Evaluasi pengambilan keputusan dalam menerima atau menolak pesanan khusus : studi kasus di perusahaan UD. Mintarso Fiberglas.

(1)

EVALUASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM

MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS

Studi Kasus di Perusahaan UD. Mintarso Fiberglas Yogyakarta

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Agung Nugraha

NIM : 062114068

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

i

EVALUASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM

MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS

Studi Kasus di Perusahaan UD. Mintarso Fiberglas Yogyakarta

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Agung Nugraha

NIM : 062114068

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Keraslah pada dirimu niscaya

kehidupan akan lembut padamu”

(Andrie Wongso)

“Kuliah itu proses pendewasaan pikiran dan karakter bukan

soal ijasah”

(Billy Boen)

Skripsi ini kupersembakan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

 Kedua Orang Tuaku (Sunyanto dan Susanti) serta kedua sodara kandungku (Aditya Nugraha dan Adyarta Nugraha)

 Keluarga besarku di Jakarta.

 Theodora Nohana Wibowo

 Albertus Langgeng, Heri Tri Haryanto, Wasis Wardoyo, Theodosius Yanuar,.


(6)

(7)

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Drs. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., selaku Ketua Prodi Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., sebagai pembimbing yang telah sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu dan memberi banyak sekali ilmu kepada penulis selama menjalani kuliah.


(9)

6. Kepada Ibu Nonik selaku pimpinan dan pemilik UD. Mintarso Fiberglas Yogyakarta yang telah banyak membantu dan juga memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian dan juga kepada seluruf staf dan karyawan yang telah banyak membantu dalam hal perolehan data.

7. Papiku Sunyanto, Mamiku Susanti, Kakakku Aditya Nugraha, Adikku Adyarta Nugraha atas segala kasih sayang, doa, nasehat, komentar dan dukungan luar biasa tidak terbatas yang telah diberikan sehingga skripsi ini akhirnya selesai. 8. Pacarku tercinta Theodora Nohana Wibowo yang setiap hari selalu

memberikan doa, motivasi, semangat, saran-saran, komentar-komentar dan kesabaran yang tiada batasnya dalam menyusun skripsi ini dari awal sampai akhir.

9. Keluargaku di Yogyakarta Tante Tuti, Om Agus, Mba ria, Mbah Tumi dan Mbah Radji yang selalu memberikan doa, saran, nasehat, dan dukungan.

10. Teman-teman seperjuanganku: Bang her, Manxz, Tejo, Wasis, Denis, Fran, Andri, lele, Condro, billy, Padam, Intan, Ncis, Bokir, Rindang, Bzox, Ivan, Rein, Fitri, Adi, Galang, Beny, Aryo, ceklek, Kusie dan Niko atas semangat dan motivasinya dan juga persabahatan kita selama ini.

11. Teman-teman angkatan 2006 atas kebersamaan dan pertemanan kita selama ini.

12. Semua Pihak yang telah banyak membantu dan memberi dukungan dan bantuan selama penyusunan skrispsi.


(10)

(11)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xiii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 2

E. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Biaya ... 5

B. Pengambilan keputusan taktis ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Subyek dan Objek Penelitian ... 33

C. Data yang Diperlukan ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Analisis Data ... 35


(12)

A. Sejarah Perusahaan Mintarso Fiberglas ... 36

B. Produksi ... 37

C. Pemasaran ... 39

D. Sistem Pengambilan Keputusan Perusahaan ... 39

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Data ... 41

B. Analisis Data ... 47

C. Pembahasan ... 59

BAB VI PENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Keterbatasan Penelitian ... 63

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(13)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Metode Pengambilan Keputusan untuk Masalah Ruangan .... 19

Tabel 2.2 Total Biaya Perusahaan Es Krim ... 24

Tabel 2.3 Perbandingan Perhitungan Rugi-Laba yang diramalkan Dengan Analisis Biaya Relevan ... 25

Tabel 2.4 Perbedaan Pendapatan Diferensial dan Bukan Pendapatan Diferensial ... 30

Tabel 2.5 Analisis Biaya Relevan... 32

Tabel 5.1 Pesanan Khusus Pada Perusahaan ... 41

Tabel 5.2 Volume Produksi Normal dan Produksi Sesungguhnya Pada Bulan Juni 2011 ... 42

Tabel 5.3 Biaya Produksi Bulan Juni 2011 ... 44

Tabel 5.4 Biaya Non Produksi Bulan Juni 2011 ... 44

Tabel 5.5 Perbandingan Antara Harga Pokok Produksi, Harga Normal, dan Harga yang Dikenakan Pada Pesanan Khusus Bulan Juni 2011 ... 45

Tabel 5.6 Perhitungan Biaya Per Unit Selama Bulan Juni 2011 ... 45

Tabel 5.7 Volume Produksi Normal dan Produksi Sesungguhnya Pada Bulan Juni 2011 ... 47

Tabel 5.8 Perhitungan Total Kapasitas Menganggur Pada Bulan Juni 2011 ... 48

Tabel 5.9 Pemisahan Biaya Relevan dan Tidak Relevan ... 52

Tabel 5.10 Biaya Produksi yang Sudah Diolah ... 53

Tabel 5.11 Biaya Non Produksi yang Sudah Diolah ... 53


(14)

Tabel 5.13 Biaya Diferensial dalam ribuan rupiah ... 55 Tabel 5.14 Pendapatan Diferensial dalam Ribuan Rupiah ... 55 Tabel 5.15 Analisis Biaya Relevan Pesanan Khusus Bulan Juni 2011

... 55 Tabel 5.16 Perhitungan Biaya Per Unit Selama Bulan Juni 2011 ... 56


(15)

xiii ABSTRAK

EVALUASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS

Studi Kasus di UD. Mintarso Fiberglas Indonesia, Yogyakarta

Agung Nugraha NIM: 062114068 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Tujuan penelitian ini untuk membandingkan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menerima atau menolak pesanan khusus dengan berdasarkan teori. Penelitian ini dilakukan di perusahaan UD. Mintarso Fiberglas Indonesia, Yogyakarta.

Jenis Penelitian yang dilakukan yaitu studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik yang digunakan yaitu dengan metode komparasi, membandingkan teknik yang dilakukan oleh perusahaan dengan yang ada di dalam kajian teori dengan dasar teori analisis biaya relevan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan perusahaan dan perhitungan menurut teori, menunjukan bahwa keputusan perusahaan untuk menerima pesanan khusus sudah tepat meskipun langkah-langkah yang dilakukan oleh perusahaan dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus tidak sama dengan teori. Namun ada satu langkah persamaan dalam melakukan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu menggunakan kapasitas menganggur.


(16)

xiv

ABSTRACT

AN EVALUATION OF ACCEPTING OR REJECTING SPECIAL ORDER DECISION MAKING

A Case Study at UD. Mintarso Fiberglas Indonesia, Yogyakarta

Agung Nugraha NIM: 062114068 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The objective of this research is to compare the decisions taken by the company to accept or reject a special order on the basis of the theories. This research was conducted at the company UD. Mintarso Fiberglas Indonesia, Yogyakarta.

This research is a case study. The data were collected by doing interviews and documentation. The technique used is the comparative method, comparing the technique conducted by the company and on the theories using relevant cost analysis.

The study concluded that the calculations conducted by the company was in accordance with the calculation based on the theories, and it showed that the company's decision to accept a special order was right. Alternatively, most steps taken by the company in making the decision to accept or reject a special order was not the same with the theory. The only step that accord with the theory was


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan selalu memiliki tujuan yang bermacam-macam, antara lain penguasaan pasar, kembalinya modal dalam jangka waktu tertentu, pencapaian volume penjualan, dan yang terakhir adalah pencapaian laba yang optimal. Dari beberapa tujuan perusahaan diatas, tujuan perusahaan yang utama adalah mencapai laba yang optimal.

Biaya merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dalam pencapaian laba yang optimal dan agar dapat menghasilkan laba yang optimal, manajemen membutuhkan informasi yang akurat terutama dalam pengambilan keputusan.

Dalam pengambilan keputusan, manajemen perlu menentukan harga pokok suatu barang. Penentuan harga pokok suatu barang sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menyajikan data yang relevan. Jika manajemen salah dalam mengambil keputusan maka dapat menyebabkan kerugian yang fatal bagi perusahaan.

Pengambilan keputusan ada dua macam yaitu pengambilan keputusan rutin dan pengambilan keputusan khusus. Pesanan khusus merupakan pesanan diluar dari produksi yang biasa perusahaan produksi, biasanya harganya lebih murah daripada harga jualnya. Pesanan khusus termasuk keputusan jangka pendek.


(18)

Mengambil keputusan pesanan khusus salah satu caranya menggunakan dan memanfaatkan kapasitas barang yang menganggur.

Harus digolongkan antara biaya relevan dan biaya tidak relevan, sehingga dapat diketahui biaya yang relevan yang sesungguhnya. Setelah biaya dipisahkan maka ditentukan dengan analisis biaya relevan, berapa biaya diferensialnya dan berapa pendapatan diferensial yang diperoleh perusahaan jika menerima pesanan khusus.

Menerima atau menolak pesanan khusus adalah alternatif yang harus dihadapi manajemen. Pesanan khusus ini terjadi ketika dalam perusahaan terdapat kapasitas menganggur dan terdapat permintaan dengan harga jual di bawah harga pokok produksi. Jika perusahaan memenuhi pesanan khusus dengan harga sebesar harga pokok produksi, maka perusahaan tidak mendapatkan laba yang diharapkan. Karena itu manajemen harus mengambil keputusan yang tepat apakah akan menerima atau menolak pesanan khusus dengan analisis biaya relevan.

B.Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini tentang analisis biaya relevan dan kaitannya dengan laba perusahaan yang dirumuskan sebagai berikut:

Apakah pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus yang dilakukan oleh perusahaan sudah tepat?


(19)

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai pengambilan keputusan pesanan khusus yang dilakukan oleh perusahaan.

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Untuk dijadikan sebagai masukan kepada perusahaan dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus.

2. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peranan analisis biaya relevan dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus.

3. Bagi Universitas

Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa serta bahan pertimbangan dan acuan untuk penelitian.

E.Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori


(20)

biaya relevan, pesanan khusus. Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, objek dan subjek penelitian, data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini membahas mengenai sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan, proses produksi, produk perusahaan, pemasaran produk dan sistem pengambilan keputusan pesanan khusus pada perusahaan Mintarso Fiberglas.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai sistem pengambilan keputusan pesanan khusus patung pada perusahaan UD. Mintarso Fiberglas, menghitung kapasitas menganggur yang terjadi di dalam perusahaan, menggolongkan biaya-biaya ke dalam biaya relevan dan biaya tidak relevan dan hasil penelitian sistem pengambilan keputusan dalam menerima atau menolak pesanan khusus dalam perusahaan UD. Mintarso Fiberglas.

Bab VI Penutup

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran.


(21)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Biaya

1. Pengertian Biaya

Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi (Simamora, 1999: 36).

Mursyidi (2008: 14) menyatakan bahwa: “Biaya diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang.”

Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, terdapat 4 (empat) unsur pokok, yaitu:

a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi b. Diukur dalam satuan uang

c. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Istilah biaya dalam akuntansi, didefinisikan sebagai pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan barang atau jasa, pengorbanan mungkin diukur dalam kas, aktiva yang ditransfer, jasa yang diberikan dan lain-lain, hal ini diperkuat oleh pendapat Witjaksono (2006: 6) mengemukakan


(22)

bahwa: “Biaya adalah suatu pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu“.

Berdasarkan dari definisi-definisi di atas tentang biaya maka digunakan akumulasi data biaya untuk keperluan penilaian persediaan dan untuk penyusunan laporan-laporan keuangan di mana data biaya jenis ini bersumber pada buku-buku dan catatan perusahaan. Tetapi, untuk keperluan perencanaan analisis dan pengambilan keputusan, sering harus berhadapan dengan masa depan dan berusaha menghitung biaya terselubung (imputed cost), biaya deferensial, biaya kesempatan (oppurtunity cost) yang harus didasarkan pada sesuatu yang lain dari biaya masa lampau. Oleh sebab itu merupakan persyaratan dasar bahwa biaya harus diartikan dalam hubungannya dengan tujuan dan keperluan penggunaannya sehingga suatu permintaan akan data biaya harus disertai dengan penjelasan mengenai tujuan dan keperluan penggunaannya, karena data biaya yang sama belum tentu dapat memenuhi semua tujuan dan keperluan.

2. Penggolongan Biaya

Mengacu pada konsep Biaya Berbeda Untuk Tujuan Berbeda, menurut Bustami (2007: 9-17) klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting. Klasifikasi biaya yang umum digunakan adalah biaya dalam hubungan


(23)

dengan produk, volume produksi, departemen dan pusat biaya, periode akuntansi, pengambilan keputusan.

a. Biaya dalam Hubungan dengan Produk

Biaya dalam hubungannya dengan produk dapat dikelompokkan menjadi: 1) Biaya Produksi

Menurut Supriyono (1999: 19-21) biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi merupakan biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk, dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan (Bustami, 2007: 10). a) Biaya Bahan Baku Langsung

Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai di dalam pengolahan produk (Supriyono, 1999: 20). Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat langsung ditelusuri kepada produk selesai (Bustami, 2007: 10). Contoh: kayu dalam pembuatan mebel, kain dalam pembuatan pakaian, minyak mentah dalam pembuatan bensin, tepung dalam pembuatan kue.


(24)

b) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja adalah semua karyawan perusahaan yang memberikan jasa kepada perusahaan sesuai dengan fungsi di mana karyawan bekerja, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum, serta fungsi keuangan. Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa yang diberikan perusahaan kepada semua kerja parik/produksi, biaya tenaga kerja pemasaran, serta biaya tenaga kerja administrasi dan umum (Supriyono, 1999: 20).

Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang digunakan dalam merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai (Bustami, 2007: 10). Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan pada produk tertentu yang dihasilkan (Supriyono, 1999: 20). Contoh: upah koki kue, upah tukang serut dan potong kayu dalam pembuatan mebel, tukang jahit, bordir, pembuatan pola dalam pembuatan pakaian, tukang linting rokok dalam pabrik, operator mesin jika menggunakan mesin.

c) Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri langsung


(25)

kepada produk selesai. Biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan menjadi elemen:

d) Bahan Tidak Langsung (bahan pembantu atau penolong)

Bahan tidak langsung adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biayanya tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai (Bustami, 2007: 11). Biaya bahan penolong adalah harga perolehan bahan baku penolong yang dipakai dalam pengolahan produk (Supriyono, 1999: 20). Contoh: amplas, Staples, oli dan minyak pelumas, paku, sekrup dan mur, asesoris pakaian, vanili, garam, pelembut, pewarna, pewangi pada kue.

e) Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri pada produk selesai (Bustami, 2007: 11). Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor) adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik, akan tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan (Supriyono, 1999: 20). Contoh: gaji satpam pabrik, gaji pengawas pabrik, pekerja bagian pemeliharaan, pegawai pabrik dan gudang, gaji resepsionis dan operator telepon pabrik, pegawai yang menangani barang.


(26)

f) Biaya Tidak Langsung Lainnya

Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh: Pajak bumi dan bangunan, listrik, air dan telepon pabrik, sewa pabrik, asuransi pabrik, penyusutan pabrik dan peralatan, pemeliharaan mesin dan pabrik, gaji akuntan pabrik, reparasi mesin dan peralatan pabrik.

2) Biaya Non Produksi a) Beban Pemasaran

Beban pemasaran atau biaya penjualan adalah biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai dan siap dipasarkan ke tangan konsumen. Contoh: beban iklan, promosi, komisi penjualan, pengiriman barang, sampel barang gratis, hiburan, biaya alat tulis, gaji bagian penjualan, telepon dan telegrap, biaya penjualan dan Biaya lain-lain.

b) Beban Administrasi

Beban administrasi adalah biaya yang dikeluarkan dalam hubungan dengan kegiatan penentuan kebijakan, pengarahan, pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Contoh: gaji administrasi kantor, sewa kantor, penyusutan kantor, biaya piutang tak tertagih, biaya urusan kantor dan Biaya alat-alat tulis.


(27)

c) Beban Keuangan

Beban keuangan adalah biaya yang muncul dalam melaksanakan fungsi-fungsi keuangan. Contoh: beban bunga b. Biaya dalam Hubungan dengan Volume Produksi

1) Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam rentang relevan, tetapi secara per unit tetap. Secara ringkas karakteristik biaya variabel adalah sebagai berikut:

a) Secara total berubah-ubah sesuai, sebanding langsung atau proforsional dengan perubahan tingkat aktivitas.

b) Mudah dan praktis untuk dibebankan secara teliti pada obyek yang dibiayai dengan cara yang secara ekonomis menguntungkan. c) Secara unit akan tetap konstan (jumlahnya tetap) walaupun tingkat

aktivitasnya berubah-ubah.

Contoh: perlengkapan dan peralatan kecil, bahan bakar, kerusakan bahan, sisa dan beban reklamasi, biaya pengiriman barang, royalti, biaya komunikasi, upah lembur, biaya pengangkutan dalam pabrik, penanganan bahan baku.

2) Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang relevan tertentu, tetapi secara per unit berubah. Secara singkat karakteristik biaya tetap dapat diuraikan satu persatu:


(28)

a) Secara total jumlahnya tetap dalam jarak waktu yang relevan, tidak dipengaruhi oleh perubahan tingkat aktivitas

b) Secara unit berubah-ubah, dalam arti bahwa biaya tetap per unit akan turun apabila tingkat aktivitas naik, sebaliknya biaya per unit akan naik apabila tingkat aktivitasnya turun.

c) Pembebanan kepada suatu obyek yang dibiayai menggunakan keputusan manajemen atau periode alokasi tertentu.

d) Pengawasan terjadinya atau penggunaanya menjadi tanggung jawab (terkendali) bagi manajemen puncak.

Contoh: gaji eksekutif produksi dan supervisor, amortisasi paten dan penyusutan dengan metode garis lurus, pajak properti, sewa, Asuransi properti dan kewajiban, gaji satpam dan pegawai kebersihan, pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan

c. Biaya dalam Hubungan dengan Departemen dan Pusat Biaya 1) Biaya Langsung Departemen

Biaya langsung departemen adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan. Contoh: gaji mandor pabrik yang digunakan oleh departemen bersangkutan.

2) Biaya Tidak Langsung Departemen

Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan. Contoh: biaya penyusutan dan biaya asuransi merupakan biaya yang manfaatnya


(29)

digunakan secara bersama oleh masing-masing departemen, oleh karena itu biaya tersebut merupakan biaya tidak langsung departemen. d. Biaya dalam Hubungan dengan Periode Akuntansi

1) Biaya Pengeluaran Modal

Biaya pengeluaran modal adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dalam jangka waktu yang panjang dan dilaporkan sebagai aktiva. Contoh: pembelian mesin dan peralatan

2) Biaya Pengeluaran Pendapatan

Biaya pengeluaran pendapatan adalah biaya yang memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Contoh: mesin dan peralatan yang dibeli apabila dikonsumsi akan kehilangan kegunaan dan akan menimbulkan apa yang disebut dengan penyusutan. Penyusutan ini disebut sebagai pengeluaran pendapatan yang akan dilaporkan sebagai beban.

e. Biaya dalam Hubungan dengan Pengambilan Keputusan 1) Biaya Diferensial

Beberapa persoalan yang dihadapi perusahaan dapat diselesaikan dengan mempergunakan dan memanfaatkan perbedaan perilaku di antara biayabiaya yang dimiliki perusahaan. Salah satu metode yang digunakan adalah menggunakan analisis biaya diferensial.

Biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda (differ) atau terpengaruh oleh suatu


(30)

pengambilan keputusan pemilihan di antara berbagai macam alternatif. Oleh karena itu biaya tersebut relevan dengan analisis yang dilakukan manajemen dalam pengambilan keputusan (Mulyadi, 2001: 118).

Biaya tambahan (incremental costs) suatu alternatif adalah tambahan biaya yang akan terjadi jika suatu alternatif yang berkaitan dengan perubahan volume kegiatan dipilih. Biaya tambahan diperlukan manajemen dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penambahan dan pengurangan volume kegiatan. Karena biaya tambahan merupakan biaya yang berhubungan dengan suatu alternatif, maka biaya ini sebetulnya berasal dari pengertian biaya diferensial. Biaya tambahan merupakan jumlah dari semua biaya diferensial yang berhubungan dengan suatu alternatif yang berkaitan dengan penambahan atau pengurangan volume kegiatan (Mulyadi, 2001: 121).

Analisis biaya diferensial digunakan untuk menentukan kenaikan pendapatan, biaya, margin laba sehubungan dengan beberapa kemungkinan cara menggunakan fasilitas tetap atau kapasitas yang tersedia. Dalam analisis biaya diferensial, biaya variabel sangat relevan karena lazimnya biaya variabel dapat dielakkan ketika proyek masih dalam tahap evaluasi dan tidak jadi dielakkan. Sebaliknya biaya tetap biasanya tidak dapat dielakkan dalam kondisi apapun karena itu biaya relevan bagi setiap keputusan sehubungan dengan biaya atau profitabilitas relatif dari berbagai alternatif. Akan tetapi jika biaya tetap


(31)

terpaksa dinaikkan, misalnya karena keputusan untuk menyewa ruang tambahan, membeli fasilitas tambahan atau penyebab pengeluaran ekstra lainnya maka biaya tetap semacam itu dapat dikelompokkan sebagai biaya diferensial. Dalam penentuan biaya yang akan terjadi dalam pelaksanaan atau perluasan suatu proyek setiap pengeluaran tunai yang diperlukan untuk pengadaan kapasitas yang memadai relevan bagi pengambilan keputusan.

3. Perilaku Biaya

Perilaku biaya dapat diartikan sebagai perubahan biaya yang terjadi akibat perubahan dari aktivitas bisnis (Bustami, 2007: 27-33). Klasifikasi biaya berdasarkan pola perilaku biaya dapat digolongkan ke dalam:

a. Biaya Variabel (variable costs)

Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah sebanding aktifitas atau volume produksi dalam rentang relevan tetapi per unit sifatnya tetap. Dalam perusahaan dagang, semua biaya produksi dan beberapa biaya pemasaran dan administrasi merupakan biaya variabel, tetapi pada perusahaan manufaktur tidak semua biaya produksi pabrikasi adalah variabel, sebagian dari biaya produksi adalah bersifat tetap. Sedangkan pada perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, biaya variabel adalah adalah tenaga kerja, bahan yang digunakan untuk melaksanakan jasa dan beberapa biaya overhead.

b. Biaya Tetap (Fixed costs)

Biaya tetap adalah biaya yang secara total tetap dalam rentang relevan (relevant range) tetapi per unit berubah. Dalam jangka panjang


(32)

sebenarnya semua biaya bersifat variabel meskipun beberapa jenis biaya tampak sebagai biaya tetap. Jika diharapkan aktifitas meningkat melebihi kapasitas sekarang maka biaya tetap harus dinaikkan untuk menangani kenaikan volume yang diinginkan. Contoh biaya tetap adalah biaya gaji, biaya sewa, pajak bumi dan bangunan, asuransi, dan lain-lain.

B. Pengambilan Keputusan Taktis

Menurut Hanson dan Mowen (2005: 266), Pengambilan keputusan taktis (Tactical decision making) terdiri dari pemilihan diantara berbagai alternatif dengan hasil yang langsung atau terbatas yang dapat terlihat. Menerima pesanan khusus dengan harga yang lebih rendah dari harga jual normal untuk memanfaatkan kapasitas menganggur dan meningkatkan laba tahun ini merupakan suatu contoh. Jadi, beberapa keputusan taktis cenderung bersifat jangka pendek. Namun, harus diperhatikan bahwa keputusan jangka pendek sering kali mengandung konsekuensi jangka panjang. Mari kita pertimbangkan contoh ke dua. Misalkan suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk memproduksi suatu komponen daripada membelinya dari para pemasok. Tujuannya adalah untuk menekan biaya pembuatan produk utama dengan segera. Namun keputusan taktis ini mungkin merupakan sebagian kecil dari keseluruhan strategi perusahaan dalam meraih keunggulan biaya. Jadi, keputusan taktis sering kali berupa tindakan berskala kecil yang bermanfaat untuk tujan jangka panjang.


(33)

Tujuan keseluruhan dari pengambilan keputusan strategis (strategic decision making) adalah untuk memilih strategi alternatif sehingga keunggulan kompetitif jangka panjang dapat tercapai. Pengambilan keputusan taktis harus mendukung tujuan keseluruhan ini, meskipun tujuan langsungnya berjangka pendek (menerima satu pesanan khusus untuk meningkatkan laba) atau berskala kecil (memproduksi sendiri daripada membeli komponen). Jadi, pengambilan keputusan taktis yang tepat berarti bahwa keputusan yang dibuat mencapai tidak hanya tujuan terbatas tetapi juga berguna untuk jangka panjang. Sesungguhnya, tidak ada keputusan taktis yang harus dibuat apabila keputusan tersebut tidak mendukung sasaran strategis perusahaan secara keseluruhan. Suatu contoh jelas dari perusahaan yang membuat keputusan taktis yang sesuai dengan tujuan strategisnya adalah Hyatt Hotel Corporation. Pada awal tahun 1990-an, biaya yang tinggi telah mengganggu sejumlah kontrak manajemen Hyatt. Karena itu, perlu mengurangi struktur biaya dengan segera. Namun, Hyatt hanya memangkas biaya yang tidak terlalu menjadi perhatian para tamu (misalnya, layanan kamar tidu dan sebutir permen ditaruh diatas bantal). Pelayanan yang menjadi perhatian para tamu bisnis diperluas (misalnya, menyediakan mesin faximil dalam kamar).

1. Model Pengambilan Keputusan Taktis

Bagaimana perusahaan membuat keputusan taktis yang baik? Kita dapat menguraikan oendekatan umum bagi pengambilan keputusan taktis. Keenam langkah yang menggambarkan proses pengambilan keputusan yang direkomendasi adalah sebagai berikut:


(34)

a. Kenali dan tetapkan masalah

b. Identifikasi setiap alternatif sebagai solusi yang layak atas masalah tersebut; eliminasi alternatif yang secara nyata tidak layak.

c. Identifikasi biaya dan manfaat yang berkaitan dnegan setiap alternatif yang layak. Klasifikasi biaya dan manfaat sebagai relevan atau tidak relevan serta eliminasilah biaya dan manfaat yang tidak relevan dari pertimbangan.

d. Hitunglah toltal biaya dan manfaat relevan masing-masing alternatif inilailah faktor-faktor- kualitatif.

e. Tetapkan alternatif yang menawarkan manfaat terbesar.

Keenam langkah ini mendefinisikan model pengambilan keputusan sederhana. model keputusan (decision model) adalah serangkaian prosedur yang, bila diikuti akan membawa kepada suatu keputusan.


(35)

Tabel 2.1 Model Pengambilan Keputusan untuk Masalah Ruangan

Langkah 1 Tetapkan Masalah Meningkatkan kapasitas gudang dan produksi

Langkah 2 Identifikasi alternatif 1. Membangun fasilitas 2. Sewa fasilitas tambahan 3. Sewa ruang untuk gudang Langkah 3 Identifikasi biaya

dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif yang layak

Alternatif 4:

Biaya produksi variabel Rp 3.450.000.000

Sewa gudang Rp 1.350.000.000 Alternatif 5:

Harga beli Rp 4.600.000.000 Langkah 4 Hitung total biaya

dan manfaat yang relevan untuk setiap alternatif yang layak

Alternatif 4 Rp 4.600.000.000 Alternatif 5 Rp 4.600.000.000 Biaya diferensial Rp 200.000.000

Langkah 5 Nilai faktor-faktor 1. Kualitas pemasok eksternal 2. Realibilitas pemasok eksternal 3. Stabilitas harga

4. Hubungan ketenagakerjaan dan citra masyarakat

Langkah 6 Buat keputusan Sewa gudang

Sumber: Hanson dan Mowen (2005: 268) Keterangan:

1) Langkah 1: Menetapkan Masalah

Langkah pertama adalah mengenali dan menetapkan masalah yang spesifik. Misalnya, semua anggota tim manajemen Tidwell mengakui kebutuhan tambahan ruangan untuk gudang, kantor, dan produksi cetakan plastik. Luas ruangan yang dibutuhkan, alasan kebutuhan, dan bagaimana tambahan ruangan itu akan dimanfaatkan merupakan dimensi


(36)

penting dari masalah tersebut. Namun, masalah utamanya adalah bagaimana memperoleh tambahan ruangan tesebut.

2) Langkah 2: Mengidentifikasi Alternatif

Langkah kedua adalah membuat daftar dan mempertimbangan solusi yang layak. Tidwell products mengidentifikasi solusi berikut:

a) Membangun fasilitas sendiri dengan kapasitas yang cukup untuk mengatasi kebutuhan saat ini dan yang dapay diperkirakan.

b) Sewa fasilitas yang lebih besar

c) Sewa fasilitas tambahan yang mirip dengan yanga ada saat ini

d) Sewa gedung tambahan yang akan dimanfaatkan sebagai gudang, dengan demikian menyediakan ruang untuk ekspansi produksi.

e) Memanfaatkan ruangan yang tersedia untuk mengatasi masalah ruangan.

3) Langkah 3: Mengidentifikasi Biaya dan Manfaat yang Berkairan dengan Setiap Alternatif yang Layak

Pada langkah 3, biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif yang layak diidentifikasi. Pada tahap ini, berbagai biaya yang benar-benar tidak relevan dapat dieliminasi dari pertimbangan. Akuntan manajemen bertanggungjawab atas pengumpulan data yang diperlukan.


(37)

4) Langkah 4: Menghitung Total Biaya dan Manfaat yang Relevan untuk Setiap Alternatif yang Layak

Kita sekarang tahu bahwa alternatif 4, yaitu terus memproduksi secara internal dan melease ruangan tambahan dan sementara alternatif 5 yaitu membeli dari luar dan memanfaatkan ruangan sendiri.

5) Langkah 5: Menilai Faktor-faktor Kualitatif

Meskipun biaya dan pendapatan yang berhubungan dengan laternatif adalah penting, namun keduanya belum mampu menjelaskan secara keseluruhan. Faktor-faktor kualitatif dapat secara nyata mempengaruhi keputusan manajer. Faktor-faktor kualitatif merupakan faktor yang sulit dinyatakan dalam angka.

6) Langkah 6: Membuat Keputusan

Segera setelah semua biaya dan manfaat yang relevan untuk setiap alternatif selesai dinilai, dan faktor-faktor kualitatif dipertimbangkan, keputusan dapat dibuat.

2. Aplikasi Pengambilan Keputusan a. Keputusan Membuat atau Membeli

Manager seringkali dihadapkan dengan keputusan apakah harus membuat atau membeli komponen yang digunakan dalam produksi. Sesungguhnya, manajemen secara periodik harus mengevaluasi keputusan masa lalu yang berkaitan dengan produksi. Kondisi-kondisi yang menjadi dasar pembuatan keputusan sebelumnya mungkin telah berubah dan akibatnya pendekatan yang berbeda mungkin diperlukan.


(38)

Tentu saja, evaluasi periodik bukanlah satu-satunya sumber dari keputusan membuat atau membeli.

Masalah dan alternatif yang layak telah dapat diidentifikasi. Karena jangkauan keputusan hanya satu periode maka tidak diperlukan perhatian terhadap biaya pemulihan secara periodik. Kalkulasi biaya relevan secara khusus dapat berguna untuk analisis jangka pendek. Kita hanya perlu mengidentifikasi biaya relevan, menjumlahkannya, dan menetapkan pilihan.

b. Keputusan Meneruskan atau Menghentikan

Seringkali seorang manajer harus memutuskan apakah suatu segment, seperti lini produk, harus dipertahankan atau diharus. Laporan segment yang disusun atas dasar kalkulasi biaya variebel menyediakan informasi yang berharga bagi keputusan meneruskan atau menghentikan. Margin kontribusi segement dan margin segementnya sendiri bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja segement. Namun, sementara laporan segment menyediakan informasi berharga untuk keputusan meneruskan ataua mengehentikan, kalkulasi biaya relevan menggambarkan bagaimana informasi tersebut harus digunakan agar sampai pada suatu keputusan. c. Keputusan Menjual atau Memproses Lebih Lanjut

Produk gabungan (joint products) memiliki proses yang umum dan biaya produksi sampai pada titik split off. Pada titik tersebut, mereka dapat dibedakan. Sebagai contoh, mineral tertentu seperti tembaga dan emas mungkin terkandung dalam suatu biji besi tertentu. Biji besi


(39)

tersebut harus ditambang, dihancurkan, dan diolah sebelum tembaga dan emas dipisahkan. Saat pemisahan inilah yang disebut titik split off. Biaya penambangan, penghancuran, dan pengolahan berlaku untuk kedua produk.

d. Keputusan Pesanan Khusus

Keputusan Khusus Manajer meliputi beraneka ragam bidang dan jangka waktu. Menurut definisi keputusan khusus akan terjadi kurang teratur dibandingkan dengan keputusan rutin (Horngren, 1984: 101). Keputusan pada analisis ini bertujuan mengambil keputusan pada pesanan khusus. Pesanan khusus adalah pesanan yang mempunyai harga jual lebih rendah jika dibandingkan dengan harga jual produk yang sama kepada pelanggan umum (Supriyono, 1999:277)

Keputusan pesanan khusus memfokuskan pada pertanyaan apakah harga pesanan khusus harus diterima atau ditolak. Pesanan-pesanan seperti ini sering kali menarik, khususnya ketika perusahaan sedang beroperasi dibawah kapasitas produktif maksimumnya.

Sebagai contoh, misalkan sebuah perusahaan ice cream sedang beroperasi pada tingkat 80% dari kapasitas produktifnya. Perusahaan tersebut memiliki kapasitas 20 juta unit galon ukuran setengah. Perusahaan hanya memproduksi ice cream premium. Total biaya yang berkaitan dengan pembuatan dan penjualan 16 Juta unit adalah sebagai berikut;


(40)

Tabel 2.2 Total Biaya Perusahaan Es Krim

Total ($) Biaya perunit ($)

Biaya variabel:

Komposisi susu 11.200 0,7

Gula 1.600 0,1

Penyedap 2.400 0,15

Tenaga Kerja Langsung 4.000 0,25

Pengemasan 3.200 0,2

Komisi 320 0,02

Distribusi 480 0,03

Lain-lain 800 0,05

Total Biaya Variabel 24.000 1,5

Biaya Tetap:

Gaji 960 0,06

Penyusutan 320 0,02

Utilitas 80 0,005

Pajak 32 0,002

Lain-lain 160 0,001

Total Biaya Tetap 1.552 0,097

Total Biaya 25.552 1,597

Harga Jual Borongan 32.000 2

Sumber: Hanson and Mowen (2005: 283)

Suatu distributor es krim wilayah lain yang biasanya tidak dilayani oleh perusahaan menawarkan pembelian 2 juta unit dengan harga $1,55 per unit. Distributor tersebut akan menggunakan label mereknya sendiri. Distributor juga setuju untuk membayar biaya transportasi. Karena distributor berhubungan langsung ke perusahaan, maka tidak ada komisi penjualan. Sebagai manajer perusahaan es krim tersebut, apakah akan menerima pesanan ini atau menolaknya?

Penawaran harga sebesar $1,55 ini berada di bawah harga jual normal sebesar $2 kenyataannya, harga tersebut bahkan berada dibawah total biaya per unit. Walaupun demikian, menerima pesanan tersebut mungkin menguntungkan. Perusahaan memiliki kapasitas menganggur, dan


(41)

pesanan tersebut tidak akan mengganti unit-unit lain yang sedang diproduksi untuk dijual dengan harga normal. Selain itu, banyak dari biaya tersebut yang tidak relevan; biaya tetap akan selalu muncul tanpa memperhatikan apakah pesanan diterima atau ditolak.

Apabila pesanan tersebut diterima, manfaat sebesar $1,55 per unit akan direalisasikan. Namun, seluruh biaya variabel kecuali untuk distribusi ($0,03) dan komisi ($0,02) juga akan terjadi, yang menghasilkan biaya $1,45 per unit. Manfaat bersihnya adalah $0,10 ($1,55-$1,45) per unit. Analisis biaya relevan dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

Tabel 2.3 Perbandingan Perhitungan Rugi-Laba yang diramalkan. Dengan Analisis Biaya Relevan

Menerima Menolak

Manfaat Diferensial bila Menerima

Pendapatan $3.100.000 - $3.100.000

Komposisi susu -1.400.000 - -1.400.000

Gula -200.000 - -200.000

Penyedap -300.000 - -300.000

Tenaga kerja

langsung -500.000 - -500.000

Pengemasan -400.000 - -400.000

lain-lain -100.000 - -100.000

Total $200.000 $0 $200.000

Sumber: Hanson and Mowen (2005: 283)

Kita melihat bahwa untuk perusahaan ini, menerima pesanan khusus akan menaikan laba sebesar $200.000 ($0,10 x 2.000.000).

1) Hansen dan Mowen (2005: 282-283) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengambil keputusan pesanan khusus yaitu;


(42)

Cara untuk menentukan total kapasitas menganggur yaitu volume produksi normal selama satu bulan dikurangi volume produksi yang sesungguhnya. Contoh, pada umumnya perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas yang mampu memenuhi permintaan pasar tertinggi beberapa tahun yang akan datang. Jika perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas yang hanya mampu memenuhi permintaan pasar sekarang, hal ini akan berakibat dilakukannya ekspansi pabrik secara terus-menerus. Dengan demikian, umumnya perusahaan memiliki kapasitas menganggur, yang seringkali mendorong manajemen puncak untuk mempertimbangkan penetapan harga jual dibawah harga jual normal. Tentu saja penetapan harga jual yang demikian hanya diterapkan pada pesanan khusus yang tidak berdampak terhadap penjualan yang reguler.

b) Penentuan biaya relevan dan tidak relevan 1) Biaya Relevan

Menurut Horngren (1986: 101-103) Informasi yang relevan adalah data-data yang diharapkan di waktu mendatang yang akan berbeda di antara berbagai alternatif. Data-data historis atau data masa lalu tidak punya hubungan langsung dengan keputusan. Data historis mungkin bisa`membantu dalam merumuskan ramalan, tetapi angka-angka masa lalu sama sekali tidak relevan dengan keputusan itu sendiri, karena angka-angka


(43)

tersebut bukanlah data yang diharapkan di waktu mendatang, yang harus digunakan oleh manajer dalam membuat keputusan yang jitu. Keputusan akan mempengaruhi masa depan.

Dari data-data masa datang yang diharapkan, hanya data yang akan berbeda-beda di antara berbagai alternatiflah yang merupakan data relevan. Suatu data menjadi tidak relevan jika tetap sama pada semua alternatifnya. Meskipun data historis seringkali digunakan sebagai pedoman untuk meramal, namun data tersebut tidaklah relevan dengan keputusan itu sendiri. Namun hasil ramalan ini menjadi masukan atau input pada model keputusan, yaitu metoda untuk membuat pilihan (Horngren, 1986: 101 103).

Analisis ini secara implisit menggunakan biaya masa lalu untuk mengestimasi biaya masa depan. Meskipun biaya masa lalu tidak pernah menjadi biaya relevan, biaya-biaya tersebut seringkali digunakan untuk memprediksi jumlah biaya masa depan (Hansen dan Mowen, 2005: 339).

Terdapat dua kriteria penting agar suatu jenis biaya dapat dikelompokan sebagai biaya relevan (Rudiyanto, 2006: 65) yaitu: a) Biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang yang

diharapkan

Biaya relevan bukanlah biaya yang telah dikeluarkan perusahaan di masa lalu atau biaya historis, tetapi merupakan


(44)

biaya yang akan dikeluarkan perusahaan di masa datang. Dalam memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan perusahaan di masa datang perusahaan bisa menggunakan biaya historis.

Data historis tersebut hanya digunakan sebagai dasar untuk membuat prediksi besarnya biaya yang akan dikeluarkan di masa mendatang untuk suatu proyek tertentu dan biaya historis itu sendiri tidak relevan dengan keputusan yang diambil. Karena itu, sunk cost yaitu biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah dengan keputusan apapun, baik saat ini maupun yang akan datang tidak dapat dikelompokkan sebagai biaya relevan.

b) Biaya tersebut berbeda diantara sejumlah alternatif

Biaya yang akan dikeluarkan di masa datang harus merupakan biaya yang berbeda di antara berbagai alternatif. Jika biaya yang akan dikeluarkan perusahaan di masa datang tidak memberikan perbedaan di antara berbagai alternatif yang ada maka biaya tersebut tidak dapat dikelompokkan sebagai biaya relevan, misalnya biaya deperesiasi aktiva tetap untuk bulan depan dimana proyek akan dilaksanakan.

2) Biaya Tidak Relevan

Biaya tidak relevan adalah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi keputusan apapun.


(45)

a) Biaya Masa Lalu

Biaya masa lalu atau biaya histori adalah biaya yang sudah dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi keputusan apapun. Contoh: pembelian mesin.

b) Biaya Terbenam (Sunk Costs)

Biaya terbenam adalah biaya yang tidak dapat kembali. Contoh: kelebihan nilai buku atas nilai sisa, supervisor pabrik, penyusutan.

c) Biaya masa depan yang diharapkan yang tidak berbeda (Horngren, 1984: 155)

c) Penentuan Total Pendapatan Diferensial, Biaya Diferensial, Laba Diferensial Pesanan Khusus (special order pricing) dengan Menggunakan Analisis Biaya Relevan

Dalam fungsi manajemen pembuat keputusan merupakan salah satu fungsi pokok, sehingga memerlukan informasi untuk pembuat keputusan, atau lebih khusus lagi untuk menentukan dampak terhadap laba yang akan diakibatkan oleh setiap alternatif.

Informasi yang relevan penting bagi manajer untuk melakukan analisis diferensial. Analisis diferensial adalah proses estimasi atas konsekuensi dari tindakan-tindakan alternatif yang diambil oleh pengambil keputusan.


(46)

1. Pendapatan Diferensial

Pendapatan diferensial adalah pendapatan yang akan datang berbeda diantara berbagai alternatif keputusan yang mungkin dipilih. Pendapatan masa lalu atau pendapatan yang akan datang tidak berbeda diantara berbagai alternatif yang mungkin dipilih bukan pendapatan diferensial.

Tabel 2.4 Perbedaan Pendapatan Diferensial dan Bukan Pendapatan Diferensial

Pendapatan Diferensial Bukan Pendapatan Diferensial a. Pendapatan masa yang

akan datang a. Pendapatan masa lalu b. pendapatan yang

berbeda diantara alternatif keputusan

b. Pendapatan masa yang akan datang yang tidak berbeda diantara berbagai alternatif Sumber: Hanson and Mowen (2005: 280)

2. Laba Diferensial

Menurut Polimeni (1994: 169) laba diferensial adalah laba yang akan datang yang berbeda diantara berbagai alternatif yang mungkin dipilih. Besarnya laba diferensial dihitung berdasar pendapatan dan biaya diferensial.

,Perusahaan terkadang berada dalam posisi untuk menerima pesanan khusus, perusahaan akan memproduksi produk yang dimodifikasi dan dijual dengan harga lebih murah dari produk biasa namun tetap melebihi biaya diferensialnya. Biaya diferensial dari suatu pesanan biasanya dihitung pada biaya variabelnya saja, namun tidak semua biaya variabel dikeluarkan untuk menghasilkan pesanan khusus sehingga biaya tersebut menjadi tidak relevan dalam pengambilan keputusan.


(47)

Menurut (Horngren, 1984: 106-107) dalam hal pesanan khusus, biaya tetap tidak dipertimbangkan karena biaya tersebut telah dibebankan ke proses normal. Namun ada kalanya biaya tetap menjadi relevan dan akan dipertimbangkan dalam proses analisis jika biaya tetap tersebut diperkirakan akan meningkat di masa depan. Jika pesanan khusus meningkatkan aktifitas ke level dimana dibutuhkan tambahan pengawasan, gedung pabrik, peralatan dan perlengkapan, asuransi, pajak properti, maka biaya tetap menjadi relevan.

Secara umum, pesanan khusus dapat diterima apabila: 1. Tambahan penghasilan melebihi tambahan biaya

2. Terdapat fasilitas menganggur yang lebih menguntungkan jika digunakan

3. Pesanan khusus tidak akan mengganggu pasar produk regular. Analisis yang tepat dalam mengambil keputusan menerima pesanan khusus adalah menggunakan pendekatan kontribusi dan memusatkan perhatian pada hasil akhir keseluruhan. Pada umumnya, hanya biaya produksi varabel yang dipengaruhi oleh pesanan khusus. Semua biaya variabel lainnya dan biaya tetapnya tidak terpengaruh, dan oleh karena itu diabaikan dalam kalkulasi pesanan khusus. Analisis biaya dapat dilakukan dengan lebih mudah dengan pendekatan kontribusi, yang membedakan pola perilaku biaya variabel dan biaya tetap.


(48)

Tabel 2.5 Perbandingan Perhitungan Rugi-Laba yang Diramalkan dengan Menggunakan Analisis Biaya Relevan

Perusahaan X

untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20XX

Keterangan Tanpa Order Khusus xxx Unit Dengan Order Khusus xxx Unit

Perbedaan Order Khusus xxx Unit

Total Per Unit

Penjualan Xxx Xxx Xxx Xxx

Minus Biaya Variabel:

Produksi Xxx Xxx Xxx Xxx

Penjualan &

Administrasi Xxx Xxx Xxx Xxx

Total Biaya Variabel Xxx Xxx Xxx Xxx

Margin Kontribusi Xxx Xxx Xxx Xxx

Minus Biaya Tetap:

Produksi Xxx Xxx Xxx Xxx

Penjualan &

Administrasi Xxx Xxx Xxx Xxx

Total Biaya Tetap Xxx Xxx Xxx Xxx

Laba Operasional Xxx Xxx Xxx Xxx


(49)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang berfokus kepada objek tertentu dan kesimpulan yang diambil hanya terbatas pada objek yang diteliti.

B.Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek yang diteliti : a. Kepala bagian produksi b. Kepala bagian keuangan c. Kepala bagian pemesanan d. Kepala bagian administrasi e. Manajer

2. Obyek yang akan diteliti : a. Biaya variabel

b. Biaya Tetap

c. Biaya semivariabel d. Total volume produksi e. Total pesanan khusus f. Harga pokok produksi g. Pengambilan keputusan


(50)

C.Data yang Diperlukan

1. Data gambaran umum perusahaan 2. Proses pengambilan keputusan

3. Data pesanan khusus dalam satu tahun 4. Data volume produksi dalam satu tahun 5. Data biaya produksi selama satu tahun 6. Data biaya non produksi selama satu tahun

7. Data pengambilan keputusan perusahaan selama satu tahun 8. Proses produksi

D.Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan kepada pihak-pihak yang terkait untuk memperoleh data mengenai gambaran umum perusahaan.

2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh data dari sumber catatan atau arsip perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Seperti data pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan yang lalu.


(51)

E.Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode komparasi. Menurut Basirun (2011: 1) Penelitian komparasi adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui dan atau menguji perbedaan dua kelompok atau lebih. Penelitian komparasi bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian antara dua kelompok penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menilai pengambilan keputusan dalam menerima atau menolak pesanan khusus yang terjadi di perusahaan dengan teori Hansen dan Mowen (2005: 282-283) yang ada dengan cara membandingkan langkah-langkah pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan dengan yang ada di teori sebagai berikut:

1. Membandingkan penentuan total kapasitas menganggur 2. Membandingkan penentuan biaya relevan dan tidak relevan

3. Membandingkan penentuan total pendapatan diferensial dan biaya diferensial pesanan khusus (special order pricing) dengan Analisis Biaya Relevan.

4. Pengambilan keputusan dikatakan tepat jika pengambilan keputusan yang dilakukan perusahaan sama dengan yang ada di dalam teori.


(52)

36

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A.Sejarah Perusahaan Mintarso fiberglas

Perusahaan UD. Mintarso Fiberglas adalah perusaahan yang dimiliki oleh satu orang. Perusahaan UD. Mintarso Fiberglas ini memproduksi patung-patung gereja (patung-patung yesus, patung-patung Maria dll) dan juga selain patung-patung greja perusahaan UD. Mintarso Fiberglas juga menerima pesanan seperti manequin/peraga, wisuda, souvenir dll. perusahaan memiliki 19 karyawan tetap. Pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan Mintarso Fiberglas ini memasok ke berbagai daerah seperti Jakarta, Solo, Bantul, Semarang, Semarang, Surabaya, bahkan mencapai luar negri yaitu Canada.

Perusahaan yang berada di kota Yogyakarta tepatnya di jalan Rejowinangun Rt 20 Rw 06 KG. I No 353 Yogyakarta. Awal mulanya adalah usaha kecil yang didirikan pada tahun 1995 dengan modal awal yaitu 9 juta rupiah, ibu Nonik dan bapak Mintarso (pemilik perusahaan) berhasil mengembangkan perusahaannya menjadi besar hinggat saat ini. Pada tahun 1995 pak mintarso memiliki keinginan untuk mengembangkan hobbynya di bidang pembuatan patung berbahan fiberglas. Patung yang dibuat oleh bapak Mintarso dengan berbahan dasar fiberglas mendapat respon baik dari teman-temannya, sehingga terpikirkan oleh bapak mintarso untuk memproduksi patung yang berbahan dasar fiberglas dengan jumlah yang lebih banyak dan bervariasi. Pada saat itu patung yang dibuat adalah patung–patung gereja/kristiani seperti patung Bunda


(53)

Maria, patung Yesus Kristus, dan salib. Dengan berkembangnya permintaan pasar bentuk patung yang diproduksi hingga saat ini menjadi bervariasi seperti patung wisuda, souvenir, patung manequin/peraga dll.

Bahan baku yang digunakan oleh perusaahan Mintarso Fiberglas ini terdiri dari campuran adonan dari resin, talek, katalis, kobal dan juga bahan silicon (karet mentah). Setelah dilakukan pencampuran tahap selanjutnya membentuk adonan dengan melakukan pencetakan kemudian dilanjutkan dengan proses finishing dan tahap paling akhir yaitu dilakukan proses pengecatan.

B.Poduksi

1. Proses Pembuatan dari Bahan Baku Menjadi Barang Siap yang dijual; a. Bagian Pengolahan Adonan

Bagian ini terdiri dari 7 macam bahan yaitu resin (bahan dasar), katalis (pengeras), matt (serat kaca), Talc (agar campuran resin menjadi kental seperti plastik), silicon RVT/Room Temperature Vulcanizing (untuk cetakan duplikasi), carbon cloth/fiberglas cloth, mirror glaser (agar resin tidak menempel) atau vaselin (noncosmetic). 7 macam bahan tersebut diberikan takaran sesuai dengan yang dibutuhkan untuk membuat produk.

b. Bagian Pencetakan

Setelah adonan disiapkan proses selanjutnya yaitu proses membuat cetakan. pada proses cetak patung fiber terdiri dari dua teknik, teknik yang pertama yaitu cetak penuh dan yang kedua cetak kopong. Yang


(54)

dimaksud dengan cetak penuh yaitu rangkaian cetakan yang telah tersusun membentuk model tadi diisi penuh dengan cairan fiber melalui satu bagian yang dilubangi pada cetakan. Sedangkan yang dimaksud dengan teknik cetak kopong yaitu dalam pembentukan patungnya cetakan dilapisi fiber berlapis-lapis yang kemudian dirangkai dengan lapisan fiber pada cetakan yang lain. Kemungkinan patung bergeser dari cetakan lebih besar, tapi dengan teknik ini patung akan lebih kuat karena dapat kita lapisi dengan serat pada proses cetaknya, dan juga lebih hemat bahan. Perusahaan Mintarso Fiberglas menggunakan kedua teknik tersebut dengan menyesuaikan produk yang akan dihasilkan.

c. Bagian Finishing

Dalam bagian finishing ini dimulai dari pengambilan obyek produksi dari dalam cetakan. Hal yang paling penting dari bagian ini adalah bagaimana supaya tidak terjadi gelembung udara didalam cetakan maupun di permukaan obyek cetakan. Karena ketika permukaan obyek cetakan aus, maka hasil cetakan akan timbul benjolan-benjolan yang sangat menggangu.

d. Bagian Pengecatan

Pada bagian ini proses produksi yang sudah melalui tahap finishing kemudian dilakukan proses pengecatan pada obyek produksi.


(55)

C.Pemasaran

Perusahaan Mintarso Fiberglas ini memasarkan produksinya di daerah-daerah terdekat yaitu;

1. Solo

2. Yogyakarta 3. Jakarta 4. Surabaya 5. Semarang 6. Magelang

7. Luar negeri (Canada)

Untuk pemasaran ke luar negri, perusahaan masih menggunakan perantara.

D.Sistem pengambilan keputusan menerima atau menolak yang dilakukan

oleh perusahaan Mintarso Fiberglas

Secara singkat narasi pesanan khusus di Perusahaan Mintarso Fiberglas ini dimulai ketika pembeli datang ke perusahaan dan melakukan pemesanan yang diinginkan oleh pembeli. Selanjutnya pembeli menyerahkan contoh design pesanan yang ingin dipesan.

Pesanan diterima atau ditolak oleh perusahaan pertama dilihat dari seberapa besar kapasitas menganggur yang terjadi di perusahaan apakah memungkinkan untuk dapat memproduksi pesanan khusus. Selanjutnya menghitung seberapa besar biaya produksi dan non produksi selama satu bulan. Tahap terakhir yaitu menghitung biaya per unit pesanan khusus tersebut. Jika harga pesanan khusus


(56)

masih diatas perhitungan biaya perunit produksi maka pesanan khusus diterima oleh perusahaan, sebaliknya jika harga pesanan khusus berada di bawah biaya per unit maka pesanan khusus tersebut ditolak oleh perusahaan.


(57)

41

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Data

Penelitian di UD. Mintarso Fiberglas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengambilan keputusan dalam menerima atau menolak pesanan khusus sudah tepat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis mengumpulkan informasi mengenai langkah-langkah pengambilan keputusan yang terjadi di dalam perusahaan seperti dibawah ini.

Manajemen UD. Mintarso Fiberglas secara terus menerus menghadapi masalah dalam pengambilan keputusan, salah satunya mengenai keputusan menerima atau menolak pesanan khusus.

1. Kapasitas Mengaggur

Pada bulan Juni 2011 perusahaan Mintarso Fiberglas mendapatkan tawaran pesanan khusus sebuah toko. Perusahaan mendapatkan 200 pesanan khusus berupa patung Yesus, seperti tabel 5.1 dibawah ini.

Tabel 5.1 Pesanan Khusus Pada bulan Juni 2011

Bulan Jumlah Pesanan Harga

Juni 200 Rp 50.000

Sumber: UD. Mintarso Fiberglas

Pertama-tama perusahaan tidak langsung menerima pesanan khusus tersebut, perusahaan tidak langsung menerima kedua tawaran pesanan khusus tersebut dikarenakan harga yang diminta berada dibawah harga pesanan reguler. Perusahaan melihat data-data volume produksi yang terjadi diperusahaan seperti tabel dibawah ini;


(58)

Tabel 5.2 Volume Produksi Normal dan Produksi Sesungguhnya Pada Bulan Juni 2011

Bulan

Vol Prod Normal (Unit)

Vol Prod Sesungguhnya (Unit)

Kapasitas Menganggur

(Unit)

Juni 2000 1776 224

Sumber: UD. Mintarso Fiberglas

Jika perusahaan memiliki kapasitas menganggur dalam bulan Juni 2011, maka perusahaan mempertimbangkan pesanan khusus tersebut untuk diterima.

2. Biaya-biaya yang Digunakan oleh Perusahaan

Setelah melihat kapasitas menganggur yang terjadi diperusahaan, manajer perusahaan melihat biaya yang terjadi diperusahaan selama sebulan, karena harga yang diminta oleh toko tersebut berada dibawah harga pasar atau pesanan reguler. Jadi manajer melihat data biaya produksi dan non produksi sebagai bahan pertimbangan kedua bagi manajer perusahaan. Seperti didalam tabel dibawah ini;

a. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku diartikan oleh perusahaan sebagai biaya variabel. Semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak biaya bahan baku yang dikeluarkan. Adapun biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh perusahaan pada bulan Juni 2011 adalah sebesar Rp 33.000.000.


(59)

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung diartikan oleh perusahaan sebagai pembayaran upah karyawan yang terkait langsung dengan kergiatan produksi. Biaya tenaga kerja langsung ini dimasukan oleh perusahaan ke dalam biaya variabel. semakin banyak produk yang dihasilkan, biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja langsung juga semakin banyak. Upah tenaga kerja dibayarkan sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan oleh karyawan per unit. Adapun biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan pada bulan Juni 2011 yaitu sebesar Rp 17.850.000. 3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik diartikan oleh perusahaan sebagai biaya produksi. Disini perusahaan memasukan semua biaya kedalam biaya variabel. Biaya overhead itu terdiri dari biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik, biaya pemeliharaan dan perbaikan gedung, biaya kesejahteraan karyawan, biaya reparasi dan perbaikan mesin dan terakhir yaitu biaya listrik. Total biaya overhead pabrik yang terjadi pada bulan Juni 2011 yaitu sebesar Rp 3.309.770.

4. Biaya Pemasaran

Menurut perusahaan komponen yang termasuk dalam biaya pemasaran yaitu biaya promosi dan biaya pameran. Total biaya administrasi pada bulan Juni 2011 yaitu sebesar Rp 729. 400.


(60)

5. Biaya Administrasi

Menurut perusahaan biaya administrasi merupakan biaya non produksi. Total biaya administrasi pada bulan Juni 2011 yaitu sebesar Rp 62.344. Dari kelima biaya diatas dapat dilihat dalam tabel 5.3 dibawah ini:

Tabel 5.3 Biaya Produksi Bulan Juni 2011

Biaya Jumlah

Biaya Bahan Baku Rp 33.000.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung :

1. Bagian pengolahan Rp 4.200.000

2. Bagian Pencetakan Rp 3.150.000

3. Bagian Finishing Rp 4.200.000

4. Bagian Pengecatan Rp 3.150.000

5. Bagian Pembungkusan Rp 3.150.000

Biaya Overhead Pabrik:

1. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 1.290.000

2. Biaya Listrik Rp 259.220

3. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Gedung Rp 352.950

4. Biaya Kesejahteraan Karyawan Rp 1.141.600

5. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Rp 266.000

6. Biaya Penyusutan Mesin Rp 126.000

Sumber: UD Mintarso Fiberglas

Tabel 5.4 Biaya Non Produksi Bulan Juni 2011

Biaya Non Produksi Jumlah

Biaya Adm dan Umum:

1. Biaya Telepon Rp 62.344

Biaya Pemasaran:

1. Biaya Promosi Rp 405.400

2. Biaya Pameran Rp 324.000

Sumber: UD. Mintarso Fiberglas

6. Jumlah dan Harga Pesanan Khusus serta Harga yang Berlaku di Pasaran Perusahaan ada kalanya menerima pesanan khusus dengan harga di bawah harga normal. Pada bulan Juni 2011 perusahaan mendapatkan pesanan khusus dengan harga dibawah normal yaitu sebesar Rp 50.000. Di


(61)

bawah ini merupakan tabel perbandingan antara harga pokok produksi, harga normal, dan harga yang dikenakan pada pesanan khusus.

Tabel 5.5. Perbandingan Antara Harga Pokok Produksi, Harga Normal, dan Harga yang Dikenakan Pada Pesanan Khusus Bulan Juni 2011

Bulan Pesanan Khusus

Harga Nomal per Unit Harga Pesanan Khusus per Unit

HPP per unit Nama Jumlah

Juni Patung Yesus 220 Rp 55.000 Rp 50.000 Rp 31.282,09 Sumber: UD. Mintarso

Setelah itu perusahaan melakukan perhitungan biaya jika seandainya perusahaan menerima pesanan khusus tersebut.

Dalam tahap ini perusahaan menerima pesanan khusus karena berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan harga per unit patung masih dibawah harga pesanan khusus oleh karena itu perusahaan menerima pesanan khusus. Seperti yang dilihat dalam tabel 5.5 di bawah ini.

Tabel 5.6 Perhitungan Biaya Per Unit Selama Bulan Juni 2011

Keterangan Total Per Pcs

Biaya Bahan Baku Rp 33.000.000 Rp 18.851,08 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 17.850.000 Rp 10.050,68 Biaya Overhead Pabrik:

Biaya Listrik Rp 259.220 Rp 145,95

Biaya Pemeliharaan dan

Perbaikan Gedung Rp 352.950 Rp 198,73

Biaya Pemeliharaan dan

Perbaikan Mesin Rp 266.000 Rp 149,77

Biaya Tenaga Kerja Tidak

Langsung Rp 1.290.000 Rp 726,35

Biaya Kesejahteraan Karyawan Rp 1.141.600 Rp 642,79

Biaya Penyusutan Mesin Rp 126.000 Rp 70,94

Biaya Adm dan Umum:

1. Biaya Telepon Rp 62.344 Rp 35,10


(62)

Tabel Perhitungan Biaya Per Unit Selama Bulan Juni 2011 (Lanjutan)

1. Biaya Promosi Rp 405.400 Rp 228,27

2. Biaya Pameran Rp 324.000 Rp 182,43

TOTAL Rp 55.077.514 Rp 31.282,09

Sumber: UD. Mintarso Fiberglas

Harga pesanan khusus yang ditawarkan oleh toko tersebut pada bulan Juni 2011 masih berada di atas biaya per unit yang telah dihitung oleh perusahaan. ini yang dijadikan pertimbangan terakhir oleh perusahaan untuk menerima atau menolak pesanan khusus.

Setelah melihat dari ketiga pertimbangan diatas, perusahaan akhirnya menerima pesanan khusus tersebut karena harga per unit patung yang diminta masih dibawah harga pesanan khusus.


(63)

B.Analisis Data

Dengan menggunakan teknik komparasi, maka peneliti menilai pengambilan keputusan dalam menerima atau menolak pesanan khusus yang terjadi di perusahaan dengan teori Hansen dan Mowen (2005: 282-283) dengan cara membandingkan langkah-langkah pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan dengan yang ada di teori sebagai berikut:

1. Penentuan Total Kapasitas Menganggur a. Berdasarkan teori

Langkah awal dalam menerima atau menolak pesanan khusus yaitu dengan menggunakan kapasitas menganggur yang terjadi dalam periode tertentu dan cara untuk menentukan total kapasitas menganggur yaitu volume produksi normal selama satu bulan dikurangi volume produksi yang sesungguhnya.

b. Berdasarkan yang Terjadi di Perusahaan

Setiap bulannya perekembangan volume penjualan selalu berubah, hanya saja jumlah tersebut masih dibawah jumlah kapasitas penuh yang dimiliki oleh perusahaan. Terlihat dalam tabel 5.6 dibawah ini:

Tabel 5.7 Volume Produksi Normal dan Produksi Sesungguhnya pada Bulan Juni 2011

Bulan Vol Prod Normal (Unit) Vol Prod Sesungguhnya (Unit)

Juni 2000 1776

Sumber: Data UD. Mintarso Fiberglas

Dalam menerima atau menolak pesanan khusus perusahaan haruslah melihat kapasitas menganggur yang terjadi. Karena jika tidak melihat


(64)

total kapasitas menganggur didalam perusahaan dapat mengganggu proses produksi pesanan reguler.

Kapasitas menganggur dijadikan sebagai pertimbangan dalam menerima atau menolak pesanan khusus pada bulan Juni 2011. Perusahaan menghitung kapasitas menganggur dengan cara produksi normal dalam satu bulan dikurangi produksi sesungguhnya yang terjadi diperusahaan, pada bulan Juni perusahaan memiliki kapasitas mengangur sebesar 224 unit. Total kapasitas menganggur pada bulan Juni 2011 = 2000 unit – 1776 unit maka menghasilkan 224 unit kapasitas menganggur. Seperti dalam tabel 5.7 dibawah ini:

Tabel 5.8 Perhitungan Total Kapasitas Menganggur Pada Bulan Juni 2011

Bulan

Vol Prod Normal (Unit) Vol Prod Sesungguhnya (Unit) Kapasitas Menganggur (Unit)

Juni 2000 1776 224

Sumber: UD. Mintarso Fiberglas

Perusahaan masih memiliki kapasitas menganggur yang melebihi pesanan khusus, maka langkah awal untuk menerima pesanan khusus yang dilakukan oleh perusahaan yaitu melihat kapasitas menganggur. Perusahaan dalam langkah penentuan total kapasitas menganggur sama seperti di dalam teori yaitu volume produksi normal selama satu bulan dikurangi volume produksi sesungguhnya yang terjadi diperusahaan selama satu bulan. Jadi langkah pertama yang diambil oleh perusahaan dengan menghitung total kapasitas menganggur yaitu sama dengan teori.


(65)

2. Penentuan Biaya Relevan dan Tidak Relevan a. Berdasarkan Teori

Cara mengidentifikasi dan menentukan biaya relevan itu sendiri yaitu suatu biaya masa depan yang berbeda pada masing-masing alternatif. Semua keputusan berhubungan dengan masa depan, karena itu hanya biaya masa depan yang dapat menjadi relevan dengan keputusan. Namun, untuk menjadi relevan, suatu biaya tidak harus merupakan biaya masa depan, tetapi juga harus berbeda dari satu alternatif dengan alternatif lainnya. Apabila biaya masa depan terdapat pada lebih dari satu alternatif, maka biaya tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan. Biaya demikian disebut biaya tidak relevan.

Biaya dipisahkan ke dalam biaya relevan dan tidak relevan, karena ini ini akan memudahkan dalam melakukan analisa. Biaya relevan inilah yang akan berbeda apabila ada pesanan khusus didalam perusahaan. Biaya relevan adalah biaya yang akan berubah pada alternatif keputusan yang berbeda.

Terdapat dua kriteria penting agar suatu jenis biaya dapat dikelompokan sebagai biaya relevan (Rudiyanto, 2006: 65) yaitu:

1) Biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang yang diharapkan 2) Biaya tersebut berbeda diantara sejumlah alternatif

Biaya yang terjadi pada UD. Mintarso Fiberglas tahun 2011 dapat digolongkan berdasarkan perilakunya menjadi biaya tetap dan biaya variabel:


(66)

1) Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku merupakan biaya relevan karena biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang yang diharapkan.

2) Biaya Tenaga Kerja Langsung (Gaji dan Upah Karyawan Produksi) Biaya tenaga kerja langsung juga merupakan biaya relevan karena biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang yang diharapkan. 3) Biaya Bahan Pembantu

Biaya bahan pembantu merupakan biaya relevan karena biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang yang diharapkan.

4) Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan termasuk biaya tidak relevan, karena total biaya relatif tetap sampai dengan tingkat output tertentu atau tidak dipengaruhi dengan adanya perubahan volume kegiatan. Dan juga biaya tersebut bukan merupakan biaya yang akan datang yang digunakan dalam proses pesanan khusus.

5) Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Gedung

Biaya ini merupakan biaya tidak relevan karena tidak dipengaruhi dengan adanya perubahan volume kegiatan.

6) Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin

Biaya ini merupakan biaya relevan karena biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang yang diharapkan.


(67)

7) Biaya Listrik

Biaya Listrik merupakan biaya relevan karena Biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang yang diharapkan.

g) Biaya Telepon

Biaya telepon merupakan biaya tidak relevan karena dimana total biaya relatif tetap sampai dengan tingkat output tertentu atau tidak dipengaruhi dengan adanya perubahan volume kegiatan. Dan juga biaya telepon bukan merupakan biaya yang akan datang.

h) Biaya Pameran

Biaya Pameran merupakan biaya tidak relevan karena bukan merupakan biaya yang akan datang yang digunakan.

i) Biaya Promosi

Biaya promosi merupakan biaya tidak relevan karena bukan Biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang yang diharapkan.

j) Biaya Kesejahteraan Karyawan

Biaya kesejahteraan karyawan termasuk biaya tidak relevan, dimana total biaya relatif tetap sampai dengan tingkat output tertentu atau tidak dipengaruhi dengan adanya perubahan volume kegiatan. Dan juga bukan Biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang yang diharapkan.


(68)

k) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung termasuk biaya tidak relevan, dimana total biaya relatif tetap sampai dengan tingkat output tertentu atau tidak dipengaruhi dengan adanya perubahan volume kegiatan. Biaya-biaya tersebut digolongkan seperti dilihat dalam tabel 5.8 dibawah ini:

Tabel 5.9 Pemisahan Biaya Relevan dan Tidak Relevan Biaya Produksi

Relevan / Tidak Relevan

Biaya Bahan Baku Relevan

Biaya Tenaga Kerja Langsung Relevan

Biaya Listrik Variabel Relevan

Biaya Kesejahteraan Karyawan Tidak Relevan

Biaya Penyusutan Mesin Tidak Relevan

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Tidak Relevan Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Gedung Tidak Relevan Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin Relevan

Biaya Non Produksi

Biaya Telekomunikasi Tidak Relevan

Biaya Pemasaran:

Biaya Pengiriman Barang Tidak Relevan

Biaya Promosi Tidak Relevan

Biaya Pameran Tidak Relevan

Sumber: UD. Mintarso Fiberglas yang sudah diolah b. Berdasarkan yang Terjadi di dalam Perusahaan

Dalam langkah penentuan biaya relevan dan tidak relevan, perusahaan tidak melakukan penentuan biaya relevan dan tidak relevan. Setelah menghitung kapasitas menganggur, perusahaan langsung menghitung biaya-biaya yaitu dengan menghitung biaya produksi dan biaya non produksi tanpa melakukan pemisahan biaya relevan dan tidak relevan.


(69)

Tabel 5.10 Biaya Produksi Bulan Juni 2011

Biaya Jumlah

Biaya Bahan Baku Rp 33.000.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung :

1. Bagian pengolahan Rp 4.200.000

2. Bagian Pencetakan Rp 3.150.000

3. Bagian Finishing Rp 4.200.000

4. Bagian Pengecatan Rp 3.150.000

5. Bagian Pembungkusan Rp 3.150.000

Biaya Overhead Pabrik:

1. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 1.290.000

2. Biaya Listrik Rp 259.220

3. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Gedung Rp 352.950

4. Biaya Kesejahteraan Karyawan Rp 1.141.600

5. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Rp 266.000

6. Biaya Penyusutan Mesin Rp 126.000

Sumber: UD Mintarso Fiberglas

Tabel 5.11 Biaya Non Produksi Bulan Juni 2011

Biaya Non Produksi Jumlah

Biaya Adm dan Umum:

1. Biaya Telepon Rp 62.344

Biaya Pemasaran:

1. Biaya Promosi Rp 405.400

2. Biaya Pameran Rp 324.000

Sumber: UD. Mintarso Fiberglas

Setelah melakukan perhitungan total kapasitas menganggur selama bulan Juni 2011, perusahaan tidak menentukan biaya relevan dan tidak relevan. Perusahaan langsung mencatatnya ke dalam perhitungan biaya produksi dan biaya non produksi. Disinilah letak perbedaan antara yang terjadi diperusahaan dengan yang ada di dalam teori.

Langkah kedua yang dilakukan oleh perusahaan dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus tidak sama dengan


(70)

teori yaitu setelah menghitung kapasitas menganggur, langkah selanjutnya dengan dilakukan penentuan biaya relevan dan tidak relevan.

3. Membandingkan Penentuan Total Pendapatan Diferensial, Biaya Diferensial dan Laba Diferensial Pesanan Khusus (special order pricing) dengan Menggunakan Analisis Biaya Relevan

a. Berdasarkan Teori

Cara dalam perhitungan analisis biaya relevan dibutuhkan perhitungan pendapatan diferensial, biaya diferensial dan laba diferensial diolah berdasarkan data yang ada di perusahaan. Dengan melihat data perhitungan per pcs yang dilakukan oleh perusahaan maka dapat dihitung biaya diferensial pesanan khusus yang diterima.

Tabel 5.12 Perhitungan Biaya Per Unit Selama Bulan Juni 2011

Keterangan Total Per Unit

Biaya Bahan Baku Rp 33.000.000 Rp 18.851,0800 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 17.850.000 Rp 10.050,6800 Biaya Overhead Pabrik:

Biaya Listrik Rp 259.220 Rp 145,9572

Biaya Pemeliharaan dan

Perbaikan Gedung Rp 352.950 Rp 198,7331

Biaya Pemeliharaan dan

Perbaikan Mesin Rp 266.000 Rp 149,7748

TOTAL 51.728.170 29.126,22


(71)

1) Biaya Diferensial

Maka dapat ditentukan biaya diferensial seperti tabel dibawah ini: Tabel 5.13 Biaya Diferensial

Biaya Juni

Biaya Produksi:

Biaya Bahan Baku Rp 3.770.216,00

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.010.136,00

Biaya Overhead Pabrik:

1. Biaya Listrik Rp 29.191,44

2. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

Mesin Rp 29.954,96

Jumlah Biaya Diferensial Rp 5.839.498

Sumber UD. Mintarso Fiberglas yang Sudah diolah 2) Pendapatan Diferensial

Tabel 5.14 Pendapatan Diferensial

Bulan Pendapatan Pesanan Khusus Patung Juni 200pcs x Rp 50.000 = Rp 10.000.000 Sumber UD. Mintarso Fiberglas yang Sudah diolah

Tabel 5.15 Analisis Biaya Relevan Pesanan Khusus Bulan Juni 2011

Keterangan Menerima Pesanan Khusus Menolak Pesanan Khusus

Penjualan Rp 10.000.000,00 -

Biaya Produksi:

Biaya Bahan Baku Rp 3.770.216,00 -

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.010.136,00

Biaya Overhead Pabrik:

1. Biaya Listrik Rp 29.191,44 -

2. Biaya Reparasi dan

Pemeliharaan Mesin Rp 29.954,96 -

TOTAL BIAYA Rp 5.839.498 -

LABA DIFERENSIAL Rp 4.160.502 - Sumber UD. Mintarso Fiberglas yang sudah diolah


(72)

b. Berdasarkan yang Terjadi di Perusahaan

Dalam menentukan total biaya diferensial dan pendapatan diferensial perusahaan UD. Mintarso Fiberglas tidak melakukan langkah ke tiga ini. Perusahaan hanya menghitung dari total HPP sebagai bahan pertimbangan, jika harga per unit yang telah dihitung oleh perusahaan berdasarkan HPP masih dibawah harga pesanan khusus per unit yang ditentukan oelh pembeli maka setelah dari berbagai pertimbangan diatas maka pesanan khusus diterima, seperti didalam tabel dibawah ini;

Tabel 5.16 Perhitungan Biaya Per Unit Selama Bulan Juni 2011

Keterangan Total Per Pcs

Biaya Bahan Baku Rp 33.000.000 Rp 18.851,0800 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 17.850.000 Rp 10.050,6800 Biaya Overhead Pabrik:

Biaya Listrik Rp 259.220 Rp 145,9572

Biaya Pemeliharaan dan

Perbaikan Gedung Rp 352.950 Rp 198,7331

Biaya Pemeliharaan dan

Perbaikan Mesin Rp 266.000 Rp 149,7748

Biaya Tenaga Kerja Tidak

Langsung Rp 1.290.000 Rp 726,3514

Biaya Kesejahteraan Karyawan Rp 1.141.600 Rp 642,7928 Biaya Penyusutan Mesin Rp 126.000 Rp 70,9459

Biaya Adm dan Umum:

1. Biaya Telepon Rp 62.344 Rp 35,1036

Biaya Pemasaran:

1. Biaya Promosi Rp 405.400 Rp 228,2658

2. Biaya Pameran Rp 324.000 Rp 182,4324

TOTAL Rp 55.077.514 Rp 31.012,1100

Sumber UD. Mintarso Fiberglas

Perusahaan dalam menentukan biaya diferensial, pendapatan diferensial dan laba diferensial tidak mengikuti langkah dari teori Hanson dan


(73)

Mowen (2005: 282-283) yaitu penentuan total pendapatan diferensial, biaya diferensial dan laba diferensial pesanan khusus (special order pricing).

Perusahaan juga tidak melakukan perhitungan analisis biaya relevan. Dengan alasan perusahaan dalam pengambilan keputusan hanya melihat dari kapasitas menganggur, biaya produksi dan non produksi dan terakhir adalah melihat hasil hpp yang terjadi diperusahaan. Ketiga hal tersebut yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk menerima atau menolak pesanan khusus. Dalam langkah ke 3 ini perusahaan tidak mengikuti langkah yang ada di dalam teori.

Jadi dalam langkah ke 3 menurut teori Hansen dan Mowen (2005: 282-283) yaitu penentuan pendapatan yang diterima dengan menggunakan analisis biaya relevan, perusahaan tidak mengikuti langkah yang ada di dalam teori tersebut.

4. Pengambilan Keputusan dikatakan Tepat Jika Pengambilan Keputusan yang dilakukan Perusahaan sama dengan yang ada di dalam teori.

Dari ketiga langkah dalam teori Hanson dan Mowen diatas perusahaan hanya menerapkan satu langkah yaitu menentukan total kapasitas menganggur sebelum mengambil keputusan menerima atau menolak pesanan khusus. Sedangkan langkah kedua dan ketiga yang terjadi diperusahaan tidak sama seperti yang ada di dalam teori.

Pengambilan keputusan dikatakan tepat jika langkah pengambilan keputusan yang dilakukan perusahaan sama dengan teori. Jadi, pengambilan


(74)

keputusan yang dilakukan oleh UD Mintarso Fiberglas dalam menerima atau menolak pesanan khusus sudah tepat yaitu menerima pesanan khusus, meskipun langkah-langkah yang dilakukan oleh perusahaan tidak sama dengan yang ada di dalam teori.


(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

xiii ABSTRAK

EVALUASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS

Studi Kasus di UD. Mintarso Fiberglas Indonesia, Yogyakarta

Agung Nugraha NIM: 062114068 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Tujuan penelitian ini untuk membandingkan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menerima atau menolak pesanan khusus dengan berdasarkan teori. Penelitian ini dilakukan di perusahaan UD. Mintarso Fiberglas Indonesia, Yogyakarta.

Jenis Penelitian yang dilakukan yaitu studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik yang digunakan yaitu dengan metode komparasi, membandingkan teknik yang dilakukan oleh perusahaan dengan yang ada di dalam kajian teori dengan dasar teori analisis biaya relevan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan perusahaan dan perhitungan menurut teori, menunjukan bahwa keputusan perusahaan untuk menerima pesanan khusus sudah tepat meskipun langkah-langkah yang dilakukan oleh perusahaan dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus tidak sama dengan teori. Namun ada satu langkah persamaan dalam melakukan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu menggunakan kapasitas menganggur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

xiv ABSTRACT

AN EVALUATION OF ACCEPTING OR REJECTING SPECIAL ORDER DECISION MAKING

A Case Study at UD. Mintarso Fiberglas Indonesia, Yogyakarta

Agung Nugraha NIM: 062114068 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The objective of this research is to compare the decisions taken by the company to accept or reject a special order on the basis of the theories. This research was conducted at the company UD. Mintarso Fiberglas Indonesia, Yogyakarta.

This research is a case study. The data were collected by doing interviews and documentation. The technique used is the comparative method, comparing the technique conducted by the company and on the theories using relevant cost analysis.

The study concluded that the calculations conducted by the company was in accordance with the calculation based on the theories, and it showed that the company's decision to accept a special order was right. Alternatively, most steps taken by the company in making the decision to accept or reject a special order was not the same with the theory. The only step that accord with the theory was

the use of company’s idle capacity.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI