu :

1. Capital Loss, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah daripada nilai beli saham.

2. Opportunity Loss, kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi total hasil yang diperoleh dari investasi saham.

3. Kerugian karena perusahaan dilikuidasi, namun nilai likuidasinya lebih rendah dari harga beli saham.

Menurut Jogiyanto ( 2000 : 75 ) harga saham adalah nilai penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut M. Fakhrudin ( 2001 : 33 ) harga saham merupakan nilai penyertaan modal seseorang kepada suatu perusahaan yang menerbitkan saham untuk mendapatkan tempat sebagai shareholder ( pemegang saham ) pada perusahaan tersebut. Harga saham dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

a. Harga nominal saham

Harga nominal saham adalah nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya.

b. Harga saham perdana

Harga saham perdana adalah harga sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek atau harga jual dari penjamin emisi kepada investor.


(36)

c. Harga pasar

Harga pasar merupakan harga jual dari investor yang satu denagn investor yang lain. Harga pasar ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham dalam penelitian ini merupakan harga penutupan (closing price ) akhir tahun selama satu tahun dari masing – masing industry jasa perbankan.

Dengan pengklasifikasian saham biasa seperti tersebut di atas maka dapat dilihat kelebihan dari investasi saham biasa ini satu kali kemampuannya dalam memberikan tingkat keuntungan ( rate of return ) yang tertinggi dalam arti tergantung pada perusahan penerbitnya, meskipun pengklasifikasiannya atas beberapa kelompok saham tidak selalu tepat, namun setidaknya dapat membantu investor maupun memiliki sahm – saham yang disediakan. Menurut Jogiyanto ( 2000 : 87 ) faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham yaitu :

1. Faktor Internal (Lingkungan mikro)

a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan. b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti

pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi.


(37)

d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.

e. Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya. f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti

negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.

2. Faktor eksternal (Lingkungan makro)

a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.


(38)

d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.

e. Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.

Untuk menganilisis pergerakan harga saham menggunakan dua analisis yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental sebagai berikut :

I. Analisis Teknikal

Menurut M. Fakhrudin ( 2008 : 07 ) analisis teknikal yaitu metode analisis saham dengan basis pergerakan harga saham di masa lalu. Metode ini menggunakan beragam grafik atau chart dalam analisisnya. Penganut aliran teknikal percaya bahwa suatu keadaan atau tren akan berulang kembali.

Analisa teknis atau lebih dikenal dengan istilah analisa teknikal adalah merupakan suatu teknik analisa yang dikenal dalam dunia keuangan yang digunakan untuk memprediksi trend suatu harga saham dengan cara mempelajari data pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volume. Dalam penggunaan perhitungan berbagai metode atau teknik lebih mengutamakan studi atas grafik harga.

Kelebihan analisis teknikal yaitu :

a. Grafik dapat digunakan untuk menganalisis untuk satuan waktu, detik, menit, jam, hingga tahun.

b. Banyak terdapat alat – alat analisis teknikal dan teknik – teknik yang tersedia untuk digunakan sesuai kebutuhan di berbagai sector pasar yang berbeda.


(39)

c. Analisis teknikal dapat menggunakan data secara akurat dan setiap saat tersedia di RTI.

Kelemahan analisa teknikal :

a. Memerlukan banyak data untuk akurasi prediksi.

b. Sangat bergantung pada kemampuan trader, sedangkan masing- masing trader memiliki metode yang berlainan dan belum tentu cocok diterapkan satu sama lainnya.

c. Analisis teknikal masih menganggap sifat manusia akan berulang. II. Analisis Fundamental

Menurut M. Fakhrudin ( 2008 : 07 ) analisis fundamental merupakan metode analisis saham dengan menganalisa data – data atau informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan sumber utama dalam analisis ini termasuk menggunakan rasio – rasio keuangan.

Analisis fundamental adalah suatu analisa yang mempelajari hal – hal yang berhubungan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui sifat – sifat dasar dan kharakteristik operasional dari perusahaan publik.

Analisis fundamental dapat dianalisis dari dua sudut pandang yaitu intern dan ekstern perusahaan. Faktor intern yang berpengaruh terhadap harga saham suatu perusahaan memiliki beberapa variabel yaitu :

1. Pertumbuhan pendapatan (revenue growth)

2. Rasio laba terhadap saham yang beredar ( earning per share-EPS) 3. Rasio pertumbuhan EPS


(40)

4. Rasio harga saham terhadap laba perlembar saham (price earning ratio) 5. Rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba perseroan ( price earning

growth ratio)

6. Rasio harga saham terhadap penjualan (price/sales ratio) 7. Rasio harga saham terhadap nilai buku (price book value) 8. Rasio hutang perseroan ( debt ratio)

9. Margin pendapatan bersih (net profit margin)

Sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap perusahaan. Faktor-faktor fundamental yang sifatnya luas dan kompleks tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori besar, yaitu :

1. Faktor politik sebagai salah satu alat indikator untuk memprediksi pergerakan nilai tukar, sangat sulit untuk diketahui timing / waktu terjadinya secara pasti dan untuk ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar. Ada kalanya suatu perkembangan politik berdampak pada pergerakan nilai tukar, namun ada kalanya tidak membawa dampak apa pun terhadap pergerakan nilai tukar.

2. Faktor keuangan sangat penting dalam melakukan Analisa Fundamental. Adanya perubahan dalam kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah, terutama dalam hal kebijakan yang menyangkut perubahan tingkat suku bunga, akan membawa dampak signifikan terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi. Perubahan kebijakan ini juga memengaruhi nilai mata uang. Tingkat suku bunga adalah penentu untama nilai tukar suatu mata uang


(41)

selain indikator lainnya seperti jumlah uang yang beredar. Aturan umum mengenai kebijakan tingkat suku bunga tingkat suku bunga ini adalah semakin tinggi tingkat suku bunga semakin kuat nilai tukar mata uang. Namun, kadang kala terdapat salah pegertian bahwa kenaikan tingkat suku bunga secara otomatis akan memicu menguatnya nilai tukar maa uang domentik. Perhatian terhadap suku bunga ini terutama harus dipusatkan pada tingkat suku bunga riil, bukan pada tingkat suku bunga nominal. Ini karena perhitungan tingkat suku bunga riil telah menyertakan variabel tingkat inflasi di dalamnya.

3. Faktor Eksternal dapat membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap nilai tukar suatu negara. Perubahan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara dapat membawa dampak (regional effect) bagi perekonomian negara-negara lain yang terdapat dalam kawasan yang sama. Dalam era global arus portofolio modal tidak lagi mengenal batas-batas wilayah negara. Para fund

manager, investor yang melakukan investasi secara global, sangat mencermati

perubahan ekonomi, bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan juga meluas hingga ke dalam lingkup satu kawasan/regional tertentu.

4. Faktor ekonomi : indikator ekonomi adalah salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian penting dari keseluruhan faktor fundamental itu sendiri. Indikator-indikator ekonomi yang sering digunakan dalam analisa fundamental, yaitu :

a. Produk nasional bruto (PNB) adalah total produksi barang dan jasa yang diproduksi oleh penduduk negara tersebut baik yang bertempat tinggal/


(42)

berdomisili di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri dalam suatu periode tertentu.

b. Produksi domestik bruto (PDB) adalah penjumlahan seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara baik oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh perusahaan asing yang beroperasi di dalam negara tersebut pada suatu waktu/ periode tertentu.

c. Tingkat inflasi : Salah satu cara pemerintah dalam menanggulangi inflasi adalah dengan melakukan kebijakan menaikkan tingkat suku bunga. Penggunaan tingkat inflasi sebagai salah satu indikator fundamental ekonomi adalah untuk mencerminkan tingkat PDB dan PNB ke dalam nilai yang sebenarnya. Nilai GDP dan GNP riil merupakan indikator yang sangat penting bagi seorang investor dalam membandingkan peluang dan risiko investasinya di mancanegara.

Indikator-indikator inflasi yang biasanya digunakan oleh para investor: 1. Indeks harga produksi atau Producer Price Index (PPI) adalah indeks yang

mengukur rata-rata perubahan harga yang di terima oleh produsen domestic untuk setiap output yang dihasilkan dalam setiap tingkat proses produksi. Data PPI dikumpulkan dari berbagai sektor ekonomi terutama dari sektor manufaktur, pertambangan, dan pertanian.

2. Indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) adalah digunakan untuk mengukur rata-rata perubahan harga eceran dari sekelompok barang dan jasa tertentu. Index CPI dan PPI digunakan oleh seorang Trader sebagai indikator untuk mengukur tingkat inflasi yang terjadi.


(43)

3. Neraca pembayaran atau balance of payment adalah suatu neraca yang terdiri dari keseluruhan aktivitas transaksi perekonomian internasional suatunegara, baik yang bersifat komersial maupun finansial, dengan negara lain pada suatu periode tertentu. Neraca pembayaran ini mencerminkan seluruh transaksi antara penduduk,pemerintah, dan pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri, seperti transaksi expor dan impor, investasiportofolio, transaksi antar Bank Sentral, dan lain-lain. Dengan adanya neraca pembayaran ini kita mengetahui kapan suatu negara mengalami surplus maupun defisit. Secara garis besar Balance of Payment dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

4. Neraca perdagangan yang merupakan selisih antara total ekspor dan impor barang, jasa, dan transfer. Dalam perhitungannya, neraca perdagangan ini tidak mencakup transaksi-transaksi asset finansial dan kewajiban (hutang). Data ini merupakan indikator tren perdagangan luar negeri yang merupakan aliran bersih dari total ekspor dan impor barang dan jasa sebagai penerimaan atau penghasilan. Dengan adanya transaksi ekspor maka akan diterima sejumlah uang yang nantinya akan menambah permintaan terhadap mata uang negara eksportir. Begitu pula sebaliknya pada impor barang dan jasa dimana sejumlah uang harus dikeluarkan guna membayar barang dan jasa yang kita impor, hal ini akan menambah penawaran akan mata uang negara importir.

5. Aliran Modal yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung, dimana pada investasi langsung, investor dari luar negeri melakukan penanaman modal dalam aset riil misalnya saja membangun pabrik, gedung perkantoran


(44)

dll.Investasi ini biasanya bersifat jangka panjang. Sedangkan investasi tidak langsung dapat kita temui didalam investasi instrument keuangan. Misalnya seorang investor melakukan pembelian saham atau obligasi di bursa Indonesia. Maka investor tersebut harus menukarkan mata uangnya ke rupiah supaya dapat membeli saham ataupun obligasi di Indonesia.

6. Tingkat pengangguran adalah suatu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi rill berbagai sektor ekonomi. Indikator ini dapet dijadikan alat untuk menganalisa sehat/tidaknya perekonomian suatu negara. Apabila perekonomian berada dalam kondisi baik maka akan tercapai tingkat pengangguran yang rendah. Tetapi jika perekonomian dalam keadaan lesu maka tingkat pengangguran pun meningkat.

7. Kurs valuta asing adalah nilai perbandingan atau bisa juga disebut nilai tukar antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs ini biasanya digunakan sebagai indikator utama untuk melihat kekuatan ekonomi ataupun tingkat kestabilan perekonomian suatu Negara. Jika kurs mata uang negara tersebut tidak stabil maka dapat dikatakan bahwa perekonomian negara tersebut tidak baik atau sedang mengalami krisis ekonomi. Untuk itu perlu bagi suatu Negara untuk memiliki mata uang yang stabil agar perekonomian negara tersebut dapat berjalan dengan lancar dan membentuk suatu tren pertumbuhan.

8. PSNCR - Public Sector Net Cash Requirement atau kebutuhan tunai sektor publik yaitu jumlah uang yang harus dipinjam pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Sebab pemerintah seringkali mengeluarkan


(45)

lebih dari yang mereka terima dari penerimaan pajak, dan satu-satunya cara untuk menambah kekurangannya adalah dari meminjam.

Kelebihan analisis fundamental yaitu : 1. Penggerak harga

2. Sederhana, anda cukup dapat mengetahui apakah naik, turun atau tetap. Tidak seperti teknikal yang perlu menggunakan angka.

Kelemahan analisis fundamental yaitu :

1. Seringkali bersifat subyektif dikarenakan psikologi pasar

2. Tidak dapat menjawab kebutuhan secara ilmu pasti. Harus di Ingat bahwa dasar dari analisa fundamental bukanlah matematika melainkan ilmu ekonomi dan psikologi pasar.

2.5.1.1 Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Jogiyanto ( 2000 : 174 ), harga saham suatu perusahaan dapat berubah – ubah, perubahan harga saham ini dapat terjadi karena beberapa hal. Harga saham sebagai indikator nilai perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa variabel fundamental dan teknikal, dimana variabel – variabel tersebut secara bersama – sama akan membentuk kekuatan pasar yang berpengaruh terhadap transaksi saham, sehingga harga saham akan mengalami berbagai kemungkinan kenaikan harga. Artinya, perubahan harga tergantung kepada pihak emiten yang menawarkan saham dan para pialang saham sebagai pihak yang mengajukan permintaan.


(46)

Harga saham yang cenderung naik mempunyai dampak adanya capital gain, atau dapat menggambarkan kondisi perusahaan yang cenderung baik atau mempunyai prospek jangka panjang yang menjanjikan. Sebaliknya, harga saham cenderung turun, dapat mengakibatkan capital loss dan permintaan akan saham juga akan turun. Selain itu hal ini menunjukkan kekurang percayaan para investor terhadap kemampuan atau prospek jangka panjang dari sebuah perusahaan.

Selain factor penawaran dan permintaan, ada banyak faktor yang juga dapat mempengaruhi harga saham, faktor tersebut dapat berupa faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berhubungan dengan fundamental yang mencerminkan kondisi ekonomi, hukum dan politik, pertumbuhan ekonomi, suku bunga, inflasi, peraturan pemerintah serta kurs valuta asing.

2.5.2 Inflasi

Inflasi secara umum merupakan kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus. Pengertian inflasi menurut M. Fakhrudin ( 2001 : 183 ) adalah suatu kenaikan relative yang disponsori oleh kenaikan besar dalam tingat harga umum. Inflasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito dalam peredaran lebih banyak, dibandingkan dengan jumlah barang – barang serta jasa yang ditawarkan atau bila karena hilangnya kepercayaan terhadap mata uang nasional kemudian diikuti adanya gejala yang meluas untuk menukar uang dengan barang – barang. Menurut Tandelilin ( 2001 : 214 ) bahwa semakin tinggi inflasi maka harga saham akan menurun atau berhubungan secara negatif.


(47)

2.5.2.1Jenis – jenis Inflasi A. Penyebab Inflasi

1.Demand – pull Inflation yaitu inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat.

2. Cost – push Inflation yaitu inflasi yang ditandai denagn kenaikan harga serta turunnya produksi.

3. Inflasi permintaan dan Penawaran yaitu inflasi ini disebabkan kenaikan permintaan dan penawaran. Timbulnya inflasi disebabakan karena antara pelaku permintaan dan penawaran barang bertambah, sementara persediaan barang mengalami kekurangan.

B. Berdasarkan Asal Inflasi

1. Domestik Inflation ( inflasi yang berasal dari dalam negeri ) yaitu inflasi yang terjadi di dalam negeri. Misalnya, terjadinya deficit anggaran belanja Negara yang secara terus – menerus dan melakukan pencetakan uang. Hal ini menyebabkan jumlah uang yang dibutuhkan masyarakat melebihi transaksinya dan ini menyebabkan nilai uang menjadi rendah dan harga barang meningkat. 2. Imported Inflation ( inflasi yang tertular dari luar negeri ) yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang ekspor seperti teh dan kopi di luar negeri ( Negara tujuan ekspor ), harganya mengalami kenaikan dan ini membawa pengaruh terhadap harga di dalam negeri.

C. Menurut Tingkat Keparahan / Laju Inflasi 1. Inflasi ringan ( < 10% )


(48)

2. Inflasi sedang ( 10% - 30% ) 3. Inflasi berat ( 30% - 100% ) 4. Hiperinflasi ( > 100% ) 2.5.2.2 Pengaruh Inflasi

Faktor – faktor yang mempengaruhi inflasi yaitu :

1. Indeks harga produksi atau Producer Price Index (PPI) adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga yang di terima oleh produsen domestik untuk setiap output yang dihasilkan dalam setiap tingkat proses produksi. Data PPI dikumpulkan dari berbagai sektor ekonomi terutama dari sektor manufaktur, pertambangan, dan pertanian.

2. Indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) adalah digunakan untuk mengukur rata-rata perubahan harga eceran dari sekelompok barang dan jasa tertentu. Index CPI dan PPI digunakan oleh seorang Trader sebagai indikator untuk mengukur tingkat inflasi yang terjadi.

3. Neraca pembayaran atau balance of payment adalah suatu neraca yang terdiri dari keseluruhan aktivitas transaksi perekonomian internasional suatu negara, baik yang bersifat komersial maupun finansial, dengan negara lain pada suatu periode tertentu. Neraca pembayaran ini mencerminkan seluruh transaksi antara penduduk, pemerintah, dan pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri, seperti transaksi expor dan impor, investasi portofolio, transaksi antar Bank Sentral, dan lain-lain.


(49)

Dengan adanya neraca pembayaran ini kita mengetahui kapan suatu negara mengalami surplus maupun defisit.

2.5.3 Kurs ( nilai tukar )

Menurut M. Faizal ( 2001 : 20 ) pengertian kurs adalah harga satu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang lainya. Kurs dinilai sebagai tolak ukur tingkat mata uang suatu Negara terhadap Negara lain. Tolak ukur yang mempengaruhi kurs ada di berbagai bidang diantaranya ekonomi, politik, sosial, teknologi, ekspor impor suatu Negara. Sedangkan menurut Sawaldjo P. ( 2004 : 212 ) kurs merupakan harga dimana mata uang suatu Negara dipertukarkan dengan mata uang Negara lain.

Kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US$ melemah, ini berarti niali tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk memebli US$ meningkat maka harag saham di bursa efek diperkirakan semakin rendah.

Nilai tukar mata uang merupakan perbandingan niali dua mata uang yang berbeda atau dikenal dengan sebutan kurs. Menurut Sawaldjo P ( 2004 : 223 ) niali tukar didasari dua konsep yaitu :

1. Konsep nominal

Merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu Negara yang diperlukan guna memperoleh sejumlah mata uang dari Negara lain.


(50)

Konsep riil yang diperlukan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu Negara dipasaran internasional.

Hubungan secara teoritis antara nilai tukar rupiah dengan harga saham bersifat negatif yaitu apabila terjadi penurunan nilai tukar mata uang rupiah terhadap US$ ( rupiah terdepresiasi ) maka harga saham akan mengalami peningkatan.

Pergerakan nilai tukar dan inflasi yang diikuti oleh pergerakan suku bunga sebagai pengendali permintaan dan penawaran uang beredar maupun sebagai pengontrol inflasi maka suku bunga dapat digunakan sebagai alat mediasi nilai tukar dan inflasi untuk melihat dampaknya terhadap harag saham. Naik turunnya harga saham yang dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dan inflasi dapat mempengaruhi pengembalian dan tingkat keuntungan, nilai tukar dan inflasi yang wajar akan mendorong pergerakan iklim investasi yang secara langsung mampu mengangkat perekonomian Negara secara makro, karena para investor baik dari dalam maupun dari luar negeri tertarik untuk menanamkam modalnya di dalam negeri yang tentu memberikan keuntungan bagi para investor itu sendiri dan juga Negara.

2.5.4 Suku Bunga Bank Indonesia ( SBI )

Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.


(51)

Suku bunga Bank Indonesia adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Suku bunga BI merupakan suku bunga instrument sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada rapat dewan gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan SBI dan Pasar Uang Antar Bank ( PUAB ). Suku bunga SBI dan PUAB ini yang nantinya mempengaruhi suku bunga deposito dan kredit di perbankan nasional.

Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan suku bunga BI apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga BI apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :

a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.


(52)

c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.

2.6 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori di atas, penelitian ini mencakup pengamatan terhadap industri perbankan yang terdaftar di indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia ( BEI ), dengan membahas bagaimana pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga ( BI Rate ). Kemudian dilakukan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga ( BI Rate ) terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia.

Secara lebih lengkapnya, penelitian ini dapat dijelaskan melalui gambar kerangka pemikiran berikut ini :


(53)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.7 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan, hipotesis yang diajukan dalam penulisan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Inflasi, kurs dan suku bunga BI secara simultan ( bersama – sama ) mempunyai pengaruh terhadap harga saham perbankan pada Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia ( BEI ).

2. Inflasi, kurs dan suku bunga BI secara parsial mempunyai pengaruh terhadap harga saham perbankan pada Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia ( BEI ).

Inflasi ( X1 )

Kurs / nilai tukar( X2 )

BI Rate ( X3 )

Harga saham ( Y )


(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut Sugiyono ( 2008 : 58 ) pengertian variabel yaitu atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang lain atau satu obyek dengan obyek lainnya. Analisis fundamental dalam penelitian ini meliputi tiga variabel yang terdiri dari variabel independen yaitu inflasi, kurs dan suku bunga BI dan variabel dependen yaitu harga saham per bulan pada jasa perbankan pada indeks LQ 45 periode 2006 – 2009. Masing – masing variabel penelitian secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut :

3.1.1 Variabel Dependen ( Y )

Variabel dependen merupakan variabel terikat dan terpengaruh tehadap variabel independen atau yang menjadi akibat dari variabel independen. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah pergerakan harga saham rata – rata ( average price ) industri perbankan pada indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Harga saham pada penelitian ini merupakan pergerakan harga saham per bulan dengan pengukuran variabel dengan satuan poin pada masing – masing laporan keuangan perbankan untuk masuk kriteria penilaian pada indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia.

3.1.2 Variabel Independen ( X )

Variabel independen yaitu variabel bebas ( tak terikat ) yag memiliki sifat mempengaruhi atau yang mejdai sebab perubahan variabel dependen. Didalam penelitian ini terdapat tiga


(55)

1. Inflasi ( X1 )

Inflasi yang dimaksudkan adalah kenaikan harga – harga secara umum dan secara terus - menerus. Data yang digunakan merupakan data inflasi per bulan mulai dari tahun 2006 hingga 2009, dengan pengukuran variabel berupa prosentase ( % ).

2. Kurs ( X2 )

Kurs atau nilai tukar mata uang yang dugunakan dalam penelitian ini adalah kurs tengah Bank Indonesia, hanya untuk mata uang US$ ( US Dollar ) terhadap rupiah yang merupakan nilai tengan antara kurs jual dan kurs beli yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter periode 2006 – 2009. Pengukuran variabel kurs ini dengan satuan rupiah ( Rp ).

3. Suku Bunga BI ( X3 )

Suku bunga yang dimaksud adalah suku bunga BI yang merupakan suku bunga acuan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Data suku bunga BI diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia, dan pengukuran variabel ini dengan satuan prosentase ( % ).

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua industri perbankan yang terdaftar dan aktif di Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia periode 2006 – 2009. Berikut daftar populasi perbankan dalam penelitian ini :


(56)

Tabel 3.1

Daftar Populasi Perbankan

No Nama Perusahaan ( Emiten ) Kode Perusahaan

1 Bank Central Asia Tbk BBCA

2 Bank Rakyat Indonesia Tbk BBRI

3 Bank Danamon Tbk BDMN

4 Bank mandiri Tbk BMRI

5 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA

6 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII 7 Bank Negara Indonesia Tbk BBNI 8 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN

9 Bank Lippo Tbk LPBN

10 Bank Permata Tbk BNLI

Sumber : data olah daftar Indeks LQ 45, periode 2006 – 2009 3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki dalam satu populasi. Menurut Sugiyono ( 2008 : 116 ) menyatakan ada empat faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam penelitian, yaitu :

1. Derajat Keseragaman ( degree of homogeneity ) dari populasi


(57)

4. Tenaga, biaya dan waktu. 3.2.3 Teknik Penarikan Sampel

Pemilihan sampel yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode purposive sampling yaitu metode penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :

1. Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) periode 2006 – 2009.

2. Perbankan yang masuk dalam indeks LQ 45 periode 2006 – 2009 selama lima kali berturut – turut.

Tabel 3.2

Perusahaan yang Masuk Indeks LQ 45 BEI 2006 - 2009

No Nama Perusahaan ( Emiten )

Periode 2006 - 2009

1 2 3 4 5 6 7

1 Bank Central Asia Tbk

2 Bank Rakyat Indonesia Tbk -

3 Bank Danamon Tbk - -

4 Bank mandiri Tbk - -

5 Bank CIMB Niaga Tbk - -

6 Bank Internasional Indonesia Tbk - - 7 Bank Negara Indonesia Tbk - - - 8 Bank Pan Indonesia Tbk - - -

9 Bank Lippo Tbk - - - - -


(58)

adalah :

Tabel 3.3

Daftar Obyek Sampel Penelitian

No Populasi

1 Bank Central Asia Tbk 2 Bank Rakyat Indonesia Tbk 3 Bank Danamon Tbk

4 Bank CIMB Niaga Tbk 5 Bank Mandiri Tbk

6 Bank Internasional Indonesia Tbk

Sumber : data diolah pada Indeks LQ 45 periode 2006 – 2009

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang digunakan untuk tujuan lain, bukan untuk menyelesaikan masalah yang sedang ditangani saat ini dan merupakan data yang sudah diolah.

3.3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia ( BEI ). Data sekunder ini meliputi inflasi, kurs dan suku bunga BI, harga saham perusahaan.


(59)

Pada penelitian ini data sekunder internal yang digunakan yaitu Indonesian Trade Exchange ( IDX ) Indeks LQ 45 januari 2006 – Desember 2009.

2. Data sekunder eksternal yaitu data yang telah diolah dan disediakan di luar dari intrern perusahaan. Pada penelitian ini data sekunder ekternal diperoleh dari :

a. http//www.bi.go.id b. http//www.idx.co.id

3.3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang telah dipublikasikan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan dengan cara mengumpulkan dari Indonesian Trade Exchange ( IDX ) Indeks LQ 45 januari 2006 – Desember 2009. Untuk variabel inflasi, kurs dan suku bunga BI pengumpulan data melalui situs http//www.bi.go.id.

Untuk melengkapi landasan teori dan pemecahan masalah secara hipotesis peneliti membaca buku – buku literature atau studi kepustakaan.

3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan Analisis Regresi Linier Berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel inflasi, kurs dan suku bunga BI terhadap harga saham perbankan pada Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia. Dalam analisis linier berganda diperlukan beberapa kriteria pengujian agar hasil yang hendak dicapai bersifat BLUE ( Best


(60)

dan diolah oleh program SPSS for windows 14. 3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi yang didapat perlu diuji untuk memenuhi kriteria statistika, dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang diterapkan, agar hasil estimasi tidak menyimpang dan memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan data.

Persamaan linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji hipotesis tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya 4 (empat) asumsi dasar (klasik) yaitu :

1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolinearitas 3. UJi Heteroskedastisitas 4. Uji Autokorelasi

Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE. Adapun penjabaran dari asumsi dasar (klasik) adalah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel independen, variabel dependen dan keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti diagonal, maka model tersebut memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh


(61)

memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Multikolinearitas

Menurut Nachrowi ( 2006 : 94 ) Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Adanya korelasi yang terjadi antar variabel Independen berarti dalam model regresi terdapat problem multikolinearitas. Indikasi terdapat masalah multikolinearitas dapat kita lihat dari kasus kasus sebagai berikut :

a. Nilai R2 yang tinggi / signifikan, namun nilai standar error dan tingkat signifikansi masing – masing variabel sangat rendah.

b. Nilai koefisien variabel tidak sesuai dengan hipotesis, misalnya variabel yang seharusnya memiliki pengaruh positif (nilai koefisien positif), ditunjukkan dengan nilai negatif.

Suatu model regresi bebas dari problem multikolinearitas jika : a. Mempunyai angka tolerance mendekati 1

b. Mempunyai besaran Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih besar dari 10. Adapun rumus untuk menghitung VIF adalah :

VIF=

Nilai R dapat dihitung dengan rumus : R2= Jumlah kuadrat regresi


(62)

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Menurut Nachrowi (2006 : 109 ) Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, hal ini berarti varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain mengalami ketidaksamaan. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas salah satunya adalah dengan melihat grafik plot. Jika terjadi pola tertentu, sepeti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji autokorelasi

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu pada kasus yang lain. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

Menurut Nachrowi (2006 : 190 ) autokorelasi merupakan korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (date time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional) dan menyimpulkan dalam model regresi linier tidak terdapat gejala autokorelasi, artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi) pada waktu ke – t (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode

sebelumnya (et – 1). Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat di tes dengan

menghitung nilai Durbin Watson (d tes) dengan persamaan rumus sebagai berikut :


(63)

∑(e

t

-(e

t

-1))²

t=2

d=

t=N

∑e

t

²

t=1

Keterangan :

d = Nilai Durbin Watson et = Residual pada waktu ke – t

et-1 = Residual pada waktu ke t – 1 ( satu periode sebelumnya )

N = Banyaknya data

Setelah diperoleh nilai Durbin Watson, maka nilai ini dibandingkan dengan dL dan dU yang ada dalam tabel dengan ketentuan :

1. Apabila (4 - dW) > dU (batas bawah)

Ho diterima : berarti tidak ada autokorelasi pada model 2. Apabila (4 - dW) < dL (batas atas)

Ho ditolak : berarti ada autokorelasi pada model 3. Apabila dL < (4 - dW) < dU

Uji ini hasilnya tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (konklusif), sehingga tidak ditentukan apakah ada autokorelasi dalam model tersebut.

3.4.2 Uji Hipotesis

Uji Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode poling data, dimana semua data dari semua perusahaan yang menjadi sampel dari tahun 2006-2009 digabung menjadi satu dalam


(64)

persamaan sebagai berikut :

Y= +ε

Keterangan :

Y = harga saham X1 = variabel inflasi

βο = konstanta X2 = Variabel kurs

β1-β3 = koefisien regresi X3 = variabel suku bunga ε = e rror

1. Uji F (Simultan)

Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Prosedur dilakukannya uji F adalah sebagai berikut :

a. H0: β1= β2= β3 = 0 tidak terdapat pengaruh antara X1, X2, X3 terhadap harga saham.

b. Dalam penelitian ini dugunakan tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan derajat bebas (n – k - 1) dimana n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel independen.

Dengan F hitung sebesar :

Fhit=

Keterangan :

R2 = koefisien korelasi berganda K = banyaknya variabel bebas


(65)

-. Jika F hit > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti X1,X2,dan X3 memiliki

pengaruh signifikan secara simultan terhadap Y.

-. Jika F hit ≤ F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti X1,X2,dan X3 tidak

memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap Y. 2. Uji t (Parsial)

Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara individu. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat digunakan uji t dengan kriteria sebagai berikut :

a. H0: β1= β2= β3 = 0 tidak terdapat pengaruh antara x1,x2,dan x3 terhadap harga saham.

H1: β1≠ β2≠ β3≠ 0 terdapat pengaruh antara x1,x2,dan x3 terhadap harga saham.

b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan derajat bebas (n – k - 1), dimana n = jumlah pengamatan dan k = juml;ah variabel.

c. Menentukan kriteria pengujian, melalui perhitungan di bawah ini Perhitungan nilai t dengan menggunakan uji thitung dengan rumus :

thit=

Keterangan :

Bi = Koefisien regresi S ( bi ) = Standart error


(66)

1. Jika t hit > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti X1,X2,dan X3 memiliki

pengaruh signifikan secara parsial terhadap Y.

2. Jika t hit ≤ t tabel, maka H 0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti X1,X2,dan X3 tidak


(67)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian 4.1.1. Bursa Efek Indonesia

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :

1. Desember 1912 = Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.


(68)

3. Tahun 1925 – 1942 = Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

4. Awal athun 1942 = Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5. Tahun 1942 – 1952 = Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.

6. Tahun 1956 = Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

7. Tahun 1956 – 1977 = Perdagangan di Bursa Efek mangalami vakum.

8. 10 Agustus 1977 = Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

9. Tahun 1977 – 1987 = Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

10.1987 = Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.


(1)

enam bank yang pergerakan harga sahamnya tiap bulan tiap tahun berbeda antara satu bank dengan bank yang lainnya dan masih banyak lagi faktor lain yang mempengaruhi harga saham seperti keadaan politik, keamanan dan isu – isu yang biasa mempengaruhi para investor dalam memperjualbeliakan saham, oleh karena itu hasil dari variabel inflasi ini tidak signifikan. Variabel inflasi menunjukkan hasil yang negatif yang berarti bila semakin tinggi inflasi maka harga saham akan menurun atau sebaliknya. Secara teoitis hubungan negatif antara tingkat inflasi dengan harga saham disebabkan oleh meningkatnya permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga – harga barang cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang yang tinggi juga bisa mengurangi pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.

4.3.2.2 Kurs ( X2 )

Variabel kurs memperoleh thitung sebesar -3.199 dengan nilai signifikan 0,02,

sedangkan besarnya ttabel pada signifikan 0,05 adalah -1,960. Dikarenakan thitung >

ttabel ( - 3.199 > -1,960 ) atau nilai signifikansi 0.273 > 0.05 maka H0 ditolak dan

H1 diterima yang berarti variabel kurs memiliki pengaruh secara sigifikan

terhadap pergerakan harga saham. Dengan hasil demikian menyatkan bahwa variable kurs berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Pengaruh nilai tukar rupiah ( kurs ) terhadap harga saham adalah negatif dan signifikan. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa hubungan kurs terhadap harga saham


(2)

97

( melemahnya nilai US $ ) akan menyebabkan harga saham semakin tinggi. Hubungan secara teoritis antara nilai tukar rupiah dengan harga saham bersifat negatif yaitu apabila terjadi penurunan nilai tukar mata uang rupiah terhadap US$ ( rupiah terdepresiasi ) maka harga saham akan mengalami peningkatan.

4.3.2.3 Suku Bunga ( X3 )

Variabel suku bunga memperoleh thitung = -7,48 lebih klecil dari ttabel =

1,960 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% dengan ketentuan variabel

suku bunga tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel harga saham, hal ini dikarenakan suku bunga Bank Indonesia merupakan suku bunga acuan dan pergerakan harga saham perbankan berbeda setiap bulan dan setiap tahunnya antar bank dan faktor lain yang mempengaruhi harga saham seperti keadaan politik, keamanan dan isu – isu yang biasa mempengaruhi para investor dalam memperjualbeliakan saham. Oleh karena itu variabel suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil yang menunjukkan koefisien regresi yang negatif artinya jika tingkat suku bunga tinggi maka investor akan lebih tertarik untuk memindahkan investasinya pada berupa tabungan atau deposito tidak berinvestasi di saham, oleh karena itu hubungannya berlawanan arah atau negatif.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengujian hipotesis dalam penelitian ini yang telah dilaksanakan terhadap variabel inflsi, kurs dan suku bunga terhadap harga saham perbankan indeks LQ 45 BEI, maka dapat diperoleh kesimpulan :

1. Pengaruh variabel inflasi, kurs dan suku bunga menunjukkan hasil yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan yang masuk indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia. Maka kesimpulannya bahwa analisis fundamental berpengaruh signifikan terhadap pergerakan harga saham. 2. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial

dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Variabel inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap pergerakan harga saham perbankan yang terdaftar pada indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia ( BEI ) periode 2006 – 2009.

b. Variabel kurs berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan harga saham perbankan yang terdaftar pada indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia ( BEI ) periode 2006 – 2009.


(4)

99

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil dan pembahasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi para investor, dalam mempertimbangkan untuk menanamkan saham

sebaiknya lebih berfokus pada varibel kurs karena variabel kurs dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan terhadap harga saham. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan populasi yang tidak hanya

terbatas pada perbankan yang terdaftar pada indeks LQ 45 tetapi juga dapat mengambil populasi pada sektor lain yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

3. Bagi perusahaan diharapkan dapat mempertimbankan faktor – faktor lain di luar dari variabel inflasi, kurs dan suku bunga. Faktor tersebut misalnya dari faktor internal yaitu laporan keuangan perusahaan, seperti Rasio harga saham terhadap penjualan (price/sales ratio), rasio harga saham terhadap nilai buku (price book value), rasio hutang perseroan ( debt ratio), margin pendapatan bersih (net profit margin), earning per share (EPS) dan deviden per share (DPS), price earning ratio, net profit margin,

return on assets (ROA), dan lain-lain atau faktor eksternal yang lain seperti gejolak politik, isu – isu dalam maupun luar negeri.


(5)

Dwiridotjahjono ,Jojok , 2006, Manajemen Akuntansi dan Bisnis, Terakreditasi, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Widyagama, Malang.

Faizal,M, 2001, Manajemen Keuangan Internasional, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta. Fakhrudin,M, 2008, Kamus Pasar Modal A – Z, Penerbit : Erlangga, Jakarta.

Fakhrudin,M dan Sophian. S,2001, Metode Penelaian Pasar Modal dan Investasi, Penerbit : Erlangga, Jakarta.

Husnan,Suad, 2004, Dasar – Dasar Manajemen Keuangan, Penerbit : UPP AMP YKPN,

Yogyakarta.

Jogiyanto,2000, Teori dan Analisis Investasi, vol 2, Jakarta, Penerbit : ANDI.

Nachrowi dan Usman, H., 2006, Pendekatan Popular dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Penerbit : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Puspranoto,Sawaldjo, 2004, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan, Penerbit : LP3ES,

Jakarta.

Sunariyah, 2004, Pengantar Pasar Modal, Edisi revisi keempat, Penerbit : UPP YKPN,

Yogyakarta.

Sugiyono, 2008, Metodologi Penelitian Bisnis, Penerbit : Alfabeta, Jakarta. Supriyanto,2001, Statistik, Teori dan Aplikasi, Penerbit : Erlangga, Jakarta.

Taufik, Alfian, 2010, Analisis Pengaruh Earning Per Share, Debt Equity Ratio, dan Kurs Terhadap harga saham Perbankan Pada Indeks LQ45 BEI, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN, Surabaya.

Tandelilin,2001, Pengaruh Perubahan Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham, Penerbit :


(6)

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/indek-lq-45-definisi-kriteria-dan.html. ( diakses 14 Januari 2011).

http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_fundamental. ( diakses 8 Pebruari 2011 ).

http://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/2008088-inflasi-dan-jenis-jenis-inflasi/. ( diakses 8 Pebruari 2011 ).

www.bri.co.id/. ( diakses 25 Pebruari 2011 ). www.klikbca.com/. ( diakses 25 Pebruari 2011 ). www.danamon.co.id/. ( diakses 25 Pebruari 2011 ). www.bankmandiri.co.id. ( diakses 25 Pebruari 2011 ). www.cimbniaga.com. ( diakses 25 Pebruari 2011 ). www.bii.co.id/. ( diakses 25 Pebruari 2011 ).