PENGARUH CUSTOMER RELATINSHIP MANAGEMENT TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA RAMA JAYA FITNESS CENTRE DI SURABAYA.

(1)

PENGARUH CUSTOMER RELATINSHIP MANAGEMENT

TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA

RAMA JAYA FITNESS CENTRE

DI SURABAYA

USULAN PENELITIAN

Oleh :

KHAIRMAN YULINARTHA 0512010080 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

RAMA JAYA FITNESS CENTRE

DI SURABAYA

Yang diajukan

KHAIRMAN YULINARTHA 0512010080 / FE / EM

Telah disetujui untuk mengikuti seminar :

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Soewardjo, MM Tanggal………

Mengetahui

Ketua Progdi Manajemen

Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS

NIP. 030 191 295


(3)

PENGARUH CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT

TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN SERTA

DAMPAKNYA PADA LOYALITAS

PELANGGAN DI RAMA JAYA

FITNESS CENTRE

SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

KHAIRMAN YULINARTHA 0512010080 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(4)

PENGARUH CUSTOMER RELATINSHIP MANAGEMENT

TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA

RAMA JAYA FITNESS CENTRE

DI SURABAYA

Yang diajukan

KHAIRMAN YULINARTHA 0512010080 / FE / EM

Telah disetujui untuk mengikuti seminar :

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Soewardjo, MM Tanggal………

Mengetahui

Ketua Progdi Manajemen

Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS

NIP. 030 191 295


(5)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul : “PENGARUH CUSTOMER RELATONSHIP

MANAGEMENT TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN SERTA

DAMPAKNYA PADA LOYALITAS PELANGGAN DI RAMA JAYA

FITNESS CENTRE SIDOARJO”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala

ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Soewardjo, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi

peneliti, yang selalu memberikan motivasi, dorongan dan bimbingan dalam


(6)

ii

5. Segenap Staff Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur yang telah memberikan banyak

pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Untuk kedua orang tua dan kakakku, terima kasih atas segala doa yang

dipanjatkan siang dan malam kepada Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih atas

dukungan materiil, pengertian, dan kasih sayang yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang tersusun dalam skripsi

ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran tetap peneliti

butuhkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat memberikan sumbangan

bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di Fakultas Ekonomi Jurusan

Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Surabaya, Agustus 2010


(7)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Pengertian Informasi dan Sistem Informasi ... 10

2.2.2. Pengertian Informasi ... 11

2.2.3. Pengertian Sistem Informasi ... 11

2.2.4. Pengertian CRM ... 12

2.2.5. Kebutuhan CRM ... 17


(8)

iv

2.2.7. Loyalitas Pelanggan ... 23

2.2.7.1. Tipe-Tipe Loyalitas ... 26

2.2.7.2. Membangun Loyalitas Pelanggan ... 29

2.2.7.3. Pengaruh CRM Terhadap Kepuasan Pelanggan ... 31

2.2.7.4. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan ... 32

2.3. Kerangka Konseptual ... 33

2.4. Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

3.1.1. Definisi Operasional... 35

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 37

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 37

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.3.1. Jenis Data ... 39

3.3.2. Sumber Data ... 39

3.3.3. Pengumpulan Data ... 39

3.4. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 40

3.4.1. Uji Normalitas dan Linieritas ... 40

3.4.2. Evaluasi Outliers ... 41

3.4..3. Deteksi Multicollinearity dan Singularity ... 43


(9)

v

3.4.5. Uji Reliabilitas ... 44

3.4.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 44

3.4.7. Pengujian Model dengan Two-Step Approach ... 45

3.4.8. Evaluasi Model... 46

3.4.9. Evaluasi Goodness of Fit ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 51

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 51

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 52

4.3. Deskripsi Hasil Jawaban Responden ... 53

4.3.1. Deskripsi Variabel Customer Relationship Management (X1) ... 53

4.3.2. Deskripsi Variabel Kepuasan Pelanggan (X2) ... 54

4.3.3. Deskripsi Variabel Loyalitas Pelanggan (Y) ... 56

4.4. Hasil Penelitian ... 58

4.4.1. Uji Outlier Multivariate ... 58

4.4.2. Uji Reliabilitas ... 58

4.4.3. Uji Validitas ... 60

4.4.4. Uji Construct Reliability dan Variance Ectracted ... 60

4.4.5. Evaluasi Normalitas ... 62

4.4.6. Evaluasi Model One Step Approach to SEM ... 62


(10)

vi

4.5. Pembahasan ... 66

4.5.1. Costumer Relationship Management Tidak

Berpengaruh Terhadap Kepuasan Pelanggan ... 66

4.4.2. Kepuasan Pelanggan Tidak Berpengaruh Terhadap

Loyalitas Pelanggan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 68 5.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Jumlah Pelanggan Rama Jaya Fitness Centre di Sidoarjo

Tahun 2005 - 2009 ... 5

Tabel 3.1. Contoh 3 Model Konseptual Dalam Bentuk Persamaan ... 47

Tabel 3.2. Goodness of Fit Indices ... 47

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

Tabel 4.2. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Customer RelationshipManagement ... 53

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Kepuasan Pealnggan 55 Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Loyalitas Pelanggan 57 Tabel 4.5. Hasil Uji Outlier Multivariate ... 58

Tabel 4.6. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 59

Tabel 4.7. Standardize Faktor Loading dan Construct dengan Confirmatory Faktor Analysis ... 60

Tabel 4.8. Construct Reliability & Variance Extracted ... 61

Tabel 4.9. Assessment of normality ... 62

Tabel 4.10. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Base Model ... 63

Tabel 4.11. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Eliminasi ... 64


(12)

viii

Gambar 2.1. Sistem CRM dalam Proses Bisnis ... 13

Gambar 2.2. Sistem Berbasis IT ... 14

Gambar 2.3. Alur Aktivitas Bisnis dengan Database CRM ... 20

Gambar 2.4. Piramida Loyalitas ... 27

Gambar 2.5. Model Konseptual ... 33

Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural One Step Approach Base Model ... 63

Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural One Step Approach – Eliminasi ... 64


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil Penyebaran Kuesioner

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Structural Equation Modeling

   


(14)

x

PENGARUH

CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT

TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN SERTA

DAMPAKNYA PADA LOYALITAS

PELANGGAN DI RAMA JAYA

FITNESS CENTRE

SIDOARJO

Oleh :

KHAIRMAN YULINARTHA

ABSTRAKSI

CRM merupakan suatu strategi pemasaran dalam memilih dan mengelola pelanggan untuk mengoptimalkan nilai dalam jangka panjang. CRM merupakan suatu desain strategi untuk memahami, mengantisipasi perilaku pelanggan, dan mengembangkan hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan. CRM mengintegrasikan, menganalisis, menyebarkan informasi tentang pelanggan, penjualan, dan efektivitas pemasaran untuk memberikan pelayanan yang lebih profesional dan personal kepada pelanggan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pengaruh CRM terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Rama Jaya Fitness Centre di Sidoarjo dan untuk mengetahui pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo.

Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu yaitu pelanggan yang mempunyai membership card Rama Jaya Fitness Centre di Sidoarjo pada saat menggunakan jasa di Rama Jaya Fitness Centre di Sidoarjo. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 110 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuisioner kepada responden. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Customer Relationship Management tidak berpengaruh terhadap Kepuasan Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo dan Kepuasan Pelanggan tidak berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo.

Kata Kunci : Customer Relationship Management, Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fokus pada pelanggan merupakan kunci untuk mencapai keunggulan

kompetitif berkelanjutan dalam persaingan bisnis saat ini. Untuk mencapai

keunggulan kompetitif dengan fokus pada pelanggan, organisasi bisnis

memerlukan informasi tentang siapa pelanggan mereka, apa yang pelanggan

mereka inginkan, bagaimana kebutuhan pelanggan mereka dipuaskan dan

faktor-faktor lain yang terkait. Customer Relationship Management (CRM) merupakan

strategi tentang bagaimana mengoptimalkan profitabilitas melalui pengembangan

kepuasan pelanggan. CRM merupakan suatu strategi yang menitikberatkan pada

semua hal yang terkait dengan fokus pada pelanggan. Yuang dan Chang (2001)

mengemukakan bahwa pengetahuan akan pelanggan merupakan kunci kesuksesan

CRM. Tanpa pengetahuan akan pelanggan yang disebarluaskan ke seluruh

perusahaan, perusahaan bisa gagal memenuhi keinginan pelanggan. Upaya untuk

memahami pelanggan dan memperkuat hubungan dengan pelanggan sangat

penting dalam perekonomian yang dikendalikan oleh permintaan saat ini.

Pelanggan yang puas dengan pelayanan perusahaan akan meningkatkan

pembelian tidak hanya pembelian produk tetapi juga meningkatkan hubungan

dengan perusahaan. Proses CRM mencakup bagaimana menghasilkan informasi


(16)

mengambil tindakan berdasarkan informasi tersebut untuk membangun hubungan

jangka panjang dengan pelanggan. Jika CRM telah diimplementasikan secara tepat

akan dapat membantu memperbaiki kepuasan pelanggan, meningkatkan loyalitas

pelanggan, meningkatkan pendapatan, pertumbuhan, dan memperbaiki efisiensi

pemasaran mengemukakan bahwa implementasi CRM berarti menciptakan suatu

organisasi yang berfokus pada pelanggan yang memerlukan proses pekerjaan

baru, perubahan organisasi, dan perbaikan budaya organisasi. Beberapa

perusahaan berpendapat bahwa untuk memformulasikan dan

mengimplementasikan CRM bukan suatu hal yang mudah karena adanya beberapa

hambatan seperti kesalahan pemahaman konsep CRM dalam beberapa organisasi

(Hoskin, 2001).

CRM merupakan suatu strategi pemasaran dalam memilih dan mengelola

pelanggan untuk mengoptimalkan nilai dalam jangka panjang. CRM merupakan

suatu desain strategi untuk memahami, mengantisipasi perilaku pelanggan, dan

mengembangkan hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan. CRM

mengintegrasikan, menganalisis, menyebarkan informasi tentang pelanggan,

penjualan, dan efektivitas pemasaran untuk memberikan pelayanan yang lebih

profesional dan personal kepada pelanggan. O’Donnul dan Moore (2001)

mendefinisikan CRM sebagai suatu proses berkelanjutan yang didukung dengan

infrastruktur pendukung dan pengetahuan tentang pelanggan untuk memberikan

pelayanan secara personal dan lebih profesional atau dengan perkataan lain

memperlakukan pelanggan sebagai aset strategik untuk menciptakan keunggulan


(17)

3

Dewasa ini banyak perusahaan yang menyatakan bahwa tujuan

perusahaan yang bersangkutan adalah untuk memberikan kepuasan kepada

pelanggan. Hal ini disebabkan karena menyadari bahwa kepuasan pelanggan

merupakan aspek vital untuk bertahan dalam bisnis dan memenangkan

persaingan. Keberhasilan suatu perusahaan tercermin dari kemampuannya dalam

memberikan kepuasan yang baik kepada pelanggan. Karena melalui pemberian

kepuasan akan membuat pelanggan merasa dihormati dan dihargai sehingga pada

akhirnya dapat menciptakan image yang positif terhadap perusahaan tersebut.

Oleh sebab itu perhatian besar terhadap kepuasan pelanggan sebagai alat bersaing

dewasa ini sangat penting karena pelanggan yang terpuaskan cenderung akan setia

terhadap perusahaan tersebut. Sebenarnya kepuasan tidak selamanya dapat diukur

hanya dengan harga, tetapi lebih didasarkan pada pemenuhan perasaan tentang

apa yang diharapkan oleh seorang pelanggan. Kepuasan juga dapat dipandang

sebagai suatu perbandingan antara apa yang diharapkan dengan apa yang

diperolehnya. Seorang pelanggan akan merasa puas jika perbandingan tersebut

cukup adil. Namun, adanya ketidakseimbangan perbandingan khususnya yang

merugikan akan menimbulkan ketidakpuasan. Perbandingan yang tidak seimbang

dapat juga menimbulkan kepuasan bagi seorang pelanggan apabila

menguntungkan mereka, akan tetapi tidak demikian halnya bagi pelanggan yang

menjunjung moralitas atau idealis (Rambe, 2001). Kepuasan menjadi sasaran agar

perusahaan dapat berkembang dan tetap eksis alam menghadapi perubahan persaingan yang ketat. Kepuasan pelanggan menjadi petunjuk arah, pendorong dan


(18)

motivasi untuk menciptakan langkah kreatif dan inovatif sehingga kepuasan akan dapat diketahui jika pelanggan telah memanfaatkan jasa layanan perusahaan.

Implementasi konsep customer relationship management memungkinkan

adanya kepuasan pelanggan karena berusaha memantapkan, memelihara, dan

memperkuat hubungan antara organisasi dengan pelanggan, dengan memandang

pelanggan sebagai partner (Darsono, 2008)

Jadi pada dasarnya, kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara

sederhana yaitu suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan

pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi dalam hal ini

penggunaan layanan jasa. Kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara

harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Kunci membentuk fokus kepuasan

pada pelanggan adalah menempatkan karyawan untuk berhubungan langsung

dengan pelanggan dan memberdayakan karyawan untuk mengambil tindakan

yang diperlukan untuk memuaskan para pelanggan (Nasution, 2001). Jadi,

interaksi antara karyawan dan pelanggan merupakan unsur yang sangat penting

dalam pembentukan fokus pada pelanggan.

Dengan tingkat persaingan bisnis yang semakin ketat di atas, banyak

tempat fitness yang kemudian tidak lagi memfokuskan aktivitas pemasaran mereka

semata-mata pada pencarian pembeli baru, namun sudah lebih kepada usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kesetiaan pelanggan lama. Dalam terminologi pemasaran dapat dikatakan bahwa tujuan perusahaan terkait dengan pemasaran saat ini telah bergeser dari akuisisi pembeli (customer acquisition) kepada kesetiaan


(19)

5

Implementasi Customer Relationship Management banyak diterapkan pada perusahaan maskapai penerbangan, hotel, sampai perusahaan yang bergerak dalam

bisnis ritel seperti Rama Jaya Fitness Centre dengan program kepemilikan

membership card yang disebut dengan Rama Jaya Fitness Centre Card.

Permalasahan yang tejadi adalah sejauh mana implementasi program

membership card di atas sebagai bagian dari customer relationship management serta sejauh mana efektivitas program tersebut bagi perusahaan maupun bagi pelanggan

merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Karena Hal ini juga dilakukan

oleh Rama Jaya Fitness Centre di Sidoarjo, tetapi Rama Jaya Fitness Centre

Sidoarjo di dalam perjalanan mengalami penurunan jumlah pelanggan dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2009. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Tabel 1.1. Jumlah Pelanggan Rama Jaya Fitness Centre di Sidoarjo Tahun 2005 - 2009

Tahun Total Pelanggan Jenis Keluhan

2005 125 oMembership card pelanggan kurang

memberikan manfaat yang berarti

oTidak konsisten dalam pemberian bonus oKeramahan layanan yang kurang

oKelengkapan alat yang kurang lengkap oInstruktur yang pasif dan kurang komunikasi

2006 140

2007 162

2008 139

2009 131

Sumber : Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa penurunan pelanggan diatas

diindikasikan belum maksimalnya perusahaan dalam menerapkan CRM

diantaranya membership card pelanggan kurang memberikan manfaat yang


(20)

kelengkapan alat yang kurang lengkap serta Instruktur yang pasif dan kurang

komunikasi. Hal tersebut dapat menyebabkan loyalitas pelanggan menurun.

CRM membantu mengurangi siklus penjualan dengan adanya informasi

pelanggan yang relevan dan tersedia setiap saat sehingga memungkinkan

pekerjaan menjadi lebih efisien. Proses otomatisasi ini juga memungkinkan pihak

manajemen untuk mengecek kinerja timnya secara real time dan mengetahui siapa

yang benar-benar sedang bekerja dan siapa yang tidak bekerja. Dengan adanya

otomatisasi fungsi-fungsi marketing seperti campaign design and management,

email marketing, lead assignment and management, perusahaan dapat

meningkatkan efisiensi dan efektivitas bagian marketing. Otomatisasi ini dapat

membidik pelanggan potensial, sumber daya utama dan informasi geografis yang

membantu siklus penjualan. Pihak manajemen dapat memahami program-program

yang diciptakan untuk meningkatkan pendapatan secara maksimal. Customer

service dan call center operations dapat menggunakan CRM untuk membantu para

staff dengan informasi yang terbaru dan up-to-date dari semua transaksi yang

terjadi di bagian ini. Karena para staff memperoleh akses langsung atas customer

records, maka mereka dapat mengantisipasi setiap peluang/masalah yang ada

untuk memperoleh solusi layanan. Sebagai imbalannya, pelanggan akan

memperoleh layanan yang prima sehingga meningkatkan customer retention and

loyalty.

Oleh karena itu maka perlu diterapkan suatu strategi yang lebih baik

dengan cara mengimplementasikan suatu produk teknologi komunikasi informasi,


(21)

7

relasi yang lebih kuat diantara perusahaan dan pelanggan, dan pada gilirannya

sedikit demi sedikit kepuasan pelanggan dapat tercapai. Pelanggan yang loyal

merupakan cermin dari kepuasan pelanggan, dimana pada saat ini harga tidak

menjadi faktor yang utama bagi mereka, namun menjadi sesuatu yang relatif.

Menurut Shoemaker dan Lewis (1996), biaya untuk memperoleh pembeli baru dapat lima kali lebih mahal dibandingkan dengan biaya untuk memelihara pelanggan lama. Pelanggan yang puas akan dengan senang hati mengungkapkan

hal-hal yang positif dan memberikan rekomendasi mengenai perusahaan kepada orang lain. Customer Relationship Management merupakan salah satu strategi dalam bidang pemasaran yang saat ini semakin banyak diimplementasikan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Shoemaker dan Lewis (1998) mendefinisikan program

kepuasan pelanggan seperti Customer Relationship Management sebagai program yang ditawarkan kepada pelanggan yang bertujuan untuk membangun ikatan emosional terdapat perusahaan atau merek perusahaan. Senada dengan pengertian di

atas, Butscher menyatakan bahwa tujuan utama dari program kepuasan pelanggan adalah untuk membangun hubungan dengan pelanggan sehingga mereka menjadi pelanggan setia perusahaan dalam jangka panjang (2002, : 39).

Atas dasar latar belakang permasalahan tersebut diatas timbul ketertarikan

untuk mengadakan penelitian dengan judul : “PENGARUH CUSTOMER RELATONSHIP MANAGEMENT TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN SERTA DAMPAKNYA PADA LOYALITAS PELANGGAN DI RAMA JAYA FITNESS CENTRE SIDOARJO”.


(22)

1.2. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh Customer Relationship Management terhadap

Kepuasan Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo ?

2. Apakah terdapat pengaruh Kepuasan Pelanggaan terhadap Loyalitas

Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh Customer Relationship Management

terhadap Kepuasan Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo.

2. Untuk menganalisis pengaruh Kepuasan Pelanggaan terhadap Loyalitas

Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan akan membantu manajemen

instansi untuk mengevaluasi dan menggunakan hasil penelitian untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan

b. Bagi Akademis

Dapat dipergunakan sebagai referensi, tambahan khasanah

kepustakaan dan bahan masukan bagi peneliti yang akan melakukan

penelitian yang sama dimasa yang akan datang untuk dapat memahami


(23)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Bagian ini berisikan fakta atau temuan serta penelitian yang telah

dilakukan peneliti terdahulu yang berhubungan dan permasalahan dalam

penelitian ini.

A. Fransisca Andreani (2007), Customer Relationship Management

(CRM) Dan Aplikasinya Dalam Industri Manufaktur Dan Jasa

Sekarang ini banyak perusahaan yang menggunakan berbagai sarana

dalam usahanya untuk meningkatkan Customer Relationship Management

(CRM). Secara khusus mereka berusaha memberikan layanan yang

sifatnya personal sehingga dapat memberikan kepuasan yang tinggi pada

pelanggannya, baik sebagai stakeholder maupun shareholder. Dengan

demikian diharapkan akan terjalin value chain yang kuat di antara mereka

melalui customer relationship (hubungan dengan pelanggan).

Tujuan dari sistem ini adalah dengan penggunaan teknologi diharapkan

terjadi jalinan hubungan yang kuat antara perusahaan dengan

pelanggannya. Dengan kata lain, perusahaan berusaha mengelola kinerja

perusahaannya dengan lebih baik.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah CRM merupakan hal penting yang

perlu diperhatikan oleh perusahaan yang siap bersaing menuju era


(24)

stakeholder dan shareholder nya jika ingin berkembang. Kesuksesan dan

kegagalan perusahaan tergantung pada kemampuannya untuk menjalin

hubungan yang harmonis dengan pelanggannya. Untuk mewujudkan dan

menjalin hubungan yang selaras ini perusahaan dapat memanfaatkan

IT-Based program dan software-software terkait yang mampu membantu

perusahaan dalam mewujudkan efisiensi dan efektivitas kinerja

perusahaan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Informasi dan Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2005 : 29) sistem merupakan sekelompok

komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan

bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses

transformasi yang teratur. Sistem semacam ini memiliki tiga komponen atau

fungsi yang berinteraksi:

1. Input melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang

memasuki sistem untuk diproses.

2. Pemrosesan melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi

output.

3. Output melibatkan pemindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses

transformasi ketujuan akhir.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan


(25)

11

2.2.2. Pengertian Informasi

Menurut O’brien (2005 : 38) data adalah fakta atau observasi mentah

yang biasanya banyak data yang menjelaskan kegiatan tersebut.Sedangkan

informasi merupakan data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti

dan berguna bagi pemakai akhir tertentu.Dari pengertian diatas bahwa

informasi merupakan data yang dapat dimengerti oleh pengguna dan

memiliki arti.

2.2.3. Pengertian Sistem Informasi

Menurut O’brien (2005 : 5) sistem informasi merupakan kombinasi

teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi

dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan

sistem informasi dalam sebuah organisasi.Dari pengertian diatas sistem

informasi merupakan gabungan dari beberapa elemen-elemen yang

digunakan untuk memberikan informasi yang berarti.

Menurut O’brien ( 2005 : 10 ) terdapat tiga alasan mendasar untuk

semua aplikasi bisnis dalam teknologi informasi, yaitu :

1. Mendukung proses dan operasi bisnis

2. Mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan

managernya


(26)

2.2.4. Pengertian CRM

Martin et al (2005 : 194) menambahkan “A CRM system attempts

to provide an integrated approach to all aspects of interaction a company

has with its customers, including marketing, sales and support. The goal of a

CRM system is to use technology to forge a strong relationship between a

business and its customers. To look at CRM in another way, the business is

seeking to better manage its own enterprise around customer behaviors”.

Kutipan ini menyatakan bahwa sistem CRM berusaha menyediakan sebuah

pendekatan terintegrasi terhadap semua aspek dalam perusahaan dalam

kaitannya dengan pelanggannya, yang meliputi marketing, sales and support.

Tujuan dari sistem ini adalah dengan penggunaan teknologi diharapkan

terjadi jalinan hubungan yang kuat antara perusahaan dengan pelanggannya.

Dengan kata lain, perusahaan berusaha mengelola kinerja perusahaannya

dengan lebih baik.

Menurut O’Brien (2002 : 130), “CRM uses information technology

to create a cross-functional enterprise system that integrates and automates

many of the customer serving processes in sales, marketing, and product

services that interact with a company’s customers. CRM systems also create

an IT framework that integrates all of these processes with the rest of a

company’s business operations. CRM systems consist of a family of software

modules that perform the business activities involved in such front office

processes. CRM software provides the tools that enable a business and its


(27)

13

its customers.” Kutipan ini berarti bahwa CRM menggunakan teknologi

informasi untuk menciptakan cross-functional enterprise system yang

mengintegrasikan dan mengotomatisasi proses layanan pelanggan dalam

bidang penjualan, pemasaran, dan layanan produk/ jasa berkaitan dengan

perusahaan. Sistem CRM juga menciptakan IT framework yang

menghubungkan semua proses dengan bisnis operasional perusahaan. Selain

itu sistem CRM juga meliputi sekumpulan modul software yang membantu

aktivitas bisnis perusahaan, seperti proses kantor depan. Software CRM

adalah sebuah alat yang memungkinkan perusahaan untuk memberikan

layanan yang cepat, prima serta konsisten pada pelanggannya dan dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Sistem CRM dalam Proses Bisnis

Banyak paket software diciptakan untuk memudahkan customer

relationship, tetapi kebanyakan tergantung dari perolehan, updating dan

utilisasi profil individu pelanggan. Profil-profil pelanggan ini biasanya


(28)

mengekstrasi informasi yang berhubungan dengan perusahaan dari pelanggan

yang bersangkutan. Selanjutnya profil pelanggan ini terhubung secara on line

sehingga mereka yang bekerja dalam perusahaan itu dapat menghubungi

pelanggan yang bersangkutan. Selain itu Web-based front-ends telah

diciptakan sehingga pelanggan dapat menghubungi perusahaan secara online

untuk memperoleh informasi mengenai produk atau jasa yang ditawarkan

oleh perusahaan itu, memesan order, mengecek status order yang ada,

memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan atau untuk memperoleh

layanan. Paket software CRM membantu perusahaan untuk memasarkan,

menjual, dan melayani pelanggan melalui multi media, termasuk Web, call

centers, field representatives, business partners, retail and dealer networks.

Program CRM dalam penerapannya dapat dilihat seperti gambar

berikut ini:


(29)

15

Menurut Turban (2004 : 148), CRM adalah suatu pendekatan

pelayanan kepada konsumen yang berfokus pada pembangunan jangka

panjang dan hubungan konsumen yang berkelanjutan yang dapat memberikan

nilai tambah bagi pelanggan maupun perusahaan.

Menurut Kotler dan Armstrong (2004 : 16-23), Customer

Relationship Management merupakan proses membangun dan

mempertahankan hubungan jangka panjang yang menguntungkan dengan

pelanggan melalui penyediaan pelayanan yang bernilai dan yang memuaskan

mereka.

Menurut Kalakota dan Robinson (2001) CRM adalah integrasi dari

strategi penjualan, pemasaran, dan pelayanan yang terkoordinasi. Dapat

disimpulkan bahwa CRM merupakan strategi dan usaha untuk menjalin

hubungan dengan pelanggan dan memberikan pelayanan yang memuaskan

bagi pelanggan. Temporal and Trott (2001) menjelaskan bahwa CRM adalah

kolaborasi dengan setiap konsumen untuk menciptakan situasi win-win

dengan meningkatkan nilai kehidupan pelanggan setiap harinya agar menjadi

loyal.

Menurut Laudon dan Traver (2002), CRM menyimpan informasi

pelanggan dan merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan

perusahaan, serta membuat profil pelanggan untuk staf perusahaan yang


(30)

Menurut Buttle (2007) mendefinisikan CRM sebagai core business

strategy yang mengintegrasikan proses internal serta fungsi-fungsi yang ada

dalam perusahaan dengan jejaring eksternal untuk menciptakan dan

men-deliver value (manfaat) kepada target pelanggan yang memberikan

keuntungan.

Tujuan CRM (Kalakota dan Robinson 2001), yaitu:

1. Menggunakan hubungan dengan pelanggan untuk meningkatkan

keuntungan perusahaan

2. Menggunakan informasi untuk memberikan pelayanan yang memuaskan

3. Mendukung proses penjualan berulang kepada pelanggan

Menurut Kalakota dan Robinson (2001) terdapat tiga tahapan CRM, yaitu:

1. Mendapatkan pelanggan baru (acquire).Pelanggan baru didapatkan dengan

memberikan kemudahan pengaksesan informasi, inovasi baru, dan

pelayanan yang menarik.

2. Meningkatkan hubungan dengan pelanggan yang telah ada (enhance).

Perusahaan berusaha menjalin hubungan dengan pelanggan melalui

pemberian pelayanan yang baik terhadap pelanggannya (customer

service). Penerapan cross selling atau up selling pada tahap kedua dapat

meningkatkan pendapatan perusahaan dan mengurangi biaya untuk

memperoleh pelanggan (reduce cost).

3. Mempertahankan pelanggan (retain). Tahap ini merupakan usaha

mendapatkan loyalitas pelanggan dengan mendengarkan pelanggan dan


(31)

17

2.2.5. Kebutuhan CRM

O’Brien (2002 : 130) menegaskan bahwa CRM memungkinkan

perusahaan mengidentifikasi dan membidik pelanggan terbaiknya, yaitu

mereka yang menguntungkan perusahaan, sehingga mereka dapat

dipertahankan menjadi pelanggan yang setia untuk jangka panjang. Mereka

diharapkan akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.

Selain itu, CRM memungkinkan realtime customization and personalization

atas produk dan jasa berdasarkan keinginan, kebutuhan, kebiasaan pembelian

dan siklus kehidupan pelanggannya. CRM juga memantau data pelanggannya

setiap kali dia melakukan kontak dengan perusahaan. CRM memungkinkan

perusahaan untuk menyediakan layanan dan dukungan yang konsisten dan

prima terhadap semua kontak yang diinginkan pelanggannya sehingga

pelanggan memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Semua keuntungan

ini memberikan nilai bisnis yang strategis bagi perusahaan sekaligus

perceived value bagi pelanggannya.

CRM meliputi sentralisasi semua data pelanggan perusahaan dan

otomatisasi kegiatan mengelola sales, marketing, dan customer service yang

membosankan sehingga para profesional dapat menggunakan waktunya

untuk melayani pelanggannya secara lebih efektif dan efisien terutama dalam

melakukan kegiatan administrasinya. Sejak ditemukannya 12 tahun lalu,

CRM terbukti telah membantu perusahaan untuk melakukan transaksi lebih

cepat, membantu dalam menentukan segmentasi dan mencapai target


(32)

loyalty secara dramatis dengan memberikan layanan yang prima

<http://www. aspective.com/Solutions/SiebelCRM/Index.aspx>.

Keuntungan CRM sudah jelas yaitu dapat mempercepat proses dan

memberikan kemudahan bagian sales, marketing dan service personnel

dengan informasi pelanggan yang lebih baik dan lengkap. CRM memberi

kemudahan pada perusahaan untuk membangun customer relationship dan

mengurangi biaya operasional. Di bagian sales, otomatisasi proses penjualan

dapat menjadi sangat sederhana. CRM membantu mengurangi siklus

penjualan dengan adanya informasi pelanggan yang relevan dan tersedia

setiap saat sehingga memungkinkan pekerjaan menjadi lebih efisien. Proses

otomatisasi ini juga memungkinkan pihak manajemen untuk mengecek

kinerja timnya secara real time dan mengetahui siapa yang benar-benar

sedang bekerja dan siapa yang tidak bekerja. Dengan informasi ini, pihak

manajemen dapat menyesuaikan alir proses penjualan ke dalam sistem untuk

mengurangi bottleneck sehingga diperoleh perkiraan pendapatan dan siklus

penjualan yang lebih tepat.

Dengan adanya otomatisasi fungsi-fungsi marketing seperti

campaign design and management, email marketing, lead assignment and

management, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas bagian

marketing. Otomatisasi ini dapat membidik pelanggan potensial, sumber daya

utama dan informasi geografis yang membantu siklus penjualan. Pihak

manajemen dapat memahami program-program yang diciptakan untuk


(33)

19

dapat mengetahui program marketing mana yang paling efektif dan mana

yang perlu ditingkatkan untuk membidik investasi marketing secara lebih

sukses dengan cara mengidentifikasikan new markets dan opportunities,

menyederhanakan proses marketing, mengkuantifikasi ROI biaya marketing,

dan meningkatkan produktifitas marketing dengan mengurangi acquisition

costs.

Customer service dan call center operations dapat menggunakan

CRM untuk membantu para staff dengan informasi yang terbaru dan

up-to-date dari semua transaksi yang terjadi di bagian ini. Dengan otomatisasi

service request management, knowledge bases dan call routing, para staff

dapat menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa semua permintaan

layanan pelanggan dapat dijawab dan setiap masalah pelanggan dapat

diselesaikan dengan baik secara lebih cepat. Karena para staff memperoleh

akses langsung atas customer records, maka mereka dapat mengantisipasi

setiap peluang/ masalah yang ada untuk memperoleh solusi layanan. Sebagai

imbalannya, pelanggan akan memperoleh layanan yang prima sehingga


(34)

CRM dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini:

Gambar 2.3. Alur Aktivitas Bisnis dengan Database CRM

Tyler (2005 : 50) juga menegaskan hal yang sama bahwa dengan

menggunakan database CRM dalam bisnis akan pembantu perusahaan untuk

mengetahui alir seluruh aktivitas mulai panggilan telpon untuk order penjualan

hingga permintaan layanan. Dengan adanya sentralisasi semua komunikasi yang

terjadi dengan pelanggan pada suatu tempat akan meningkatkan efisiensi. Ketika

ada konsistensi maka akan terbentuk kemampuan untuk mengukur dan mengelola

sumber daya manusia dan semua proses yang terjadi.

Dalam risetnya, Freeman & Seddon menyatakan ada keuntungan yang

didapat perusahaan dengan penerapan CRM ini. Pertama, perusahaan dapat

meningkatkan proses komunikasi dua arah dengan pelanggan sehingga proses

transaksi menjadi lebih cepat dan akurat, pengurangan cycle time, dan headcount


(35)

21

profit. Ketiga, customer service dapat ditingkatkan layanannya. Yang terakhir,

perusahaan dapat meningkatkan business growth and support

2.2.6. Kepuasan Pelanggan

Shermerhorn ( 1993 ) berpendapat bahwa pada dasarnya tujuan

dari suatu organisasi bisnis adalah memproduksi barang atau jasa yang

memuaskan kebutuhan pelanggannya. Dengan kata lain perusahaan

berusaha untuk menciptakan pelanggan yang merasa puas, manajemen

perusahaan harus mengetahui hal – hal yang menyebabkan terciptanya

kepuasan pelanggan.

Tse dan Wilton ( dikutip oleh nasution; 2004 : 104 ) menyatakan,

bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respons pelanggan

terhadap evaluasi ketidaksesuaian/diskormasi yang dirasakan antara

harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya.

Engel, et al. ( dikutip oleh Nasution; 2004 : 104 ) mengungkapkan,

bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi pembeli, dimana alternatif

yang dipilih sekurang – kurangnya memberikan hasil ( outcome ) sama

atau melampaui Kepuasaan Pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul

apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi Kepuasaan Pelanggan.

Tjiptono ( 1995 : 28 ) Konsep kepuasan pelanggan pada dasarnya

menyangkut komponen dari kepuasan pelanggan tersebut, antara lain


(36)

Pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa

yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk

(barang atau jasa).Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi

pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk

yang dibeli.

Untuk menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang

akan dipuaskan bukanlah hal yang mudah, hal ini disebabkan karena

kebutuhan dan keinginan pelanggan selalu mengalami perubahan dari

waktu ke waktu. Jika pelanggan merasa puas, maka ada kecenderungan

untuk melakukan pembelian ulang.

Kurtz and Boone (1995:46), .customer satisfactionis the ability of

goods or services to meet or exceed buyer need and expectations. Jika saat

pelanggan membeli dan menggunakan suatu produk, dan mampu

memenuhi bahkan melampaui kebutuhan dan harapannya, maka akan

terjadi kepuasan. Kotler (2000:36), customer satisfaction is a person’s

feelings of pleasure or disappointment resulting from comparing a

product perceived performances (or outcome) in relation to his or her

expectations. Kepuasan pelanggan dapat diartikan sebagai perasaan

senang atau kecewa (ketidakpuasan) seseorang setelah membandingkan

kinerja (performance) produk dengan apa yang diharapkan (expectation)


(37)

23

2.2.7. Loyalitas Pelanggan

Assael (1998: 130) mendefinisikan loyalitas sebagai “a favorable

attitude toward a brand resulting in consistent purchase of the brand over

time.” Literatur-literatur pemasaran menyatakan bahwa loyalitas dapat

dipahami dari dua dimensi sebagai berikut (Jacoby dan Kyner, 1973 seperti

dikutip oleh Hallowel, 1996):

1. Loyalty is behavioral, artinya loyalitas dapat dipahami sebagai

konsep yang menekankan pada runtutan pembelian, proporsi

pembelian, probabilitas pembelian (Dick dan Basu, 1994).

Pemahaman ini sering disebut pendekatan keperilakuan (behavioral

approach).

2. Loyalty as an attitude, artinya loyalitas dipahami sebagai komitmen

psikologis pelanggan terhadap obyek tertentu (Dharmmesta,

1999). Pemahaman ini sering disebut sebagai pendekatan

attitudinal (attitudinal approach).

Mowen & Minor (1998) seperti dikutip oleh Dharmmesta (1999: 74)

mengemukakan definisi loyalitas merek sebagai “kondisi dimana konsumen

mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen

pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa

mendatang.” Boulding dan kawan-kawan (1993) seperti dikutip oleh

Dharmmesta (1999) juga mengemukakan bahwa terjadinya loyalitas merek

pada konsumen itu disebabkan olehadanya pengaruh kepuasan/


(38)

terus-menerus disamping adanya persepsi tentang kualitas produk. Oliver (1999:

34) mendefinisikan loyalitas sebagai “a deeply held commitment to rebuy or

repatronize a preferred product/service consistently in the future, thereby

causingrepetitive same-brand or same brand-set purchasing, despite

situational influences and marketing efforts having the potential to cause

switching behavior.” Tiga definisi tersebut di atas didasarkan atas

pendekatan keperilakuan dan attitudinal. Penggabungan dua pendekatan

tersebut baru dapat memberikan definisi operasional yang cukup

memuaskan untuk menganalisa loyalitas pelanggan (Dharmmesta, 1999;

Dick dan Basu, 1994).

Loyalitas akan berkembang mengikuti tiga tahap, yaitu tahap

kognitif, afektif, dan konatif. Konsumen akan loyal lebih dulu pada aspek

kognitifnya, kemudian pada aspek afektif, dan akhirnya pada aspek konatif

(Oskamp, 1991 seperti dikutip olehDharmmesta, 1999). Pendapat tersebut

sejajar dengan ilmu perilaku konsumen, bahwa konsumen akan melalui

tahap learning perception attitude behavior.

Sikap sendiri terdiri dari 3 komponen, yaitu kognitif, afektif, dan

konatif. Komponen kognitif berkaitan dengan proses pembelajaran

konsumen, sedangkan komponen afektif berkaitan dengan sikap, dan konatif

berkaitan dengan perilaku. Hal ini berarti sebelum mencapai aspek konatif,

konsumen harus melewati terlebih dahulu aspekkognitif dan afektif.

Dharmmesta (1999) dan Oliver (1999) mengemukakan 4 tahap loyalitas


(39)

25

a. Tahap pertama: Loyalitas Kognitif

Pada tahap ini, konsumen akan menggunakan basis informasi

yang secara memaksa menunjuk pada satu merek atas merek lainnya.

Jadi, loyalitasnya hanya didasarkan pada kognisi saja. Karena loyalitas

ini hanya didasarkan atas kognisi saja, maka loyalitas ini tidak cukup

kuat untuk membuat konsumen tetap loyal.

b. Tahap kedua: Loyalitas Afektif

Pada tahap ini, loyalitas konsumen didasarkan atas aspek afektif

konsumen. Sikap merupakan fungsi dari kognisi (pengharapan) pada

periode awal pembelian (masa pra konsumsi) dan merupakan fungsi

dari sikap sebelumnya plus kepuasan di periode berikutnya (masa pasca

konsumsi). Loyalitas afektif muncul akibat dorongan fakor kepuasan.

Tetapi, kepuasan belum menjamin adanya loyalitas, karena kepuasan

konsumen berkorelasi tinggi dengan niat membeli ulang di masa

mendatang. Niat, bahkan pembelian ulang belum menunjukkan adanya

loyalitas, hanya dapat dianggap tanda awal munculnya loyalitas.

Loyalitas pada tahap ini jauh lebih sulit dirubah, karena loyalitasnya

sudah masuk ke dalam benak konsumen sebagai afek dan bukan sebagai

kognisi yang mudah berubah. Afek memiliki sifat yang tidak mudah

berubah, karena sudah terpadu dengan kognisi dan evaluasi konsumen

secara keseluruhan tentang suatu merek (Oskamp, 1991 seperti dikutip


(40)

c. Tahap Ketiga: Loyalitas Konatif

Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk

melakukan sesuatu ke arah suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu,

loyalitas konatif merupakan suatu kondisi loyal yang mencakup

komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. Komitmen sepertiini

sudah melampaui afek. Afek hanya menunjukkan kecenderungan

motivasional,sedangkan komitmen melakukan menunjukkan suatu

keinginan untuk menjalankan tindakan. Tahap Keempat: Loyalitas Tindakan

Aspek konatif atau niat melakukan adalah kondisi yang mengarah

pada kesiapan bertindak dan pada keinginan untuk mengatasi hambatan

untuk mencapai tindakan tersebut. Artinya, tindakan merupakan hasil

pertemuan dua kondisi tersebut. Dengan kata lain, tindakan mendatang

sangat didukunh oleh pengalaman mencapai sesuatu dan penyelesaian

hambatan. Hal ini menunjukkan bagaimana loyalitas itu dapat menjadi

kenyataan: loyalitas kognitif loyalitas afektif loyalitas konatif

loyalitas tindakan (loyalitas yang ditopang dengan komitmen dan tindakan).

2.2.7.1.Tipe-Tipe Loyalitas.

Menurut Aaker (1997: 57) terdapat beberapa tingkat loyalitas,

dimana setiap tingkat mewakili tantangan pemasaran yang berbeda yang

mewakili juga tipe aset yang berbeda dalam mengelola dan


(41)

27

a. Pembeli komit.

b. Menyukai merek menganggap merek sebagai sahabat.

c. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan.

d. Pembeli yang puas bersifat kebiasaan tidak ada masalah untuk beralih.

e. Berpindah-pindah terhadap perubahan harga tidak ada loyalitas merek.

Gambar 2.4. : Piramida Loyalitas

Sumber : Aaker. A, David. 1997, Managing Brand Equity. New York : The Free Press a Division of Macmillan, inc. P. 57.

Tingkat yang paling dasar adalah pembeli yang tidak loyal sama

sekali yang menganggap bahwa semua merek adalah sama dan peran

merek adalah kecil dalam keputusan pembelian. Apapun yang diobral atau

menawarkan kenyamanan akan lebih disukai. Pembeli tipe ini mungkin

dapat diistilahkan sebagai pembeli harga atau pengalih.

Tingkat kedua adalah pembeli yang puas dengan suatu merek

tertentu atau setidaknya tidak kecewa terhadap suatu merek. Pada

dasarnya, tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup untuk

menstimulasi suatu peralihan merek terutama jika peralihan tersebut 1

2 3 4 5 Menganggap

merek sebagai sahabat

Tidak ada masalah untuk beralih

Pembeli komit

Puas dengan biaya peralihan

Tidak ada loyalitas


(42)

membutuhkan usaha. Para pembeli tipe ini mungkin bisa disebut rentan

terhadap kompetitor yang mampu menciptakan suatu manfaat nyata untuk

peralihan merek. Akan tetapi,. para pembeli ini mungkin juga sulit

dirangkul karena tidak ada alasan bagi mereka untuk memperhitungkan

berbagai alternatif. Segmen ini sangat potensial untuk direbut pesaing jika

pesaing dapat menawarkan nila yang lebih pada produknya.

Tingkat ketiga adalah orang-orang yang puas, namun mereka

memikul biaya peralihan (switching cost) yaitu, biaya dalam waktu, uang

atau resiko kinerja yang berhubungan dengan perpindahan ke suatu merek

lain. Barangkali mereka telah melakukan investasi dalam mempelajari

suatu sistem yang berkaitan dengan suatu merek. Untuk menarik minat

para pembeli ini, para kompetitor perlu mengatasi biaya peralihan dengan

menawarkan bujukan untuk beralih atau dengan tawaran suatu manfaat

yang cukup besar sebagai kompensasi. Kelompok ini mungkin bisa

disebut pelanggan yang loyal terhadap biaya peralihan.

Tingkat keempat, kita temukan mereka yang sungguh-sungguh

menyukai merek yang menganggap merek sebagai sahabat, dimana

preferensi mereka mungkin didasarkan pada suatu asosiasi seperti simbol,

pengalaman menggunakan merek tersebut, atau karena kualitas merk

tersebut. Namun, rasa suka seringkali merupakan suatu perasaan yang

umum yang tidak bisa ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan

dalam sesuatu yang spesifik. Orang-orang tidak selalu sanggup untuk


(43)

29

hubungan tersebut terbentuk dalam waktu lama. Berbagai segmen pada

tingkat keempat ini disebut sebagai teman-teman dari merek (friends of

the brand) karena terdapat perasaan emosional yang terikat.

Tingkat teratas adalah pembeli komit atau para pelanggan yang

setia. Mereka mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau

menjadi pengguna dari suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi

mereka baik dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai

siapa mereka sebenarnya. Rasa percaya diri mereka termanisfestasi pada

tindakan semacam rekomendasi merek tersebut pada orang lain. nilai dari

kondisi yang berkomitmen tersebut tidaklah begitu besar pada perusahaan,

tapi lebih pada tampak terhadap orang lain dan juga terhadap pasar itu

sendiri.

2.2.7.2. Membangun Loyalitas Pelanggan

Pada saat situasi krisis, perusahaan harus memperhatikan untuk

mempertahankan pelanggan yang sudah ada (existing customer) daripada

harus mencari pelanggan baru terus-menerus yang memerlukan biaya

cukup besar. Perusahaan seharusnya mulai mengembangkan budaya

loyalitas agar pelanggan tetap setia, diantaranya dengan (Widjaja, 1999:

135) :

a. Mengukur tingkat loyalitas pelanggan. Perusahaan dapat melakukan

hal ini dengan melihat data yang dimiliki oleh setiap wiraniaga atau


(44)

b. Mengevaluasi tingkat loyalitas setiap bulan. Ini dimaksudkan untuk

memberikan penghargaan (reward) kepada pelanggan yang sangat

loyal.

c. Menggunakan berbagai taktik pemasaran. Hal ini dilakukan untuk

menarik pelanggan agar tetap loyal, misalkan program peduli “skin

care class” yang dilakukan oleh Esther House of Beauty.

d. Mengingatkan pentingnya loyalitas pelanggan kepada para bawahan

sehingga mereka selalu berusaha untuk menomersatukan pelanggan.

e. Mengkaitkan tujuan membangun loyalitas pelanggan terhadap prestasi

dan rencana kompensasi bawahan.

f. Mengajak bawahan terlibat dalam pengembangan dan

mempertahankan program loyalitas pelanggan.

g. Mengidentifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan pelanggan

pindah ke pesaing. Misalkan, faktor harga, pelayanan, atau kualitas dan

setelah itu dicoba untuk diperbaiki.

Menurut Lele dan Sheth (1996: 47) loyalitas pelanggan dapat

dijabarkan oleh produsen dalam bentuk :

a. Sikap dan perilaku berkelanjutan mempersembahkan karya produk dan

pelayanan bermutu terbaik demi kepuasan pelanggan.

b. Fleksibilitas menyesuaikan mutu produk ke kebutuhan pelanggan yang

nyata.

c. Antusias menyambut dan memperhatikan customer complaint, bukan


(45)

31

d. Berupaya tulus memperhatikan kepentingan setiap pelanggan sebagai

insan manusia, bukan sekedar data, nomer atau sumber siap

dieksploitasi demi kepentingan profit produsen.

e. Kesadaran bahwa itu harus didukung suasana employees satisfaction.

2.2.7.3. Pengaruh CRM Terhadap Kepuasan Pelanggan

Menurut Shoemaker dan Lewis (1996), biaya untuk memperoleh

pembeli baru dapat lima kali lebih mahal dibandingkan dengan biaya untuk memelihara pelanggan lama. Pelanggan yang puas akan dengan senang hati mengungkapkan hal-hal yang positif dan memberikan rekomendasi mengenai

perusahaan kepada orang lain. Shoemaker dan Lewis (1998) mendefinisikan program kepuasan pelanggan seperti Customer Relationship Management sebagai program yang ditawarkan kepada pelanggan yang bertujuan untuk

membangun ikatan emosional terdapat perusahaan atau merek perusahaan. Senada dengan pengertian di atas, Butscher menyatakan bahwa tujuan utama dari program kepuasan pelanggan adalah untuk membangun hubungan

dengan pelanggan sehingga mereka menjadi pelanggan setia perusahaan dalam jangka panjang (2002, : 39). Menurut Barnes (2003 : 63), dalam Hendra (2009 : 7) mengatakan bahwa dengan penerapan CRM yang baik

dalam suatu perusahaan akan dapat mencapai tingkat kepuasan pelanggan tertinggi yang merupakan tujuan utama pemasaran.

CRM meliputi sentralisasi semua data pelanggan perusahaan dan

otomatisasi kegiatan mengelola sales, marketing, dan customer service yang membosankan sehingga para profesional dapat menggunakan waktunya untuk


(46)

melayani pelanggannya secara lebih efektif dan efisien terutama dalam melakukan kegiatan administrasinya. Sejak ditemukannya 12 tahun lalu, CRM terbukti telah membantu perusahaan untuk melakukan transaksi lebih

cepat, membantu dalam menentukan segmentasi dan mencapai target pelanggannya lebih baik, serta meningkatkan customer satisfaction and loyalty secara dramatis dengan memberikan layanan yang prima (Wijaya,

2008 : 6)

2.2.7.4. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Dalam pasar yang tingkat persaingannya cukup tinggi, perusahaan

mulai bersaing untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya agar

pelanggan mempunyai kesetiaan yang tinggi terhadap jasa layanan Iklan

yang ditawarkan oleh perusahaan. Menurut Jones dan Sasser (1994:745)

menyatakan bahwa loyalitas pelanggan merupakan suatu variabel endogen

yang disebabkan oleh kombinasi dari kepuasan sehingga loyalitas

pelanggan merupakan fungsi dari kepuasan. Jika hubungan antara

kepuasan dengan loyalitas pelanggan adalah positif, maka kepuasan yang


(47)

33 Customer Relationship Management (X1) Loyalitas Pelanggan (Y) 2.3. Model Konseptual

Gambar 2.5. Model Konseptual

Operasional X1.1 Analytical X1.2 Niat untuk mengunjungi kembali (Y1)

Kolaborasi X1.3

Tetap Memanfaatkan Jasa

(Y2)

Merekomendasikan Kpd Orang Lain

(Y3) Kepuasan Pelanggan (X2) Keandalan X2.1 Jaminan X2.2 Respon dan pemecahan masalah X2.3

Pengalaman karyawan X2.4

Kemudahan dan Kenyamanan


(48)

2.4.

Hipotesis

Berdasarkan latar belakang permasalahan, teori diatas, maka dapat

diambil hipotesis, sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh positif sistem CRM terhadap Kepuasan

Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo.

2. Diduga terdapat pengaruh positif Kepuasan Pelanggan terhadap


(49)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan perlu

diketahui beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan penulisan

usulan penelitian yaitu :

Customer Relationship Management (X1)

Customer Relationship Management merupakan strategi dan usaha

untuk menjalin hubungan dengan pelanggan dan memberikan pelayanan

yang memuaskan bagi pelanggan. Dengan indikator (Hendra, 2009 : 6):

a. Operasional (X1.1)

Operasional Customer Relationship Management berkaitan dengan

fungsi bisnis suatu perusahaan yang meliputi servis pelanggan,

manajemen pesanan, billing, manajemen dan otomatiosasi penjualan.

b. Analytical (X1.2)

Analytical Customer Relationship Management adalah suatu aktifitas

yang meliputi menyimpan, memindahkan, memproses, dan melaporkan

data konsumen, yang kemudian menganalisa apa yang mereka perlukan.

c. Kolaborasi (X1.3)

Kolaborasi Customer Relationship Management adalah aktifitas untuk

menggabungkan semua komunikasi yang diperlukan, koordinasi dan


(50)

Kepuasan pelanggan (X2)

Kepuasan pelanggan atau pelanggan dapat diartikan sebagai perasaan senang

atau kecewa (ketidakpuasan) seseorang setelah membandingkan kinerja

(performance) produk dengan apa yang diharapkan (expectation), dengan

indikator (Musanto, 2004 : 126) :

1) Keandalan

Merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk melayani sesuai

dengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan.

2) Jaminan

Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan.

3) Respon dan pemecahan masalah

merupakan sikap dari karyawan dalam menanggapi keluhan serta masalah yang dihadapi oleh pelanggan.

4) Pengalaman karyawan

Merupakan semua hubungan antara pelanggan dengan karyawan

5) Kemudahan dan Kenyamanan

Merupakan segala kemudahan dan kenyamanan yang diberikan oleh

perusahaan

Loyalitas Pelanggan (Y)

Pembelian ulang yang terus menerus pada merek yang sama, atau dengan

kata lain adalah tindakan seseorang yang membeli merek, perhatian hanya

pada merek tertentu, dan tidak mencari informasi berkaitan dengan merek


(51)

37

1) Niat untuk mengunjungi kembali (Y1)

2) Tetap Memanfaatkan Jasa (Y2)

3) Merekomendasikan Kepada Orang Lain (Y3)

3.1.2. Pengukuran Variabel

Variabel ini diukur dengan data yang berskala interval. sedangkan

teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial yang mempunyai

skala 7 poin dengan pola sebagai berikut :

1 7

Sangat Buruk Sangat Baik

Keterangan : Jawaban dengan nilai 1 berarti kecenderungan tidak menyetujui

pernyataan yang diberikan (negatif), jawaban dengan nilai antara 7

berarti menyetujui pernyataan yang diberikan (positif).

3.2. Teknik Penentuan Sampel a. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek

/ obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari

hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44). Populasi dalam penelitian ini

adalah keseluruhan pelanggan Rama Jaya Fitness Centre di Sidoarjo


(52)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan

karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus

representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode

pengambilan sampel yang dilakukan adalah non probability sampling

dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel menurut

kriteria atau pertimbangan tertentu (Sugiyono, 1999:78). Kriterianya

antara lain pelanggan yang memiliki membership card Rama Jaya Fitness

Centre Sidoarjo pada saat menggunakan jasa di Rama Jaya Fitness Centre

Sidoarjo.

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan

pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48), antara lain :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah

5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila

terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Dalam penelitian ini sampel diambil dari pelanggan yang berada

pada Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo, dengan jumlah 11 indikator.

Maka jumlah responden yang diambil 55 – 110. Jadi jumlah pelanggan


(53)

39

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer.

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian dengan

cara kuesioner.

b. Data Sekunder.

Yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dengan cara wawancara serta

dokumentasi perusahaan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber datanya diperoleh dari Rama Jaya Fitness

Centre Sidoarjo.

3.3.3. Pengumpulan Data

1). Studi Pustaka, yaitu studi pendahuluan yang diperoleh dari literatur

tentang variabel penelitian yang akan digunakan dan menentukan

teori-teori yang tepat sebagai landasan teori-teori.

2). Studi Lapangan, yaitu studi langsung pada tempat penelitian dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Observasi, yaitu mengadakan penelitian langsung dengan mengamati

masalah yang terjadi diperusahaan.

b. Interview, yaitu mengadakan wawancara pada pimpinan perusahaan


(54)

c. Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan cara membagikan

lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi

data untuk uji SEM.

d. Dokumentasi yaitu pengumpulan data dilakukan dengan mengambil

data dari Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo yang meliputi data

sejarah, lokasi, dan lain-lain.

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis multivariate dengan Structural Equation Modeling (SEM).

Penaksiran pengaruh pada masing – masing variabel bebas terhadap

variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

3.4.1 Uji Normalitas dan Linieritas

Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi

normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path

diagram. Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam

analisis , penguji dapat menggunakan uji – uji statistik. Uji yang paling

mudah adalah dengan mengamati skweness value dari data yang

digunakan. Dimana biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dari

hampir semua program statistic. Nilai statistic untuk menguji normalitas

itu disebut sebagai z – value yang dihasilkan melalui rumus sebagai


(55)

41

Nilai – z = Skewness dimana N adalah ukuran sampel

6

N

Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis atai critical ratio (Ferdinand,

2000 : 95), maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai

kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki.

Misalnya bila nilai yang dihitung lebih besar ± 2.58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0.01.

Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan

memilih pasangan data dan dilihat pada penyebarannya untuk menduga

ada tidaknya linieritas.

3.4.2. Evaluasi Outliers

Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karateristik

unik yang sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang lain dan

muncul dalam bentuk ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun

variabel kombinasi. (Hair. Et.al. 1998).

Adapun outliers dapat dievaluasi dengan 2 cara, yaitu analisis

terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers

(Hair. Et.al. 1998).

a. Outliers Univariat

Deteksi terhadap adanya outliers univariate daapt dilakukan

dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai


(56)

score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai

rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah

dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan

antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar

(diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari

z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1998

dalam Ferdinand, 2002:98). Oleh karena itu apabila ada

observasi-observasi yang memilki z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

b. Outliers Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat outliers perlu dilakukan sebab

walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada

tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah

saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (The Mahalanobis

Distance) untuk tiap obsevasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak

sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang

multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan

menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat ρ< 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam

penelitian. Dan apabila nilai jarak Mahalanobis lebih besar dari χ2tabel


(57)

43

3.4.3. Deteksi Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat

multikolineritas (Multicollinearity) atau singularitas (Singularity) dalam

kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari

matriks kovarians sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil atau

mendekati nol akan akan mengindikasikan adanya Determinant of sample

covariance matrix atau multikolinearitas atau singularitas (Tabachnick,

1998 : 716), Rumus :

Determinant of Sample covariance matrix = 2.5709 e + 006

Atau multikolinearitas atau singularitas = 2.570.906,550

sehingga data tidak dapat digunakan untuk penelitian (Ferdinand,

2002:108).

3.4.4. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang

seharusnya diukur. Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari

setiap laten variabel / construct akan diuji dengan melihat loading faktor

dari hubungan antara setiap obseverd variabel dan laten veriabel. Secara

umum nilai variance extracted yang dapat diterima adalah ≥ 0,5. Variance extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut :

∑ [Standardize Loading] Variance Extracted =


(58)

3.4.5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana

masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk / faktor

laten yang umum. Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling

membantu dengan menjelaskan sebuah fenomena yang umum. Composite

Realibility diperoleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2002 : 62) :

(∑ Std. loading)2 Construct Realibility =

(∑ Std. loading)2 + εj Keterangan :

1. Standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap-tiap

indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

2. ∑εj adalah measurement error dari setiap indikator. Measurement error dapat diperoleh dari 1 – realibilitas indikator.

Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah ≥ 0.7, walaupun angka itu bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya bila penelitian yang dilakukan

bersifat eksploratori maka nilai dibawah 0.7 pun masih dapat diterima

sepanjang disertai dengan alasan-alasan yang empirik yang terlibat dalam

proses eksplorasi.

3.4.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi


(59)

45

Ratio) atau p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t

hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

3.4.7. Pengujian Model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel

data yang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi

yang digunakan (Hartline, 1966), dan karena keakuratan reliabilitas

indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini.

Two-step approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model

pengukuran dan model struktural pada One Step Approach [Hair,

et.al.,1998].

Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah : estimasi

terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model

[Anderson dan Gerbing, 1998]. Cara yang dilakukan dalam menganalisis

SEM dengan two-step approach adalah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah

indikator summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang

berbeda setiap indikator tersebut distandarisasi [Z-scores] dengan

mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk

mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut

[Hair, et.al, 1998].

b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,95 kali σ [Anderson dan Gerbing, 1998].


(60)

Perhitungan construct reliability [α] telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda [λ] terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix

pada analisis model pengukuran SEM.

3.4.8. Evaluasi Model

Didalam SEM peneliti dapat melakukan 3 kegiatan secara

serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen,

pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis

jalur), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara

dengan model struktural). Tahap yang ditempuh dalam pengolahan data

dengan analisis ini adalah :

1. Mengembangkan path diagram.

Pada path diagram ditunjukkan hubugan kausal antar variabel yaitu antara

variabel endogen dan eksogen. Hubungan antara variabel ini dinayatkan

dengan anak panah. Anak panah lurus dengan satu ujung menunjukkan

hubungan kausal yang langsung antara satu variabel lainnya. Sedangkan

garis lengkung dengan dua ujung menunjukkan korelasi antar variabel.

2. Evaluasi atas asumsi SEM

Evaluasi asumsi ditujukan untuk mengetahui kecukupan dipenuhinya

asumsi-asumsi yang ada dalam pemodelan SEM. Evaluasi yang dilakukan


(61)

47

evaluasi atas multicolonieritas dan singularity. Adapun contoh 3 model

konseptual (A, B, dan C) dalam bentuk persamaan sebagai background

SEM :

Tabel 3.1. Contoh 3 Model Konseptual Dalam Bentuk Persamaan A [1] Y1 = B0 + B1Y2 + B3X1 + B4X2 + error1

[2] Y2 = B5 + B6Y1 + error2

B [1] Y1 = B0 + B1X1 + B2X2 + error1

[2] Y2 = B3 + B4Y1 + B5X1 + B6X2 + error2

[3] Y3 = B7 + B8Y1 + B9Y2 + B10X1 + B11X2 + error3

C [1] Y1 = B0 + B1X1 + B2X2 + error1

[2] Y2 = B3 + B4Y1 + B5X1 + error2

3. Evaluasi kriteria Goodness-of-fit model penelitian

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian (fit) dan

model yang dikembangkan terhadap data penelitian. Ini penting dilakukan

karena SEM tidak digunakan untuk menciptakan suatu model tapi lebih

kepada mengkonfirmasi model. Artinya tanpa landasan teoritis yang kuat

atas hubungan variabel yang dimodelkan maka analisis SEM ini tidak

dapat digunakan. Ukuran Goodness of fit yang digunakan serta nilai

cut-off-nya dapat dilihat pada tabel dibawah : (Ferdinand, 2002)

Tabel 3.2. Goodness of Fit Indices

Goodness-of-fit index Cut-off-value

X2 – Chi Square Diharapkan kecil

Derajat bebas (DF) Positif

Signifikansi Probabilitas ≥ 0,05

GFI ≥ 0,90

AGFI ≥ 0,90

TLI ≥ 0,95


(62)

4. Intrepretasi hasil

Pada tahap ini hasil atau ouput pengujian dievaluasi untuk

menentukan penerimaan atau penolakan terhadap kesesuain model dan

hipotesis yang diajukan.

3.4.9. Evaluasi Goodgness of Fit

1. X2- Chi Square Statistic

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit

adalah likehood ratio chi-square statistic. Chi-square ini bersifat sangat

sensitive terhadap besarnya sampel yang digunakan karena itu bila

jumlah sampel adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel maka

statistic chi-square ini harus didampingi oleh alat uji kainnya. Model

yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya

rendah. Semakin kecil nilai X2semakin baik model itu. Dalam pengujian

ini nilai X2 yang rendah yang mengahasilkan sebuah tingkat signifikansi

yang lebih besar dari 0,05 akan mengindikasikan tak adanya perbedaan

yang signifikan antara matriks kovarians yang diestimasi.

2. RMSEA-The Root Mean Square Error of Appoximation

Adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk

mengkompensasikan chi-square statistic dalam sampel yang besar Nilai

RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model


(63)

49

dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang

menunjukkan Indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan

sebuah close-fit dari model ini berdasarkan degree of freedom.

3. GFI – Goodness of Fit Index

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi

tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sample yang dijelaskan

oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan.

GFI adalah sebuah ukuran non-statistical yang mempunyai

rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit 0. nilai

yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI Adjusted Goodness of fit indeks

Adalah analog dari R2 dalam regresi bergnda. Fit index ini dapat didjust

terhadap degree of freedom yang tersedia untuk menguji diterima

tidaknya model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bial

AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90. perlu

diketahui bahwa baik GFI maupun AGFI adalah criteria yang

memperhitungkan proporsi tertimbang dari varias dalam sebuah matriks

kovarians sampel.

5. CMIN / DF

The minimun sample discrepancy function (CMN) dibagi dengan


(64)

umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator

untuk mengukur tingkat fit-nya sebuah model.

6. TLI – Tucker Lewis Index

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline

model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya

sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

7. CFI : Comparative fit index

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana

semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi a


(65)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Rama Jaya Fitness Centre didirikan oleh Bapak Andri S.

Partakusoema sejak tanggal 24 Agustus 2003. Usaha Fitness Centre ini

berlokasi di Komplek Wisma Tropodo Sidoarjo. Fitness Centre yang telah

berjalan tujuh tahun lebih ini sudah memiliki member yang cukup banyak hampir sekitar 200 orang, dengan member aktif sebanyak 100-150 orang.

Rama Jaya Fitness Centre memiliki peralatan fitness yang lengkap.

Peralatan tersebut terbagi menjadi delapan kelompok yaitu kelompok badan belakang (lat), kelompok dada (chest), kelompok kaki (leg), kelompok perut

(abdominal), kelompok campuran, kelompok jantung/pernafasan (cardio),

kelompok tangan (biceps/triceps/forearm), stick dan beban. Rama Jaya

Fitness Centre menawarkan harga yang relatif murah yang dapat dijangkau

oleh semua kalangan masyarakat. Konsumen yang ingin menjadi member,

harus membayar uang pendaftaran sebesar Rp 85.000. Ada dua jenis keanggotaan yang ditawarkan yaitu bulanan dan harian. Khusus member

bulanan disediakan paket Hemat. Sedangkan bagi konsumen yang ingin berlatih tanpa menjadi member dikenakan biaya berlatih Rp 15.000 per


(1)

68

68 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Customer Relationship Management tidak berpengaruh terhadap Kepuasan Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo.

2. Kepuasan Pelanggaan tidak berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan di Rama Jaya Fitness Centre Sidoarjo.

5.2. Saran

Sehubungan dengan permasalahan dan hasil analisa data yang telah disajikan dimuka, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang bermanfaat bagi perusahaan, adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :

a) Memaksimalkan penggunaan CRM guna memperoleh informasi tentang pelanggan dan bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan.

b) Meningkatkan komunikasi antara pelanggan dengan perusahaan untuk menciptakan hubungan baik pelanggan dengan menggunaka fasilitas web ataupun telepon.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. Structural Equation Modeling in Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach, Psycological Bulletin. 103 (3) : 411-23.

Andreani, Fransisca, (2007), Customer Relationship Management (CRM) Dan Aplikasinya Dalam Industri Manufaktur Dan Jasa. Jurnal Manajemen Pemasaran, vol. 2, no. 2, Oktober 2007: 59-65

Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling, Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117

Fenny Witanto dan Mei Carolina, KeuntunganTeknologi Informasi Strategi Pada Dunia Usaha (Perhotelan), Business Information Systems, STIE-Malangkucecwara,

Ferdinand, Augusty [2002], Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen, Penerbit BP Undip, Semarang.

Hair, J.F. et. al. [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing. 60 (4) : 52-70.

Hiasdinata, 2009, Customer Relationship Management (CRM) Dan Aplikasinya Dalam Industri Manufaktur Dan Jasa, Binus University

Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran. Diterjemahkan oleh Hendra Teguh, SE, Ak. Dan Ronny A. Rusli, SE, Ak. Jilid 1. Salemba Empat, Jakarta.

____________. (2000). Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jilid 1. Salemba Empat, Jakarta.

Masrun, (1979), Reliabiliitas dan Cara Menentukannya, Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.

Payne, A. 2000. Strategic Framework for Customer Relationship Management, A BT CRM White Paper.


(3)

Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN "Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20

Sutedjo, Budi dan Philip, John. (2003). I-CRM : Membina Relasi Dengan Pelanggan Dot Com. Andi, Jogyakarta.

Tabachnick B.G. and Fidel, L.S., 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, Harper Collins College Publisher, New York.

Turban, Efraim. (2004). Electronic Commerce A managerial Perspective, Prentice Hall, New Jersey.

Turban, E, Rainer Jr, R.K., Porter, R.E. (2001). Introduction to Information Technology. John wiley & sons, USA.

Wijaya, Serli dan Thio, Sienny, 2008, Implementasi membership card dan Pengaruhnya dalam meningkatkan Loyalitas pengunjung restoran di surabaya


(4)

KUISIONER

Identitas Responden

1. Nama

: ...

2. Jenis Kelamin : ...

Petunjuk Pengisian

Isilah identitas anda pada tempat yang telah ditentukan

Isilah dalam kotak yang disediakan rentang angka 1 s/d 7 menurut pendapat

saudara. Dapat diisi dalam bentuk pecahan atau bulat

Contoh pengisian

Sangat buruk

Sangat baik


(5)

Pertanyaan :

I.

CRM (X

1

)

1.

Menurut Anda operasional kegiatan

CRM

pada Rama Jaya

Fitness Centre

Sidoarjo sudah

diterapkan baik.

Sangat Buruk Sangat Baik

2.

Menurut Anda pelanggan bisa memperoleh informasi dengan cepat karena Rama Jaya

Fitness Centre

Sidoarjo melakukan kegiatan menyimpan data pelanggan dengan baik.

Sangat Lambat

Sangat Cepat

3.

Menurut Anda Rama Jaya

Fitness Centre

Sidoarjo sudah sangat baik berkomunikasi

dengan pelanggan.

Sangat Buruk

Sangat Baik

II.

Kepuasan Pelanggan (X

2

)

1.

Menurut Anda keandalan atau kemampuan karyawan/instruktur Rama Jaya

Fitness

Centre

Sidoarjo sudah sangat baik dalam melayani pelanggan.

Sangat Buruk Sangat Baik

2.

Menurut Anda pelanggan Rama Jaya

Fitness Centre

Sidoarjo memberikan jaminan

keamanan yang baik kepada pelanggan.

Sangat Buruk

Sangat Baik

7

1

7

1

7

1

7

1

7

1


(6)

3.

Menurut Anda Rama Jaya

Fitness Centre

Sidoarjo sudah sangat cepat dalam memberikan

respon dan pemecahan masalah kepada pelanggan yang membutuhkan bantuan.

Sangat Lambat

Sangat Cepat

4.

Menurut Anda Instruktur Rama Jaya

Fitness Centre

Sidoarjo sudah mempunyai

pengalaman atau jam terbang yang banyak di dalam melatih pelanggan.

Sangat Sedikit

Sangat Banyak

5.

Menurut Anda Rama Jaya

Fitness Centre

Sidoarjo sering memberikan kemudahan dan

kenyamanan kepada pelanggan di dalam menggunakan jasa.

Sangat Jarang

Sangat Sering

III.

Loyalitas Pelanggan (Y)

1.

Anda mempunyai niat untuk mengunjungi Rama Jaya

Fitness Centre

Sidoarjo.

 

Sangat Tidak Berniat Sangat Berniat

2.

Anda berniat tetap akan memanfaatkan jasa Rama Jaya

Fitness Centre

Sidoarjo.

 

Sangat Tidak Berniat Sangat Berniat

3.

Anda berniat merekomendasikan Rama Jaya

Fitness Centre

Sidoarjo kepada orang lain.

 

Sangat Tidak Berniat Sangat Berniat 

7

1

7

1

7

1

7

1

7

1

7

1