PANDUAN FASILITASI perguruan MUSYAWARAH PERENCANAA

PANDUAN FASILITASI

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) INTEGRASI

I. DASAR PEMIKIRAN

Pengalaman pelaksanaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun 1998, Pilot Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) tahun (2006- 2008). Pilot Laboraratorium Site PP (Lab. Site PP) tahun 2009, P2SPP tahun 2010 dan PNPM MPd mulai tahun 2007 telah mewujudkan penguatan sistem perencanaan pembangunan partisipatif yang menempatkan masyarakat sebagai subyek atau pelaku utama dalam pembangunan. Program tersebut selama ini telah dilaksanakan secara efektif sebagai upaya srategi penanggulangan kemiskinan, pengangguran dan dianggap dapat menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat.

Program-progran tersebut telah memberikan pengalaman penting dengan memiliki beberapa karakteristik seperti : a) masyarakat terlibat penuh dalam perencanaan pelaksanaan, pelestarian program dan; b) keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan yang cukup kuat. Namun demikian, program ini: a) belum sepenuhnya mengikuti mekanisme dan prosedur yang telah ada walaupun penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah lokal cukup menonjol dengan bantuan teknis konsultan dan; b) belum adanya keterpaduan dengan program-program lain secara nasional baik dalam hal program, lokasi, dana waktu, dan mekanisme pengelolaan.

Melihat kecenderungan tersebut maka telah dirancang grand desain pengintegrasian yang dirumuskan secara sistematis dan telah dilaksanakan melalui serangkaian pilot P2SPP mulai tahun (2006-2008), Pilot Lab. Sate PP tahun 2009, P2SPP Tahun 2010 dan PNPM Integrasi 2011. Kegiatan pengintegrasian juga telah digerakan melalui di PNPM MPd mulai tahun 2010 dengan dukungan regulasi antara lain: a) Kebijakan Optimalisasi; b) Panduan Teknis Pengintegrasian; c) Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa; d) Kebijakan Penambahan DOK Pelmas dan; e) Beberapa kebijakan Pendukung pengintegrasian lainnya.

Kegiatan lokasi program P2SPP kegiatan pengintegrasian telah memberi pula beberapa pengalaman penting yaitu: a) penguatan proses Musrenbang; b) peningkatan sinergi perencanaan kegiatan pembangunan; c) meningkatnya peran pemerintah kabupaten dan desa/kelurahan, serta d) meningkatnya peran fasilitasi masyarakat oleh Aparatur Pemerintah dan Setrawan. Namun demikian di sisi lain masih menghadapai berbagai kelemahan antara lain keberadaan P2SPP dipandang masih sebagai upaya khusus dan terbatas atau eksekutif. Artinya kegiatan pengintegrasian belum menjadi kegiatan yang menyeluruh di lokasi desa, kecamatan dan kabupaten di Indonesia.

Kebijakan optimalisasi tahun 2010 dengan skema usulan yang berbasis dari penggalian gagasan dan sisa usulan telah memberi dampak optimalisasi keprogram tetapi belum secara maksimal dalam pengintegrasian. Luncuran Panduan Teknis Pengintegrasian sebagai upaya mengembangkan perencanaan partisipatif PNPM MPd yang diintegrasikan dengan perencanaan partisipatif dengan skema Musrenbang Reguler. Agenda pengintegrasian program ini merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan utamanya terkait dengan instruksi untuk melaksanakan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 khususnya terkait integrasi PNPM MPd dengan

Musrenbangdes selaras dengan Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa (PPD), selanjutnya diturunkan ke dalam prosedur kerja yang lebih operasional melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor :

414.2/5223/PMD tanggal 16 Desember 2008 tentang Pedoman Pembangunan Partisipatif dan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret 2010 perihal Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa (PPD).

Rumusan itu dalam pengintegrasian diperkuat dengan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2/2207/PMD tanggal 18 Mei 2010 perihal Panduan Teknis Integrasi Perencanaan Pembangunan (IPP). Beberapa regulasi dimaksud pada dasarnya telah memberikan arah yang kuat terhadap perencanaan pembangunan partisipatif di dalam pelaksanaan pengintegrasian ke sistem reguler.

Atas dasar regulasi dan praktek pengalaman pelaksanaan di atas, perlu dilakukan upaya untuk mengefektifkan proses maupun hasil perencanaan. Kondisi tersebut, diyakini dapat tercapai apabila dilakukan upaya pengintegrasian, yaitu penyatupaduan proses perencanaan program ke dalam proses reguler melalui Musrenbang dengan berbasis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Untuk itu, perlu dilakukan upaya fasilitasi penyiapan dan koordinasi dengan lintas pelaku dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dalam pelaksanaan pengintegrasian dimaksud. RPJMDes adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum, dan program-program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan rencana kerja.

RKPDes adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, merupakan penjabaran dari RPJMDes yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutahirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Pada tataran operasional, skema pengintegrasian program PNPM MPd sangat diperlukan adanya dokumen perencanaan pembangunan di desa RPJMdes, RKPDes dan perangkat pendukung pemerintahan desa lainnya secara baik dan benar. Kegiatan ini akan difokuskan pada peningkatan kualitas manajemen pemerintahan desa sebagai basis kekuatannya. Efektivitas fasilitasi untuk memastikan pemerintah desa membentuk dan menyusun setiap kebijakan dalam Peraturan Desa (Perdes), penetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), pertanggungjawaban Kades dalam bentuk Laporan Keterangan Pertangungjawaban (LKPj) dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) kepada Bupati merupakan indikator keberhasilan dari proses tersebut.

Rangkaian kegiatan tersebut dapat terwujud harus diikuti dengan peningkatan kualitas proses dan hasil Musrenbang di Desa, Kecamatan dan Kabupaten. Kegiatan ini telah mendorong munculnya transparansi manajemen pemerintah desa dan dampaknya terjadi peningkatan partisipasi masyarakat dalam mengawal perencanaan pembangunan (Musrebabng). Secara langsung juga terjadi proses peningkatan pemahaman masyarakat dalam kegiatan perencanaan mekanisme reguler. Kegiatan penting lainnya adalah penyelarasan penjaringan aspirasi masyarakat oleh DPRD Kabupaten dengan hasil-hasil Musrenbang (desa dan antar desa/kecamatan), akomodasi usulan masyarakat dalam Rencana Kerja (Renja) SKPD dan dukungan Peraturan Daerah (Perda) terkait dengan kegiatan tersebut. Desain ini dalam jangka menengah dan panjang untuk mewujudkan Rangkaian kegiatan tersebut dapat terwujud harus diikuti dengan peningkatan kualitas proses dan hasil Musrenbang di Desa, Kecamatan dan Kabupaten. Kegiatan ini telah mendorong munculnya transparansi manajemen pemerintah desa dan dampaknya terjadi peningkatan partisipasi masyarakat dalam mengawal perencanaan pembangunan (Musrebabng). Secara langsung juga terjadi proses peningkatan pemahaman masyarakat dalam kegiatan perencanaan mekanisme reguler. Kegiatan penting lainnya adalah penyelarasan penjaringan aspirasi masyarakat oleh DPRD Kabupaten dengan hasil-hasil Musrenbang (desa dan antar desa/kecamatan), akomodasi usulan masyarakat dalam Rencana Kerja (Renja) SKPD dan dukungan Peraturan Daerah (Perda) terkait dengan kegiatan tersebut. Desain ini dalam jangka menengah dan panjang untuk mewujudkan

Perencanaan Untuk Semua”.

Proses kegiatan musrenbang yang begitu bagus dan luhur tersebut diperlukan adanya pemahaman bersama dalam melaksanakan proses tersebut dengan efektif, sistematis, terorganir dalam menjaga kualitas musrenbang itu sendiri. Kegiatan musrenbang sebagai kegiatan rutin atau mendapatkan tuduhan sebagai proses serimonial dan mantra pembangunan semata dapat terjawab dengan mengembangkan nilai folosifis dan kerangka pikir yang benar terhadap kegiatan musrenbang. Buku “Panduan Fasilitasi dalam Pelaksanaan Musrenbang” menjadi bagian terpenting dalam fasilitasi kegiatan proses mulai dari persiapan sosial, pelaksanaan dan pasca Musrenbang.

Buku Panduan Fasilitasi Pelaksanaan Musrenbang (PFPM) memberikan rujukan dalam proses rangkaian kegiatan fasilitasi mulai persiapan Musrenbangdes, Musrenbangkec dan Musrenbangkab dalam membahas rancangan Rencana Kerja Pembangunan (RKPD). Buku Panduan ini juga memberikan strategi fasilitasi pelaksanaan Musrenbang yang dilakukan dengan pendekatan “input, proses out put” tidak hanya sekedar hasil/target pemenuhi siklus rutinitas. Sehingga pemakai Buku PFPM sebelumnya harus mempunyai kompetensi yang bagus terhadap teknik-teknik fasilitasi dengan pendekatan Pedidikan Orang Dewasa (POD), pendekatan fasilitasi kritis, paradigma perencanaan pembangunan, analisis sosial, pengetahuan luas isu-isu desa, penguasaan regulasi perencanaan pembangunan dan kemampuan mengembangkan jejaring, advokasi, mediasi, loby, audiensi, hearing dan kebijakan pendukung lainnya.

II. LANDASAN HUKUM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH

A. UNDANG-UNDANG

1. UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (pasal 17 – 20);

2. UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3. UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pertanggungjawaban Keuangan Negara;

4. UU Nomor 25 tahun 2004 tentang tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN);

5. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, (terutama psl 150 – 154 dan psl 179 – 199);

6. UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, (terutama pasal 66 – 86);

7. UU Nomor 07 tahun 2007 tentang Kebijakan Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN 2005-2025;

8. UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

B. PERATURAN PEMERINTAH

1. PP Nomor 20 tahun 2004 tentang Penyusunan RKP;

2. PP Nomor 21 tahun2004 tentang Penyusunan RKAKementerian Negara dan Lembaga;

3. PP Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;

4. PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

5. PP Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM;

6. PP Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa;

7. PP Nomor 73 tahun 2005 tentang Kelurahan;

8. PP Nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah;

9. PP Nomor 3 tahun /2006 tentang Tata cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

10. PP Nomor 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (pasal 4, 5, 10,12,15, 23);

11. PP Nomor 3 tahun 2007 tentang LPPD kepada Pemerintah, LKPKD kepada DPRD, dan Informasi LPPD kepada masyrakat;

12. PP Nomor 8 tahun 2007 tentang Investasi Pemerintah;

13. PP Nomor 21 tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas PP-24/2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD;

14. PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan;

15. PP Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

16. PP Nomor 08 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah;

17. PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.

C. PERATURAN PRESIDEN

1. Perpres Nomor 07 tahun 2005 tentang RPJM Nasional 2004-2009;

2. Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan;

3. Perpres-perpres tentang RKP yang diterbitkan setiap tahun oleh Presiden;

4. Perpres-perpres tentang DAU Daerah Provinsi dan Kab/Kota yang diterbitan setiap tahun oleh Presiden.

D. KETENTUAN PENUNJANG :

1. Permendagri No 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Negara;

2. Permendagri No 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

3. Perpres-perpres tentang RKP yang diterbitkan setiap tahun oleh Presiden;

4. Nomor 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

5. Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa;

6. SE Mendagri tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun rencana dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan;

7. SE Mendagri Nomor 140/640/SJ tentang Pedoman Alokasi Dana Desa;

8. SEB Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri Nomor 0008/M.PPN/01/2007 tentang Petunjuk

050/264A/SJ

Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2007.

9. SE Mendagri Nomor 414.2 /5223/PMD tanggal 16 September tahun 2008 tentang Pedoman Pembangunan Partisipatif;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan;

11. Surat Mendagri Nomor 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret tahun 2010 perihal Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa;

12. Surat Mendagri Nomor 414.2/2207/PMD tanggal 18 Mei tahun 2010 perihal Panduan Teknis Integrasi Perencanaan Pembangunan;

13. APBD tahun sebelumnya, yang diterbitkan setiap tahun oleh Mendagri;

14. SEB Meneg PPN/Kepala Bappenas-Mendagri tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahunan yang diterbitkan setiap tahun.

E. Acuan lain yang perlu diperhatikan:

1. Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah (Handbook) diterbitkan setiap tahun oleh Bappenas;

2. Grand Strategi Implementasi Otonomi;

3. Daerah (Dalam Koridor UU-32 Tahun 2004);

4. Millennium Development Goals (MDGs);

5. Prinsip-prinsip Good Governance;

6. Pedum dan Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM MPd dan Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP)/ PNPM Integrasi dari Pemerintah Pusat dan PTO Lokal.

F. TUJUAN

1. Fasilitasi proses menyiapkan dan memastikan pelaksanaan Musrenbang pengintegrasian perencanaan PNPM MPd dan program-program sejenis ke dalam mekanisme perencanaan reguler mulai tahun 2011 sebagai upaya menyatupadukan perencanaan program ke dalam sistem perencanaan pembangunan nasional;

2. Fasilitasi proses yang sinergi dan kesetaraan pendekatan perencanaan (Politis, Teknokratis dan Partisipatif) dan proses perencanaan (Atas-Bawah dan Bawah- Atas);

3. Fasilitasi proses penyusunan RPJMDes, RKPDes dan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sebagai basis pengintegrasian yang akan dilaksanakan mulai tahun 2011 dan tersedianya pengintegrasian usulan sampai tahun 2014;

4. Fasilitasi proses peningkatkan kapasitas dan penguatan kelembagaan kemasyarakatan dan pemerintahan, terutama pemerintahan desa, kecamatan dan kabupaten dalam pelaksanaan persiapan sosial, pelaksanaan dan pasca Musrenbang yang partisipatif;

5. Fasilitasi proses penjaringan aspirasi pengintegrasian usulan dalam mekanisme Musrenbang dan Forum SKPD yang dilakukan secara partisipatif sampai dalam proses pengambilan keputusan penganggaran APBD di DPRD;

6. Fasilitasi masyarakat, teknokrasi, politisi dan forum lintas antar pelaku dalam proses merumuskan kebijakan pengintegrasian, penganggaran, swakeloa dan kebijakan lainnya yang berbasis pada kesetaraan dan partisipatif.

G. SASARAN

Sasaran fasilitasi proses Musrenbang Pengintegrasian adalah :

a. Meningkatkan kualitas fasilitasi Tim Penyusun RPJMDes, RKPDes dan APBDes yang setara, partisipatif, transparan dan akuntabilitas dalam perspektif pemberdayaan masyarakat;

b. Meningkatkan kapasitas pemandu/fasilitator dalam kegiatan fasilitasi persiapan sosial, pelaksanaan dan pasca musrenbang agar tercapai maksimal dan pertisipatif;

c. Memperkuat Tim Delegasi/Utusan musrenbang agar mempunyai kompetensi yang memadai dalam proses dan kegiatan Musrenbang;

d. Memperkuat kapasitas para peserta dan pelaku kegiatan Musrenbang (masyarakat, teknokrai dan politisi) agar mengetahui dan memahami tugas pokok, peran dan tanggungjawabnya;

e. Memperkuat kapasitas kelembagaan dan masyarakat dalam kegiatan perencanaan pembangunan partisipatif dalam posisi tawar masyarakat khusus masyarakat miskin dan perempuan dalam perencanaan reguler serta penganggaran di tingkat desa, APBD Kabupaten dan APBD provinsi dan APBN;

f. Meningkatkan peran fasilitator dalam fasilitasi sinergisitas pendekatan perencanaan (Politis, Teknokratis dan Partisipatif) dan proses perencanaan (Atas- Bawah dan Bawah- Atas);

g. Memperkuat fasilitator dalam fasilitasi kebijakan-kebijakan yang mendukung proses kebijakan pengintegrasian, partisipatif, swakelola dan kebijakan pendukung lainnya;

h. Memperkuat fasilitasi penguatan kelembagaan SKPD, Pemda dan DPRD dalam mendukung kegiatan pengintegrasian yang setara, partisipatif dan berperpektif pemberdayaan masyarakat.

H. HASIL

Hasil yang diharapkan dari fasilitasi proses Musrebang pengintegrasian adalah:

1. Adanya fasilitasi proses menyiapkan dan memastikan pelaksanaan Musrenbang pengintegrasian perencanaan PNPM MPd dan program-program sejenis ke dalam mekanisme perencanaan reguler mulai tahun 2011 sebagai upaya menyatupadukan perencanaan program ke dalam sistem perencanaan pembangunan nasional;

2. Adanya fasilitasi proses yang sinergis dan setara pendekatan perencanaan (Politis, Teknokratis dan Partisipatif) dan proses perencanaan (Atas-Bawah dan Bawah- Atas);

3. Adanya fasilitasi proses penysunan RPJMDes, RKPDes dan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sebagai basis pengintegrasian yang akan dilaksanakan mulai tahun 2011 dan tersedianya pengintegrasian usulan sampai tahun 2014;

4. Adanya fasilitasi proses peningkatkan kapasitas dan penguatan kelembagaan kemasyarakatan dan pemerintahan, terutama pemerintahan desa, kecamatan dan kabupaten dalam pelaksanaan persiapan sosial, pelaksanaan dan pasca Musrenbang yang partisipatif;

5. Adanya fasilitasi proses penjaringan aspirasi pengintegrasian usulan dalam mekanisme Musrenbang dan Forum SKPD yang dilakukan secara partisipatif sampai dalam proses pengambilan keputusan penganggaran APBD di DPRD;

6. Adanya fasilitasi masyarakat, teknokrasi, politisi dan forum lintas antar pelaku dalam proses merumuskan kebijakan pengintegrasian, penganggaran, swakeloa dan kebijakan lainnya yang berbasis pada kesetaraan dan partisipatif.

I. KERANGKA PELAKSANAAN MUSRENBANG PENGINTEGRASIAN

Kegiatan Musrenbang adalah kegiatan yang dihadari oleh beragam orang dengan latar belakang jabatan, struktur sosial dan pengetahuan. Fasilitasi kegiatan proses Musrenbang perlu mengetahui permasalahan peserta yang mempunyai latar belakang dalam lintas pelaku. Peserta yang perlu mendapat perhatian secara khusus adalah kelompok yang mempunyai kepentingan langsung dengan kebutuhan masyarakat tetapi mereka kurang menguasai forum diskusi dan cara menyampaikan aspirasi misalkan perwakilan Rumah Tangga Miskin (RTM), perempuan dan Tim Delegasi dari masyarakat yang secara nyata mereka merupakan bagian dari representasi/wakil masyarakat.

Fasilitator perlu mempelari permasalahan ini secara seksama agar proses penyampaian aspirasi masyarakat miskin/marjinal mendapat prioritas dalam pembahasan dan penetapan usulan. Kegiatan ini perlu dilakukan proses umpan balik, klarifikasi, uji silang fakta lapang agar usulan masyarakat dari langsung yang dilakukan secara partisipatif dapat sampai substandi pesannya. Sehingga kegiatan fasilitasi ini perlu memegang menjadi rujukan kunci antara lain:

1. Prinsip-prinsip pelaksanaan Musrenbang Pengintegrasian adalah :

a. Partisipasi, kegatan musrenbang harus membuka kesempatan yang seluas- luasnya bagi sebanyak-banyaknya pihak yang dapat memberikan kontribusi, terutama untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang telah ditetapkan;

b. Prinsip musyawarah dan mufakat, kegiatan musrenbang adalah kegiatan yang dilakukan dengan msuyawarah dalam mencari jalan terbaik dalam proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada pertimbahan kemendesakan kebutuhan, asas manfaat dan kemampuan masyarakat sendiri dalam pengelolaan pekerjaan serta pelestariannya sehingga musyawarah menjadi dialogis dan egaliter/tanpa tekanan serta bebas dari ketakutan-ketakutan;

c. Mendorong efektivitas pelaksanaan regulasi (peraturan) perencanaan dan

penganggaran serta pelaksanaan pembangunan, semua kegiatan musrenbang dilakukan dalam rangka sebagai penguatan pelaksanaan atau revitalisasi kebijakan peraturan (Produk hukum) yang telah ditetapkan, yang berkaitan langsung maupun tidak langsung bagi penguatan penyelenggaraan pembangunan partisipatif.

d. Desentralisasi, penyerahan wewenang peserta musrenbang untuk secara mandiri dalam proses pengambilan keputusan secara mandiri dan bebas dari tekanan siapapun;

e. Berorientasi pada Masyarakat Miskin, pengertian prinsip berorientasi pada masyarakat miskin adalah segala keputusan musrenbang lebih ditekankan untuk menggolkan perencanaan pembangunan yang diambil selalu memproritaskan keberpihakan kepada masyarakat miskin/marjinal.

tindakan dari berbagai aspek kegiatan musrenbang lebih menekan sistem penyelarasan perencanaan yang partisipatif, integratif kedalam sistem reguler.

g. Efektif dan Efisien, proses musrenbang dan hasil-hasil keputusannya dilaksankan secara terbuka dan membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber–sumber daya yang ada g. Efektif dan Efisien, proses musrenbang dan hasil-hasil keputusannya dilaksankan secara terbuka dan membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber–sumber daya yang ada

h. Partisipasi, membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi sebanyak- banyaknya pihak yang dapat memberikan kontribusi perencanaan pembangunan dalam forum musrenbang, terutama untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang akan ditetapkan;

i. Kesetaraan dan keadilan gender, kegiatan musrenbang menjaga kesetaraan dan keadilan gender baik laki-laki dan perempuan khusunya masyarakat miskin/RTM dalam setiap proses pengambilan keputusan bahkan prinsip ini memberikan ruang yang lebih atau berimbang bagi peserta yang dirasa kurang mampu untuk menyampaikan pendapatnya karena sebagian pendapatnya lebih penting dan mendasar;

j. Transparansi dan Akuntabel (Transparancy and Accountability), masyarakat memiliki akses yang terbuka terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan musrenbang, sehingga sistem perencanaan, pengelolaan kegiatan pembangunan dapat dipantau dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, administratif maupun legal menurut peraturan dan hukum yang berlaku.

k. Keberlanjutan (Sustainablelity), mendorong tumbuhnya rasa memiliki sehingga lahir tanggung jawab untuk menjaga, mendayagunakan, mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan sistem perencanaan pembangunan yang partisipatif, integratif dan yang sesuai dengan sistem pembangunan reguler (daerah);

l. Pemberdayaan (Emporverment), kegiatan musrenbang harus mendorong penguatan dan peningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait dengan msurenbang pengintegrasian ke dalam sistem reguler.

m. Prinsip anti dominasi, kegiatan musrenbang akan diwarnai oleh dominasi beberapa orang yang seolah-olah memahami permasalahan dan mewakali kepentingan banyak orang padahal mereka hanya mengusulkan untuk kepentingan dirinya sendiri atau kelompok sehingga ini harus buka seluas- luasnya akses tersebut kepada semua peserta.

n. Prinsip pembangunan holistik/menyeluruh, kegiatan musrenbang artinya apa yang menjadi pembahasan dan keputusan adalah yang terbaik buat pembangunan masyarakat khususnya masyarakat miskin/tersisihkan dan demi kemajuan pembangunan di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten;

o. Prinsip komitmen dan konsisten, hasil-hasil keputusan seluruh peserta menjaga hasil-hasil keputusan secara partisipatif tidak akan terjadi pengingkaran komitmen yang telah dilakukan secara partisipatif bahkan menjaga mandat keputusan musyawarah menjadi bagian yang terpenting.

2. Istilah-Istilah, Singkatan dan Pengertian Berkaitan Musrenbang dan Perencanaan

1) Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adai istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2) Lembaga Kemasyarakatan Desa atau disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat;

3) Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia;

4) Permendagri Nomor 66 tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan desa untuk menyepakati rencana kegiatan di desa 5 tahunan dan 1 tahunan;

5) Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat (RKPDes) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJMDes yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutahirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta perkiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan RPJMDes;

6) Dinyatakan dalam PP No.5 tahun 2005 yang menyatakan bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota;

7) ADD merupakan salah satu komponen APB Desa yang paling utama saat ini karena kebanyakan desa belum mengembangkan pendapatan asli daerah yang cukup besar;

8) ADD merupakan hak desa untuk memperoleh anggaran untuk penyelenggaraan pembangunan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya;

9) Menurut PP No. 5 Tahun 2005, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama pemerintahan desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Pasal 1 ayat 2);

10) Sumber pendapatan desa yang menjadi komponen APBDes terdiri atas: a) Pendapatan asli, terdiri atas hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya, hasil partisipasi, hasil gotong royong dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah; b) Bagi hasil pajak daerah kapupaten/kota paling sedikit 10% untuk desa dan dari ritribusi kabupaten/kota yang sebagian diperuntukkan bagi desa; c) Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% yang pembagian untuk setiap desa secara porposional yang merupakan alokasi dana desa; d) Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah dan; e) Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

11) Musrenbang atau Musyawarah Perencanaan Pembangunan adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah;

12) Musrenbang Desa (Musrenbangdes) adalah forum musyawarah tahunan stakeholder desa (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan 12) Musrenbang Desa (Musrenbangdes) adalah forum musyawarah tahunan stakeholder desa (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan

13) Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah stakeholder kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa serta menyepakati kegiatan lintas desa di kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya;

14) Pengertian Kecamatan tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang Pemerintah Kecamatan;

15) PP No. 19 tahun 2008 Pasal 1 menyebutkan bahwa Kecamatan atau sebutan lain adalah “wilayah kerja camat adalah sebagai perangkat daerah kabupaten/ kota”

16) Pasal 14 menyatakan bahwa definisi kecamatan adalah “sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu yang dipimpin oleh Camat”;

17) Kecamatan bukan intentitas otonom layaknya desa tetapi merupakan birokrasi pemerintah daerah kabupaten/ kota;

18) Kecamatan tidak boleh mengurusi sendiri wilayahnya urusan dan

kewenangan melekat pada urusan wajib dan pilihan pemerintah daerah;

19) Rencana Kerja Pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun;

20) Rencana Pembangunan Kecamatan adalah dokumen rencana pembangunan tahunan dan merupakan hasil sinkronisasi dan penyelarasan usulan kegiatan Musrenbangdes;

21) Rencana SKPD Kecamatan berbeda dengan Rencana Pembangunan Kecamatan karena dokumen Renja SKPD melekat dengan pada organisasi SKPD yang bersangkutan;

22) Rencana Strategis Kecamatan adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun;

23) Renstra disusun oleh SKPD dengan mengacu kepada RPJMD;

24) Renstra SKPD Kecamatan hanya memuat beberapa aspek terkait dengan

fungsi tugas dan wewenang institusi kecamatan sebagai salah satu SKPD;

25) Pagu indikatif kecamatan adalah PP No. 8 Tahun 2008 pasal 38 ayat (1) program, kegiatan dan pendanaan disusun atas dasar: a) Pendekatan kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah, serta perencanaan dan penganggaran terpadu; b) kerangka pendanaan dan pagu indikatif; c) Program prioritas urusan wajib dan urusan pilihan yang mengacu pada standar pelayanan minimal sesuai dengan kondisi daerah dan kebutuhan riel masyarakat;

26) Pagu indikatif kecamatan bukanlah alokasi dana yang diberikan kepada pihak kecamatan tetapi besaran pembangunan yang dilaksanakan oleh SKPD sehingga menjadi pegangan penyusunan dan perencanaan anggaran pembangunan;

27) Pagu Indikatif SKPD Kecamatan adalah rancangan awal patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD dan disebut indikatif karena 27) Pagu Indikatif SKPD Kecamatan adalah rancangan awal patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD dan disebut indikatif karena

28) Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan (PIWK) adalah sejumlah patokan batas maksimal anggaran di wilayah kecamatan yang diberikan kepada SKPD kabupaten, yang penentuan alokasi belanjanya ditentukan oleh mekanisme partisipatif melalui musrenbang;

29) Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan (PIWK) bukan merupakan dana block grant di kecamatan yang dilaksanakan oleh SKPD kecamatan, tetapi pagu dana yang

bentuk program- kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD kabupaten sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;

30) Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun;

31) Daftar prioritas kecamatan/renstra kecamatan hasil perencanaan partisipatif yang telah dilakukan melalui penggalian gagasan/ transek dusun/ survai dusun, Pra Musrenbang, Musrenbangdes dan Musrenbangkec, kegiatan tersebut diharapkan akan menjadi prioritas untuk disinkronkan dalam Renja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Renja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang telah memuat usulan masyarakat selanjutnya menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dalam Musrenbang Kabupaten yang juga dihadiri oleh utusan kecamatan;

32) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun;

33) Forum SKPD (forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi, kegiatan/sektor dan lintas sektor) adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait;

34) Farum SKPD yang dilaksanakan secara gabungan lebih dikenal dengan Forum Gabungan SKPD yang mampu mempertemukan berbagai isu sektoral yang menjadi wilayah program masing-masing SKPD sehingga ini menjadi isu daerah.

35) Forum Gabungan SKPD diselenggarakan dengan mempertimbangkan setiap isu dari SKPD. Pengelompokan ini dilakukan untuk mempermudah ketika proses pembahasan dilakukan. Farum ini dapat lebih efektif kalau dalam pelaksanaannya dilakukan dengan perencanaan dan persiapan yang matang dan difasilitasi oleh seorang yang berpengalaman dan mengetahui permasalahan;

36) PP Nomor 8 tahun 2008 pada pasal 17 ayat (14) dinyatakan bahwa Rancangan RKPD mememuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta perkiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif;

37) Forum SKPD yang berkaitan dengan usulan prioritas yaitu PP Nomor 8 tahun 2008 pada pasal 17 ayat (5) yang menyatakan bahwa penetapan program 37) Forum SKPD yang berkaitan dengan usulan prioritas yaitu PP Nomor 8 tahun 2008 pada pasal 17 ayat (5) yang menyatakan bahwa penetapan program

38) Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan keputusan, berdaya saing, maupun indeks pembangunan manusia;

39) Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan guna pemanfaatan dan pengalokasiann sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu;

40) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RPJPD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode dua puluh (20) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional;

41) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RPJMD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode lima (5) tahun yang memuat penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;

42) Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode satu (1) tahun;

43) Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RKPD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode satu (1) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP Nasional, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat;

44) Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran;

45) Organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari DPRD, kepala daerah/wakil kepala daerah, dan SKPD;

46) Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RENSTRA SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode lima (5) tahun, yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif;

47) Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL), adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun;

48) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RENJA SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat;

49) Rencana Kerja dan Anggaran SKPD, yang selanjutnya disingkat dengan RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD yang merupakan penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya;

50) Desentralisasi fiskal sebagai kewenangan (authority) dan tanggungjawab (responsibility) dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan anggaran daerah (APBD) oleh pemerintah daerah;

51) Pemerintah daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan diberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan penyediaan pelayanan di sektor publik, maka mereka harus didukung sumber-sumber keuangan yang memadai yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah;

52) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

53) Kebijakan Umum APBD, yang selanjutnya disingkat dengan KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode satu (1) tahun;

54) Pagu indikatif merupakan ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja SKPD;

55) Pagu sementara merupakan pagu anggaran yang didasarkan atas kebijakan umum dan prioritas anggaran hasil pembahasan Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD;

56) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara, yang selanjutnya disingkat dengan PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD;

57) Prioritas dan Plafon Anggaran, yang selanjutnya disingkat dengan PPA adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati dengan DPRD;

58) Alokasi Dana Desa, yang selanjutnya disingkat dengan ADD adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota;

59) Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan;

60) Misi adalah Rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi;

61) Agenda pembangunan adalah penerjemahan visi ke dalam tujuan besar (strategic goals) yang dapat mempedomani dan memberikan fokus pada penilaian dan perumusan strategi, kebijakan dan program;

62) Strategi pembangunan adalah langkah-langkah berisikan programprogram indikatif untuk mewujudkan visi dan misi;

63) Kebijakan pembangunan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan;

64) Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional;

65) Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat;

66) Program pembangunan adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah;

67) Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa;

68) Kerangka regulasi adalah rencana kegiatan melalui pengaturan yang mendorong partisipasi masyarakat maupun lembaga terkait lainnya untuk mencapai tujuan pembangunan kabupaten/kota;

69) Kerangka Anggaran adalah rencana kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang perlu dibiayai oleh APBD untuk mencapai tujuan pembangunan kabupaten/kota;

70) Kinerja adalah adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur;

71) Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan.

72) Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan;

73) Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan;

74) Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program tetapi mengarah adanya peningkatan pendapatan/ekonomi langsung;

75) Stakeholder atau pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari pelaksanaan pembangunan. Stakeholder dapat berupa kelompok, organisasi, dan individu yang memiliki kepentingan/pengaruh dalam proses pengambilan keputusan/ pelaksanaan pembangunan;

76) Musrenbang

musyawarah stakeholder Kabupaten/kota untuk mematangkan rancangan RKPD Kabupaten/Kota berdasarkan Renja-SKPD hasil Forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja-SKPD yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD;

Kabupaten/Kota

adalah

77) Tim Penyelenggara Musrenbang adalah Tim yang dibentuk untuk melakukan persiapan, memfasilitasi pelaksanaan, dan menindaklajuti hasil Musrenbang;

78) Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang melalui pembahasan yang disepakati bersama;

79) Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman dalam memfasilitasi dan memandu diskusi kelompok ataupun konsultasi publik. Seorang fasilitator harus memenuhi kualifikasi kompetensi teknis/substansi dan memiliki keterampilan dalam penerapan berbagai teknik dan instrumen untuk menunjang efektivitas dan partisipatifnya kegiatan;

80) Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta Musrenbang untuk proses pengambilan keputusan hasil Musrenbang;

81) Delegasi adalah perwakilan yang disepakati peserta Musrenbang untuk menghadiri Musrenbang pada tingkat yang lebih tinggi;

82) NGO adalah singkatan dari Non-Governmental Organization atau Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM;

83) CBO adalah singkatan dari Community based Organization atau Kelompok Masyarakat;

84) CSO adalah singkatan dari Civil Society Organization atau Organisasi Masyarakat;

85) Penilaian atau assessment adalah proses untuk menilai sejauhmana Musrenbang telah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku dan memenuhi prinsip-prinsip konsultasi publik;

86) Evaluasi adalah proses yang dilaksanakan secara Focus Group Discussion untuk menyimpulkan hasil penilaian dan merumuskan rekomendasi bagi perbaikan pelaksanaan Musrenbang;

87) Tim Penilai adalah tim yang dibentuk Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah sesuai tugas dan fungsinya untuk melaksanakan penilaian dan evaluasi pelaksanaan Penyelenggaraan Musrenbang Tahunan Daerah.

3. Tugas dan Peran Pembandu/Fasilitator Proses Musrenbang

a. Tim Pemandu/Fasilitator Musrenbang bertugas antara lain:

 Memfasilitasi proses musrenbang dengan yaitu menciptakan suasana pertemuan yang mendorong peserta untuk menyampaikan pendapat dan  Memfasilitasi proses musrenbang dengan yaitu menciptakan suasana pertemuan yang mendorong peserta untuk menyampaikan pendapat dan

 Mendorong, menghilangkan hambatan atau kendala dan menciptakan suasana informal yang diperlukan untuk membangun kesepahaman dan

mencapai kesepakatan;  Fasilitasi dalam menjamin terselenggaranya pertemuan dan konsultasi

yang fokus, terstruktur baik dalam kaitan dengan pencapaian tujuan pertemuan, sehingga partisipasi stakeholder menjadi optimal.

 Secara spesifik untuk memfasilitasi rangkaian kegiatan diskusi musrenbang;

 Bertanggungjawab melakukan koordinasikan dan mengelola keseluruhan rangkaian kegiatan Forum SKPD dan musrenbang secara berjenjang kegiatan masing-masing;

 Tim Pemandu/Fasilitator dari unsur non pemerintah dapat dijaring melalui masukan atau rekomendasi dari berpihak disebabkan kompetensi dan kemampuannya dalam fasilitasi pelaksanaan musrenbang yang lebih transparan dan independen;

 Mempersiapkan Tim Teknis Pelaksanaan musrenbang antara lain tim ini bertugas sebagai: a) Penyusunan jadwal dan agenda musrenbang; b)

Pengumuman kegiatan musrenbang dan penyebaran undangan peserta dan narasumber minimal 7 hari sebelum dilaksanakan pada hari H; c) Mengkoordinir persiapan logistik (tempat, konsumsi, alat dan bahan) telah benarp-benar tersedia;

 Menfasilitasi pendaftaran kelompok masyarakat yang berminat dalam ikut serta proses musrenbang;

 Fasilitasi pembuatan draft aturan main dan tatacara pelaksanaan musrenbang;

 Terlibat dalam persiapan sosial, penyusunan dan validasi hasil-hasil keputusan musrenbang di kegiatan dan kegiatan Pasca musrenbang.

b. Peran Tim/Tim Fasilitator mempunyai peran antara lain:

 Berpartisipasi aktif dan pro aktif dalam fasilitasi pembahasan, diskusi, klarifikasi, umpan balik, pembahasan dan keputusan beserta hasil- hasilnya;

 Memastikan proses fasilitasi adanya aspirasi-aspirasi masyarakat khususnya aspirasi dari masyarakat miskin/marjinal dibahas dan mendapatkan prioritas pendanaan;

 Menjaga agar musrenbang benar-benar menjadi muswarah untuk membicarakan isu-isu strategis, partisipatif, mengembangkan kesetaraan

dan mengembangkan tindakan yang dituangkan dalam RKTL;  Berperan sebagai fasilitasi perancangan proses untuk menyusun tahap

dan langkah-langkah proses musrenbang secara keseluruhan (Pra pelaksanaan, Pelaksanaan dan Pasca Pelaksanaan);

 Berperan sebagai fasilitasi proses pertemuan/forum musyawarah, artinya menjaga agar pertemuan/forum berlangsung dalam mencapai tujuan,

waktu dan tersedianya materi, alat dan kebutuhan lainnya tersedia;

 Berperan sebagai sumber informasi, artinya menguasai informasi, data dan dokumen (RPJMDes, RKPDes, LKPj, LPPD, APBDes, RTRW

Kabupaten, dokumen RKPD kabupaten/tahun yang telah berjalanan, peraturan dan kebijakan baik kabupaten, provinsi dan pusat;

 Mendorong dan menjembatani sinergitas tiga pilar Pemda-DPRD- Masyarakat dalam proses penyelenggaraan pembangunan;

 Mendorong dan memfasilitasi terbitnya peraturan perundangan yang memenuhi kriteria good governance;

 Mencermati dan mengkritisi proses penyelenggaraan pembangunan, khususnya di bidang perencanaan dan penganggaran (kabupaten/kota, kecamatan, desa).

c. Kriteria/Persyaratan Tim Pemandu/Fasilitator Musrenbang

 Mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang dilandasi logical framework yang merujuk pada proses pengambilan keputusan strategis,

untuk memastikan diskusi yang fokus dan terdapatnya hasil-hasil yang nyata dari pertemuan. Untuk itu, fasilitator perlu dapat memastikan diskusi tetap berada pada jalur pembahasan serta efisien dan efektif dalam penggunaan waktu/manajemen waktu;

 Menjunjung tinggi prinsip-prinsip musrenbang (kesetaraan, menghargai perbedaan pendapat, keperpihakan terhadap masyarakat miskin/marjinal,

anti dominasi, anti diskriminasi dan mengutamakan kepentingan umum);  Memiliki pengetahuan dan pengalaman memberikan fasilitasi dan

kemampuan untuk mengaplikasikan teknik fasilitasi pada substansi yang dibahas;

 Mempunyai kemampuan memimpin atau memfasilitasi forum Musrenbang/SKPD dan forum musrenbang di tingkat desa dan

kecamatan;  Mampu melakukan kerjasama Tim/antar Tim saling melengkapi, terbuka

terhadap masukan dan dapat berbagi tugas secara berimbang;  Mau belajar dan berbagi informasi, artinya mau mempelajari proses

musrenbang yang telah dilaksanakan sebagai refleksi untuk perbaikan, mau mendengar dan menyerap berbagai sumber untuk diinformasikan serta ditransferkan kepada masyarakat;

 Mempunyai kapasitas pengetahuan yang berkaitan dengan: a) aturan dan pelaksanaan mengenai Musrenbang (desa, kecamatan dan kabupaten)

serta penganggaran (peraturan daerah dan pusat); b) program-program pembangunan berskala nasional yang masuk ke kabupaten dan kecamatan; c) prioritas program pembangunan daerah dan prioritas program SKPD; d) RPJPD, RPJMD dan RKPD yang sudah berjalan khususnya pada tahun berjalan dan; e) Mengusai data/informasi kabupaten yang relevan bagi pelaksanaan tugasnya untuk fasilitasi draft perancangan, mengelola, memandu dan menjadi narasumber musrenbang;

 Mempunyai kapasitas ketrampian dalam memandu/fasilitasi musyawarah perencanaan khususnya fasilitasi prose pengambilan keputusan secara

partisipatif;

 Mempunyai ketrampilan dalam pengembangan dan penggunaan media sebagai bagian dalam proses maksimalisasi pelaksanaan musrenbang;

 Mempunyhai kapasitas dan ketrampilan dalam teknis merumuskan pertanyaan-pertanyaan kunci dan pokok-pokok temuan dalam diskusi untuk menjadi rumusan masalah, potensi, simpulan dan rekomendasi;

 Mempunyai sikap yang mengembangkan nilai-nilai kesetaraan, demokratis, partisipatif, anti dominasi, anti diskriminasi, inovatif dan kreatif dan mengutamakan yang terpenting buat masyarakat miskin/marjinal;