PENGARUH PEMBINAAN KOMPETENSI GURU OLEH KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU DI SMA LABORATURIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Konsep Capacity Building ... 11

2. Konsep Pemberdayaan Sumber Daya Manusia ... 25

3. Konsep Motivasi Kerja Pegawai ... 33

4. Pengaruh Pengembangan Kapasitas dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Terhadap Motivasi Kerja Pegawai ... 41

5. Penelitian Terdahulu ... 43

B. Kerangka Pemikiran ... 44

C. Hipotesis Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 50

B. Desain Penelitian ... 51

C. Metode Penelitian ... 53

D. Definisi Operasional ... 54

E. Instrumen Penelitian ... 55

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 58


(2)

2. Uji Reliabilitas ... 64

G. Teknik Pengumpulan Data ... 68

H. Analisis Data ... 70

1. Seleksi Angket ... 70

2. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor Responden Berdasarkan Perhitungan Rata-rata (Weighted Means Score) .. 70

3. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku ... 71

4. Uji Normalitas Distribusi Data ... 72

5. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Hasil Penelitian ... 79

1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 79

2. Seleksi Data ... 80

3. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor Responden Berdasarkan Perhitungan Rata-rata (Weighted Mean Score) .... 81

4. Skor Mentah Menjadi Skor Baku Variabel X1, X2, dan Y ... 102

5. Hasil Uji Normalitas Distribusi Data ... 103

6. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... 105

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 111

1. Gambaran Implementasi Capacity Building di Balai Pelatihan Manajerial PT. KAI (Persero) Bandung ... 111

2. Gambaran Pemberdayaan Sumber Daya Manusia di Balai Pelatihan Manajerial PT. KAI (Persero) Bandung ... 113

3. Gambaran Motivasi Kerja Pegawai di Balai Pelatihan Manajerial PT. KAI (Persero) Bandung ... 114

4. Pengaruh Implementasi Capacity Building dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Balai Pelatihan Manajerial PT. KAI (Persero) Bandung ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(3)

DAFTAR TABEL Tabel

2.1. Penelitian Terdahulu ... 43

3.1. Data Populasi Penelitian ... 50

3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 56

3.3. Kriteria Alternatif Jawaban Skala Likert... 58

3.4. Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel X1 (Implementasi Capacity Building) ... 61

3.5. Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel X2 (Pemberdayaan Sumber Daya Manusia) ... 62

3.6. Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Y (Motivasi Kerja Pegawai) .... 63

3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X1 (Implementasi Capacity Building) ... 65

3.8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X2 (Pemberdayaan Sumber Daya Manusia) ... 66

3.9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Y (Motivasi Kerja Pegawai) ... 67

3.10. Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 71

3.11. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi... 75

3.12. Interpretasi Koefisien Determinasi (r2) ... 78

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Gender ... 80

4.2. Hasil Seleksi Data ... 81

4.3. Hasil Perhitungan WMS Variabel X1 (Implementasi Capacity Building) 82 4.4. Hasil Perhitungan WMS Variabel X2 (Pemberdayaan Sumber Daya Manusia) ... 89

4.5. Hasil Perhitungan WMS Variabel Y (Motivasi Kerja Pegawai) ... 94

4.6. Skor Baku Variabel X1 (Implementasi Capacity Building) ... 102

4.7. Skor Baku Variabel X2 (Pemberdayaan Sumber Daya Manusia) ... 102

4.8. Skor baku Variabel Y (Motivasi Kerja Pegawai) ... 103

4.9. Hasil Uji Normalitas Data Variabel X1, X2, dan Y ... 105

4.10. Korelasi Pearson untuk Pengujian Hipotesis Variabel X1 dan Y ... 106

4.11. Korelasi Pearson untuk Pengujian Hipotesis Variabel X2 dan Y ... 106


(4)

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1 Kerangka Pemikiran ... 33 2.2 Hipotesis ... 35


(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode merupakan suatu cara tertentu yang digunakan sebagai alat bantu dalam mencapai tujuan penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (1998:39) bahwa: “Metode adalah suatu cara bekerja untuk dapat memahami objek yang diteliti”. Dengan menggunakan metode penelitian yang tepat serta sesuai dengan masalah yang sedang diteliti diharapkan dalam melaksanakan penelitian ini, dapat memiliki tingkat kecermatan yang tinggi dan akan mendapatkan hasil yang akurat.

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian a) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung yang terletak di jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154.

b) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek maupun objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugioyono, 2005:78). Populasi merupakan sekelompok subjek penyelidikan, baik manusia, gejala, benda-benda, nilai-nilai atau peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan suatu penyelidikan (Surakhmad, 1998:93).

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh guru SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung yang berjumlah 40 orang karena merupakan bagian tidak terpisahkan dan harus saling mendukung dalam pencapaian tujuan sekolah.


(6)

c) Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bias mewakili populasi. Objek atau nilai yang diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Unit sampel mungkin sama dengan unit analisis, tetapi mungkin juga tidak.

Prosedur penarikan sampel menggunakan metode sensus artinya seluruh populasi yang ada digunakan sebagai sampel penelitian. Hal ini digunakan bila populasi relatif kecil (Sugiono, 2005: 78). Jadi sampel penelitian ini berjumlah 40 orang.

B. Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis dan efektif.

Menurut Nasution (2009: 23) menjelaskan bahwa ”Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu.”Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Desain penelitian ini memberikan deskripsi atau gambaran agar memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian sehingga jelas apa yang menjadi fokus penelitiannya. Desain penelitian ini memaparkan populasi, metodologi yang digunakan, jumlah sampel, prosedur pengumpulan data, cara menganalisis data, kesimpulan dan lain sebagainya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai pengaruh pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru. Fokus penelitian mengenai pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah meliputi empat kompetensi yang harus dimiliki oleh


(7)

seorang guru professional yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial serta proses dan teknik pembinaan meliputi pelaksanaan kunjungan kelas, proses pertemuan pribadi dan tindak lanjut.. Sedangkan produktivitas kerja guru berfokus pada guru meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan disiplin.

Penelitian dilaksanakan di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung sebanyak 40 orang. Untuk pengambilan sampel, digunakan teknik sampling jenuh dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai permasalahan pada saat penelitian dilakukan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrumen angket tertutup. Analisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini menggunakan desain survey. Nasution (2009: 25) mengemukakan bahwa: “Desain survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi itu.” Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan angket atau disebut juga kuesioner. Setelah data diperoleh, maka peneliti dapat menguji kebenaran hipotesis.

C. Metode Penelitian

Sugiyono (2011: 3) mengemukakan bahwa “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengadakan penelitian. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.


(8)

Menurut Arikunto (2006: 86) metode deskriptif adalah “Metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini atau masa sekarang.” Pada pelaksanaannya, metode deskriptif meliputi pengumpulan dan penyusunan data kuesioner yang bersifat tertutup serta dihitung dengan menggunakan perhitungan statistik, kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan.

2. Pendekatan Kuantitatif

“Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat diperoleh gambaran umum dan kesimpulan masalah penelitian” (Arikunto, 2006: 86). Artinya bahwa pendekatan kuantitatif merupakan upaya mengukur variabel-variabel yang ada dalam penelitian yaitu variabel X dan Y kemudian dicari hubungan antar variabel tersebut.

Dalam pendekatan kuantitatif diperlukan variabel-variabel sebagai objek penelitian selanjutnya didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel kemudian variabel-variabel tersebut diukur tingkat reliabilitas dan validitasnya karena akan menentukan kualitas penelitian yang dilakukan.

D. Definisi Operasional 1. Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:747), pengaruh adalah “Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikutmembentuk watak, kepercayaan atau perbuatan."

Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daya yang ada atau timbul dari variabel (X) yaitu pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah dan variabel (Y) produktivitas kerja guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung

2. Pembinaan Kompetensi Guru

Pembinaan menurut Dadang Suhardan (2010:39) mengemukakan bahwa:


(9)

Pembinaan merupakan sebuah pelayanan terhadap guru dalam memperbaiki kinerjanya. Pembinaan selain pelayanan terhadap guru, juga merupakan usaha preventif untuk mencegah supaya guru tidak terulang kembali melakukan kesalahan serupa yang tidak perlu, menggugah kesadaran supaya mempertinggi kecakapan dan keterampilan mengajarnya.

Kompetensi guru menurut Mulyasa

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar kompetensi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Pembinaan kompetensi guru adalah pelayanan terhadap guru untuk meningkatkan kemampuan guru untuk membentuk kompetensi guru agar guru bisa menguasai dan memahami materi untuk peserta didik.

Jadi pembinaan kompetensi oleh kepala sekolah adalah upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai manajer untuk memberikan bantuan kepada guru dalam meningkatkan kemampuan guna agar produktivitas guru semakin meningkat.

Ada dua dimensi pembinaan guru sasaran pembinaan dan tekhnik dan proses pembinaan. Sasaran pembinaan yaitu 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Bentuk pembinaan kompetensi guru antara lain yaitu kompetensi pedagogik berupa pembinaan pembuatan RPP, silabus, penggunaan media pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi. Bentuk pembinaan kompetensi kepribadian guru berupa training esq, outbound dan reward and punishment. Bentuk pembinaan kompetensi professional guru berupa pengaktifan MGMP, kelompok kerja guru (KKG), seminar/workshop yang bertemakan peningkatan keprofesionalan guru dan bentuk pembinaan kompetensi sosial berupa training esq,


(10)

outbound dan diklat etika. Dan teknik dan proses pembinaan ada 3 yaitu pelaksanaan kunjungan kelas, proses pertemuan pribadi dan tindak lanjut. Tahapan pelaksanaan kunjungan kelas berupa pengumpulan data, tahap perencanaan, tatap muka dan verifikasi data. Tahapan pertemuan pribadi berupa pengembangan kemampuan guru dan memberikan dorongan dan tahapan tindak lanjut berupa memberi arahan, memberi solusi dan memperbaiki kompetensi guru.

3. Produktivitas Kerja Guru

Menurut J. Ravianto produktivitas adalah suatu konsep yang menunjang adanya keterkaitan hasil kerja dengan sesuatu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari tenaga kerja.

Produktivitas kerja menurut Cascio (dalam Almigo, 2004 : .53) definisi produktivitas kerja adalah sebagai pengukuran output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan.

Jadi produktivitas kerja guru adalah hasil kerja secara kualitas maupun kuantitas guru dalam melaksanakan profesinya sebagai guru.

Dalam produktivitas kerja ada 4 dimensi yaitu kuantitas kerja, kualitas kerja, disiplin dan kerja lembur. Indikator kuantitas kerja yaitu Tingkat pengerjaan semua tugas, jumlah pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh lembaga, jumlah pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan pimpinan. Indikator kualitas kerja yaitu Tingkat tanggung jawab atas pekerjaan, tingkat Penyelesaian tugas dengan kreativitas karyawan, kesesuaian pekerjaan dengan standar pekerjaan, kesesuaian pekerjaan dengan keinginan pimpinan dan respon terhadap perubahan.


(11)

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 148) “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.”

Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2011: 134) bahwa: “Dengan skala pengukuran ini, maka variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.”

Penyusunan instrumen penelitian dari tiap-tiap variabel dituangkan ke dalam kisi-kisi sebagai berikut:


(12)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel X (Pembinaan Kompetensi Guru Oleh Kepala Sekolah)

Variabel Indikator Sub Indikator No Item

Sasaran pembinaan

Kompetensi Pedagogik

 Merancang kegiatan pembelajaran  Merumuskan

tujuan

pembelajaran

 Memilih dan

menetapkan media, metode dan bahan pembelajaran  Menyusun alat

evaluasi  Pemahaman

landasan dan

wawasan kependidikan  Pemahaman

terhadap peserta didik

 Pemanfaatan tekhnologi pembelajaran

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

Kompetensi Kepribadian

Disiplin waktu  Kesungguhan

untuk mengajar  Membantu peserta

10, 11, 12, 13, 15


(13)

didik

mengembangkan pola perilaku untuk dirinya

 Membantu peserta didik

meningkatkan standar perilakunya  Pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan

disiplin

Kompetensi Profesional

 Membuka pelajaran  Menyampaikan

materi pelajaran  Menggunakan

metode mengajar yang bervariasi  Menerapkan teori

belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik  Menggunakan

berbagai alat, media, sumber

belajar yang

relevan

 Menangani dan mengembangkan bidang studi yang

16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,


(14)

menjadi

tanggungjawabnya  Menumbuhkan

kepribadian peserta didik

Mengelola kelas  Menutup

pembelajaran  Melaksanakan

evaluasi

 Pelaporan hasil evaluasi

Kompetensi Sosial

 Motivasi untuk berinteraksi dengan teman sejawat dan pimpinan.

 Menggunakan tekhnologi

komunikasi dan informasi secara fungsional

 Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar  Apresiasi dan

kesadaran sosial

29, 30, 31

Teknik dan Proses

Pembinaan Pelaksanaa

n Kunjungan

Kelas

Pengumpulan data Tahap perencanaan Tatap muka

Verifikasi data


(15)

Proses Pertemuan

Pribadi

 Pengembangan kemampuan guru  Memberikan

dorongan

34, 35, 36

Tindak Lanjut

Memberi arahan Memberi Solusi  Memperbaiki

kompetensi guru


(16)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Y (Produktivitas Kerja Guru)

Variabel Indikator Sub Indikator No Item

Produktivitas Kerja Guru

Kuantitas Hasil Kerja

 Perencanaan

pengajaran 1

 Pelaksanaan

pengajaran 2, 3

 Evaluasi pengajaran

4, 5

 Kemanusiaan

6


(17)

Kualitas Hasil Kerja

 Perencanaan

pengajaran 8, 9

 Pelaksanaan

pengajaran 10, 11, 12, 13, 14

 Evaluasi pengajaran

15, 16, 17

 Kemanusiaan

18, 19, 20

 Kemasyarakatan 21, 22


(18)

Ketaatan

(Sumber: Gary Dessler)

Terdapat berbagai jenis skala yang dapat digunakan untuk penelitian sebagai acuan dalam pengukuran. Berdasarkan variabel yang diteliti, penelitian ini menggunakan jenis skala likert. Menurut Sugiyono (2011: 134) menjelaskan bahwa “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Dalam menjawab pernyataan-pernyataan yang diajukan kepada responden, disusun dengan menggunakan skala likert pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kriteria Alternatif Jawaban Skala Likert

Alternatif Jawaban Variabel X Bobot

Selalu (SL) 5

Sering (SR) 4

Kadang-kadang 3

Jarang (JR) 2

Tidak Pernah (TP) 1

Alternatif Jawaban Variabel Y Bobot

Selalu (SL) 5

Sering (SR) 4

Kadang-kadang 3

Jarang (JR) 2


(19)

Sumber: penulis, 2013, modifikasi dari Sugiyono (2011: 135)

Adapun cara untuk mengisi instrumen dalam penelitian ini adalah dengan cara checklist (), dimana responden memberikan tanda checklist () pada alternatif jawaban yang dipilih pada setiap item-item pernyataan. Instrumen ini digunakan menjadi alat pengumpulan data penelitian dengan teknik angket, karena angket digunakan untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden yang jumlahnya cukup banyak.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik maka perlu didukung data yang baik pula. Sedangkan baik tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen penelitian. Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel.

Uji coba instrumen dilaksanakan di SMA Muslimin Bandung dengan penentuan responden yang memiliki karakteristik yang sejenis dengan responden sebenarnya, dalam hal ini peneliti mengujicobakan kuesioner ini kepada 15 orang guru di SMA Muslimin Bandung.

1. Uji Validitas

Suatu instrumen disusun untuk mengumpulkan data yang diperlukan, sebab data merupakan alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, suatu data harus memiliki tingkat kebenaran yang tinggi sebab akan menentukan kualitas penelitian. Uji validitas diperlukan oleh peneliti guna mengukur tingkat validitas dari instrumen. Sururi dan Suharto (2007:51) berpendapat bahwa:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi dan sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka instrumen tersebut kurang valid.

Bailey (Silalahi, 2009: 244) mengemukakan validitas mengandung dua bagian: ‘(1) bahwa instrumen pengukuran adalah mengukur secara aktual konsep dalam pertanyaan, dan bukan beberapa konsep lain; dan (2) bahwa konsep dapat diukur secara akurat.’ Oleh sebab itu, instrumen pengukur


(20)

dikatakan valid atau sahih apabila mengukur apa yang hendak diukur dan mampu mengungkap data tentang karakteristik gejala yang diteliti secara tepat.

Adapun rumus yang dipergunakan untuk pengujian validitas instrumen ini adalah rumus yang ditetapkan oleh Pearson yang dkenal dengan korelasi

Product Moment.

a. Menggunakan rumus Pearson Product Moment:

=√{ .∑ 2�;− ∑.∑ � �− ∑� 2}.{ .∑� . ∑2�− ∑� 2}

(Akdon, 2008: 144) Keterangan:

= Koefisienkorelasi

� = Jumlah responden

XY = Jumlah perkalian X dan Y

X = Jumlah skor tiap butir

Y = Jumlah skor total

∑X2 = Jumlah skor-skor X yang dikuadratkan

∑Y2 = Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan

b. Selanjutnya dihitung dengan Uji-t, dengan rumus sebagai berikut:

ℎ� = √ −√ −2

(Akdon dan Sahlan, 2008: 144) Keterangan:

= Nilai ℎ�

= Koefisien korelasi hasil ℎ�

� = Jumlah responden

c. Langkah selanjutnya mencari :

Jika diketahui signifikansi untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2, 15 – 2 = 13) dengan uji satu pihak (one tail lest) maka diperoleh

= 1,771

d. Mengkonsultasikan ℎ� dengan :

Setelah diketahui nilai ℎ� kemudian dibandingkan dengan nilai


(21)

dinyatakanvalid, sebaliknya jika ℎ� < maka butir soal dinyatakan tidak valid.

Dari perhitungan hasil uji instrumen yang telah dilakukan, maka validitas setiap item diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Uji validitas variabel X (Pembinaan Kompetensi Guru oleh Kepala Sekolah)

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi Product

Moment dalam pengolahan data variabel X mengenai Pembinaan Kompetensi

Guru oleh Kepala Sekolah adalah sebagai berikut: Tabel 3.4

Hasil Perhitungan Uji Validitas

Variabel X (Pembinaan Kompetensi Guru oleh Kepala Sekolah)

No �� Keterangan

1 0,613 3,551 1,771 Valid

2 0,639 3,839 1,771 Valid

3 0,647 3,921 1,771 Valid

4 0,872 8,793 1,771 Valid

5 0,278 1,180 1,771 Valid

6 0,400 1,864 1,771 Tidak Valid

7 0,422 2,004 1,771 Valid

8 0,444 2,145 1,771 Valid

9 0,646 3,916 1,771 Valid

10 0,411 1,931 1,771 Valid

11 0,517 2,682 1,771 Valid

12 0,060 0,223 1,771 Tidak Valid

13 0,560 3,044 1,771 Valid

14 0,547 2,928 1,771 Valid

15 0,629 3,721 1,771 Valid

16 0,727 5,017 1,771 Valid

17 0,804 6,542 1,771 Valid

18 0,532 2,803 1,771 Valid

19 0,478 2,385 1,771 Valid

20 0,823 7,049 1,771 Valid

21 0,587 3,290 1,771 Valid

22 0,617 3,595 1,771 Valid

23 0,720 4,900 1,771 Valid


(22)

25 0,491 2,478 1,771 Valid

26 0,500 2,547 1,771 Valid

27 0,891 9,746 1,771 Valid

28 0,472 2,342 1,771 Valid

29 0,654 4,005 1,771 Valid

30 0,452 2,202 1,771 Valid

31 0,446 2,158 1,771 Valid

32 0,493 2,498 1,771 Valid

33 0,424 2,015 1,771 Valid

34 0,564 3,077 1,771 Valid

35 0,539 2,863 1,771 Valid

36 0,618 3,602 1,771 Valid

37 0,560 3,041 1,771 Valid

38 0,770 5,789 1,771 Valid

39 0,449 2,182 1,771 Valid

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3.4, diperoleh seluruh item yang berjumlah 37 item dinyatakan valid dan 2 item tidak valid untuk angket variabel X (Pembinaan Kompetensi Guru oleh Kepala Sekolah) maka item yang tidak valid tersebut dihilangkan.

2) Uji validitas variabel Y (Produktivitas Kerja Guru)

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi Product

Moment dalam pengolahan data variabel Y mengenai Produktivitas Kerja

Guru adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Y (Produktivitas Kerja Guru)

No r hitung t hitung t tabel Keterangan

1 0,546 2,293 1,771 Valid

2 0,651 3,116 1,771 Valid

3 0,051 0,147 1,771 Tidak Valid

4 0,475 1,856 1,771 Valid

5 0,463 1,785 1,771 Valid


(23)

7 0,574 2,489 1,771 Valid

8 0,652 3,122 1,771 Valid

9 0,567 2,434 1,771 Valid

10 0,529 2,178 1,771 Valid

11 0,250 0,817 1,771 Tidak Valid

12 0,558 2,373 1,771 Valid

13 0,629 2,922 1,771 Valid

14 0,623 2,866 1,771 Valid

15 0,576 2,501 1,771 Valid

16 0,541 2,256 1,771 Valid

17 0,695 3,560 1,771 Valid

18 06,51 3,120 1,771 Valid

19 0,704 3,656 1,771 Valid

20 0,586 2,577 1,771 Valid

21 0,730 3,967 1,771 Valid

22 0,526 2,160 1,771 Valid

23 0,611 2,774 1,771 Valid

24 0,510 2,058 1,771 Valid

25 0,631 2,940 1,771 Valid

26 0,582 2,543 1,771 Valid

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3.6, diperoleh seluruh item yang berjumlah 24 item dinyatakan valid dan 2 item dinyatakan tidak valid untuk angket variabel Y (Produktivitas Kerja Guru) maka item yang tidak valid tersebut dihilangkan.

2. Uji Reliabilitas

Setelah butir instrumen dinyatakan valid, maka tahap berikutnya adalah menentukan reliabilitas dari setiap instrumen. Sururi dan Suharto (2007:51) mengemukakan bahwa “reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.”

Dalam penelitian ini, langkah-langkah pengujian reliabilitas instrumen mengikuti pendapat Akdon dan Hadi (2005: 151) sebagai berikut:

a. Menghitung total skor setiap responden.


(24)

=√{ .∑ 2�;− ∑.∑ � �− ∑� 2}.{ .∑�. ∑2�− ∑� 2}

Keterangan:

= Koefisien korelasi

� = Jumlah responden

XY = Jumlah perkalian X dan Y

X = Jumlah skor tiap butir

Y = Jumlah skor total

∑X2 = Jumlah skor-skor X yang dikuadratkan

∑Y2 = Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan

c. Menghitung reliabilitas seluruh item dengan rumus Spearman Brown, sebagai berikut:

� = ( + � )

(Sugiyono, 2011: 185) Keterangan:

= reliabilitas internal seluruh instrumen

= korelasi product moment antara belah pertama dan kedua

d. Mencari apabila dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2, 15-2 = 13) maka diperoleh sebesar 0,553.

e. Membuat keputusan dengan membandingkan dengan . dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut.

Jika > berarti butir item instrumen reliabel, dan Jika < berati buti item instrumen tidak reliabel.

Selanjutnya untuk menentukan reliabilitas atau tidaknya instrumen didasarkan pada uji coba hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika ri>r el, maka reliabel b. Jika ri<r el, maka tidak reliabel

Dengan cara perhitungan seperti di atas, hasil uji reliabilitas instrumen untuk variabel X, dan Y adalah sebagai berikut:


(25)

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Uji Reliabelitas Variabel X dan Variabel Y

Variabel Distribusi Data Kesimpulan

Variabel X (Pembinaan

Guru oleh Kepala Sekolah)

0,988 0,553 Reliabel

Variabel Y (Produktivitas

Kerja Guru)

0,999 0,553 Reliabel

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber primer

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber primer. “Sumber primeradalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data” (Sugiyono, 2011: 193).

a. Angket (kuesioner)

Sugiyono (2011: 199) mendefinisikan kuesioner merupakan “Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.” Dalam penelitian ini digunakan kuesioner tertutup dengan menyediakan beberapa alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilih salah satu diantaranya. Keuntungan menggunakan kuesioner tertutup adalah jawaban-jawaban lebih terarah, mudah diolah, dan dianalisa. Kuesioner tertutup yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, dimana terdiri dari sejumlah pernyataan yang meminta reaksi responden.

b. Wawancara

Sugiyono (2011: 194) mengemukakan bahwa:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabilapeneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.


(26)

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada guru SMA Laboraturium Percontohan UPI yang menjadi objek penelitian khususnya mengenai pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah dan produktivitas kerja guru yang hasilnya digunakan untuk melengkapi data penelitian yang sedang diteliti.

2. Sumber sekunder

Menurut Sugiyono (2011: 193) “Sumber sekunder merupakan sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya orang lain atau lewat dokumen.”

Sumber sekunder berupa kajian kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis seperti dari referensi buku, internet, makalah maupun penelitian sejenis yang berkaitan dengan objek penelitian.

H. Analisis Data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seleksi angket

Pada tahapan ini, langkah pertama yang dilakukan yaitu memeriksa dan menyeleksi data yang terkumpul dari responden. Hal ini sangat penting untuk dilakukan dalam meyakinkan bahwa data-data yang telah terkumpul memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut.


(27)

2. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor Responden Berdasarkan Perhitungan Rata-rata (Weighted Mean Score)

Perhitungan dengan teknik ini dimaksudkan untuk menentukan setiap

item sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang ditentukan. Adapun

langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut:

a. Pemberian bobot nilai untuk setiap alternatif

b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang dipilih

c. Mencari jumlah nilai jawaban yang dipilih responden pada tiap pernyataan, yaitu dengan cara menghitung frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban tersebut, kemudian dikalikan dengan bobot alternatif itu sendiri

d. Menghitung nilai rata-rata (�̅) untuk setiap butir pertanyaan dalam kedua bagian angket, dengan menggunakan rumus:

�̅ =

Keterangan:

�̅ = Jumlah rata-rata yang dicari

X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali bobot untuk

setiap alternatif kategori)

n = Jumlah responden

(Sudjana, 2005: 67)

e. Menentukan kriteria pengelompokkan WMS untuk skor rata-rata setiap kemungkinan jawaban. Kriterianya sebagai berikut:

Tabel 3.7

Konsultasi Hasil Perhitungan WMS

Rentang Nilai Kriteria Penafsiran

4,01 – 5,00 Sangat Tinggi Selalu Selalu

3,01 – 4,00 Tinggi Sering Sering

2,01 – 3,00 Cukup Kadang-kadang Kadang-kadang

1,01 – 2,00 Rendah Jarang Jarang

0.01 – 1,00 Sangat Rendah Tidak Pernah Tidak Pernah


(28)

3. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku

Menurut Akdon (2008: 86) dalam mengubah skor mentah menjadi skor baku dalam setiap variabel, dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Ti = 50 + 10 �− ̅

Keterangan :

Ti = Skor baku �� = Skor mentah

= Standar deviasi

�̅ = Rata-rata (Mean)

Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku, diperlukan beberapa langkahberikut ini:

a. Menentukan skor mentah terbesar dan terkecil

b. Menentukan rentang (R) dengan cara skor tertinggi (ST) dikurangi skor terendah (SR)

R = ST – SR

c. Menentukan banyaknya kelas (BK), dengan rumus Sturgess BK = 1 + (3,3) log n

d. Menentukan panjang kelas (i), dengan rumus Rentang dibagi Banyaknya Kelas

i =

��

e. Membuat tabel distribusi frekuensi dengan (BK) dan (i) yang sudah diketahui

f. Menentukan rata-rata (mean) dengan rumus:

�̅ = ∑ �. �

g. Menentukan standar deviasi (s) dengan rumus:

S = √ ∑ � �2 − ∑ � �2


(29)

i. Ti = 50 + 10 �− ̅

4. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas data ini dimaksudkan untuk mengetahui normal tidaknya penyebaran data. Hasil pengujian normalitas distribusi data akan menentukan teknik statistik apa yang akan digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Apabila data tersebar dengan normal maka teknik perhitungan statistiknya menggunakan teknik statistik parametrik, namun apabila data tidak tersebar dengan normal maka teknik penghitungan statistiknya menggunakan teknik statistik non parametrik. Dalam perhitungan uji normalitas pada penelitian ini menggunakan rumus Chi Kuadrat (X2) sebagai berikut:

� = ∑ �−� 2 �

�=

(Akdon dan Hadi, 2005: 171) Keterangan:

X2 = Chi Kuadrat

� = Frekuensi hasil penelitian

� = Frekuensi yang diharapkan

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan formulasi ini adalah sebagai berikut:

a. Menentukan skor mentah terbesar dan terkecil

b. Menentukan rentang (R) engan cara skor tertinggi (ST) dikurangi skor terendah (SR)

R = ST – SR

c. Menentukan banyaknya kelas (BK), dengan rumus Sturgess BK = 1 + (3,3) log n

d. Menentukan panjang kelas (i), dengan rumus Rentang dibagi Banyaknya Kelas

i =

��

e. Membuat tabel distribusi frekuensi dengan (BK) dan (i) yang sudah diketahui


(30)

f. Menentukan rata-rata (mean) dengan rumus:

�̅ = ∑ �. �

g. Menentukan standar deviasi (s) dengan rumus:

S = √ ∑ � �2 − ∑ � �2

h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:

1) Menentukan batas kelas, yaitu angka kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan interval ditambah 0,5

2) Mencari Z score untuk batas kelas dengan rumus: Z = B Kel − ̅

3) Mencari luas daerah antara 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z dengan menggunakan angka-angka pada batas kelas.

4) Mencari luas tiap interval dengan mencari selisih luas 0 – Z kelas interval. Caranya dengan mengurangkan angka-angka 0 – Z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang paling tengah ditanbahkan dengan angka baris berikutnya. 5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) diperoleh dengan cara

mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden (n = 30). 6) Mencari frekuensi hasil penelitian (fo) diperoleh dengan cara

melihat setiap kelas interval pada tabel distribusi frekuensi.

i. Mencari Chi Kuadrat (X2) dengan memasukkan harga-harga ke dalam rumus:

� = ∑ � − �

�=

j. Menentukan keberartian X2 dengan cara membandingkan X2hitung


(31)

dengan kriteria: distribusi dikatakan normal apabila X2hitung< X2tabel dan

distribusi dapat dikatakan tidak normal apabila X2hitung> X2tabel.

5. Pengujian Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis ini dilakukan untuk mencari derajat hubungan antar variabel-variabelnya dan mengetahui apakah terdapat pengaruh/kontribusi yang positif dan signifikan antara Pengaruh pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru. Adapun langkah-langkah dalam menguji hipotesis penelitian ini dengan menggunakan analisis korelasi, uji signifikansi koefisien korelasi, uji koefisen determinasi, dilanjut dengan koefisien korelasi ganda dan uji signifikansi korelasi ganda.

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi adalah suatu teknik statistik yang tujuannya adalah untuk mengukur derajat hubungan dan bagaimana eratnya hubungan itu. Wijaya (2000: 122) mendefinisikan analisis korelasi “Merupakan studi yang membahas tentang derajat keeratan hubungan antar perubah, yang dinyatakan dengan koefisien korelasi.”

=√{ .∑ 2.∑�− ∑� �� 2− ∑}.{ .∑� . ∑2�− ∑� 2}

Keterangan:

= Koefisienkorelasi

� = Jumlah responden

XY = Jumlah perkalian X dan Y

X = Jumlah skor item

Y = Jumlah skor total (seluruh item)

Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: 1) Membuat tabel penolong untuk menghitung korelasi Pearson Product

Moment.

2) Mencari ℎ� dengan cara memasukkan angka statistik dari tabel penolong sesuai rumus

3) Menafsirkan besarnya koefisien korelasi dengan klasifikasi yang diperoleh dari Akdon (2008: 188). Adapun pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:


(32)

Tabel 3.8

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0.799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2011: 257)

b. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

Uji signifikansi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi korelasi antara variabel X dan Y, dilakukan dengan uji independen untuk mencari harga t maka digunakan uji signifikansi dengan rumus yang dikemukakan oleh Akdon (2008: 188)

= �√�−√ −�

Keterangan:

t = Nilai

r = Nilai koefisien korelasi

n = Jumlah sampel

Kriteria pengujian terhadap uji satu pihak dengan derajat kebebasan (dk = n – 2) pada tingkat signifikansi tertentu. Kaidah pengujian adalah jika hasil konsultasi harga ℎ�,, maka Ho ditolak dan Ha diterima, dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi adalah signifikan, tetapi jika ℎ�,, maka Ho diterima dan Ha ditolak, dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi adalah tidak signifikan.

c. Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui besarnya persentase kontribusi variabel (X) yaitu Pengaruh pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah terhadap variable (Y) produktivitas kerja guru Adapun untuk mengetahui koefisien determinasi dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Akdon (2008: 188) yaitu:


(33)

KD = x 100% Keterangan:

KD = Koefisien determinasi yang dicari

r = Koefisien korelasi

Tabel 3.9

Interpretasi Koefisien Determinasi (r )

Nilai Koefisien Determinasi (%) Tingkat Hubungan

81 – 100 Sangat Kuat

61 – 80 Kuat

41 – 60 Cukup Kuat

21 – 40 Rendah

0 – 20 Sangat Rendah


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah berpengaruh negatif (� = −0.042) dan tidak signifikan terhadap produktivitas kerja guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung.

1. Gambaran Umum Pembinaan Kompetensi Guru oleh Kepala Sekolah Berdasarkan uji kecenderungan umum yang menggunakan teknik perhitungan Weighted Mean Score (WMS) yang berarti keseluruhan aspek yang terkandung dalam pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung termasuk dalam kategori tinggi. Ini berarti bahwa variabel pembinaan kompetensi guru oleh yang kepala sekolah yang meliputi sasaran pembinaan yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial serta teknik pembinaan yaitu dengan melalui pelaksanaan kunjungan kelas, pelaksanaan pertemuan pribadi dan tindak lanjut.

2. Gambaran Umum Produktivitas Kerja Guru

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan teknik perhitungan

Weighted Mean Score (WMS) yang berarti keseluruhan aspek yang

terkandung dalam produktivitas kerja guru di SMA Laboraturium UPI Bandung termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dengan kata lain bahwa guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas kerja ini terkait dengan indikator kuantitas hasil kerja, kualitas hasil kerja dan disiplin kerja. Adapun secara khusus, penelitian ini menyimpulkan :


(35)

a. Pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah pada guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung menunjukkan pada kondisi baik, dilihat dari aspek sasaran pembinaan dan teknik pembinaan.

b. Produktivitas kerja guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung menunjukkan pada kondisi sangat baik, dilihat dari aspek kuantitas hasil kerja, kualitas hasil kerja dan disiplin kerja.

c. Pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah tidak berpengaruh (-0,042) dan tidak signifikan terhadap produktivitas kerja guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang diperoleh maka ada beberapa saran yang dapat dilakukan, adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengolahan angket penelitian ini guru SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung ditemukan bahwa pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung sudah berjalan baik. Seperti yang telah kita ketahui baik secara teori maupun nyata, dimana pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru untuk mencapai keberhasilan siswa. Maka diharapkan guru lebih meningkatkan kompetensinya untuk mencapai keberhasilan siswa. Maka dari itu peran kepala sekolah sangat diperlukan melalui pembinaan.

2. Berdasarkan hasil pengolahan angket penelitian ini guru SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung ditemukan bahwa produktivitas guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung sudah sangat baik. Maka dari itu guru diharapkan untuk mempertahankan produktivitas kerja guru dengan cara mengikuti diklat fungsional maupun diklat yang diselenggarakan oleh lembaga lain, mengikuti kegiatan kolektif guru seperti KKG, MGMP, diskusi ilmiah (teman sejawat) sesama guru, dan lain-lain guna meningkatkan kompetensi.


(36)

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan mengenai pengaruh pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung,

Ada hal-hal yang harus diperhatikan menurut peneliti agar pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru yaitu:

a. Kepala sekolah harus lebih sering melaksanakan pembinaan kompetensi guru.

b. Pembinaan oleh kepala sekolah terhadap guru harus lebih mengarah ke produktivitas guru bukan hanya sekedar menjaga hubungan baik antara keduanya.

c. Angket yang dibuat harus lebih mengarah kepada kedua variabel tersebut.

d. Berdasarkan hasil pengolahan angket penelitian ini, ditemukan bahwa pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru. Hal ini menjadi pertanyaan besar karena ada beberapa faktor yang mengakibatkan pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah berkorelasi negatif terhadap produktivitas kerja guru. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyebab mengapa pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru.

e. Saran untuk pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah untuk tetap dilakukan oleh kepala sekolah, meskipun penelitian ini berpengaruh negatif karena salah satu tugas kepala sekolah ialah membina guru agar guru bisa meningkatkan kompetensinya dan akan berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan di sekolah tersebut.


(37)

Penulis akan menyampaikan beberapa hal yang dapat dijadikan rekomendasi. Adapun rekomendasi yang dapat diberikan antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Pihak SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung a. Pembinaan Kompetensi Guru oleh Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian dari uji kecenderungan rata-rata dengan menggunakan teknik Weighted Mean Score (WMS), diketahui bahwa nilai terendah pada variable pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah adalah pelaksanaan pertemuan pribadi dari indikator teknik pelaksanaan pembinaan. Untuk itu penulis sarankan kepada pihak SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung agar lebih merutinkan pelaksanaan pertemuan pribadi.

Dengan seringnya dilaksanakan pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah diharapkan kompetensi guru akan semakin baik, karena dengan kompetensi yang baik maka guru akan baik pula dalam pelaksanaan proses pengajaran yang dimana akan berdampak baik pada hasil pembelajaran peserta didik.

b. Produktivitas Kerja Guru

Berdasarkan hasil penelitian dari uji kecenderungan rata-rata dengan menggunakan teknik Weighted Mean Score (WMS), diketahui bahwa nilai terendah pada variabel produktivitas kerja guru adalah kemasyarakatan dari indikator kuantitas hasil kerja .

Untuk itu kepala sekolah perlu membimbing guru agar para guru lebih meningkatkan partisipasinya kepada masarakat sekitar. Karena dengan adanya partisipasi maka akan terjalin pula hubungan yang baik antar sekolah dan masyarakat.


(38)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini mengenai pengaruh pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung. Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik ingin meneliti sebaiknya mengkaji lebih dalam lagi dari segi permasalahan kemudian dengan populasi dan sampel yang berbeda menjadi lebih banyak responden yang didukung dengan berbagai teori-teori yang relevan sehingga diperoleh data yang akurat dan juga mengkaji indikator yang rendah dalam penelitian ini serta mengkaji bentuk-bentuk pembinaan kepala sekolah kepada guru. Setelah itu hasil penelitian yang sudah diolah dan dianalisis dapat dikomparasikan sehingga mendapatkan persentase yang berpengaruh bagi penelitiannya.


(39)

Daftar Pustaka

Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian

untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Dessler, Gary. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Indeks. Efendi, Marihot. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Grasindo.

Fattah, Nanang. (2001). Landasan Manjemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Gilmore. (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resources

Management): Jilid I. Jakarta: PT Gunung Agung.

Hasan, Iqbal. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Pendidikan Dan

Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hasibuan, Malayu SP. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kaswan. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nasution, S. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rivai, Veithza. (2009). Education Management. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rowley. Chris. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju

Siagian, Sondang P. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara


(40)

Stronge, James. (2013). Kompetensi Guru-guru Efektif. Jakarta: PT Indeks Sudijono, Anas. (1987) Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek

Profesional. Bandung: Angkasa

TIM Dosen Administrasi Pendidikan. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Umar, Husein. (1998). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wahjosumidjo. (2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahnnya. Jakarta: Grafindo.

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi

Pembelajar (Learning Organization). Bandung: Alfabeta.

Zuriah, Nurul. (2009). Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan


(1)

a. Pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah pada guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung menunjukkan pada kondisi baik, dilihat dari aspek sasaran pembinaan dan teknik pembinaan.

b. Produktivitas kerja guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung menunjukkan pada kondisi sangat baik, dilihat dari aspek kuantitas hasil kerja, kualitas hasil kerja dan disiplin kerja.

c. Pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah tidak berpengaruh (-0,042) dan tidak signifikan terhadap produktivitas kerja guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang diperoleh maka ada beberapa saran yang dapat dilakukan, adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengolahan angket penelitian ini guru SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung ditemukan bahwa pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung sudah berjalan baik. Seperti yang telah kita ketahui baik secara teori maupun nyata, dimana pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru untuk mencapai keberhasilan siswa. Maka diharapkan guru lebih meningkatkan kompetensinya untuk mencapai keberhasilan siswa. Maka dari itu peran kepala sekolah sangat diperlukan melalui pembinaan.

2. Berdasarkan hasil pengolahan angket penelitian ini guru SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung ditemukan bahwa produktivitas guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung sudah sangat baik. Maka dari itu guru diharapkan untuk mempertahankan produktivitas kerja guru dengan cara mengikuti diklat fungsional maupun diklat yang diselenggarakan oleh lembaga lain, mengikuti kegiatan kolektif guru seperti KKG, MGMP, diskusi ilmiah (teman sejawat) sesama guru, dan lain-lain guna meningkatkan kompetensi.


(2)

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan mengenai pengaruh pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung,

Ada hal-hal yang harus diperhatikan menurut peneliti agar pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru yaitu:

a. Kepala sekolah harus lebih sering melaksanakan pembinaan kompetensi guru.

b. Pembinaan oleh kepala sekolah terhadap guru harus lebih mengarah ke produktivitas guru bukan hanya sekedar menjaga hubungan baik antara keduanya.

c. Angket yang dibuat harus lebih mengarah kepada kedua variabel tersebut.

d. Berdasarkan hasil pengolahan angket penelitian ini, ditemukan bahwa pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru. Hal ini menjadi pertanyaan besar karena ada beberapa faktor yang mengakibatkan pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah berkorelasi negatif terhadap produktivitas kerja guru. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyebab mengapa pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru.

e. Saran untuk pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah untuk tetap dilakukan oleh kepala sekolah, meskipun penelitian ini berpengaruh negatif karena salah satu tugas kepala sekolah ialah membina guru agar guru bisa meningkatkan kompetensinya dan akan berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan di sekolah tersebut.


(3)

Penulis akan menyampaikan beberapa hal yang dapat dijadikan rekomendasi. Adapun rekomendasi yang dapat diberikan antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Pihak SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung

a. Pembinaan Kompetensi Guru oleh Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian dari uji kecenderungan rata-rata dengan menggunakan teknik Weighted Mean Score (WMS), diketahui bahwa nilai terendah pada variable pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah adalah pelaksanaan pertemuan pribadi dari indikator teknik pelaksanaan pembinaan. Untuk itu penulis sarankan kepada pihak SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung agar lebih merutinkan pelaksanaan pertemuan pribadi.

Dengan seringnya dilaksanakan pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah diharapkan kompetensi guru akan semakin baik, karena dengan kompetensi yang baik maka guru akan baik pula dalam pelaksanaan proses pengajaran yang dimana akan berdampak baik pada hasil pembelajaran peserta didik.

b. Produktivitas Kerja Guru

Berdasarkan hasil penelitian dari uji kecenderungan rata-rata dengan menggunakan teknik Weighted Mean Score (WMS), diketahui bahwa nilai terendah pada variabel produktivitas kerja guru adalah kemasyarakatan dari indikator kuantitas hasil kerja .

Untuk itu kepala sekolah perlu membimbing guru agar para guru lebih meningkatkan partisipasinya kepada masarakat sekitar. Karena dengan adanya partisipasi maka akan terjalin pula hubungan yang baik antar sekolah dan masyarakat.


(4)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini mengenai pengaruh pembinaan kompetensi guru oleh kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru di SMA Laboraturium Percontohan UPI Bandung. Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik ingin meneliti sebaiknya mengkaji lebih dalam lagi dari segi permasalahan kemudian dengan populasi dan sampel yang berbeda menjadi lebih banyak responden yang didukung dengan berbagai teori-teori yang relevan sehingga diperoleh data yang akurat dan juga mengkaji indikator yang rendah dalam penelitian ini serta mengkaji bentuk-bentuk pembinaan kepala sekolah kepada guru. Setelah itu hasil penelitian yang sudah diolah dan dianalisis dapat dikomparasikan sehingga mendapatkan persentase yang berpengaruh bagi penelitiannya.


(5)

Daftar Pustaka

Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian

untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Dessler, Gary. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Indeks. Efendi, Marihot. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Grasindo.

Fattah, Nanang. (2001). Landasan Manjemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Gilmore. (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resources

Management): Jilid I. Jakarta: PT Gunung Agung.

Hasan, Iqbal. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Pendidikan Dan

Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hasibuan, Malayu SP. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kaswan. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nasution, S. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rivai, Veithza. (2009). Education Management. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rowley. Chris. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju


(6)

Stronge, James. (2013). Kompetensi Guru-guru Efektif. Jakarta: PT Indeks Sudijono, Anas. (1987) Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek

Profesional. Bandung: Angkasa

TIM Dosen Administrasi Pendidikan. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Umar, Husein. (1998). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wahjosumidjo. (2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahnnya. Jakarta: Grafindo.

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi

Pembelajar (Learning Organization). Bandung: Alfabeta.

Zuriah, Nurul. (2009). Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan