Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Pekerja Dalam Hal Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada CV. Sinar Kawi Di Tampaksiring Gianyar.

(1)

TANGGUNG

PEKERJ

KECELAKAA

T

SKRIPSI

NG JAWAB PERUSAHAAN TER

ERJA DALAM HAL TERJADINYA

AAN KERJA PADA CV. SINAR

TAMPAKSIRING GIANYAR

OLEH:

I.B. PUTU WIRA ADITYA 1103005183

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

ERHADAP

NYA


(2)

TANGGUNG

PEKERJ

KECELAKAA

T

SKRIPSI

NG JAWAB PERUSAHAAN TER

ERJA DALAM HAL TERJADINYA

AAN KERJA PADA CV. SINAR

TAMPAKSIRING GIANYAR

OLEH:

I.B. PUTU WIRA ADITYA 1103005183

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

ERHADAP

NYA


(3)

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN TERHADAP

PEKERJA DALAM HAL TERJADINYA

KECELAKAAN KERJA PADA CV. SINAR KAWI DI

TAMPAKSIRING GIANYAR

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

I.B. PUTU WIRA ADITYA 1103005183

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waasa, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Tanggung Jawab Direktur Perusahaan Terhadap Pekerja

Dalam Hal Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada CV. Sinar Kawi Di

Tampaksiring Gianyar”dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan dan pengetahuan agar kesempurnaan dalam penyusunan skripsi ini dapat tercapai, namun penulis menyadari sepenuhnya akan kerungan yang ada dalam diri penulis. Meskipun demikian, besar harapan penulis semoga skripsi ini memenuhi kriteria sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan serta dukungan moral dan materiil dari para pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH, Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana.


(7)

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak I Wayan Suardana, SH., MH, Pembatu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH, Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana.

6. Bapak I Ketut Markeling, SH., MH, Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar dan meliuangkan waktunya memberikan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Ibu Ida Ayu Sukihana, SH., MH, Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar dan tidak henti-hentinya memberikan arahan dan masukan, serta mencurahkan ilmunya hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Bapak Dewa Gede Rudy, SH., M.Hum, Dosen Pembimbing Akademis yang dengan sabar dan penuh tanggung jawab membimbing penulis dalam menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

9. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

10. Pimpinan dan Staf Administrasi dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan administrasi fasilitas dan pelayanan selama mengikuti pendidikan dan membuat skripsi ini.


(8)

11. Bapak Direktur CV. Sinar Kawi Tampak Siring Gianyar, yang telah memberikan izin untuk penulis melakukan penelitian guna melengkap skripsi ini.

12. Kedua Orang Tua Tercinta, Bapak Ida Bagus Made Suardana Dan Ibu Ida Ayu Nyoman Darmawati, yang telah dengan sabar memberikan dukungan moril dan materiil dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

13. Kekasih Ida Ayu Putu Chandra Puspita Dewi, yang selalu membantu dan memberikan dukungan moril dan materiil selama menyelesaikan studi ini. 14. Sahabat-sahabat karib Jik Wasista dan Hadi Hugo yang telah membantu

dalam pembuatan penelitian ini.

15. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas dukungan, partisipasinya, dan doa yang selalu menyertai sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi khazanah ilmu pengetahuan, khususnya di dalam bidang ilmu hukum.

Denpasar, 28 Desember 2015


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN SAMPUL DALAM... ii

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... ix

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Ruang Lingkup Masalah ... 7

1.4.Orisinalitas ... 7

1.5.Tujuan Penelitian ... 10

A. Tujuan umum ... 10

B. Tujuan khusus ... 10

1.6.Manfaat Penelitian ... 11

A. Manfaat teoritis ... 11


(10)

1.8.Metode Penelitian... 18

A. Jenis penelitian ... 19

B. Sifat penelitian ... 19

C. Lokasi penelitian ... 21

D. Sumber data ... 21

E. Teknik pengumpulan data ... 22

F. Pengolahan dan analisis data ... 23

BAB II TENTANG TANGGUNG JAWAB, DIREKTUR, PERUSAHAAN, PEKERJA, DAN KECELAKAAN KERJA 2.1.Tanggung Jawab... 24

2.1.1.Pengertian Tanggung Jawab ... 24

2.1.2.Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Di Perusahaan ... 29

... 2.2.P erusahaan... 35

2.2.1.Pengertian Perusahaan ... 35

2.2.2.Bentuk-Bentuk Perusahaan... 39

... 2.3.D irektur Perusahaan ... 52

2.3.1.Pengertian Direktur Perusahaan ... 52

2.3.2.Kewenangan Direktur Di Perusahaan... 54

2.4.Pengertian Pekerja ... 55

2.4.1.Hak Dan Kewajiban Pekerja Perusahaan ... 58

2.5.Pengertian Kecelakaan Kerja ... 63


(11)

BAB III TANGGUNG JAWAB DIREKTUR PERUSAHAAN DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN KERJA

3.1.Bentuk Perjanjian Kerja Antara Pekerja Dengan Pengusaha... 70 3.2.Tanggung Jawab Perusahaan Dalam Hal Terjadinya Kecelakaan

Kerja... 77 BAB IV PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR PERUSAHAAN

TERHADAP PEKERJA DALAM HAL TERJADINYA

KECELAKAAN KERJA

4.1.Upaya-Upaya Yang Di Lakukan Untuk Meminimalisir Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada CV. Sinar Kawi ... 81 4.2.Pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Pekerja Dalam

Hal Terjadinya Kecelakaan Kerja ... 86 BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan ... 88 5.2.Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RESPONDEN


(12)

(13)

Abstrak

Di dalam dunia bisnis kini dikABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Pekerja

Dalam Hal Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada CV. Sinar Kawi Di Tampaksiring

Gianyar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggung jawab direktur

perusahaan dalam hal terjadinya kecelakaan kerja, serta mengetahui bagaimana pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan jenis penelitian yuridis empiris dengan menggunakan data-data asli yang di peroleh dari wawancara dengan informan atau responden yang bersangkutan.

Penelitian ini menghasilkan bahwa tanggung jawab direktur perusahaan terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi dilakukan dengan memberikan kesejahteraan kepada pekerja seperti memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja. Selanjutnya di dalam pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi dilakukan dengan memberikan perawatan atau pengobatan lebih lanjut di rumah sakit terdekat untuk pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.


(14)

ABSTRACT

This research entitled "Corporate Responsibility Of Workers In The Occurrence of Accidents at CV. Sinar Kawi in Tampaksiring Gianyar ". The purpose of this research was to determine the responsibilities of company directors in the event of occupational accidents, as well as knowing how the implementation of the responsibilities of company directors to workers in the event of accidents. The method used in this research is the type of juridical empirical research using original data that was obtained from interviews with informants or respondents are concerned.

This research resulted in that the responsibility of company directors to workers in case of work accident on the CV. Sinar Kawi done by providing welfare to workers such as protection of health and safety. The next in the implementation of the responsibilities of compeny directors to workers against workers in the event of workplace accidents on the CV. Sinar Kawi done by providing further care treatment at a nearby hospital for workers injured at work.


(15)

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi di Provinsi Bali dari tahun ke tahun menjadi semakin tinggi pula jumlah pengangguran di daerah Bali,dari kalangan anak muda maupun dari berbagai lapisan masyarakat yang mebutuhkan pekerjaan yang mencukupi biaya hidupnya,dengan perekonomian yang semakin berkembang pesat di Indonesia di tandai dengan banyak bermunculnya berbagai bisnis yang tidak hanya dibidang industrial saja, melainkan juga pelayanan jasa,perdagangan kerajinan seni, dan usaha lainnya, tentunya tidak bisa lepas dari kehadiran pekerja sebagai sumber daya manusia yang sangat berperan atas perkembangan perekonomian di Indonesia khususnya di Provinsi Bali. Pada sektor bisnis di bidang industrial, pembangunan yang tumbuh dengan cepat di tandai dengan bermunculan berbagai perusahaan maupun usaha lainnya di segala bidang yang saling bersaing dan bahkan membutuhkan pekerja yang berkualitas agar produk-produk yang di hasilkan bisa sesuai dengan keinginan pengusaha agar bisa bersaing dengan usaha bisnis lainnya. Berbisnis yang profesional sangat dibutuhkan kehadiran pekerja yang membantu pertumbuhan ekonomi seharusnya diimbangi dengan perlindungan dan jaminan sosial bagi pekerja, tetapi pelaku usaha acap kali menghiraukan kesehatan dan keselamatan pekerja ketika menjalanan pekerjaannya.


(17)

Semakin maju dan pesatnya perkembangan ekonomi di Provinsi Bali terutama disektor bisnis, industri memerlukan pekerja yang banyak. Ini adalah suatu hal yang positif dimana banyak masyarakat para pencari kerja yang mencari pekerjaan dapat mengambil peluang kerja ini. Tetapi adanya ketimpangan kepentingan dimana pencari kerja lebih banyak dibandingkan dengan lowongan kerja yang ada, menimbulkan kesewenang-wenangan para direktur perusahaan untuk merekrut para pekerja. Sebab itu penekanan-penekanan dilakukan oleh pengusaha hanya untuk mendapatkan keuntungan, sehingga bagi pekerja dalam bekerja mereka tidak memiliki bargaining posision yang baik.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu kesejahteraan pekerja perusahaan, modal/uang, peralatan dan bahan baku, merupakan faktor produksi yang dipergunakan dan dikendalikan oleh faktor produksi tenaga kerja/pekerja. Faktor produksi pekerja tidak sama dengan faktor produksi lainnya, karena pekerja merupakan organ yang hidup, aktif dan dinamis yang akan mengolah, mengatur serta sebagai penggerak usaha. Dengan faktor tersebut pekerja memegang peranan sangat penting dalam menentukan tujuan perusahaan tempat ia bekerja. Mengingat pentingnya faktor pekerja dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka sudah sewajarnya pengusaha memperhatikan kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan pekerja.

Dalam kaitannya memberikan keselamatan dan kesehatan para pekerja seyogyanya pengusaha melakukan pendekatan-pendekatan atau menanyakan


(18)

secara langsung kepada pekerja atau teknisi bagaimana kondisi peralatan dan syarat-syarat pemakaian perlatan yang baik, agar dengan demikian dapat dilakukan pencegahan pemborosan dalam pengadaan alat peralatan atau sarana bagi pelaksanaan keselamatan kerja tersebut, pihak pekerja wajib menggunakan alat peralatan atau perlengkapan bagi pencegahan bahaya yang di sediakan perusahaan atau wajib memelihara alat-peralatan atau perlengkapan pencegahan bahaya tersebut.

Dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan

bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Tersirat makna bahwa setiap warga negara

mempunyai hak untuk bekerja dan mendapatkan penghidupan yang layak baginya serta untuk dapat bekerja dengan baik demi penghidupannya, para pekerja seharusnya dalam kondisi yang sehat dan tentu saja terjamin keselamatannya.1

Dalam rangka meningkatkan dan mewujudkan keselamatan serta kesehatan pekerja, setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan pekerjaannya. Pada dasarnya kurangnya keselamatan dan kesehatan kerja bukan saja ditimbulkan dari peralatan kerja atau beban kerja alat produksi, namun juga di timbulkan dari perlakuan dari pihak pengusaha terhadap pengrajin, seperti adanya kesemena-menaan yang tidak berprikemanusiaan. Hal ini merupakan penyebab meningkatnya frekuensi kecelakaan kerja dan berkurangnya kesehatan pekerja.


(19)

Selain masalah tersebut yang sering di hadapi oleh para pekerja yaitu pemberian kesejahteraan seperti upah yang di bawah standar, terkadang terjadi PHK sepihak, pelunasan gaji yang terlambat di bayar oleh pengusaha, dan hak-hak mereka yang dikurangi oleh pelaku usaha, hal hal seperti itu sering di alami oleh para pekerja yang tidak sebanding dengan resiko yang dihadapi oleh pekerja yang sangat membutuhkan perlindungan kerja dari pengusaha tempat dimana ia bekerja. Selain hal tersebut, masih banyak lagi gambaran secara umum tentang pekerja, pekerja yang bekerja dengan tanggung jawab yang besar dan pekerja yang memiliki kewajiban lebih yang kesepakatannya sering di langgar oleh pengusaha.

Penghasilan yang diperoleh para pekerja tersebut tidak sebanding dengan resiko yang harus mereka tanggung, begitu memprihatinkan kondisi para pekerja dikarenakan pekerja sering mengalami kecelakaan kerja tetapi tidak diperhatikan oleh pengusaha dikarenakan pengusaha hanya menanggung biaya sesuai dengan rasa iba. Tetapi peranan yang mereka berikan dalam pertumbuhan perekonomian kota pada umumnya belum sepadan dengan perlindungan hukumnya, hak-hak mereka dikurangi pihak pengusaha. Adanya ketimpangan antara hak dan kewajiban dari para pekerja dengan pengusaha, bahkan didalam kehidupan bermasyarakat sering melihat dan mendengar tentang perampasan terhadap hak-hak dari para pekerja oleh para pengusaha, baik dalam bentuk kurangnya pemberian upah atau bahkan seringkali terlambat di bayarkan oleh pengusaha,mereka bekerja dengan resiko tinggi tanpa adanya jaminan dihari tuanya, terjadi PHK sepihak tanpa


(20)

sebab yg tidak diketahui pekerja dan bentuk-bentuk pengurangan hak-hak lainnya tetapi para pekerja tetap melaksanakan tugasnya dengan giat dan tidak memperdulikan hak-hak mereka yang di kurangi oleh para pegusaha, mereka melakukan pekerjaan tersebut bagaikan sapi perahan saja.

Dari dulu sampai sekarang telah dikembangkan beberapa metode yang dipergunakan untuk memberikan perlindungan kepada pekerja dari ketelantaran bahkan undang-undang pun sudah mengatur, tetapi semua belum bisa berfungsi secara efektif dan efisien untuk melindungi hak-hak para pekerja, pengusaha seperti tidak memperdulikan metode-metode yang sudah dibuat tentang bagaimana tanggung jawab menjadi seorang pengusaha yang baik dan bagaimana cara mempekerjakan para tenaga kerja agar mendapatkan perlindungan dari ketelantaran. Sudah begitu banyak masalah yang dihadapi para pekerja didalam menjalankan pekerjaannya. Terutama pekerja yang bekerja sebagai pengerajin di perusahaan yang menjalankan perusahaannya dibidang seni ukir yang lebih rentan akan resiko yang mengancam keselamatan, dan kesehatan para pengerajin.

Dari permasalahan di atas peneliti lebih menekankan kepada permasalahan yang di hadapi pekerja yang bekerja di sebuah perusahaan yang memproduksi barang-barang seni yang di dalam menjalankan pekerjaannya banyak resiko-resiko tidak terduga yang akan dialami pekerja di perusahaan tersebut. Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai keselamatan, kesehatan, kesejahteraan tenaga


(21)

kerja dan bentuk perjanjian kerja yang di buat antara pekerja dengan direktur perusahaan.

Dalam kaitannya dengan kenyataan-kenyataan yang ada di masyarakat yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Pekerja Dalam Hal Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada CV.

Sinar Kawi Di Tampaksiring Gianyar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah tanggung jawab direktur perusahaan dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring Gianyar ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring Gianyar ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Di dalam suatu karya ilmiah sangat mungkin terjadi adanya perluasan dari materi yang di bahas. Karena itu, perlu di tentukan secara tegas batasan materi yang akan di uraikan dalam tulisan ini. Hal ini perlu di lakukan untuk mencegah agar materi atau isi uraian ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ingin di bahas, sehingga masalahnya dapat


(22)

diuraikan secara sistematis. Ruang lingkup masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini sebatas pada tanggung jawab direktur perusahaan dalam memberikan perlindungan kerja kepada tenaga kerja apabila mengalami kecelakaan kerja pada saat menjalankan pekerjaannya serta bentuk perjanjian yang di buat antara pekerja dan pengusaha.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Penulis telah membandingkan penelitian-penelitian sebelumnya yang juga membahas tentang ketenagakerjaan. Banyak penulis tertarik mengambil tema Hukum Ketenagakerjaan dalam penelitian dan penulis karya ilmiah. Adapun penelitian yang mirip dengan penelitian ini adalah :

NOMOR PENELITI JUDUL RUMUSAN

MASALAH 1. I Made Sucipta

NIM.0016051125

Kajian Yuridis

Terhadap Keselamatan Dan Keehatan Kerja Di UD. Putra Uyung Jaya Denpasar

(1) Bagaimana tanggung jawab pengusaha terhadap keselamatan dan kesehatan kerja di Ud.Putra Uyung Jaya Denpasar?

(2) Upaya-upaya apakah yang dilakukan


(23)

pengusaha dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di Ud.Putra Uyung Jaya Denpasar?

2. Citra Prameswari NIM.0516051151

Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Pada Pertokoan Di Kota Denpasar

(1) Bagaimana Bentuk Perjanjian Kerja Yang Di Buat Antara Pekerja Pertokoan Dan

Pengusaha Pemilik Toko?

(2) Bagaimana Upaya Perlindungan Hukum Yang Di Berikan Kepada Pekerja Ketika Mengalami Kecelakaan Keja Selama

Menjalankan Pekerjaannya?

3 Nur Ramadani

NPM.0771010135

Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak Yang Di PHK Dalam

(1). Bagaimana hak-hak pekerja kontrak yang di PHK dalam


(24)

Masa Kontrak masa kontrak?

(2). Bagaimana upaya upaya hukum bagi pekerja kontrak yang di PHK dalam masa kontrak?

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan umum

1. Untuk mengetahui tanggung jawab direktur perusahaan dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring Gianyar.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi Di Tampaksiring Gianyar.

1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk memahami tanggung jawab direktur perusahaan dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi.

2. Untuk memahami pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi


(25)

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat teoritis

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum ketenagakerjaan khususnya terhadap perlindungan kerja bagi pekerja di perusahaan.

2. Dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan atau sumber informasi bagi mahasiswa yanag ingin mengadakan penelitian secara lebih lanjut tentang obyek penelitian ini.

1.6.2 Manfaat praktis

1. Sebagai pedoman bagi pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja agar ikut untuk memikirkan dan dalam upaya untuk dapat meningkatkan kinerjanya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dialami pekerjanya, serta meningkatkan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dari para pekerja.

2. Sebagai pedoman bagi pekerja yang bekerja di perusahaan produksi kerajinan untuk menyadarkan mereka akan pentingnya perlindungan kerja dan profesionalitas di dalam bekerja pada suatu perusahaan, sehingga mereka memiliki rasa aman di dalam bekerja.

3. Sebagai pedoman bagi mahasiswa di dalam pembuatan suatu karya tulis atau tugas akhir skripsi yang sejenis.


(26)

1.6 Landasan teoritis

Tanggung jawab pengusaha terhadap keselamatan kerja adalah memberikan perlindungan, pemeliharaan dan pengembangan terhadap kesejahteraan tenaga kerja, baik semasa hubungan kerja maupun setelah berakhirnya hubungan kerja. Upaya perlindungan dimaksud dalam suatu program jaminan sosial tenaga kerja. Dalam penjelasan kesehatan kerja, bahwa tenaga kerja yang mendapat kerugian, perawatan dan rehabilitasi.

Dalam hal seorang tenaga kerja meninggal dunia akibat kecelakaan dan/atau penyakit akibat pekerjaan, ahli waris dari keluarga pekerja berhak mendapat ganti kerugian. Dalam usaha untuk memberikan perlindungan dan kesehatan kepada tenaga kerja, perjanjian kerja merupakan hal terpenting di dalamnya yang dibuat antara pihak pengusaha dengan pekerja di dalam suatu perusahaan agar terciptanya kesepakatan antara pihak pekerja dengan pengusaha.

Perjanjian kerja merupakan bagian dari perjanjian pada umumnya di kenal dengan istilah perikatan yang di atur di dalam buku III Kitab Undang-Undang hukum perdata (KUH Perdata), dari perjanjian kerja di kenal istila kontrak kerja yang pada dasarnya antara perjanjian kerja dengan kontrak kerja memiliki makna dan tujuan yang sama yaitu : Sebagai suatu kesepakatan kerja yang di buat oleh pihak perusahaan dengan pekerjanya, yang memiliki tujuan untuk mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak secara timbal balik yang membawa akibat hukum di dalamnya.2


(27)

Subekti, memberikan pengertian tentang perjanjian kerja yaitu : Perjanjian antara seorang buruh dengan seorang majikan, perjanjian mana ditandai oleh ciri-ciri, adanya suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dierstverhanding),

yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang satu (majikan) berhak memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain.3 Hubungan kerja adalah hubungan perdata yang didasarkan pada kesepakatan antara pekerja dengan pemberi pekerjaan atau pengusaha. Karena itu bukti bahwa seseorang bekerja pada orang lain atau pada sebuah perusahaan/lembaga adalah adanya perjanjian kerja yang berisi tentang hak hak dan kewajiban masing-masing baik sebagai pengusaha maupun sebagai pekerja.

Ada 2 (dua) bentuk perjanjian kerja, yaitu : 1. Perjanjian kerja secara lisan

Perjanjian kerja umumnya secara tertulis, tetapi masih ada juga perjanjian kerja yang disampaikan secara lisan. Pasal 52 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUKK) membolehkan perjanjian kerja dilakukan secara lisan, dengan syarat pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja, yang berisi :

a. Nama dan alamat pekerja b. Tanggal mulai bekerja

2

Tabrani dan Ariefanto Geofani,2008, Hukum Perburuhan Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, h. 229


(28)

c. Jenis pekerjaan

d. Besarnya upah (Pasal 63 UUKK)

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu dan pengusaha bermaksud memperkerjakan karyawan untuk waktu tertentu.4

2. Perjanjian kerja Tertulis

Perjanjian kerja tertulis harus memuat tentang jenis pekerjaan yang akan dilakukan, besarnya upah yang akan diterima dan berbagai hak serta kewajiban lainnya bagi masing-masing pihak. Perjanjian kerja tertulis harus secara jelas menyebutkan apakah perjanjian kerja itu termasuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT atau disebut sistem kontrak) atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT atau sistem permanen/tetap).5

Sebagaimana perjanjian pada umumnya, perjanjian kerja harus didasarkan pada :

a. Kesepakatan kedua belah pihak untuk melakukan hubungan kerja. b. Kecakapan para pihak untuk melakukan perbuatan hukum.

c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.

d. Pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu bahwa perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), yaitu


(29)

perjanjian yang dibuat oleh pengusaha dan pekerja/serikat pekerja yang disahkan oleh pemerintah (Instansi Ketenagakerjaan)

Pendapat serupa juga di kemukakan oleh Treitel G.H.,dalam bukunya “Law of Contract”, yang mengidentifikasi kontrak sebagai “....an agreement giving rise to obligations which are enforced at law.” Yang memiliki arti bahwa kontrak sama dengan sebuah perjanjian yang membawa konsekuensi hukum dalam pelaksanaannya.6

Perjanjian kerja adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu, buruh mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain (majikan), untuk sesuatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah. Perjanjian kerja pada dasarnya dapat di buat secara lisan maupun tertulis yang semuanya telah diatur oleh Undang-Undang.

Perihal perjanjian kerja, menurut Imam Soepomo, perjanjian kerja merupakan suatu perjanjian dimana pihak kesatu, buruh mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lain, majikan yang mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh itu dengan membayar upah.7

Perjanjian kerja pada dasarnya harus memuat pula ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan hubungan kerja tersebut, yaitu hak dan kewajiban buruh serta hak dan kewajiban majikan/pelaku usaha.Perjanjian kerja merupakan tahap awal yang mendasari terjadinya hubungan kerja antara buruh dengan pengusaha, sebagai mana yang di jelaskan di dalam

6


(30)

Pasal 50 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,

yang menyatakan bahwa “Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian

kerja antara pengusaha dan bekerja.”

Menurut Hrtono Widodo dan Judiantoro, hubungan kerja adalah kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga/jasa seseorang secara teratur demi kepentingan orang lain yang memerintahnya (pengusaha) sesuai dengan perjanjian kerja yang telah di sepakati.8

Pengusaha menurut Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu :

a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b. Orang perseorangan,persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan yang di maksud di atas yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia

Pengusaha dan pekerja terikat oleh suatu perjanjian, yang perjanjian tersebut di buat berdasarkan atas kesepakatan antara kedua belah pihak (asas konsualissme). Dari perjanjian itu maka akan menimbulkan hak dan kewajiban baik bagi pengusaha maupun tenaga kerja. Seperti yang di atur di dalam KUHPer tentang perjanjian kerja ini seperti yang tertera dalam Pasal 1601 a yang merumuskan :


(31)

Persetujuan perburuhan adalah persetujuan, dengan mana pihak yang satu, si buruh,mengikatkan dirinya untuk dibawah perintahnya pihak yang lain si majikan, untuk suatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan melakukan upah.

Kewajiban umum seorang pengusaha tercantum di dalam Pasal 1602 KUH Perdata tentang itikat baik dari pengusaha tersebut :

Seorang majikan melakukan segala sesuatu yang dalam keadaan sama sepatutnya harus melakukan atau tidak dilakukan oleh seorang majikan yang baik. Hak pengusaha adalah mendapatkan hasil kerja yang baik dan memuaskan dari pekerja, membuat petunjuk kerja, mendapat ganti kerugian atas kesalahan dan kelalaian pekerja yang mendatangkan kerugian bagi pengusaha yang bersangkutan.

Selain penjelasan diatas, hak dan kewajiban yang harus di terima dan di laksanakan kedua belah pihak adalah melaksanakan semua sesuai dengan perjanjian yang di buat terdahulu oleh pekerja dan pengusaha yang mana tidak melanggar norma kesusilaan dan kesopanan.

Selainitu, terdapat pula kewajiban pekerja yang di atur di dalam Pasal 1603, 1603a, 1603b, 1603c, dan 1603d KUH Perdata, dari pasal pasal tersebut dapat di tarik kesimpulan bawasannya ada beberapa kewajiban yang harus di turuti oleh pekerja antara lain, yaitu melakukan pekerjaan, menaati peraturan tentang pekerjaan, membayar ganti kerugian dan benda. Serta hak pekerja adalah mendapatkan upah, pengaturan pekerjaan dan tempat kerja yang nyaman bagi pekerja, mendapat waktu cuti, mendapatkan


(32)

surat keterangan pernah kerja dari pengusaha yang bersangkutan apabila keluar, mendapatkan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.

Dalam hubungan kerja, baik pengusaha maupun pihak pekerja, masing-masing tentunya tidak mau mengalami kerugian, pekerja pun tidak mau di rugikan oleh pengusaha sebaliknya pengusaha pun tidak mau di rugikan oleh buruhnya. Adanya ketidak –sempurnaan dan atau ketidakajegan sifat-sifat manusia, maka dalam setiap hubungan selalu di perlukan sebuah perjanjian, seperti dalam hal perjanjian kerja yang selalu mendahuluidilaksanakannya hubungan kerja. Perjanjian kerja itu suatu-waktu secara di sengaja maupun tidak di sengaja akan ada yang di abaikan oleh salah satu pihak pengusaha maupun pekerja, maka di dalam perjanjian kerja lazimnya di tentukan tentang tanggung jawab dan ganti rugi yang secara sadar di sepakati bersama oleh pengusaha dan para calon buruh.

1.8 Metode Penelitian 1.8.1 Jenis penelitian

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris yaitu dengan melakukan penelitian tersebut kemudian di bandingkan dengan konsep-konsep yang terdapat di dalam bahan-bahan pustaka yang digunakan dan peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum dalam memecahkan masalah. Menurut Sorjono Soekanto penelitian hukum empiris atau sosiologis yang


(33)

terdiri dari penelitian terhadap indentifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian terhadap efektifitas hukum.9

Hukum secara empiris adalah gejala masyarakat yang bisa dipelajari sebagai variabel penyebab/independent variabel yang dapat menimbulkan akibat terhadap berbagai segi kehidupan masyarakat. Sebagai variabel akibat/dependent variabel yang muncul sebagai hasil akhir/resultantedari berbagai kekuatan di dalam proses sosial.10

1.8.2 Sifat penelitian

Pada dasarnya penelitian hukum empiris menurut sifatnya dapat di bedakan menjadi :

1. Penelitian eksploratif (penjajakan atau penjelajahan)

Penelitian yang pada umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang masih baru, masih belum adanya teori-teori atau belum adanya informasi tentang hal tersebut, atau kalaupun ada tetapi masih relatif sedikit, dan/atau sedikitnyaliteratur atau karya ilmiah lainnya yang menulis tentang hal tersebut.

2. Penelitian deskriptif

Penelitian deskriptif pada penelitian secara umum termasuk pula di dalamnya penelitian ilmu hukum, yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok

9

Sorjono Soekanto, 2007,Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, jakarta, hlm. 97


(34)

tertentu untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.

3. Penelitian eksplanatoris

Penelitian eksplanatoris sifatnya menguji hipotesis yaitu penelitian yang ingin mengetahui pengaruh atau dampak suatu variabel terhadap variabel lainnya atau penelitian tentang hubungan korelasi suatu variabel.

Berdasarkan ketiga sifat penelitian tersebut di atas, penulisan skripsi ini adalah bersifat penelitian Deskriptif. Penelitian ini menitik beratkan pada bentuk terjadinya hubungan kerja yang di buat antara pengusaha dan pekerja serta tanggung jawab pengusaha dalam hal memberikan perlindungan kerja kepada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Dikarenakan hal ini sangat penting agar pekerja dapat memperoleh gambaran secara jelas, tentang terjadinya hubungan kerja dan tanggung jawab yang di berikan pengusaha apabila ekerja mengalami kecelakaan pada saat bekerja agar hak pekerja terpenuhi, tanggung jawab pengusaha dalam hal ini direktur perusahaan dan dinas ketenagakerjaan sebagai pengawas. Oleh karena itu penelitian ini di harapkan dapat memberikan jawaban atas masalah perlindungan kerja terhadap pekerja yang bekerja di perusahaan kecil menengah.


(35)

1.8.3 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di CV.Sinar Kawi di Tampaksiring yaitu di daerah jl.Werkudara,Tampaksiring, Gianyar.

1.8.4 Sumber data

Data merupakan bahan atau materi yang akan di kaji, diteliti dalam penulisan ini, sehingga dapat menghasilkan informasi atau keterangan yang menunjukan fakta.11

Dalam penulisan ini sumber data yang di pakai yaitu :

1. Data primer, yaitu “Data asli yang di peroleh peneliti dari tangan

pertama, dari sumber asalnya yang pertama yang belum diolah dan

diuraikan oleh orang lain”.12

Data primer dalam penelitian ini adalahinterviewdengan: a. Pekerja yang bekerja di CV. Sinar Kawi

b. Pengusaha dalam hal ini direktur perusahaan di CV.Sinar Kawi 2. Data sekunder, yaitu “Data yang di peroleh peneliti dari penelitian

kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil dari penelitian dan pengolahan orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk

buku-buku dan dokumentasi”.13

Yang merupakan data sekunder dari penelitian ini adalah : a. Bahan hukum primer

11

Riduwan, 2003,Dasar-dasar statistika, Alfabeta, Bandung, h. 31 12


(36)

Dalam penulisan skripsi ini bahan hukum primer di peroleh dari perundang undangan yang berlaku seperti : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang-Undang-Undang Republik Indonesia No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder di peroleh dari literature, buku-buku, jurnal, artikel, dll yang relevan dengan permasalahan yang diangkat.

c. Bahan hukum tersier

Bahan Hukum tersier yaitu di peroleh dari Kamus Hukum.

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Dengan memperhatikan jenis data yang ada, maka teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1. Wawancara

Yaitu tanya jawab dalam bentuk komunikasi verbal, bertatap muka dengan informan atau para responden yang terkait dalam penelitian ini. Bentuk wawancara yang di pilih penulis adalah wawancara tidak berstandar, yaitu teknik wawancara yang harus di persiapkan terlebih dahulu sebelum wawancara dilaksanakan, dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan :

1) Direktur perusahaan pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring Gianyar


(37)

2) Pihak pekerja yang bekerja pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring Gianyar.

2. Studi Kepustakaan

Yaitu mencari bahan dan informasi yang berhubungan dengan materi penelitian ini melalui berbagai peraturan perundang-undangan, karya tulis ilmiah yang berupa makalah, skripsi, buku-buku, jurnal, situs internet yang menyajikan informasi yang relevan berhubungan dengan masalah yang di teliti.

1.8.6 Teknik pengolahan dan analisis data

Teknik pengolahan data yang dilakukan baik secara wawancara maupun studi kepustakaan akan diolah dengan teknik pengolahan data kualitatif. Teknik pengolahan data kualitatif yaitu data akan di golongkan pada pola dan thema, di klasifikasikan, di hubungkan antara satu data dengan data lainnya. Selanjutnya setelah data diolah, data akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu berupa lisan atau kata tertulis dari seseorang subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik bahwa data yang di berikan merupakan data asli yang tidak diubah serta menggunakan cara yang sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sedangkan kualitatif berarti suatu pengolahan data dengan menganalisis dan mempelajari hasil yang diperoleh pada saat pencarian data.


(38)

(39)

BAB II

TENTANG TANGGUNG JAWAB, DIREKTUR, PERUSAHAAN, PEKERJA, DAN KECELAKAAN KERJA

2.1 Tanggung Jawab

2.1.1.Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.1Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab, apabila tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena dapat menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan


(40)

mengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setiap manusia harus mempunyai rasa tanggung jawab, dimana rasa tanggung jawab itu harus disesuaikan dengan apa yang telah di lakukan. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian hidup dari manusia bahwa setiap manusia dibebani dengan tangung jawab. Apabila di kaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus di pikul sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat.

Ridwan Halim mendefinisikan tanggung jawab hukum sebagai sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksaan peranan, baik peranan itu merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan.2 Secara umum tanggung jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berprilaku menurut cara tertentu tidak menyimpang dari peraturan yang telah ada.3

Ada beberapa macam tanggung jawab menurut para ahli yaitu : a) Tanggung jawab Individu

Pada hakikatnya hanya masing-masing individu yang dapat bertanggung jawab. Hanya mereka yang memikul akibat dari perbuatan mereka. Oleh karenanya, istilah tanggung jawab pribadi atau tanggung

2


(41)

jawab sendiri sebenarnya “mubajir”. Suatu masyarakat yang tidak mengakui

bahwa setiap individu mempunyai nilainya sendiri yang berhak diikutinya tidak mampu menghargai martabat individu tersebut dan tidak mampu mengenali hakikat kebebasan. Friedrich August von Hayek mengatakan, Semua bentuk dari apa yang disebut dengan tanggung jawab kolektif mengacu pada tanggung jawab individu.4 Istilah tanggung jawab bersama umumnya hanyalah digunakan untuk menutup-nutupi tanggung jawab itu sendiri. Dalam tanggung jawab politis sebuah masalah jelas bagi setiap pendelegasian kewenangan (tanggung jawab). Pihak yang disebut penanggungjawab tidak menanggung secara penuh akibat dari keputusan mereka. Risiko mereka yang paling besar adalah dibatalkan pemilihannya atau pensiun dini. Sementara sisanya harus ditanggung si pembayar pajak. Karena itulah para penganut liberal menekankan pada subsidiaritas, pada keputusan-keputusan yang sedapat mungkin ditentukan di kalangan rakyat yang notabene harus menanggung akibat dari keputusan tersebut.

b) Tanggung jawab terhadap kebebasan

Kebebasan dan tanggung jawab tidak dapat dipisahkan. Orang yang dapat bertanggung jawab terhadap tindakannya dan mempertanggung jawabkan perbuatannya hanyalah orang yang mengambil keputusan dan bertindak tanpa tekanan dari pihak manapun atau secara bebas. Liberalisme menghendaki satu bentuk kehidupan bersama yang memungkinkan manusianya untuk membuat keputusan sendiri tentang hidup mereka.


(42)

Karena itu bagi suatu masyarakat liberal hal yang mendasar adalah bahwa setiap individu harus mengambilalih tanggung jawab. Ini merupakan kebalikan dari konsep sosialis yang mendelegasikan tanggung jawab dalam ukuran seperlunya kepada masyarakat atau negara. Kebebasan berarti tanggung jawab. Itulah sebabnya mengapa kebanyakan manusia takut terhadapnya. George Bernard Shaw mengatakan, Persaingan yang merupakan unsur pembentuk setiap masyarakat bebas baru mungkin terjadi jika ada tanggung jawab individu.5

c) Tanggung jawab sosial

Dalam diskusi politik sering disebut-sebut istilah tanggung jawab sosial. Istilah ini dianggap sebagai bentuk khusus, lebih tinggi dari tanggung jawab secara umum. Namun berbeda dari penggunaan bahasa yang ada, tanggung jawab sosial dan solidaritas muncul dari tanggung jawab pribadi dan sekaligus menuntut kebebasan dan persaingan dalam ukuran yang

tinggi. Untuk mengimbangi “tanggungjawab sosial” tersebut pemerintah

membuat sejumlah sistem, mulai dari Lembaga Federal untuk Pekerjaan sampai asuransi dana pensiun yang dibiayai dengan uang pajak atau sumbangan-sumbangan paksaan. Institusi yang terkait ditentukan dengan keanggotaan paksaan. Karena itu institusi-institusi tersebut tidak mempunyai kualitas moral organisasi yang bersifat sukarela. Orang yang terlibat dalam organisasi-organisasi seperti ini adalah mereka yang melaksanakan tanggungjawab pribadi untuk diri sendiri dan orang lain.


(43)

Semboyan umum semua birokrat adalah perlindungan sebagai ganti tanggungjawab. Carl Horber mengatkan, Pada akhirnya tidak ada yang bertanggungjawab atas dampak-dampak dari penagaruh politik terhadap keamanan sosial.6Akibatnya ditanggung oleh pembayar pajak dan penerima jasa.

d) Tanggung jawab terhadap orang lain

Setiap manusia mempunyai kemungkinan dan di banyak situasi juga kewajiban moral atau hukum untuk bertanggungjawab terhadap orang lain. Secara tradisional keluarga adalah tempat dimana manusia saling memberikan tanggung jawabnya. Si orang tua bertanggung jawab kepada anaknya, anggota keluarga saling tanggung jawab. Anggota keluarga saling membantu dalam keadaan susah, saling mengurus di usia tua dan dalam keadaan sakit. Ini khususnya menyangkut manusia yang karena berbagai alasan tidak mampu atau tidak mampu lagi bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri secara penuh. Ini terlepas dari apakah kehidupan itu berbentuk perkawinan atau tidak. Tanggung jawab terhadap orang lain seperti ini tentu saja dapat diterapkan di luar lingkungan keluarga. Bentuknya bisa beranekaragam. Yang penting adalah prinsip sukarela pada kedua belah pihak. Pertanggungjawaban manusia terhadap dirinya sendiri tidak boleh digantikan dengan perwalian.


(44)

Dalam masyarakat modern orang berhadapan dengan berbagai risiko. Risiko itu bisa membuat orang sakit dan membutuhkan penanganan medis yang sangat mahal. Atau membuat orang kehilangan pekerjaan dan bahkan harta bendanya. Ada berbagai cara untuk mengamankan dari risiko tersebut, misalnya dengan asuransi. Untuk itu tidak diperlukan organisasi pemerintah, melainkan hanya tindakan setiap individu yang penuh tanggungjawab dan bijaksana.7

2.1.2. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Di Perusahaan

Bentuk tanggung jawab di perusahaan bisa di lihat dari beberapa bentuk tanggung jawab seperti halnya pengusaha berkewajiban untuk memberikan perlindungan kerja kepada pekerja dalam hal ini pengusaha memiliki sebuah tanggung jawab kepada segala hal yang berkaitan dengan perusahaan. Salah satu tanggung jawab di perusahaan yaitu tanggung jawab pengusaha kepada pekerja untuk meberikan suatu perlindungan kerja, memenuhi hak dan kewajiban pekerja seperti yang di sebutkan di dalam Pasal 10 Undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menjelaskan mengenai kewajiban pengusaha dalam hal pelaksanaan jaminan kecelakan kerja, kewajiban pengusaha dalam pasal ini menjelaskan jika terjadi kecelakaan terhadap pekerja, pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja kepada kantor Departemen Tenaga Kerja dan badan penyelenggara tidak lebih dari 2x24 jam, karena jika pengusaha


(45)

melebihi waktu yang telah ditentukan oleh undang-undang maka, proses klaim tidak dapat dilakukan. Pengusaha diwajibkan melaporkan kepada Departemen Tenaga Kerja dan badan penyelenggara tidak lebih 2x24 jam setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh. Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya. Adapun bentuk tanggung jawab lainnya seperti:

1. Tanggung Jawab terhadap Karyawan

Bisnis mempunyai sejumlah tanggung jawab terhadap karyawan. Pertama, mereka mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan lapangan pekerjaan jika mereka ingin tumbuh. Perusahaan juga memiliki tanggung jawab terhadap karyawannya guna memastikan keselamatan mereka, perlakuan yang semestinya oleh karyawan lain, dan peluang yang setara.

- Keselamatan Karyawan

Perusahaan memastikan bahwa tempat kerja aman bagi karyawan dengan memantau secara ketat proses produksi. Beberapa tindakan pencegahannya dengan cara memeriksa mesin dan peralatan guna memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik, mengharuskan digunakannya kacamata keselamatan atau peralatan lainnya yang dapat mencegah terjadinya cedera, dan menekankan tindakan pencegahan khusus dalam seminar-seminar pelatihan.

Perusahaan yang menciptakan lingkungan kerja yang aman mencegah terjadinya cedera dan meningkatkan moral karyawan. Banyak


(46)

perusahaan saat ini mengidentifikasikan keselamatan di tempat kerja sebagai salah satu tujuan utamanya. Pemilik perusahaan mengakui bahwa perusahaan akan mengeluarkan biaya guna memenuhi tanggung jawab seperti keselamatan karyawan. Usaha perusahaan untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman mencerminkan biaya penting dalam menjalankan usaha.

- Perlakuan yang semestinya oleh karyawan lain

Perusahaan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa karyawan diperlakukan dengan semetinya oleh karyawan lain. Dua masalah utama berkaitan dengan perlakuan karyawan adalah keragaman dan pencegahan terjadinya pelecehan seksual.

Keragaman, tidak hanya terbatas pada jender dan suku. Karyawan dapat berasal dari latar belakang yang sepenuhnya berbeda dan memiliki keyakinan yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan konflik ditempat kerja. Banyak perusahaan memcoba untuk mengintegrasikan karyawan dengan latar belakang yang berbeda agar mereka belajar bekerja sama guna mencapai tujuan bersama perusahaan sekalipun merka memiliki pandangan yang berbeda mengenai masalah-masalah di luar kerja. Banyak perusahaan merespons terhadap meningkatnya keregaman antar karyawan dengan menawarkan seminar mengenai keregaman, yang menginformasikan kepada karyawan mengenai keregaman budaya.

Pencegahan terjadinya pelecehan seksual. Masalah lain di tempat kerja adalah seksual(sexual harassment), yang melibatkan komentar atau


(47)

tindakan yang bersifat seksual tidak di terima. Perusahaan cenderung mencegah pelecehan seksual dengan memberikan seminar mengenai hal tersebut. Misalnya, seorang karyawan mungkin akan membuat suatu paksaan seksual terhadap karyawan lain dan menggunakan kepuasaan pribadi dalam perusahaan untuk menakuti status pekerjaan lain. Seperti, seminar deversitas. Seminar ini dapat menolong karyawan menyadari bagaimana suatu pernyataan atau perilaku mungkin dapat menyinggung perasaan karyawan lain. Seminar ini tidak hanya suatu tindakan tanggung jawab terhadap karyawan tetapi juga dapat memperbaiki produktivitas perusahaan dengan menolong karyawan merasa kerasan dan nyaman.

2. Tanggung Jawab kepada Pemegang Saham (Investor)

Perusahaan bertanggung jawab untuk memuaskan pemiliknya(para pemegang saham). Karyawan dapat tergoda untuk membuat keputusan yang memuaskan kepentingan mereka sendiri dan bukannay kepentingan pemilik saham. Misalnya saja, beberapa karyawan megambil uang perusahaan untuk kepentingan pribadinya dan bukan kepentingan perusahaan.

3. Tanggung Jawab terhadap Kreditor

Perusahaan bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban keuangannya kepada kreditor. Jika suatu perusahaan mengalami masalah keuangan dan tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan tersebut harus menginformasikan hal ini kepada kreditornya. Suatu perusahaan memiliki insentif yang kuat untuk memenuhi tanggung


(48)

jawabnya terhadap kreditor. Jika perusahaan tidak membayar utangnya kepada kreditor, perusahaan tesebut dapat dipaksa pailit.

4. Tanggung Jawab terhadap lingkungan

Kualitas lingkungan adalah kebaikan public, dimana setiap orang menikmatinya tanpa peduli siapa yng membayar untuknya. Jika suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan tentunya membawa dampak negative tehadap lingkungan (pencemaran lingkunga) seperti, polusi udara, tanah dan air. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Polusi udara

Beberapa proses produksi menimbulkan polusi udara yang sangat berbahaya bagi lingkungan masyarakat karena bisa menimbulkan penyakit dan saluran pernapasan. Contonya seperti, polusinya kendaraan, produksi bahan bakar dan baja.

Suatu perusahaan tentunya mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu produknya yang baik dengan begitu mereka berusaha agar yang dihasilkan tidak membahayakan lingkungan, contoh pada perusahaan otomotif dan baja telah mengurangi polusi udara dengan mengubah proses produksinya sehingga lebih sedikit karbon dioksida yang dilepaskan ke udara.

Peranan pemerintah dalam mencegah polusi udara. Pemerintah juga terlibat dalam memberlakukan pedoman tertentu yang mengharuskan perusahaan untuk membatasi jumlah karbon dioksida yang ditimbulkan olehproses produksi. Pada tahun 1970, Environmental Protection


(49)

Agency(EPA), diciptakan untuk mengembangkan dan memberlakukan standar polusi.

- Polusi Tanah

Tanah telah terpolusi oleh limbah yang beracun yangn tida dihasilkan dari beberapa proses produksi. Akibatnya tanah akan rusak tidak subur dan akan berdampak buruk bagi pertanian.

Dengan begitu perusahaan harus mempunyai suatu strategi yang mengarah pada pencegahan terhadap polusi tanah. Misalkan, perusahaan merevisi produksi dan pengemasan guna mengurangi jumlah limbah. Perusahaan juga harus menyimpan limbah beracunnya ditempat yang khusus untuk limbah beracun dan perusahaan juga bias mendaur ulang membatasi penggunaan bahan baku yang pada akhirnya akan menjadi limbah padat. Ada banyak perusahaan yang memiliki program lingkungan yang didesain untuk mengurangi kerusakan lingkuperngan.

- Polusi Air / Pencemaran Air

Pencemaran air mengacu pada perubahan fisik, biologi, kimia dan kondisi badan air yang akan mengganggu keseimbangan ekosistem.Seperti jenis polusi, hasil polusi air bila jumlah besar limbah yang berasal dari berbagai sumber polutan tidak dapat lagi ditampung oleh ekosistem alam. 5. Tanggung Jawab terhadap Komunitas

Suatu perusahaan ketika mendirikan basisnya di suatu komunitas, maka perusahaan tersebut menjadi bagian dari komunitas itu dan mengandalkan komunitas tersebut sebagai pelanggan dan karyawannya.


(50)

Perusahaan mendemonstrasikan acara-acara local atau memberikan sumbangan ke yayasan local, misalkan perusahaaan yang telah mendonasikan dana ke unversitas.8

2.2.Perusahaan

2.2.1.Pengertian perusahaan

Perusahaan merupakan salah satu pengertian ekonomi yang juga masuk ke dalam lapangan hukum perdata. Kata perusahaan di dalam kamus bahasa Indonesia memiliki 2 (dua) pengertian yaitu :

a. Onderneming, yang berarti suatu bentuk hukum (recht worm) dari dari suatu perusahaan seperti misalnya Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Firma (CV). Jika dikatakan ondereming, maka yang di maksud adalah menunjuk pada bentuk hukumnya yang berbentuk dua macam yaitu :

1. Badan Hukum

2. Bukan Badan Hukum

b. Bedrif yang berarti kesatuan teknik kegiatan pengelolaan untuk produksi seperti misalnya home industry / indrusti rumah tangga atau industri rumahan, kerajinan atau keterampilan khusus, pabrik.

8


(51)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat di artikan sebagai berikut :

1. Perusahaan yang berbadan hukum yaitu suatu perusahaan yang karena sifatnya dibebani tanggung jawab terbatas sebatas modal yang ditanamkan.

2. Perusahaan yang tidak berbadan hukum yaitu suatu perusahaan yang menurut sifatnya dan bentuknya memiliki tanggung jawab yang luas secara pribadi.9

Beberapa pakar hukum telah merumuskan beberapa pengertian mengenai perusahaan, yaitu :

a. Molleggraaff memberikan rumusan : bawasannya perusahaan adalah keseluruhan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus, untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang dan atau mengadakan perjanjian perdagangan.10

Perusaahaan merupakan salah satu sendi utama dalam kehidupan masyarakat modern, karena perusahaan merupakan salah satu pusat kegiatan manusia guna memenuhi kehidupannya. Selain itu perusahaan juga sebagai salah satu sumber pendapatan negara melalui pajak dan wadah peyaluran tenaga kerja.

Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa perusahaan adalah :


(52)

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Molleggraaff memandang pengertian perusahaan dari segi ekonomi karena kaarena tujuan memperoleh penghasilan dilakukan dengan cara :

- Memperdagangkan barang, artinya membeli barang dan menjualnya kembali dengan perhitungan memperoleh penghasilan berupa keuntungan atau laba.

- Menyerahkan barang, yaitu melepaskan penguasaan atas barang dengan perhitungan memperoleh penghasilan dengan cara menyewakan barang.

b. Polak merumuskan perusahaan dari sudut komersial, artinya : Bisa dikatakan perusahaan apabila diperlukan perhitungan laba rugi yang dapat diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan.11 Penambahan unsur laba rugi pada undur-unsur : terus menerus, terang-terangan dalam badan usaha pada kegiatan di bidang ekonomi, terbukti dari penjelasannya bahwa apakah suatu


(53)

perusahaan dijalankan menurut cara-cara yang lazim atau tidak, dapat diketahui dari peraturan menjalankan perusahaan itu dan bukan dijalankan secara teselubung atau tersembunyi. Jika unsur tersebut tidak ada, maka hilanglah sifat perusahaan dari aspek hukum perusahaan.

c. Menurut Undang-undang No. 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Daftar Perusahaan (UDWP) dalam pasal 1 huruf (b) disebutkan bahwa :

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam pengertian perusahaan terdapat dua hal yaitu :

a. Bentuk usaha yang berupa organisasi atau badan usaha, dalam bahasa

inggris disebut “company”.

b. Jenis usaha yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian yang dilakukan secara terus menerus oleh pengusaha untuk memperoleh keuntungan dan atau laba, dalam bahasa inggris disebutbusiness.12

1.2.2 Bentuk-bentuk Perusahaan

Berdasarkan pengertian di dalam kamus bahasa Indonesia Kata perusahaan memiliki 2 (dua) pengertian mengenai bentuk perusahaan yang telah di jabarkan dan Hukum yang mengatur bentuk-bentuk perusahaan, pada umumnya mencakup bentuk-bentuk usaha persekutuan


(54)

(Partnership)/Perusahaan tidak berbadan hukum, dan bentuk usaha berbadan hukum (corporation).13

Bentuk-bentuk perusahaan secara umum ada 2 (dua) yaitu: 1. Perusahaan Berbadan Hukum seperti :

a. Perseroan Terbatas (PT)

Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas (UUPT) bahwa : “Badan hukum yang didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan

pelaksanaannya”.

Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa PT adalah suatu badan hukum. PT berbeda dengan UD, Fa, dan CV yang bukan badan hukum. Sebagai badan hukum dalam PT terdapat pemisahaan kekayaan antara milik perusahaan dengan milik pribadi pengusaha. Walau demikian PT sebagai badan hukum yang wajib mendapat pengesahan dari pemerintah dalam hal ini Menteri Kehakiman. Sedangkan bentuk usaha yang bukan badan hukum tidak memiliki kewajiban demikian. Dalam pengertian tersebut juga disebutkan bahwa PT didirikan berdasarkan sebuah perjanjian, PT bukanlah perusahaan perorangan seperti UD, tetapi suatu persekutuan sama halnya dengan Fa dan CV yang didirikan oleh lebih dari satu orang.


(55)

Adapun ciri-ciri Perseroan Terbatas yaitu :

1. Berbadan hukum memiliki harta kekayaan yang terpisah dengan harta pribadi.

2. Modal terdiri dari saham-saham sehingga tanggung jawab pemegang saham terbatas pada sejumlah saham yang dimasukannya.

3. Sistemnya lebih tertutup sehingga segala jenis pengoperasian, pembubaran dan aturan lainnya diatur berdasarkan Undang-Undang.14

Pendirian Perseroan terbatas harus dengan akta notaris dan memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang harus disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM, dan kewajiban mendaftarkan/mengumumkan berada dipundak direksi. Selanjutnya didaftarkan ke Departemen Perindustrian dan perdagangan dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara.15

b. Koperasi

Pada dasarnya koperasi berasal dari Bahasa Inggris Coperation

terdiri dari dua suku kata “Co yang berarti bersama, dan Operation yang berarti bekerja.” Sehingga koperasi bisa diartikan bekerja sama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia koperasi merupakan perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan kebendaan para


(56)

anggotanya dengan cara menjual barang-barang kebutuhan dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung).

Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoprasian pada Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Menurut Moh. Hatta “Bapak Koperasi Indonesia”, koperasi adalah

usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang.

Modal koperasi bersumber dari anggota baik berupa simpanan pokok, simpanan wajib maupun simpanan sukarela: simpanan dari anggota, hibah, dana cadangan, dari SHU (sisa hasil usaha) dan pinjaman-pinjaman lain. Seluruh modal dipergunakan untuk sebesar-besar keperluan dan kesejateraan anggota koperasi.16

Pendirian koperasi primer dapat dilakukan dengan jumlah anggota minimal 20 orang. Disamping itu di dalam praktik dapat juga dibentuk koperasi pusat yaitu koperasi yang terdiri dari minimal tiga koperasi primer, dan koperasi gabungan dapat dibentuk dengan jumlah minimal


(57)

tiga koperasi pusat, dan koperasi induk dapat dibentuk minimal tida koperasi gabungan.17

Berhubung koperasi didirikan atas asas kekeluargaan, maka koperasi merupakan soko guru perekonomian bangsa yang diharapkan menjadi kekuatan perekonomian rakyat maka koperasi memiliki beberapa prinsip yaitu:

1) Sukarela 2) Demokratis

3) Sisa Hasil Usaha dipergunakan untuk masing-masing anggota 4) Kemandirian.18

Pendirian koperasi harus dilaksanakan dengan membuat Anggaran Dasar (AD) yang disahkan oleh Kantor Perdagangan dan Koperasi setempat dan diumumkan Tambahhan berita negara Republik Indonesia.

Organ Koperasi terdiri dari: Rapat anggota sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, Pengurus sebagai pengelola koperasi sehari-hari dan Pengawas yang bertindak mengawasi sepak terjang koperasi.19 c. Yayasan

Yayasan (foundation) adalah suatu Badan Hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan memerhatikan persyaratan formal

17Ibid, h. 63


(58)

yang ditentukan dalam undang-undang. Di Indonesia, yayasan diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.20

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan /atau ikut serta dalam suatu badan usaha. Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina., Pengurus, dan Pengawas. Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal. Pendirian yayasan dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia. Biaya pembuatan akta notaris ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah21.

Dalam hal yayasan didirikan oleh orang asing atau bersama-sama orang asing, mengenai syarat dan tata cara pendirian yayasan tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pengesahan akta pendirian diajukan oleh pendirian atau kuasanya dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Kehakiman dan HAM. Pengesahan akan diberikan dalam waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. Dalam


(59)

waktu di perlukan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) pengesahan diberikan atau tidak diberikan dalam jangka waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal jawaban permintaan pertimbangan diterima dari instansi terkait; atau setelah lewat 30 hari terhitung sejak tanggal jawaban permintaan pertimbangan kepada instansi terkait tidak diterima.22

Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawa oleh undang-undang ini atau anggaran Dasar. Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

1) Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar.

2) Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas.

3) Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan.

4) Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan.

5) Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.


(60)

Pengurusan adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan. Yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengawas.23

Pengurus Yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan rapat Pembina untuk jangka waktu selama 5 tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 kali masa jabatan. Susunan Pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas:

1) Seorang ketua;

2) Seorang sekretaris/ dan 3) Seorang bendahara.

Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Yayasan memiliki pengawas sekurang-kurangnya 1(satu) orang pengawas yang wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya diatur dalam Anggaran Dasar. Yang dapat diangkat menjadi Pengawas adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum, Pengawas tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengurus.24

2. Perusahaan tidak berbadan hukum seperti :


(61)

Perusahaan Perorangan merupakan bentuk usaha paling sederhana yang termasuk kedalam usaha swasta yang pengusahanya satu orang. Pengusaha disini adalah pemilik perusahaan. Modal atau investasi yang dimaksudkan dapat berupa uang, benda atau tenaga (keahlian) yang semuanya bernilai uang.

Bentuk usaha perorangan memiliki kelebihan dalam hal pengambilan keputusan dan bertindak cepat untuk memanfaatkan peluang bisnis yang ada. Sedangkan kelemahannya adalah dari segi pengumpulan modal yang besar untuk menghadapi berbagai persaingan dan peluang bisnis.25

b. Persekutuan Perdata

Pasal 1618 KUHD menyebutkan bahwa maatschap adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang diperoleh karenanya.26

Persekutuan memiliki arti persatuan orang perseorangan yang mempunyai kepentingan yang sama terhadap suatu perusahaan tertentu. Sedangkan arti sekutu adalah peserta pada suatu perusahaan. Jadi, persekutuan dapat diartikan sebagai perkumpulan orang orang yang menjadi peserta pada suatu perusahaan tertentu. Jika badan usaha tersebut tidak menjalankan perusahaan, maka badan itu bukanlah Persekutuan Perdata, tetapi dikatakan sebagai Perserikatan Perdata, orang-orang yang mengurus badan usaha itu disebut anggota bukan sekutu.


(62)

Perkembangan lebih lanjut di belanda penggunaan istilah

maatschap ditiadakan dan dimasukkan ke dalam pengertianvennootschap

yang menyatakan bahwa perseroan perdata adalah suatu bentuk perjanjian kerja sama. Persekutuan perdata ini merupakan bentuk pemitraan yang paling sederhana, karena :

1. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang “besarnya”

modal.

2. Dalam hal pemasukan sesuatu dalam persekutuan atau

maatschap selain terbentuk uang atau barang, dapat hanya menyumbangkan tenaga kerja.

3. Lapangan kerjanya tidak dibatasi, dan dapat didalam bidang perdagangan.

4. Tidak terdapat pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang dilakukan dalam Firma. Apabila tidak ditetapkan lain didalam persetujuan perjanjian, maka kerja sama tersebut sudah mulai berlaku setelah adanya perjanjian.

Perjanjian dalam persekutuan perdata pada umumnya berisi hal-hal sebagai berikut :

1. Pembagian keuntungan. Apabila pembagian keuntungan tidak diatur, maka berlaku ketentuan menurut Undang-undang. 2. Tujuan kerjasama.


(63)

Pasal 1619 KUHPerdata menetapkan bahwa segala Perseroan harus mengenai suatu usaha dan dibuat untuk kemanfaatan bersama. Kemanfaatan bersama dari pihak yang bersangkutan dimaksudkan bahwa masing-masing sekutu berjanji untuk mendapatkan keuntungan, yang akan dibagi bersama diantara para anggota sekutu.

c. Persekutuan Firma (Fa)

Firma merupakan suatu persekutuan karena pengusahanya merupakan sekutu (partner) yang lebih dari satu orang. Firma adalah tiap persekutuan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dibawah satu nama bersama dan tanggung jawab secara tanggung menanggung.27

Menurut Pasal 16 KUH Dagang bahwa tiap-tiap persekutuan yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Jadi firma merupakan persekutuan Perdata khusus, dimana kekhususannya terletak pada 3 (tiga) unsur mutlak yaitu :

1. Menjalankan Perusahaan

2. Dengan nama bersama atau Firma

3. Adanya pertanggung jawaban sekutu yang bersifat pribadi untuk keseluruhan (tanggung jawab tentang perikatan / perjanjian persekutuan).

Menurut Pasal 22 KUHD, firma didirikan dengan akta autentik yang dimuat dimuka notaris. Dalam pasal 26 KUHD Akta pendirian tersebut memuat anggaran firma dengan rincian sebagai berikut :


(64)

1. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para sekutu. 2. Penetap nama bersama atau firma.

3. Firma bersifat umum atau terbatas pada menjalankan perusahaan bidang tertentu.

4. Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani perjanjian bagi firma.

5. Saat mulai dan berakhirnya firma.

6. Ketentuan-ketentuan lain mengenai pihak ketiga terhadap sekutu.

Akta pendirian firma harus didaftarkan di Kepanitraan pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan firma yang bersangkutan hal tersebut dijelaskan di dalam Pasal 23 KUHD. Selanjutnya dalam pasal 28 KUHD, akta pendirian harus diumumkan dalam Berita Negara atau Tambahan Berita Negara.

Firma dimasukkan kedalam golongan bukan badan hukum, karena:

1. Tidak ada pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dengan pribadi sekutu-sekutu, setiap sekutu bertanggung jawab untuk keseluruhan.

2. Tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh Menteri Kehakiman.

d. Persekutuan Komanditer (CV)

Persekutuan komanditer merupakan persekutuan terbuka yang terang-terangan menjalankan perusahaan disamping satu orang atau lebih sekutu biasa


(65)

yang bertindak sebagai pengurus, mempunyai satu orang atau lebih sekutu diam yang bertanggung jawab atas jumlah pemasukannya.28

Menurut pasal 19 KUHD bahwa persekutuan komanditer (CV) adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang di bentuk antara satu orang atau lebih, persero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada satu pihak dan satu orang atau lebih sebagai pelepas (pemberi) uang pada pihak yang lain.

Pengaturan CV dalam KUHD hanya terdapat dalam tiga pasal yaitu Pasal 19,10, dan 21 KUHD. Letak aturan persekutuan komanditer di tengah pasal-pasal yang mengatur persekutuan firma tersebut sudah sepatutnya, karena persekutuan komanditer merupakan persekutuan firma dengan bentuk khusus. Kekhususan tersebut terletak pada adanya sekutu komanditer, sedangkan didalam persekutuan firma tidak terdapat sekutu komanditer. Pada persekutuan firma hanya terdapat sekutu-sekutu kerja “Firmant” , sedangkan dalam persekutuan komanditer, kecuali

sekutu kerja, juga ada sekutu komanditer, yakni sekutu yang tidak bekerja, sekutu yang hanya memberikan pemasukan saja, tidak ikut mengurus perusahaan.

Kelebihan CV terdapat pada sekutu diam tersebut yang menyebabkan CV lebih fleksibel karena tersedianya sarana pemodal untuk berinvestasi di dalam pembentukan CV, sementara yang bersangkutan sendiri tidak perlu bertindak sebagai pengurus, cukup sebagai sekutu diam saja.

Dengan demikian, persekutuan komanditer terdapat 2 (dua) macam sekutu yaitu :


(66)

a. Sekutu Komplementer (sekutu aktif) : Sekutu ini aktif menjalankan perusahaan dan berhubungan hukum serta bertanggung jawab terhadap pihak ketiga. Sehingga tanggung jawab sekutu kerja ini adalah tanggung jawab secara pribadi. Apabila sekutu kerja ini lebih dari seorang, harus ditegaskan di dalam Anggaran Dasarnya apakah diantara mereka ada yang dilarang untuk bertindak keluar mengadakan hubungan hukum/transaksi dengan pihak ketiga (Pasal 17 KUHD). Meski demikian, sekutu kerja yang dikeluarkan dari kewenangan untuk bertindak keluar mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga tersebut, tanggung jawabnya tetap sebagaimana ditetapkan di dalam Pasal 18 KUHD.

b. Sekutu Komanditer (Sekutu Pasif) : Sekutu yang hanya menyerahkan uang, benda, ataupun tenaga kepada persekutuan seperti apa yang di sanggupinya, dan untuk itu berhak menerima keuntungan dari persekutuan. Tanggung jawab sekutu komanditer hanya terbatas pada sejumlah modal yang di sanggupi untuk di setor, dan sekutu imi tidak boleh ikut campur di dalam pengurusan atau mencampuri tugas dari sekutu kerja namun hanya berhak mengawasi jalannya perusahaan.

Menurut Pasal 20 ayat (2) KUHD, sekutu komanditer tidak diperkenankan melakukan pengurusan dalam CV meskipun di beri kuasa. Apabila sekutu komanditer tetap melakukan pengurusan pada perusahaan tersebut maka sebagai sanksinya bahwa sekutu komanditer tersebut dapat


(67)

dipertanggungjawabkan sebagai sekutu komplementer yaitu tanggung jawab secara pribadi untuk seluruhnya.

2.3. Direktur Perusahaan

2.3.1. Pengertian direktur perusahaan

Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja bahwasannya direktur merupakan pejabat yang di tunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk memimpin perusahaannya sendiri atau orang profesional yang ditunjuk oleh pemilik usaha untuk menjalankan dan memimpin perusahaannya, direktur juga dapat disebut sebagai dewan manager, dewan gubernur, atau dewan eksekutif. Direktur merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan, bertanggung jawab merekrut para pekerja, menggaji pekerja,mengatur jadwal kerja, mengatasi segala permasalahan pekerja dan mengurusi semua tentang kebutuhan pekerja untuk menjalankan pekerjaannya, memberikan perlindungan hak dan kewajiban pekerja perusahaan. Dan direktur memiliki tanggung jawab atas kerugian di perusahaan yang disebabkan direktur tidak menjalankan kepengurusan perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan anggaran dasar, kebijakan yang tepat dalam menjalankan perusahaan. Atas kerugian perusahaan, direktur akan dimintai pertanggung jawabannya baik secara perdata maupun pidana. Apabila kerugian perusahaan disebabkan kerugian bisnis dan direktur telah menjalankan kepengurusan perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan anggaran dasar, kebijakan


(68)

yang tepat dalam menjalankan perusahaan, maka direktur tidak dapat dipersalahkan atas kerugian yang dialami perusahaan.29

Setiap perusahaan pasti memiliki orang yang akan mengelola atau menjalankan usaha tersebut. Salah satu yg diberi kuasa untuk mengelola perusahaan adalah pemimpin perusahaan. Pemimpin perusahaan (bedrif leider, manager) adalah orang yang diberi kuasa oleh pengusaha untuk menjalankan perusahaan atas nama pengusaha. Pemimpin perusahaan berfungsi sebagai wakil pengusaha dan berkuasa dalam segala hal yang berkenaan dengan pengelolaan perusahaan yang dipimpinnya. Pemimpin perusahaan bertanggung jawab penuh atas kemajuan dan kemunduran perusahaan pada perusahaan berbentuk dewan pimpinan yang disebut Direksi yang di ketuai oleh seorang Direktur Utama.30

2.3.2.Kewenangan Direktur Di Perusahaan

Secara umum di Indonesia pengaturan terhadap direktur terdapat di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas di jabarkan mengenai Tugas, Wewenang, dan Tanggung jawab direktur perusahaan.31

Beberapa tugas dan wewenang direktur di perusahaan :

a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan dibidang administrasi keuangan, kepegawaian dan kesekretariatan.

29

Memphis, 2014, pengertian direktur, Serial Online, URL: http;//www.wikipedia.org,


(69)

b. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan dan peralatan perlengkapan.

c. Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.

d. Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif e. Menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi.

f. Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan pelaksanaan tata-tertib, keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi secara tepat, menyesuaikan alokasi waktu per item masalah, menentukan urutan agenda, mengarahkan diskusi ke arah konsensus, menjelaskan dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan

g. Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan dunia luar

h. Memainkan bagian terkemuka dalam menentukan komposisi dari board dan sub-komite, sehingga tercapainya keselarasan dan efektivitas

i. Mengambil keputusan sebagaimana didelegasikan pada situasi tertentu yang dianggap perlu, yang diputuskan, dalam meeting-meeting.

j. Menetapkan peraturan perusahaan, Merencanakan, menetapkan sistem operasional bank, Menetapkan strategi pencapaian visi dan misi Bank, Menetapkan strategi pencapaian tingkat kesehatan bank yang sehat dan


(70)

wajar, Menetapkan kebijakan tentang ketentuan-ketentuan pelaksanaan operasional bank dengan pembagian tugas yang jelas.32

1.4. Pengertian Pekerja

Istilah buruh sangat populer di dunia perburuhan/ketenagakerjaan, selain istilah tersebut sudah dipergunakan sejak lama bahkan mulai dari zaman penjajahan Belanda, karena peraturan perundang-undangan yang lama (sebelum Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan) menggunakan istilah Buruh. Pada Zaman penjajahan belanda yang dimaksudkan dengan buruh/pekerja adalah pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar yang disebut

juga dengan “Bule Collar”. Sedangkan buruh/pekerja yang melakukan

pekerjaan di kantor pemerintah maupun swasta disebut sebagai

“Kariawan/Pegawai” (White Collar). Pembedaan yang membawa

konsekuensi pada perbedaan perlakuan dan hak-hak tersebut oleh pemerintah Belanda tidak terlepas dari upaya memecah belah orang-orang pribumi.

Setelah merdeka tidak terdapat perbedaan antara buruh halus dan buruh kasar tersebut, semua semua orang yang bekerja disektor swasta baik pada orang maupun badan hukum disebut buruh. Hal tersebut di jelaskan dalam pasal 1 ayat (1) a Undang-Undang No. 22 Tahun 1957 Tentang


(1)

perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kembali melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Adapun beberapa pendapat sarjana mengenai pengertian dari kecelakaan kerja sebagai berikut; menurut imam soepomo yang dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi bila seorang buruh dalam perjalanan menuju tempat kerja maupun setelah pulang dari melakukan pekerjaan menuju tempat tinggalnya melalui jalur yang semestinya.41Sedangkan darwin prinst memberikan pengertian bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang dialami seorang buruh sewaktu melakukan pekerjaan42, serta suma’mur mebuat batasan bahwa

kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan, hubungan kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena pekerjaan pada waktu melaksanakan pekerjaan.43

Pada dasarnya pengertian kecelakaan kerja seluruhnya mencakup faktor yang sama yaitu kecelakaan yang terjadi yang berhubungan dengan hubungan kerja dari suatu perjanjian kerja yang telah disepakati sebelumnya, termasuk juga penyakit yang timbul dari hubungan kerja, dalam hal ini pihak perusahaan wajib untuk memberikan pertanggung jawaban atas terjadinya kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja tersebut atas dasar perjanjian kerja yang telah disetujui oleh pihak perusahaan dan pihak tenaga kerja yang memuat hak dan kewajiban dari

41

Imam Soepomo, 1983, Hukum perburuhan bidang kesehatan kerja, Cet. V, Pradya Paramitha, Jakarta, h.8

42


(2)

kedua belah pihak. Salah satunya terdapat kewajiban dari pihak perusahaan untuk memberikan perlindungan berupa jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja.

Namun terkadang kecelakaan kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi kecelakaan-kecelakaan di rumah atau pada waktu rekreasi atau cuti, dan lain-lain. Hal tersebut merupakan di luar makna kecelakaan akibat kerja, sekalipun pencegahannya seiring dimasukkan ke dalam program keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk ke dalam kecelakaan umum, hanya saja menimpa tenaga kerja dari suatu perusahaan namun di luar lingkup pekerjaan.

1.5.1. Jenis-jenis Kecelakaan Kerja

Dari hasil berbagai kasus kecelakaan kerja yang pernah terjadi di dalam suatu perusahaan, di peroleh data bahwa kecelakaan terjadi karena beberapa tipe:

1) Jatuh dari ketinggian yang berbeda. 2) Jatuh dari ketinggian yang sama.

3) Kejatuhan benda ( berat,keras,runcing,tajam dll ) 4) Tersentuh benda panas.

5) Tersentuh aliran listrik. 6) Terbentur.

7) Terbakar.

8) Tersiram cairan panas, uap panas, debu, gas. 9) Keracunan bahan kimia, gas.


(3)

11) Terpapar radioaktif,

12) Dan lain-lain (yang mungkin bertambah sesuai dengan kemajuan tehnologi, cara kerja dan pemakaian bahan).

Dari beberapa jenis kecelakaan kerja yang terjadi di dalam perusahaan tersebut yang di jelaskan peneliti di atas, sebagian besar di sebabkan beberapa faktor yang terjadi dan mengakibatkan kecelakaan kerja.

Menurut Bennett Santoso terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai yang dapat menyebabkan kecelakaan, yaitu : lingkungan, peralatan, bahaya dan manusia.44 Ada beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai menurut Mangkunegara, diantaranya yaitu :

1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya.

b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.45 2. Pengaturan Udara

a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik. b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. 3. Pengaturan Penerangan

a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. b) Ruang kerja yang kurang cahaya.


(4)

4. Pemakaian Peralatan Kerja

a) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

b) Penggunaan mesin dan alat elektronik tanpa pengaman yang baik. 5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

a) Kerusakan alat indra dan stamina pegawai yang tidak stabil.

b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko bahaya.

Menurut Dessler, ada tiga alasan dasar kecelakaan di tempat kerja yaitu: 1. Kejadian yang bersifat kebetulan.

2. Kondisi tidak aman :

a. Peralatan pelindung yang tidak memadai. b. Peralatan rusak.

c. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau disekitar mesin atau peralatan.

d. Gudang yang tidak aman, sumpek dan terlalu penuh. e. Penerangan yang tidak memadai.

f. Ventilasi tidak memadai.46

3. Tindakan-tindakan yang tidak aman yang dilakukan karyawan : a. Membuang bahan-bahan

46


(5)

b. Beroperasi atau bekerja dengan kecepatan yang tidak aman. c. Membuat peralatan keamanan tidak beroperasi dengan baik. d. Menggunakan peralatan yang tidak aman.

e. Menggunakan prosedur yang tidak aman. f. Mengambil posisi tidak aman.

g. Mengangkat secara tidak tepat.

h. Pikiran kacau, gangguan, penyalahgunaan, kaget, berselisih, dan permainan kasar.

Penyebab dari kecelakaan kerja dimana meliputi faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya suatu bahaya dari kecelakaan kerja itu sendiri di bagi menjadi dua kategori yaitu:

a. Kecelakaan industri (Industrial Accident) merupakan kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau adanya bahaya itu sendiri.

b. Kecelakaan dalam perjalanan (Community Accident) merupakan kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja.47

Dari beberapa penyelidikan-penyelidikan yang telah dilakukan, ternyata faktor manusia didalam timbulnya kecelakaan kerja memiliki peran yang sangat dominan, terdapat 80-85 % kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kelalaian manusia atau human error.48

47Suma’Mur. PK,op.cit


(6)