PENGARUH IKLAN TELEVISI TERHADAP CITRA MEREK OBAT FLU DECOLGEN WILAYAH SURABAYA SELATAN.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

RAHADIAN AJI PRATAMA

0712010015 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

rahmatNya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang

Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk

menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Iklan Televisi Terhadap Citra

Merek Obat Flu Decolgen Wilayah Surabaya Selatan ”.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas

dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya

menyampaikan terima kasih kepada :

1.

Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP Rektor Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Jurusan Manajemen Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Bapak Dra. EC. Luky Susilowati., MP selaku Dosen Wali di Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5.

Bapak Dr. Prasetyo Hadi, SE, MM Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan

dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6.

Seluruh Staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah

memberikan ilmunya.

7.

Pada kedua orang tuaku, Adji Susilo, SH dan Dra. Tufah Sulistyastuti yang selalu

memberikan doa restunya dan jerih payah serta pengorbanan dalam mendidik


(3)

apapun sampai terciptanya skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam

penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan

saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi

ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, November 2010


(4)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penelitian………....1

1.2 Perumusan Masalah……….5

1.3 Tujuan Penetian………...5

1.4 Manfaat Penelitian………...5

BAB II : Tinjauan Pustaka

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………...7

2.2 Landasan Teori……….…9

2.2.1 Definisi Pemasaran……...9

2.2.2 Definisi Manajemen Pemasaran………...10

2.2.3 Definisi Konsep Pemasaran………..10

2.2.4

Periklanan……….10

2.2.4.1 Jenis Jenis Periklanan………10

2.2.4.2

Sasaran

Periklanan……….12

2.2.4.3

Media

Iklan………....13

2.2.4.4

Tujuan

Periklanan………..13


(5)

2.2.5.2 Pengaruh Iklan Terhadap Citra Merek………...20

2.3 Kerangka Konseptual………..21

2.4 Hipotesis………..21

BAB III : Metodologi Penelitian

3.1 Definisi operasional dan Pengukuran Variabel………....22

3.1.1 Definisi operasional Variabel………....22

3.1.2 Pengukuran Variabel……….…24

3.2 Teknik Penentuan Sampel………....25

3.2.1

Populasi……….…25

3.2.2

Sampel………...25

3.3 Teknik Pegumpulan Data………26

3.3.1

Jenis

Data………..26

3.3.2 Pengumpulan Data………....26

3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis……….…...27

3.4.1 Uji Reabilitas dan Validitas……….….30

3.4.2 Uji Outlier Univariat dan Multivariat………..….31

3.4.2.1 Uji Outlier Univariat………....………..32

3.4.2.2 Uji Outlier Multivariat………..…….32

3.4.3 Uji Normalitas Data………..……33

3.4.4 Pengujian Model Dengan Two Step Approach….…………...……33

3.5 Evaluasi Model…………...……….……...………..34

3.5.1 Evaluasi Goodness of Fit……….36

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Deskripsi Objek Penelitian………...39

4.1.1 Analisis Karakterstik responden………..39


(6)

4.2.3 Deskripsi Citra Merek………...….44

4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis………....46

4.3.1 Uji Outlier Multivariate………...…...46

4.3.2 Uji Reliabilitas………....…..47

4.3.3 Uji Validitas………...…....49

4.3.4 Uji Construct Reliability dan Variance Extracted……….…....…...52

4.3.5 Uji Normalitas……….…...52

4.3.6 Uji Multicolinearity dan Singularity……….…...…...52

4.3.7 Analisis Model One-Step Approach to SEM……….…..52

4.3.8 Analisis Unidimensi First Order…..………...…...55

4.3.9 Uji Kausalitas ………...…………..………...55

4.4 Pembahasan………...56

Bab V : Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan……….60


(7)

Tabel 2.1 Data Penjualan Decolgen 2007-2010………...…………33

Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices………..37

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin………...40

Tabel 4.2 Kaakteristik responden berdasarkan usia………...41

Tabel 4.3 Tabulasi jawaban iklan………...41

Tabel 4.4 Tabulasi jawaban citra merek………....44

Tabel 4.5 Outlier Data………...46

Tabel 4.6 Uji Reabilitas……….48

Tabel 4.7 Uji Validitas………...49

Tabel 4.8 Construct Reability dan Variance Extracted……….50

Tabel 4.9 Uji Normalitas………51

Tabel 4.10 Evaluasi criteria Goodness Of Fit base model……….53

Tabel 4.11 Evaluasi criteria Goodness Of Fit Modiikasi………...54

Tabel 4.12 Unidimensional first order………...55

Tabel 4.13 Uji Kausalitas………...55


(8)

Gambar 3.1 : Contoh model pengukuran Iklan televisi...29

Gambar 3.2 : Contoh model pengukuran Citra merek...30

Gambar 4.1 :Model pengukuran dan struktural TV advertising dan

Brand image base...53

Gambar 4.2 :Model pengukuran dan struktural TV advertising dan


(9)

Abstraksi

Dunia pemasaran yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk

memiliki keunggulan daya saing. Untuk tetap bertahan dalam dunia pemasaran

yang semakin cepat berubah seiring perkembangan dalam era globalisasi maka

perusahaan dituntut untuk semakin bekerja keras, pintar, dan kreatif. Disisi lain

konsumen dihadapkan pada berbagai macam pilihan produk. Tujuan pada

penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh iklan televisi terhadap citra

merek obat flu Decolgen wilayah Surabaya selatan.

Penelitian ini menggunakan variabel Iklan televisi (X) dengan indikator

humor (X1.

1

), kesaksian (X1.

2

), musik (x1.

3

), model iklan (X1.

4

), drama (X1.

5

),

karakter (X1.

6

), durasi (X1.

7

) dan Variabel Minat beli (Y) dengan indikator citra

pembuat (Y

1

), citra pemakai (Y

2

), citra produk (Y

3

). Skala menggunakan skala

interval dan teknik pengukuran variabel dengan menggunakan skala semantic

differential scale, Tanggapan pernyataan tersebut dinyatakan dengan memberi

skor yang berada pada rentang nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing

skala. Populasi pada penelitian ini adalah jumlah seluruh calon konsumen Obat

flu Decolgen di Surabaya Selatan. Teknik pengambilan sampel ini adalah Non

Probabilistic sampling dengan teknik

Purposiveness sampling

dengan jumlah

responden 100 konsumen Obat flu Decolgen. Data yang digunakan adalah data

primer yaitu data yang diperoleh langsung dari jawaban para responden dengan

menggunakan media kuesioner. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner.

Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan analisis permodelan SEM

(Structural Equation Modelling).

Berdasarkan hasil analisis untuk menguji apakah terdapat pengaruh positif

antara iklan televisi terhadap citra merek Obat flu Decolgen di wilayah Surabaya

Selatan, tidak dapat diterima.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam era globalisasi ini perkembangan teknologi semakin canggih maka

semakin ketat pula persaingan usaha di Indonesia, sehingga menuntut perusahaan-

perusahaan lebih cermat untuk menentukan strategi pemasaran. Agar dapat

mencapai keberhasilan sebuah perusahaan dituntut untuk menciptakan,

mempertahankan dan meningkatkan kepuasan konsumen pada suatu produk yang

ditawarkan. Dan perusahaan perusahaan yang dapat mengimbangi persaingan

pasar lah yang akan mampu bertahan dan terus eksis di dunia bisnis masa kini.

Dalam persaingan bisnis yang ketat ini, iklan adalah salah satu sarana

komunikasi pemasaran yang efektif untuk menjalin komunikasi antara produsen

dengan konsumen dan iklan bisa dianggap sebagai cara ampuh untuk

menonjolkan produk perusahaan tersebut. Sehingga para produsen harus mencari

pembeli dan pasti berhubungan dengan pasar dimana terdapat persaingan yang

sehat dan kompetisi merupakan unsur yang hakiki. Iklan menjadi suatu pilihan

menarik, disamping sebagai sumber informasi iklan juga dipandang sebagai

hiburan. Konsumen beralih kepada iklan untuk mendapatkan sejumlah informasi

dan juga nilai hiburannya (Hair et al, 2000).


(11)

mengidentifikasi adanya kebutuhan. Periklanan bagi konsumen merupakan

sumber utama informasi merek beserta atribut produk lainnya,hingga dimana

periklanan dimanfaatkan sebagai sumber informasi tergantung dari individu-

individu yang bersangkutan dipandang dari sudut kelompok-kelompok produk.

Saat konsumen meletakkan periklanan sebagai sumber informasi yang benar benar

mempengaruhi keputusan memilih mereka. Seperti yang dikutip (Sutherland,

2001) bahwa iklan dapat mempengaruhi merek mana yang akan kita pilih.

Periklanan mendorong sikap positif terhadap merek (Hair et al, 2000). Citra suatu

merek terbentuk melalui proses yang cukup panjang dan keberhasilannya dicapai

setelah citra posif melekat padanya. Sebuah iklan mampu mengubah citra atau

meningkatkan keunggulan merek (Sutherland, 2001). Publikasi dan periklanan

sering digunakan untuk memperbaiki citra negatif suatu merek.

Dari segi ekonomis periklanan yang dilakukan oleh pengusaha saat ini

merupakan kegiatan yang menghabiskan biaya yang sangat besar. Akan tetapi

kegiatan periklanan yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan semata mata

memperkenalkan produk yang ditawarkan. Biaya besar yang dikeluarkan pada

pembuatan iklan yang dilakukan oleh perusahaan pada akhirnya akan dibebankan

kepada konsumen yaitu termasuk dalam harga atas produk yang ditawarkan.

Media iklan sangat banyak sekali macamnya seperti media masa (majalah,

Koran), media tayang (televisi, radio), dll. Pengiklanan di media televisi hingga

kini masih dianggap cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama

di Indonesia yang masyarakatnya masih brand minded dimana merek yang pernah


(12)

televisi. Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat

menarik perhatian konsumen dan menciptakan preferensi terhadap merek. Salah

satu cara kreatif dalam beriklan

Belakangan ini banyak sekali merek merek obat-obatan yang beredar di

pasaran, salah satunya adalah Decolgen yang diproduksi oleh PT Medifarma

Laboratories. Decolgen adalah salah satu obat flu yang sangat dikenal dan popular

oleh masyarakat. Decolgen adalah salah satu jenis obat flu yang dapat meredakan

gejala flu seperti sakit kepala, demam, bersin-bersin dan hidung tersumbat.

PT. Medifarma Laboratories sebagai produsen obat Decolgen melakukan

berbagai promosi dengan berbagai jalur pemasaran dan dilakukan setiap hari dan

intensif yang di curahkan dikalangan masyarakat. Salah satu media promosi yang

dipilih oleh perusahaan adalah melalui media tayang atau media televisi sehingga

tidak heran produk ini bisa sangat dikenal oleh masyarakat.

Berikut adalah data Top Brand Index Obat Flu Decolgen :

Tabel 1.1 : Data Top Brand Index 2007-2010

2007 2008 2009 2010 Merek TBI Merek TBI Merek TBI Merek TBI Decolgen Mixagrip Ultraflu Bodrex Neozep Sanaflu 14,21% 12,34% 12,26% 11,05% 9,09% 8,76% Mixagrip Ultraflu Decolgen Neozep Bodrex Procold 14,2% 14,1% 10,6% 9,8% 9,7% 9,1% Ultraflu Mixagrip Decolgen Sanaflu Neozep Bodrex 15,2% 14,7% 10,0% 9,9% 9,2% 9,0% Ultraflu Neozep Mixagrip Decolgen Sanaflu Procold 13,0% 10,1% 9,4% 9,1% 8,4% 7,3%

Sumber : Majalah Marketing.

Berdasarkan temuan dari sumber majalah (Marketing/edisi khusus/I 2007),


(13)

merek obat flu yang paling diminati dan dikenal oleh masyarakat selama tujuh

tahun berturut turut.

Tapi yang terjadi saat ini justru sebaliknya, berdasarkan temuan dari

sumber majalah (marketing.co.id>majalah marketing>2008) Decolgen pada tahun

2008 Turun peringkat yang dulu menjadi jawara Top Brand selama tujuh tahun

berturut turut justru di tahun 2008 Decolgen harus merelakan posisi jawaranya

dan menempati peringkat ketiga dan meraih TBI sebesar 10.6%. Decolgen terus

mengalami penurunan mereknya, ini diperkuat dengan sumber yang ada

(Marketing/Februari/2009) Decolgen pada tahun 2009 mengalami penurunan TBI,

yang semula sebesar 10.6% turun menjadi 10,0 % dan menjadikannya tertahan

diposisi ketiga. Selain itu, berdasarkan temuan dari sumber majalah (Marketing

02/X/Februari/2010) Decolgen lagi lagi harus melorot posisinya untuk Top Brand

yaitu dengan perolehan TBI sebesar 9.1 %, yang menjadikannya harus puas

diposisi keempat untuk Top Brand. Tidak hanya sampai disitu saja, penurunan

merek dalam perebutan Top Brand Index ini dibarengi dengan penurunan

penjualan produk obat flu Decolgen diwilayah Surabaya Selatan.

Tabel 1.2 : Data penjualan Decolgen diwilayah Surabaya selatan.

Nomor Tahun Penjualan

1 2007 13,1 Juta

2 2008 11,0 Juta

3 2009 9,2 Juta

4 2010 (Kuartal II) 6,0 Juta


(14)

Dalam tiga tahun ini merek Decolgen terus mengalami penurunan

peringkat dalam perebutan Top Brand, setelah mereknya menjadi jawara selama

tujuh tahun memimpin untuk kategori obat flu dan penjualan produk obat flu

Decolgen di wilayah Surabaya selatan juga terus menurun.

Berdasarkan temuan diatas menandakan bahwa merek bergerak dinamis, dan dari

semua latar belakang maka menarik untuk diadakan penelitian dengan judul

“PENGARUH IKLAN TELEVISI TERHADAP CITRA MEREK OBAT FLU DECOLGEN WILAYAH SURABAYA SELATAN”

1.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah yang

akan dianalisis dalam penelitian berikut adalah :

“Apakah terdapat pengaruh iklan televisi terhadap citra merek obat flu

Decolgen di wilayah Surabaya selatan?”

1.3 Tujuan peneliti.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

“Untuk menganalisis pengaruh iklan televisi terhadap citra merek obat flu


(15)

1.4 Manfaat penelitian.

1. Bagi peneliti berguna untuk memahami dan mengembangkan

ilmu pengetahuan berdasarkan teori-teori yang telah diperoleh

di bangku kuliah.

2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi pada

mamajemen agar dapat mendapatkan wawasan tambahan

tentang pengaruh iklan televisi terhadap citra merek obat flu

Decolgen diwilayah Surabaya selatan.

3. Bagi lembaga, dapat menambah perbendaharaan perpustakaan

UPN “Veteran” JATIM sebagai bahan kajian maupun bahan

pembanding penelitian pada masayang akan datang terhadap


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu.

Penelitian terdahulu yang berjudul “Analisis efektifitas iklan Rinso, Soklin dan Attack menggunakan Consumen Decision Model (CDM)” oleh Zuraida dan Uswatun (2001). Hasil penelitian ini adalah ternyata telah membuktikan bahwa pesan iklan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengenalan merek , pesan iklan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keyakinan konsumen terhadap suatu merek, pesan iklan mempunyai pengaruh signifikan terhadap sikap konsumen terhadap suatu merek, dan pesan iklan dapat berpengaruh langsung terhadap niat beli suatu produk dengan merek tertentu, ini menunujukkan betapa pentingnya sebuah iklan dalam pengenalan sebuah merek kepada konsumen dan pesan iklan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keyakinan dan niat beli suatu produk dengan merek tertentu.

Penelitian terdahulu lainnya yaitu oleh Handoko (2006) yang berjudul “ . Analisis Pengaruh Kredibilitas Endoser dan Kreatifitas Iklan Terhadap Efektifitas Iklan yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Merek (Studi Kasus Iklan Televisi Pada Konsumen Sepeda Motor Honda di Kota Semarang)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas iklan untuk menciptakan sikap terhadap


(17)

bagaimana proses meningkatkan sikap terhadap merek. Atas dasar ini diajukan model teoritis dan 3 hipotesis, Sampel penelitian ini adalah 111 konsumen yang mempunyai sepeda motor Honda dan pernah melihat iklan sepeda motor Honda di kota Semarang. Untuk mengatasi permasalan yang ada, peneliti menggunakan structural equation modelling (SEM) digunakan sebagai teknik analisis untuk menganalisis data dari paket statistik AMOS 4.01 untuk pengujiannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terhadap merek dapat ditingkatkan melalui efektivitas iklan dimana faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas iklan adalah kreatifitas iklan dan kredibilitas endorser. Ini menunjukkan bahwa Kredibilitas Endoser dan Kreatifitas Iklan mempengaruhi efektifitas sebuah iklan yang akhirnya sangat berpengaruh kepada sikap dalam memilih sebuah merek.

Selain itu penelitian terdahulu selanjutnya adalah penelitian dari Wiryawan dan Pratiwi (2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh Selebriti Endorser Terhadap Brand Image Pada Iklan Produk Kartu Prabayar XL Bebas di Bandar Lampung”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh selebriti endoser terhadap brand image pada iklan produk kartu prabayar XL Bebas di Bandar Lampung. Teknik pengambilan sample menggunakan purposive sampling (judgmental sampling), yaitu merupakan teknik non-probability sampling yang memilih orang orang yang terseleksi berdasarkan ciri ciri khusus yang dimiliki sampel


(18)

tersebut.penelitian ini melibatkan sebanyak 100 responden pemakai kartu prabayar XL Bebas di Bandar Lampung.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Celebrity endorser memiliki pengaruh yang signifikan terhadap citra merek yang terdiri dari citra korporat, citra pemakai, dan citra produk.

Penelitian dahulu dengan penelitian sekarang jelas berbeda. Adapun perbedaan penelitian yang nampak dengan penelitian terdahulu karena tempat, watu dan metode yang berbeda dan bukan merupakan replikasi dari penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini akan dibahas masalah yang berhubungan dengan Pengaruh Iklan Terhadap Citra Merek.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Definisi Pemasaran

Menurut Kotler (1986:5) definisi pemasaran adalah suatu proses social dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya.

Menurut Foster (1974:8) definisi pemasaran adalah suatu filsafat yang menyatakan bahwa perusahaan harus dipengaruhi oleh pasarnya (atau konsumen) dan bukan oleh fasilitas produk atau teknik yang dimiliki.


(19)

2.2.2 Definisi Manajemen Pemasaran.

Menurut Kotler (1986:20) definisi manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, penerapa dan pengendalian terhadap progam yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran dan hubungan yang menguntunkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan tujuan organisasi.

2.2.3 Definisi Konsep Pemasaran.

Menurut Kotler (1986:34) definisi konsep pemasaran adalah suatu orientasi terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan, didukung oleh usaha pemasaran secara terpadu yang ditujukan untuk membangkitkankepuasan pelanggan sebagai kunci untuk memenuhi tujuan tujuan organisasi.

2.2.4 Periklanan.

Menurut Jefkins (1997:5) periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah murahnya.

2.2.4.1 Jenis Jenis Periklanan.

Dalam periklanan terdapat jenis jenis periklanan. Menurut Mc Carthy (1996:337). Jenis jenis periklanan adalah:

1. Periklanan Produk (Product Advertising). Dibagi menjadi tiga kategori :


(20)

Periklanan pemeloporan berusaha menciptakan permintaan primer (primary demand).

b. Periklanan bersaing (Competitive Advertising).

Periklanan bersaing berusaha menimbulkan permintaan selektif (selective demand).

Dapat dilakukan dengan cara:

1. Periklanan Langsung (direct-type advertising).

2. Periklanan tak langsung (indirect-type advertising).

c. Periklanan Pengingat (reminder advertising).

Cara ini dapat bermanfaat apabila produk itu telah mencapai preferensi atau loyalitas merek.

2. Periklanan Perbandingan (Comparative Advertising).

Periklanan perbandingan dilakukan dengan membandingkan produk perusahaan dengan produk pesaing.

3. Periklanan Lembaga.

Periklanan lembaga berfokus pada : a. Nama perusahaan industri. b. Gengsi perusahaan atau industri.


(21)

2.2.4.2 Sasaran Periklanan.

Menurut Guiltinan (1987:250). Pokok sasaran sasaran itu adalah: 1. Kesadaran (awareness).

2. Megingatkan (remember to use).

3. mengubah sikap tentang penggunaan bentuk produk. 4. mengubah persepsi tentang pentingnya atribut merek. 5. mengubah keyakinan tentak merek.

6. mengubah sikap.

Menurut Sigit (1982 :162). Sasaran iklan adalah : 1. Para pembeli dan pemakai pada waktu sekarang. 2. Mereka yang memiliki potensi untuk menjadi pembeli. 3. Mereka yangmempunyai kekuasaan memutuskan membeli. 4. Mereka yang akan menjadi penbeli atau pemakai dimasa depan. 5. Mereka yang dapat mempengaruhi orang lain untuk membeli

atau memakai. 6. Para pedagang. 7. Para pesaing.

Jadi sasaran periklanan haruslah difikirkan terlebih dahulu sebelum memasang, periklanan dapat tercapai kerena sasaran periklanan ikut menentukan efektif atau tidaknya suatu iklan.


(22)

2.2.4.3 Media Iklan.

Banyak media yang bisa digunakan untuk periklanan. Menurut Philip Kotler dan Armstrong (2008:162). Media yang digunakan untuk iklan adalah:

1. Televisi. 2. Surat kabar. 3. Surat langsung. 4. Majalah. 5. Radio. 6. Luar ruang. 7. Internet.

2.2.4.4 Tujuan Periklanan.

Menurut Sutisna (2001:276). Tujuan iklan adalah: 1. Menginformasikan atau Informatif.

Periklanan informatif berarti pemasar harus merancang iklan sedemikian rupa agar hal hal penting mengenai produk bisa disampaikan dalam pesan iklan.

2. Membujuk.

Periklanan yang bersifat membujuk berperan penting bagi perusahaan dengan tingkat persaingan tinggi. Tujuan pemasar adalah untukmencoba meyakinkan konsumen bahwa merek yang ditawarkan adalah pilihan yang tepat.


(23)

3. Mengingatkan.

Iklan yang bersifat mengingatkan digunakan untuk produk produk yang sudah mapan dan mempunyai kelompok konsumen tertentu.

Iklan yang bersifat mengingatkan sangat penting, terutama bagi produk produk yang dibeli dengan keterlibatan rendah.

2.2.4.5 Fungsi Iklan.

Menurut Shimp (2000:357), fungsi periklanan adalah : A. Informing (Memberi informasi).

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek merek baru, mendidik merekan tentang fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek positif.

B. Reminding (Mengingatkan).

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen.

C. Persuading (Mempersuasi).

Iklan yang efektif akanmampu mempersuasikan (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan.

D. Adding Value (Memberikan nilai tambah).

Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang sebagai lebih elegan, lebih


(24)

bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing.

Menurut Swastha (1997 :247). Beberapa fungsi periklanan antara lain : A. Memberi Informasi.

Periklanan dapat menambah nilai pada sutu barang dengan memberikan informasi kepada pelanggan.

B. Membujuk atau mempengaruhi.

Periklanan tidak hanya memberitahu saja, tetapi juga memberi sifat membujuk terutama kepada pembeli pembeli potensial, dengan menyatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik daripada produk lain.

C. Menciptakan Kesan Image.

Pemasangan iklan selalu berusaha untuk menciptakan iklan sebaik baiknya, misalnya dengan menggunakan warna, ilustrasi, bentuk dan susunan yang menarik. Tindakan tersebut bertujuan agar dengan sebuah iklan, orang akan mempumyai suatu kesan tertentu pada masyarakat untuk melakukan pembelian secara rasional dan ekonomis.

D. Memuaskan Keinginan.

Periklanan merupakan suatu alat yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan yang berupa pertukaran yang saling memuaskan.


(25)

E. Sebagai Alat Komunikasi.

Periklanan merupakan suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi dengan efektif dan efisien.

Jadi fungsi periklanan sangat berarti sekali perusahaan untuk meningkatkan penjualan, dengan maksud agar produk dapat lebih dikenal dan diminati konsumen, sehingga iklan tersebut dapat dijadikan investasi untuk menghasilkan suatu imbalan yang besar nantinya.

2.2.4.6 Sifat sifat iklan.

Menurut Tjiptono (2005:226), suatu iklan mempunyai sifat sifat sebagai berikut :

1. Public Presentation.

Iklan memungkinkan setiap orang menerima pesan yang sama tentang produk yang diiklankan.

2. Pervasiveness.

Pesan iklan yang sama dapat diulang ulang untuk memantapkan penerima informasi.

3. Amplified Expressiveness.

Iklan mampu mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui gambar dan suara untuk menggugah dan mempengaruhi perasaan khalayak.


(26)

4. Impersonality.

Iklan tidak besifat memaksa khalayak untuk memperhatikan dan menanggapinya karena merupakan kominikasi yang monolog (satu arah).

2.2.4.7 Pentingnya Iklan.

Menurut Sigit (1982:115) periklanan yang berhasil memberikan keuntungan-keuntungan antara lain :

a. Penghemat biaya.

b. Dapat mencapai sasaran yang dimaksud.

c. Selalu mengingatkan kepada pembeli atau calon pembeli. d. Menghindarkan hubungan pribadi secara langsung. e. Membentuk product motives atau patronage motives.

Jadi periklanan amat sangat penting bagi perusahaan yang menginginkan produknya tepat sasaran dan dikenal oleh khalayak luas.

2.2.4.8 Indikator yang membentuk iklan.

Unsur unsur yang membentuk iklan menurut Sutherland (2001) adalah :

1. Humor.

Adalah alat untuk menarik perhatian dari sebuah iklan. 2. Kesaksian.


(27)

3. Musik.

Dalam iklanmenngunakan musik sebagai daya tarik dan sebagai ilustrasi iklannya.

4. Presenter.

Adalah seorang yang membintangi sutu iklan yang dijadikan figure.

5. Drama.

Iklan ini tidak hanya memuat wajah orang, namun juga karakter dan jalan ceritanya.

6. Karakter.

Iklan perlu mengidentifikasi target audiens (misalnya, siapa pembeli utamanya) sehingga dapat memilih karakter yang cocok untuk iklan itu.

7. Durasi.

Adalah lama waktu dalam penayangan iklan.

2.2.5 Citra Merek.

Merek (brand) telah menjadi elemen yang sangat krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis maupun nirlaba, pemnufakturan maupun penyedia jasa dan oganisasi lokal maupun global. Merek dibuat agar konsumen dapat membedakan manakah produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain.


(28)

Menurut Tjiptono (2005:49) Citra Merek (Brand Image) adalah deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.

Menurut Rangkuti (2004:244) Brand Image atau brand personality adalah sekumpulan assosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen.

Menurut Shimp (2000 :12) Citra merek (brand image) adalah jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu.

Sedangkan menurut Sutisna (2001:138 ) Citra Merek adalah keseluruhan persepsi terhadap merek dan terbentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek.

2.2.5.1 Indikator yang membentuk Citra Merek.

Indikator indikator yang membentuk citra merek menurut Wiryawan dan Pratiwi dalam jurnalnya (2009) adalah :

1. Citra pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa.

2. Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa. Meliputi : pemakai itu sendiri, gaya


(29)

3. Citra Produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi artibut produk tersebut, manfaat bagi konsumen, penggunanya, serta jaminan.

2.2.5.2 Pengaruh Iklan Terhadap Citra Merek.

Para konsumen akan lebih reseptif tehadap periklanan setelah mengidentifikasi adanya kebutuhan. Periklanan bagi konsumen merupakan sumber utama informasi tentang merek beserta atribut produk lainnya.

Menurut Sutherland (2001:14) “iklan juga dapat mengubah image kita terhadap sebuah merek”.

Menurut Shimp (2000 : 442) “Periklanan berupaya untuk mengembangkan citra atau identitas bagi suatu merek dengan mengasosiasikan produk tersebut dengan simbol-simbol tertentu.

Menurut Sutisna (2001 : 107) “ Iklan yang di tampilkan mampu menciptakan kepercayaan positif terhadap merek”

Berdasarkan pernyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara iklan dengan citra merek. Untuk menciptakan citra merek pada suatu produk yang baik, maka diperlukan suatu periklanan yang baik dengan iklan yang baik dan menarik dapat menimbulkan kesan yang positif bagi konsumen yang mendengarkan dan melihatnya sehingga citra merek akan produk yang diiklankan akan mendapatkan kepercayaan positif dari konsumen.


(30)

2.3 Kerangka Konseptual.

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

“Diduga terdapat pengaruh positif iklan televisi terhadap citra merek obat flu Decolgen di wilayah Surabaya selatan”

IKLAN TELEVISI

(X)

CITRA MEREK (Y)


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. 3.1.1 Definisi Operasional variabel.

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arti dan makna variabel yang akan digunakan dalam penelitian sehingga tidak terjadi salah penafsiran, berikut ini akan dibuat suatu definisi operasional serta pengukuran variable, antara lain sebagai berikut:

1. Iklan Televisi(X).

Adalah pesan yang menawarkan suatu produk Decolgen yang ditujukan kepada masyarakat lewat media televisi yang sekaligus mempesuasi orang untuk membeli. Berdasarkan teori Sutherland (2001), variabel iklan televisi meliputi beberapa indikator yaitu :

a. Humor (X1)

Adalah sebuah tayangan dalam iklan yang mengandung unsur lelucon dan menghibur yang ditujukan untuk menarik perhatian pemirsa iklan Decolgen.


(32)

b. Kesaksian (X2)

Adalah pernyataan dari bintang iklan tentang keunggulan produk Decolgen dan ditujukan untuk meyakinkan pemirsa iklan.

c. Musik(X3)

Musik dalam iklan digunakan sebagai daya tarik dan memperkuat unsur dramatisasi dalam iklan Decolgen supaya pemirsa lebih mengerti dan tertarik akan penayangan iklan yang dimaksud. d. Presenter(X4)

Adalah seorang yang menjadi bintang utama dalam suatu iklan yang menjadi figure iklan supaya pemirsa lebih tertarik dan yakin terhadap produk Decolgen yang diiklankan tersebut. e. Drama(X5)

Iklan yang ditayangkan tidak hanya memuat gambar dan atribut produk Decolgen saja, namun juga ada alur cerita yang tersusun untuk memperkenalkan produk agar dapat lebih diterima permirsa.

f. Karakter(X6)


(33)

disesuaikan sesuai dengan pangsa pasarnya yaitu iklan obat flu.

g. Durasi(X7)

Adalah lama waktu dalam penayangan iklan dan pengenalan produk Decolgen ditelevisi.

2. Citra merek (Y).

Citra merek merupakan kelompok atribut dan asosiasi, dimana konsumen menghubungkannya dengan nama merek. Berdasarkan teori yang ada dalam jurnal Wiryawan dan Pratiwi (2009) , definisi indikator variabel Citra Merek adalah :

1. Citra Pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat produk Decolgen (Y1).

2. Citra Pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pengguna yang menggunakan produk Decolgen (Y2).

3. Citra Produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap produk Decolgen itu sendiri(Y3).

3.1.2 Pengukuran Variabel.

Skala penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Interval, dan teknik pembobotannya menggunakan Semantic Defferencial


(34)

Scale yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap atau karakeristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang dengan menngunakan skor yang disusun dalam suatu garis kontinum dengan jawaban yang sangat positifnya terletak di sebelah kanan, sedangkan jawaban yang paling negatif terletak di kiri atau sebaliknya. Skala data yang digunakan adalah 1 sampai 7, dengan gambar sebagai berikut :

1

7

Sangat tidak Baik Sangat Baik

3.2 Teknik Penentuan Sampel. 3.2.1 Populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengenal dan pernah mengkonsumsi produk Decolgen.

3.2.2 Sampel.

Teknik pengambilan sampel ini adalah Non probabilistic sampling karena populasinya tidak terhitung, dan menggunakan teknik Purposiveness sampling, responden yang sesuai dengan kriteria peneliti, yaitu konsumen yang pernah menyaksikan iklan televisi dan mengkonsumsi produk Decolgen, sedangkan jenis pengambilan sampel didasari oleh asumsi SEM yang ditulis oleh Ferdinand (2002 ; 48) seperti dibawah ini:

a. Sebanyak 100-200 sampel untuk Maximum Likelihood Estimation. b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya


(35)

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 sampai 10. Bila terdapat 20 indikator, besar sampelnya adalah 100-200.

d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi. Misalnya bila jumlah sampel diatas 2.500, teknik estimasi ADF (Asymtotically Distribution Free Estimation) dapat digunakan. pada penelitian ini adalah 10 parameter yang mana diperoleh dari indikator-indikator yang ada pada penelitian ini yang diestimasi. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengambil jumlah sampel sebesar 100 data responden (10 indikator dikali 10 = 100 responden).

3.3Teknik Pengumpulan Data. 3.3.1Jenis Data.

- Data primer.

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung ditempat yang mejadi objek peneliti dan diolah sendiri dalam melakukan analisis. Data primer ini berupa hasil jawaban responden/kuesioner.

- Data sekunder.


(36)

3.3.2Pengumpulan Data.

Dalam mencari dan mengumpulkan data dilakukan dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut :

a. Kuesioner.

Merupakan daftar pernyataan untuk memperoleh data berupa jawaban dari responden.

b. Wawancara.

Metode ini dilakukan dengan mengadakan tanya-jawab secara langsung kepada responden.

c. Dokumentasi.

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dan mencari data atau arsip-arsip tentang produk.

3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis.

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multivariate dengan Structural Equation Modelling (SEM). Penaksiran pengaruh pada masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh Iklan televisi dilakukan sebagai berikut :

Persamaan Iklan televisi (X) : X1 = 1 Iklan televisi + er_1


(37)

X3 = 1 Iklan televisi + er_3 X4 = 1 Iklan televisi + er_4 X5 = 1 Iklan televisi + er_5 X6 = 1 Iklan televisi + er_6 X7 = 1 Iklan televisi + er_7

Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimesionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh harga akan tampak sebagai berikut : Gambar 3.1 : Contoh model pengukuran iklan televisi.

Keterangan :

X1 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai humor dalam iklan televisi.

X2 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai kesaksian dalam iklan televisi.

Iklan Televisi

X1

X5 X2

X4

X6

X7 X3

er_1

er_2

er_3

er_4

er_5

er_6


(38)

X3 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai musik dalam iklan televisi.

X4 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai figur iklan dalam iklan televisi

X5 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai alur cerita dalam iklan televisi

X6 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai karakter iklan ditelevisi

X7 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai lama penayangan iklan ditelevisi.

Persamaan Citra merek (Y) : Y1 =  Citra merek + er_1 Y2 =  Citra merek + er_2 Y3 =  Citra merek + er_3

Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk uji undimensionalnya melalui confirmatory faktor analysis, maka model pengukuran dengan contoh citra merek akan dampak sebagai berikut : Gambar 3.2 : Contoh model pengukuran Citra merek.

Citra Merek

Y2

Y1 er_1


(39)

Keterangan :

Y1 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai persepsi tentang citra perusahaan yang memproduksi Decolgen.

Y2 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai yang dirasakan setelah mengkonsumsi produk Decolgen.

Y3 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai kualitas produk Decolgen.

3.4.1 Uji Reliabilitas dan Validitas.

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar pertanyaan perlu dilihat relibilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan sebagai berikut.

a. Uji Validitas.

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pegukuran atas apa yang seharusnya diukur. Karena indikator multidimensi maka uji validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur. Secara umum nilai variance extracted yang dapat diterima adalah ≥ 0,5. variance extracted dihiung dengan rumus sebagai berikut :

Variance Extracted = standardize Loading standardize Loading + j


(40)

b. Uji Reliabilitas.

Reabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk/faktor laten yang umum.

Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu dengan menjelaskan sebuah fenomena yang umum. Composite Realibility diperroleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2002 ; 62) Construct reliability = (Standard Loading)2

(Standard Loading) 2 + j Keterangan :

a. Standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator yang didapat hari hasil perhitungan komputer.

b. j adalah measurement error dari setiap indikator. Measurement error dapat diperoleh dari 1 – reliabilitas indikator.

Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah ≥0,7 , walau angka itu bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat eksplorasi maka nilai dibawah 0,7 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan yang empirik yang terliahat dalam proses eksplorasi.


(41)

3.4.2 Uji Outlier Univariat dan Multivariat.

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari obsevasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002;52).

3.4.2.1Uji Outlier Univariat.

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara mengkonversi nilai data penelitian kedalam standar score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Ferdinand, 2002;98). Oleh karena itu apabila ada obsevasi-observasi yang memiliki z-score≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.2.2 Uji Outlier Multivariat.

data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Uji terhadap


(42)

multivariat dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat di dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai jarak Mahalanobisnya lebih besar dari nilai χ2 tabel adalah outlier multivariat.

3.4.3 Uji Normalitas Data.

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah metode tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah uji critical ratio dari skewness dan kurtois dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang +/- 2,58 maka distribusi adalah tidak normal.

b. Jika nilai critical yang dipeoleh berada pada rentang +/- 2,58 maka distribusi adalah normal.

3.4.4 Pengujian Model dengan Two-Step Approach.

Two-Step Approch digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan karena keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dalam dicapai dalam two-step approach ini. Two-step approach bertujuan untuk menghindari interaksi antar model pengukuran dan model struktural pada One step Approach.


(43)

Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah : estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model. Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two-step approach adalah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator summer-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandarisasi (Z-score) dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut.

b. Menetapkan error () dan Lambda () terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,95 () . Perhitungan construct reliability () telah dapat dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar () dapat dihitung dengan bantuan progam aplikasi matrik spss. Setelah error () dan Lambda () terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.

3.5Evaluasi Model.

Di dalam SEM peneliti dapat melakukan 3 kegiatan secara serempak , yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrument, pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis jalur), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara dengan model structural). Tahap yang ditempuh dalam pengolahan data dengan analisis ini adalah :


(44)

a. Mengembangkan path diagram.

Pada path diagram ditunjukkan hubungan kausal antar variabel yaitu antara variabel endogen dan eksogen. Hubungan antara variabel ini dinyatakan dengan anak panah. Anah panah luruh dengan satu ujung menunjukkan hubungan kausal yang langsung antara satu variabel lainnya. Sedangkan garis lengkung dengan dua ujung menunjukkan korelasi antar variabel.

b. Evaluasi atas asumsi SEM.

Evaluasi asumsi ditujukan untuk mengetahui kecukupan dipenuhinya asumsi-asumsi yang ada dalam pemodelan SEM. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi normalitas data, evaluasi atas univariate outliers dan evaluasi atas multicolinieritas dan singularity.

c. Evaluasi kriteria Goodness of fit model penelitian.

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian (fit) dan model yang dikembangkan terhadap data penelitian. Ini penting dilakukan karena SEM tidak digunakan untuk menciptakan suatu model tapi lebih pada mengkonfirmasi model. Artinya tanpa landasan teoritis yang kuat atas hubungan variabel yang dimodelkan maka analisis SEM ini tidak dapat digunakan. Ukuran Goodness of fit yang digukan serta nilai cut-off nya dapat dilihat pada tabel.

d. Intepretasi hasil.

Pada tahap ini hasil atau output pengujian dievaluasi untuk menentukan penerimaan atau penolakan terhadap kesesuaian model dan hipotesis yang


(45)

Tabel 3.1 : Goodness of Fit Indices

Sumber : Ferdinand (61 : 2002)

3.5.1 Evaluasi Goodness of fit.

Berikut ini disajian beberapa indeks kesuaian dan cut-off value yang digunakan dalam menguji apakah sebuah sebuah model dapat diterima atau tidak.

a. 2 – Chi- Square statistic, dimana model dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi- squarenya rendah. Semakin kecil nilai 2 semakin baik model itu dan dapat diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0,05.

GOODNESS OF FIT INDICES

KETERANGAN CUT-OFF VALUE

X2- Chi-square

Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data)

Diharapkan kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2. Probability

Uji signifikansi terhadap perbedaan martiks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2 atau

≥ 0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi Square

pada sample besar. ≤0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh metriks covariance populasi yang diestimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda).

≥ 0,90 AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model. ≤ 2,00

TLI Pembandingan antara model yang diuji

terhadap baseline model. ≥ 0,95 CFI

Uji kelayakan model yang tidak sensitif terhadap besarnya sample dan kerunitan model


(46)

b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Appoximation), yang menunjukkan goodness of fit yang diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks yang dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of freedom.

c. GFI (Goodness of fit index), adalah ukuran non statistical yang mempunyai rentang nilai 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

d. AGFI (Adjusted Goodness of fit Index), dimana tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,08.

e. CMIN / DF, adalah the Minimum Sample Discrepancy Function yang dibagi dengan Degree of Freedom. CMIN/DF tidak lain adalah statistic Chi-Square, X2 dibagi DFnya disebut X2 relatif. Bila nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.

f. TLI (Tucker Lewis Index), merupakan incremental index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah base line model, dimana yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah ≥ 0,95 dan nilai yang


(47)

g. CFI (Comparative Fit Index), dimana bila mendekati 1, menindikasi tingkat fit yang paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Analisis Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh iklan televisi terhadap citra merek obat flu Decolgen di wilayah

Surabaya selatan, yang nantinya diharapkan dapat menganalisis

faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi iklan televisi terhadap citra merk

obat flu Decolgen.

Penelitian ini telah ditentukan lokasinya dimana lokasi itu sendiri

adalah Distributor utama dari Decolgen yang berada di Surabaya Selatan.

Lokasi penelitian ini berada diwilayah di Surabaya Selatan yang dilakukan

dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden, Serta bersedia

mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

4.1.2. Karakteristik Decolgen

banyak sekali merek merek obat-obat flu yang beredar di pasaran,

salah satunya adalah Decolgen yang diproduksi oleh PT Medifarma

Laboratories. Decolgen adalah salah satu obat flu yang sangat dikenal dan

popular oleh masyarakat. Decolgen adalah salah satu jenis obat flu yang

dapat meredakan gejala flu seperti sakit kepala, demam, bersin-bersin dan

hidung tersumbat.


(49)

4.2

Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban

responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner

yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui seperti

dibawah ini

.

a.

Jenis Kelamin

Dari 100 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan

dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah

ini.

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

N

se o Jenis Kelamin Jumlah

Persenta %

1 Laki-Laki 67 67%

2 Perempuan 33 33%

100 100%

Sumber :Data diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengguna obat flu

Decolgen lebih didominasi atau lebih banyak dikonsumsi oleh pihak

Laki-Laki dari pada perempuan. Tidak heran, karena produk Decolgen yang dijual

dipasaran lebih ditunjukkan untuk kaum laki-laki, karena pada wanita yang

sedang hamil atau menyusui tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi produk

Decolgen. Hal ini tentu menjadi fakta yang menarik bahwa wanita memiliki

proporsi yang lebih kecil dalam mengkonsumsi produk Decolgen yang

bukan sebagai produk utama dalam pilihan obat flu yang digunakan.


(50)

b.

Usia

Dari 100 responden yang menjawab kuesioner dan didapat diketahui

usia responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.

N

se

o Rentang Usia Jumlah

Persenta %

1 17-22 31 31%

2 23-28 30 30%

3 29-34 26 26%

4 35-40 8 8%

5 ≥41 5 5%

Total 100 100%

Sumber :Data diolah

Tabel karakteristik responden berdasarkan tingkat usia menunjukkan bahwa

para konsumen utama dari produk obat flu Decolgen untuk wilayah

Surabaya selatan adalah kalangan yang berusia dewasa.

4.2.2.

Deskripsi Iklan Televisi

Tabel 4.3. Tabulasi jawaban iklan.

Skor Jawaban Ite

m Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7

0 0 5 27 32 19 17

X1.1 Humor

0% 0% 5% 27%

32 %

19

% 17%

0 0 0 5 29 43 23

X1.2 Kesaksian

0% 0% 0% 5%

29 %

43

% 23%

0 0 0 10 9 41 40

X1.3 Musik

0% 0% 0%

l10

% 9%

41

% 40%

0 0 2 2 21 36 39

X1.4 Model iklan

0% 0% 2% 2%

21 %

36

% 39%

0 0 1 5 9 36 49

X1.5 Drama

0% 0% 1% 5% 9%

36


(51)

0 0 0 3 22 36 39 X1.7 Durasi

0% 0% 0% 3%

22 %

36

% 39%

Sumber :Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :

a.

Indikator pertama dari Iklan televisi, yaitu pendapat responden

mengenai humor dalam iklan televisi, mendapat respon terbanyak pada

skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 32 responden atau 32 %,

kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 4 dengan jumlah

resonden 27 atau 27 %. Artinya, sebagian besar responden yang

menjawab cukup baik sebanyak 57 responden atau 57 %, kemudian

yang menjawab sangat tidak sangat baik sebanyak 0 responden atau

0%.

b.

Indikator kedua dari Iklan televisi, yaitu pendapat responden mengenai

kesaksian dalam iklan televisi, mendapat respon terbanyak pada skor 6

dengan jumlah responden sebanyak 43 atau 43 %, kemudian terbanyak

kedua pada skor 7 dengan jumlah responden 23 atau 23 %. Artinya,

sebagian besar responden yang menjawab baik sebanyak 43 responden

atau 43 %, kemudian yang menjawab sangat baik sebanyak 23 atau

sebanyak 23 % dan yang menjawab sangat tidak baik sebanyak 0 atau

0 %.

c.

Indikator ketiga dari Iklan televisi, yaitu pendapat responden mengenai

musik dalam iklan televisi, mendapat respon terbanyak pada skor 6

dengan jumlah responden sebanyak 41 atau 41 %, kemudian terbanyak

kedua pada skor 7 dengan jumlah responden 40 atau 40 %. Artinya,


(52)

sebagian besar responden yang menjawab baik sebanyak 41 responden

atau 41 %, kemudian yang menjawab sangat baik sebanyak

40 atau sebanyak 40 % dan yang menjawab sangat tidak baik sebanyak

0 atau 0 %.

d.

Indikator keempat dari Iklan televisi, yaitu tentang pendapat responden

mengenai model iklan dalam iklan televisi, mendapat respon

terbanyak pada skor 7 dengan jumlah responden sebanyak 39 atau 39

%, kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden

36 atau 36 %. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab

sangat baik sebanyak 39 responden atau 39 %, kemudian yang

menjawab baik sebanyak 36 atau sebanyak 36 % dan yang menjawab

sangat tidak baik sebanyak 0 atau 0 %.

e.

Indikator kelima dari Iklan televisi, yaitu pendapat responden

mengenai drama dalam iklan televisi, mendapat respon terbanyak pada

skor 7 dengan jumlah responden sebanyak 49 atau 49 %, kemudian

terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 36 atau 36 %.

Artinya, sebagian besar responden yang menjawab sangat baik

sebanyak 49 responden atau 49 %, kemudian yang menjawab baik

sebanyak 36 atau sebanyak 36 % dan yang menjawab sangat tidak baik

sebanyak 0 atau 0 %.


(53)

pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 48 atau 48 %,

kemudian terbanyak kedua pada skor 7 dengan jumlah responden 30

atau 30 %. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab baik

sebanyak 48 responden atau 48 %, kemudian yang menjawab sangat

baik sebanyak 30 atau sebanyak 30 % dan yang menjawab sangat tidak

baik sebanyak 0 atau 0 %.

g.

Indikator ketujuh dari Iklan televisi, yaitu pendapat responden

mengenai durasi dalam iklan televisi, mendapat respon terbanyak pada

skor 7 dengan jumlah responden sebanyak 39 atau 39 %, kemudian

terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 36 atau 36 %.

Artinya, sebagian besar responden yang menjawab sangat baik

sebanyak 39 responden atau 39 %, kemudian yang menjawab baik

sebanyak 36 atau sebanyak 36 % dan yang menjawab sangat tidak baik

sebanyak 0 atau 0%.

4.2.3.

Deskripsi Citra Merek

Tabel 4.4. Tabel Tabulasi jawaban citra merek.

Skor Jawaban Item Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7

0 0 0 3 11 47 39

Y1.1 corporate image

0% 0% 0% 3% 11% 47% 39%

0 0 1 0 8 44 47

Y1.2 user image

0% 0% 1% 0% 8% 44% 47%

0 0 1 0 5 43 51

Y1.3 product image

0% 0% 1% 0% 5% 43% 51%

Sumber :Data diolah


(54)

a.

Indikator pertama dari Citra Merek, yaitu pendapat responden

mengenai persepsi tentang citra perusahaan, mendapat respon

terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 47

responden atau 47 %, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 7

dengan jumlah resonden 39 atau 39 %. Artinya, sebagian besar

responden yang menjawab baik sebanyak 47 responden atau 47 %,

kemudian yang menjawab sangat baik sebanyak 39 atau 39 % dan yang

menjawab sangat tidak baik sebanyak 0 responden atau 0 %.

b.

Indikator kedua dari Citra Merek, yaitu pendapat responden mengenai

yang dirasakan setelah mengkonsumsi produk, mendapat respon

terbanyak pada skor 7 dengan jumlah responden sebanyak 47 atau 47

%, kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden

44 atau 44 %. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab

sangat baik sebanyak 47 responden atau 47 %, kemudian yang

menjawab baik sebanyak 44 atau sebanyak 44 % dan yang menjawab

sangat tidak baik sebanyak 0 atau 0 %.

c.

Indikator ketiga dari Citra Merek, yaitu pendapat responden mengenai

kualitas produk, mendapat respon terbanyak pada skor 7 dengan

jumlah responden sebanyak 51 atau 51 %, kemudian terbanyak kedua

pada skor 6 dengan jumlah responden 43 atau 43 %. Artinya, sebagian

besar responden yang menjawab sangat baik sebanyak 51 responden

atau 51 %, kemudian yang menjawab baik sebanyak 43 atau sebanyak


(55)

4.3. Analisis Data dan Pengujian hipoteis

4.3.1. Uji Outliers Multivariate

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik

yang terlihat sangat berbeda jauh dari obervasi-observasi lainnya dan

muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau

variabel kombinasi ( Hair, 1998 ).

Evaluasi terhadap

outlier multivariate

(antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis

menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu

dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara

Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan

sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang

multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996).

Uji

outliers multivariate

dilakukan dengan menggunakan kriteria

jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi

dengan menggunakan

χ

² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah

variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada

table berikut :

Tabel 4.5. Outlier Data.

Residuals Statistics (a)

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation N Predicted Value -6,322 78,197 50,500 13,209 100 Std. Predicted Value -4,302 2,097 0,000 1,000 100 Standard Error of Predicted Value 5,709 18,201 8,855 1,808 100 Adjusted Predicted Value -21,899 82,206 50,209 14,248 100


(56)

Std. Residual -2,006 2,528 0,000 0,948 100 Stud. Residual -2,158 2,678 0,005 1,002 100 Deleted Residual -63,206 77,249 0,291 28,893 100 Stud. Deleted Residual -2,204 2,777 0,006 1,009 100

Mahalanobis Distance [MD] 3,358 43,199 9,900 5,075 100 Cook's Distance 0,000 0,079 0,011 0,014 100

Centered Leverage Value 0,034 0,436 0,100 0,051 100 (a) Dependent Variable : NO. RESP

Sumber :Lampiran

Deteksi terhadap

multivariat outliers

dilakukan dengan

menggunakan kriteria

Jarak Mahalanobis

pada tingkat p < 0,001. Jarak

Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan

2

pada derajat bebas

sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang

mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai

chi-square

pada tingkat

signifikansi 0,001 maka terjadi

multivariate outliers

. Nilai

20.001

dengan

jumlah indikator 10 adalah sebesar 29.588.

Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 43.199 yang berarti lebih

besar dari

2

tabel 29.588 tersebut. Dengan demikian, terdapat

multivariate

outliers.

Jadi ada case outlier ini harus dieliminasi sehingga N pada analisis

selanjutnya tinggal 100 – 1 = 99.

4.3.2. Uji

Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa

Cronbach’s

Alpha

ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel

atau observasi indikator). Sementara itu

item to total correlation

digunakan

untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang

kehadirannya akan memperkecil koefisien

Cronbach’s Alpha

yang

dihasilkan. Proses eliminasi diperlukan pada

item total correlation

pada


(57)

indicator yang nilainya < 0,5 (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6. Uji Reliabilitas.

Pengujian Reliability Consistency Internal

Konstrak Indikator Item to Total Correlation

Koefisien Cronbach's

Alpha

X1 0,474

X2 0,375

X3 0,297

X4 0,590

X5 0,296

X6 0,382

TV Advertising

X7 0,361

0,267

Y1 0,589

Y2 0,482

Brand Image

Y3 0,569

-0,179

: tereliminasi

Sumber :Lampiran

Koefisien Cronbach’s Alpha dihitung untuk mengestimasi

reliabilitas setiap skala [variabel atau indikator observasian]. Sementara itu

item to total

correlation

digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan

mengeliminasi item-item yang kehadirannya akan memperkecil koefisien

Cronbach’s Alpha yang dihasilkan.

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada

indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai

item to total correlation indikator belum seluruhnya

0,5. Indikator yang

tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha.

Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.

Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct

di atas menunjukkan hasil kurang baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha


(58)

yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi

rules of thumb

yang

disyaratkan yaitu

0,7 [Hair et.al.,1998].

4.3.3. Uji

Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang

seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari

setiap

latent variable

/

construct

akan diuji dengan melihat

loading faktor

dari hubungan antara setiap

observed variable

dan

latent variable

. Hasil

analisis tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7. uji validitas.

dengan Confirmatory Factor Analysis

Faktor Loading Konstrak Indikator

1 2 3 4

X1 0,998

TV

Advertising X4 0,158

Y1 0,254

Y2 -0,712

Brand Image

Y3 -0,073

Sumber :Lampiran

Berdasarkan hasil

confirmatory factor analysis

terlihat bahwa

factor

loadings

masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap c

onstruct

belum seluruhnya

0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk

tersebut dapat dikatakan validitasnya kurang baik.

4.3.4. Uji Construct Reliability Dan Variance Extracted


(59)

Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang

akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa

indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama

(Purwanto, 2002). Dan

variance extracted

direkomendasikan pada tingkat

0,50. Hasil perhitungan

construct reliability

dan

variance extracted

dapat

dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.8. Construct Reliability dan Variance Extracted.

Construct Reliability & Variance Extrated

Konstrak Indikator Standardize Factor Loading SFL Kuadrat Error [εj]

Construct Reliability

Variance Extrated

X1 0,998 0,996 0,004

TV

Advertising X4 0,158 0,025 0,975 0,577 0,510

Y1 0,254 0,065 0,935

Y2 -0,712 0,507 0,493

Brand Image

Y3 -0,073 0,005 0,995

0,104 0,192

Batas Dapat Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5

Sumber :Lampiran

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan

construct reliability

dan variance extracted menunjukkan instrumen kurang reliabel, yang

ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya

0,7.

Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya

bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70

pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang

terlihat dalam proses eksplorasi. Dan

variance extracted

direkomendasikan

pada tingkat 0,50.

4.3.5. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan

Skewness Value

dari data

yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai

statistik untuk menguji normalitas itu disebut

z-value

. Bila nilai-z lebih besar


(60)

dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak

normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01

(1%) yaitu sebesar

2,58. Hasilnya diperoleh nilai c.r

. multivariat

diantara

2,58 dan itu berarti asumsi normalitas terpenuhi dan data layak untuk

digunakan dalam estimasi selanjutnya. Hasil analisis tampak pada tabel

berikut :

Tabel 4.9. Uji Normalitas

Assessment of normality

Variable Min max kurtosis c.r.

X1 3 7 -0,925 -1,879

X4 3 7 0,726 1,474

Y1 4 7 0,402 0,817

Y2 5 7 -0,630 -1,280

Y3 5 7 -0,589 -1,196

Multivariate -0,846 -0,503

Batas Normal ± 2,58

Sumber :Lampiran

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan

Kurtosis Value

dari data

yang digunakan biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik

untuk menguji normalitas itu disebut

Z-Value

. Bila nilai –Z lebih besar dari

nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.

Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 [ 1% ]

yaitu sebesar ± 2,58.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r.

mutivariate

berada di antara ±

2,58 itu berarti asumsi normalitas terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi

masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa jika

teknik estimasi dalam model SEM menggunakan

maximum likelihood

estimation

[MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat


(61)

menghasilkan

good estimate

, sehingga data layak untuk digunakan dalam

estimasi selanjutnya.

4.3.6. Uji Multicolinierity dan singularity

Pengujian terhadap gejala multikoliniearitas antara variable bebas

memperlihatkan tidak adanya gejala multikoliniearitas yang merusak model

terlihat dari

determinant of sample covariance matrix

8.307.389.536 dan

angka ini jauh dari nilai nol. Karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi multikoliniearitas atau singularitas dalam data ini sehingga asumsi

terpenuhi.

4.3.7 Analisis Model One – Step Approach to SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural

parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak

mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan

terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara

measurement model

dan

structural model

yang diestimasi secara bersama-sama (

one-step approach

to SEM

).

O

ne-step

approach to SEM

digunakan apabila model diyakini bahwa

dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik.

(Hair.et.al, 1998).


(62)

Hasil estimasi dan fit model

one-step

approach to SEM

dengan

menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada gambar dan tabel

Goodness of Fit

dibawah ini.

Gambar 4.1

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL TV Advertising, & Brand Image

Model Specification : One Step Approach - Base Model

1 TV Advertising d_bi X1 0,005 er_11 X2 er_21 Brand Image Y1 er_8 Y2 0,005 er_9 Y3 er_10 1 1 1 1 X3 er_31 X4 er_4 X5 er_5 1 1 X6 er_61 X7 er_71 1

Tabel 5.0 Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model

One-Step

Approach-Base Model.

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 1,415 ≤ 2,00 baik Probability 0,051 ≥ 0,05 baik RMSEA 0,065 ≤ 0,08 baik GFI 0,913 ≥ 0,90 baik AGFI 0,867 ≥ 0,90 kurang baik

TLI -0,246 ≥ 0,95 kurang baik CFI 0,003 ≥ 0,94 kurang baik

Sumber :Lampiran


(63)

dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi

oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Berdasarkan uji

Reliability Consistency Internal terdapat indikator tereliminasi sehingga

model berubah sebagaimana terdapat di bawah ini.

Gambar 4.2

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL TV Advertising, & Brand Image

Model Specification : One Step Approach - Base Model

1 TV Advertising d_bi X1 0,005 er_1 1 Brand Image Y1 er_8 Y2 er_9 Y3 er_10 1 1 1 1 X4 er_4 1 1

Tabel 5.1. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model

One- Step Approach

Modifikasi.

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 0,713 ≤ 2,00 baik Probability 0,614 ≥ 0,05 baik RMSEA 0,000 ≤ 0,08 baik GFI 0,986 ≥ 0,90 baik AGFI 0,958 ≥ 0,90 baik TLI 6,987 ≥ 0,95 baik CFI 1,000 ≥ 0,94 baik

Sumber

:Lampiran

Dari hasil evaluasi terhadap model one step eliminasi ternyata dari

semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan

hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data.

Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah


(64)

sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model

yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model

sebagaimana terdapat di bawah ini.

4.3.8. Analisis Unidimensi First Order

Tabel 4.12. Unidimensi

First order

Ustd Std Regression Weights

Estimate Estimate Prob.

X1 <-- TV_Advertising 1,150 0,998 0,000 X4 <-- TV_Advertising 0,147 0,158 0,116

Y1 <-- Brand_Image 1,000 0,254 0,000

Y2 <-- Brand_Image -2,333 -0,712 0,698 Y3 <-- Brand_Image -0,224 -0,073 0,613

Sumber

:Lampiran

4.3.9. Uji Kausalitas

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix :

8.307.389.536 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau

singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian

besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya

sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.

Tabel 4.13. Uji Kausalitas.

Uji Hipotesis Kausalitas

Regression Weights

Ustd Std

Faktor  Faktor Estimate Estimate Prob. Brand_Image  TV_Advertising -0,026 -0,133 0,703

Batas Signifikansi  ≤ 0,10


(65)

Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang

menyatakan bahwa :

a.

Faktor TV Advertising berpengaruh positif terhadap Faktor Brand

Image, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,703 > 0,10 [tidak

signifikan [negatif].

Tabel 4.14. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis.

Hasil Pengujian

Hipotesis Pengujian

Hipotesis Penerimaan

H1

TV Advertising

– Brand

Image

Berpengaruh

Positif

Tidak Dapat Diterima

/ tidak signifikan

Negative

4.4. Pembahasan

Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa iklan yang

dibentuk dari beberapa indikator yaitu unsur humor dan unsur presenter

dalam iklan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap citra merek yang

dibentuk oleh beberapa indikator yaitu citra pembuat, citra pemakai, dan citra

produk. Hal ini memberikan gambaran empiris bahwa iklan yang ditayangkan

di televisi tidak dapat membentuk atau menciptakan citra merek obat flu

Decolgen terutama di wilayah Surabaya selatan, hal ini menunjukan teori

yang dikatakan oleh Sutherland (2001:14) “iklan juga dapat mengubah

image

kita terhadap sebuah merek” dan juga Menurut Sutisna (2001 : 107) “ Iklan

yang di tampilkan mampu menciptakan kepercayaan positif terhadap merek”

tidak terbukti dalam penelitian ini.


(66)

Ini menunjukkan bahwa pembenahan tiap unsur elemen iklan harus

dilakukan dan dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa selama ini iklan yang

dilakukan oleh obat flu decolgen sangat tidak memberikan pengaruh terhadap

pembentukan citra merek kepada konsumen di wilayah Surabaya selatan.

Pembenahan tiap unsur elemen iklan sangatlah penting bagi

terciptanya nama merek yang baik dan dapat membangkitkan perasaan

berupa kepercayaan konsumen akan produk tersebut. sedangkan iklan

dengan kombinasi elemen-elemen iklan yang tidak tepat akan membentuk

brand image

yang negatif,

namun bisa memberikan pembelajaran pasif

dalam bentuk ingatan akan informasi produk yang disajikan dalam iklan

tersebut, sehingga ketika proses pembelian berlangsung maka ingatan pasif

tersebut akan berdampak pada pilihan yang akan diambil konsumen.

Pesan iklan yang baik menurut Kotler (1991:504) adalah : mampu

menyajikan pesan yang baik, mampu menimbulkan perhatian, mempunyai

daya tarik atau mampu menciptakan hal yang menarik, dapat menimbulkan

keinginan, memperoleh tindakan. Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan

bahwa suatu produk dalam menyajikan bentuk atau pesan iklan yang efektif

dan mampu memberikan daya jual yang tinggi sehingga mampu

meningkatkan citra merek tersebut maka iklan tersebut harus menimbulkan

perhatian, dalam menyajikan suatu iklan harus mampu memiliki daya tarik

sehingga memberikan perhatian baik dalam bentuk dan media apapun. Oleh

karena itu agar penyajian iklan tersebut dapat menarik perhatian hendaknya


(1)

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh variabel Iklan televisi terhadap Citra Merek obat flu Decolgen di wilayah Surabaya Selatan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

- Iklan Televisi tidak memberikan pengaruh atau tidak berkontribusi terhadap terbentuknya atau terciptanya Citra Merek. Berarti semakin tinggi intensitas iklan yang ditayangkan pada televisi maka citra merek tidak akan terbentuk dalam benak pemirsa disebabkan karena unsur humor dan presenter iklan dalam penayangan iklan kurang menghibur dan tidak memberikan pesan informasi yang akurat sehingga membuat pemirsa menjadi kurang mengerti, jenuh, merasa tidak memahami dan terdapat adanya keraguan bahwa iklan yang ditayangkan dapat membentuk citra merek produk obat flu Decolgen.

5.2 Saran

Sebagai impilikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut :


(2)

61

a. Agar tayangan iklan televisi dapat di terima oleh pemirsa, maka kombinasi elemen iklan yang tepat sangat dibutuhkan sehingga memberi dampak terhadap terciptanya citra merek pada produk obat flu Decolgen dalam benak pemirsa.

b. Iklan yang baik dan tepat akan memudahkan pemirsa untuk mengingatnya. Semakin ingat konsumen akan merek tersebut maka akan semakin kuat dorongan untuk melakukan pembelian sehingga mampu meningkatkan citra merek pada produk tersebut, Periklanan yang ditayangkan di televisi hanya sebagai media untuk mengembangkan citra atau identitas bagi suatu merek dengan mengasosiasikan produk tersebut dengan simbol-simbol. Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi yang disajikan atau produk yang ditayangkan oleh perusahaan melalui iklan di televisi ternyata tidak berkontribusi terhadap pembentukan citra merek obat flu decolgen. Maka hal ini di harapkan oleh PT. Medifarma Laboratories agar menampilkan secara jelas informasi produk dan atribut produk. Selain itu unsur iklan harus memiliki dan menimbulkan daya tarik serta dapat menarik perhatian pemirsa sehingga menyebabkan konsumen tidak merasa jenuh, mengerti dan memahami akan informasi yang disajikan dalam tayangan iklan di televisi tersebut oleh perusahaan ke konsumen.


(3)

62

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan akan tema penelitian serta pengalaman tentang pengaruh Iklan Televisi terhadap Citra Merek Obat flu Decolgen wilayah Surabaya selatan, bagi pihak-pihak lain yang berkeinginan melakukan penelitian sejenis dengan lebih lanjut.

d. Untuk penelitian berikutnya, disarankan agar menggunakan variabel atau indikator lain, karena dalam penelitian ini variabel atau indikator iklan tidak memiliki pengaruh positif terhadap Citra Merek.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur :

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. Structural Equation Modeling in Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach, Psycological Bulletin. 103 (3) : 411-23.

Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling, Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117

Ferdinand, Augusty, 2002, Structural Equation Modelling dalam penelitian manajemen Edisi 2, Semarang, BP Undip.

Foster, Douglas W, 1974, Dasar Dasar Marketing, Penerbit Erlangga, Jakarta. Guiltinan P, Joseph,et al, 1987, Pemasaran, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hair, J.F. et. al. ,1998, Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

, 2000, Pemasaran, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing. 60 (4) : 52-70.

Jefkins, Frank, 1997, Periklanan, Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler , Philip,1986, Manajemen Pemasaran analisis perencanaan & pengendalian, Jilid 1, Edisi Kelima, Pnenrbit Erlangga, Jakarta.

, Armstrong, 2008, Prinsip Prinsip pemasaran, Edisi 12, Penerbit Erlangga, Ciracas Jakarta.

Lamb W, Charles, et,al,2001, Pemasaran, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(5)

Rangkuti, Freddy, 2002, Teknik Analisis Segmentasi dan Targeting Dalam Marketing, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Shimp A, Terrence, 2000, Periklanan promosi aspek tambahan komunikasi pemasaran terpadu, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sigit, Suhardi, 1982, Marketing Praktis, Cetakan ketujuh, Penerbit Transito, Yogyakarta.

Sutherland, Max, et, al, 2001, Advertising and The Mind of The Consumer, Penerbit PPM, Jakarta.

Sutisna, 2001, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Penerbit, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Swastha DH, Basu, 1997, Azas –Azas Marketing, edisi 3, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Tabachnick B.G. and Fidel, L.S., 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, Harper Collins College Publisher, New York.

Tjiptono, Fandy, 2005, Brand Management & Strategy, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Jurnal :

Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN "Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20

Wiryawan, Driya dan Anisa Pratiwi, 2009, “Analisis Pengaruh Selebriti Endorser Terhadap Brand Image Pada Iklan Produk Kartu Prabayar XL Bebas di Bandar Lampung”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Mei.. Volume 5 No.3. Zuraida, Lukia dan Uzwatun, 2001, “Analisis Efektifitas iklan Rinso, Soklin dan

Attack Dengan Menggunakan Consumer Decision Model (CDM)”. Usahawan, April, Hal 3-8.

Tesis :

Handoko, Rudolph Setiaji, 2006, ”Analisis Pengaruh Kredibilitas Endorser dan Kreatifitas Iklan Terhadap Efektifitas Iklan yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Merek (Studi Kasus Iklan Televisi Pada konsumen Sepeda Motor Honda di Kota Semarang)”, Universitas Diponegoro, Semarang.


(6)

Majalah :

Marketing Majalah, 2007, Edisi Khusus I, Hal 16. Marketing Majalah, 2009, Februari, Hal 57. Marketing Majalah, 2010, 02/X/Februari, hal 58.

Internet :

Swa Majalah, 2008, Top Brand Index Tahun 2008, www.swa.co.id > Swa majalah > Praktisi Bisnis.