REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PERISTIWA POLITIK DALAM NEGERI (Event Study : Pada Peristiwa Mundurnya Sri Mulyani Indrawati Sebagai Menteri Keuangan).

(1)

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PERISTIWA POLITIK DALAM NEGERI (Event Study : Pada Peristiwa Mundurnya Sri Mulyani Indrawati Sebagai Menteri Keuangan)”.

Penyususun skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan serta saran – saran dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr H. R. Teguh Soedarto MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs.Ec. H. R.A. Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan Fakultas


(2)

5. Ibu Dra. Sari Andayani, MAKs selaku dosen pembimbing dan dosen wali yang dengan kesabaran, ketelatenan, dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk sampai terselesainya skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staff Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur, khususnya program studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama ini.

7. Bapak Hartono dan Ibu Dwi Dayati tercinta yang telah memberikan dukungan dan sumbangan moril maupun materiil serta doa sehingga dalam penulisan ini selalu dalam lindungan Allah SWT.

8. Kakak tercinta (Reny), keponakan tersayang (Salsabila) dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materiil selama ini.

9. Hendityo (Paboy) tersayang yang selama ini dengan sabar menemani dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman Jurusan Akuntansi angkatan tahun 2007 (Maya, Joevy, Lobo, Dyah, Vita, dll), serta teman-teman kos (Dina, Prim, Sinta, Stevani, Putri, Ike, dll) terimakasih atas dukungan dan doanya.

11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(3)

ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Mei 2011


(4)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Pasar Modal ... 10

2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal ... 12

2.2.1.2. Peranan dan Fungsi Pasar Modal ... 14

2.2.1.3. Manfaat Pasar Modal ... 16

2.2.1.4. Jenis-Jenis Pasar Modal ... 19


(5)

2.2.3. Pendekatan Untuk Penilaian Investasi Saham ... 25

2.2.3.1. Pendekatan Tradisional ... 25

2.2.3.2. Pendekatan Portofolio Modern ... 26

2.2.4. Efisiensi Pasar Modal ... 28

2.2.4.1. Pengertian Efisiensi Pasar Modal ... 28

2.2.4.2. Bentuk Efisiensi pasar Modal ... 29

2.2.4.3. Arti Penting Efisiensi Pasar ... 31

2.2.4.4. Informasi Dalam Kaitan dengan Efisiensi Pasar Modal ... 34

2.2.4.5. Karateristik Pasar Modal efisiensi ... 36

2.2.5. Event Study ... 37

2.2.6. Kondisi Pengunduran Diri Sri Mulyani Sebagai Menteri Keuangan ... 38

2.2.6.1. Pengaruh Pengunduran Diri Sri Mulyani Sebagai Menteri Keuangan Pada Bursa saham Indonesia ... 40

2.2.7. Abnormal Return ... 41

2.2.8. Trading Volume Activity ... 42

2.3. Kerangka Pikir ... 43


(6)

3.2.1. Populasi ... 49

3.2.2. Sampel ... 50

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.3.1. Jenis Data ... 51

3.3.2. Pengumpulan Data ... 51

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 55

4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ... 55

4.1.2. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 56

4.1.3. Misi dan Visi Bursa Efek Indonesia ... 59

4.1.4. Sejarah Singkat Perusahaan Sampel ... 60

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

4.2.1. Deskripsi Mengenai Return Sesungguhnya ... 67

4.2.2. Deskripsi Mengenai Retun Ekspektasi ... 69

4.2.3. Deskripsi Mengenai Return Tidak Normal ... 71

4.2.4. Deskripsi Mengenai Trading Volume Activity ... 72

4.3. Deskripsi Hasil Uji Normalitas ... 74


(7)

4.4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Peristiwa Mundurnya Sri Mulyani Sebagai

Menteri Keuangan ... 80 4.4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Uji t berpasangan

Rata-rata abnormal Return dan

Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Peristiwa Mundurnya Sri Mulyani

Sebagai Menteri Keuangan ... 83 4.5. Pembahasan ... 86 4.6. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan

Penelitian Terdahulu ... 88 4.7. Keterbatasan Penelitian ... 90 4.8. Implikasi Penelitian ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 93 5.2. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

(9)

Tabel 2.1. Indeks Saham Pada Saat Mundurnya Sri Mulyani ... 42 Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Expected Return ... 70 Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Abnormal return dan TVA Pada

Masing-Masing Periode Selama Event Window ... 75 Tabel 4.3. Hasil Pengujian Paired Sample Statistic Abnormal Return

Sebelum dan Sesudah Mundurnya Sri Mulyani Sebagai

Menteri Keuangan ... 77 Tabel 4.4. Hasil Pengujian Paired Sample Test Abnormal Return Sebelum

dan Sesudah Mundurnya Sri Mulyani

Sebagai Menteri Keuangan ... 79 Tabel 4.5. Hasil Pengujian Paired Sample Statistic TVA Sebelum

dan Sesudah Mundurnya Sri Mulyani Sebagai

Menteri Keuangan ... 81 Tabel 4.6. Hasil Pengujian Paired Sample Test TVA Sebelum dan Sesudah

Mundurnya Sri Mulyani Sebagai Menteri Keuangan ... 82 Tabel 4.7. Hasil Pengujian Paired Sample Statistic rata-rata

abnormal return dan TVA Sebelum dan Sesudah

Mundurnya Sri Mulyani Sebagai Menteri Keuangan ... 84 Tabel 4.8. Hasil Pengujian Paired Sample Test Abnormal Return


(10)

(11)

Ria Aseptin

Abstraksi

Peristiwa mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang merupakan peristiwa politik berskala nasional yang dapat mempengaruhi reaksi pasar modal di Indonesia. Pelaku pasar yang pasti pada umumnya prihatin dengan kemunduran itu. Hal itu tampak saat pengunduran diri Sri Mulyani berdampak negatif terhadap perdagangan saham di BEI. Kinerja Ibu Sri Mulyani selama ini dinilai baik oleh pelaku pasar. Beliau ditunjuk sebagai Managing Director Bank Dunia mulai 1 Juni 2010 dan akan berperan untuk memperkuat dukungan dan implementasi reformasi Bank Dunia, dari suatu titik yang menguntungkan dari Negara berpendapatan menengah yang masih menghadapi tantangan kemiskinan yang signifikan. Mundurnya Sri Mulyani sempat memberikan guncangan ke pasar finansial Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus terpukul setelah munculnya kabar mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui secara empiris abnormal return dan Trading volume Activity sebelum dan sesudah peristiwa Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan pada bulan Mei 2010.

Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam perusahaan manufaktur kategori consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis uji beda (one sample t test)

Dari analisis diatas data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang diajukan yakni ada perbedaan abnormal return

sebelum dan sesudah peristiwa mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan pada tanggal 5 Mei 2010, dapat terbukti kebenarannya, hal tersebut didukung oleh hasil pengujian dengan uji t dimana diperoleh t hitung sebesar -4.391 dengan taraf signifikan 0,000. Tidak demikian dengan hipotesis kedua yang diajukan yakni ada perbedaan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah peristiwa mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan pada tanggal 5 Mei 2010, tidak dapat terbukti kebenarannya, hal tersebut dapat didukung oleh hasil pengujian dengan uji t dimana diperoleh t hitung sebesar 1.552 dengan taraf signifikasi 0,133.


(12)

1.1. Latar Belakang

Pasar modal mempunyai fungsi untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal bagi perusahaan merupakan sarana untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang, sedangkan bagi usahawan pasar modal merupakan salah satu sumber alternatif untuk memperoleh dana eksternal. Bagi investor, pasar modal merupakan alternatif untuk memperoleh tingkat keuntungan (return) semaksimal mungkin, tentunya dengan resiko seminimal mungkin. Oleh karena itu pasar modal dapat dijadikan gambaran perekonomian suatu negara.

Pasar modal Indonesia diselenggarakan di Jakarta dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI). Husnan (1998) memberikan definisi pasar modal secara formal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri. Pasar modal sebagai suatu instrumen ekonomi, tidak lepas dari berbagai pengaruh lingkungan baik lingkungan ekonomi maupun lingkungan non ekonomi.

Pengaruh tersebut terutama berasal dari lingkungan ekonomi dan lingkungan politik. Perubahan lingkungan ekonomi mikro seperti kinerja perusahaan, perubahan strategi perusahaan (misalnya merger maupun divestasi), pengumuman laporan keuangan atau dividen perusahaan akan selalu


(13)

mendapatkan reaksi dari pada pelaku pasar di pasar modal. Selain perubahan lingkungan ekonomi mikro, perubahan lingkungan makro juga berperan, seperti kurs valuta asing, inflasi, perubahan suku bunga tabungan dan deposito serta kebijakan sektor finansial yang dikeluarkan pemerintah. Demikian pula mengenai kondisi lingkungan politik, seperti kerusuhan politik, aksi terorisme, pergantian pemerintahan atau peristiwa lain yang mempunyai hubungan erat dengan stabilitas perekonomian negara, akan mempengaruhi fluktuasi harga dan volume transaksi saham di pasar modal.

Peristiwa mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang merupakan peristiwa politik berskala nasional yang dapat mempengaruhi reaksi pasar modal di Indonesia. Pelaku pasar yang pasti pada umumnya prihatin dengan kemunduran itu. Hal itu tampak saat pengunduran diri Sri Mulyani berdampak negatif terhadap perdagangan saham di BEI. Kinerja Ibu Sri Mulyani selama ini dinilai baik oleh pelaku pasar. Beliau ditunjuk sebagai Managing Director Bank Dunia mulai 1 Juni 2010 dan akan berperan untuk memperkuat dukungan dan implementasi reformasi Bank Dunia, dari suatu titik yang menguntungkan dari Negara berpendapatan menengah yang masih menghadapi tantangan kemiskinan yang signifikan(wikimu.com).

Mundurnya Sri Mulyani sempat memberikan guncangan ke pasar finansial Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus terpukul setelah munculnya kabar mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Digabung dengan sentimen negatif krisis utang Yunani, kabar pengunduran diri


(14)

Sri Mulyani cukup memberikan pukulan ke pasar. IHSG anjlok sementara itu nilai tukar rupiah ikut merosot (Businessreview.co.id) .

Tabel : 1.1 Indeks Saham Pada Saat Mundurnya Sri Mulyani

No Indeks Pembukaan Tertinggi Terendah Penutupan -/+

1 IHSG 2959.02 2958.520 2834.963 2846.239 -112.776 2 Sektor Perkebunan 1889.75 1881.169 1794.291 1809.649 -80.096 3 Sektor Pertambangan 2521.48 2509.491 2389.478 2403.569 -117.912 4 Sektor Konsumsi 872.842 880.384 852.362 870.238 -2.604 5 Sektor Infrastruktur 694.156 693.937 673.013 675.395 -18.761 6 Sektor Manufaktur 662.167 657.954 640.190 643.549 -18.618 7 LQ45 572.215 572.090 546.016 548.295 -23.920 8 ASII 45,550 45,000 43,400 43,450 -2,100 9 ITMG 38,650 38,150 36,500 36,650 -2,000 10 UNTR 19,200 19,000 17,950 18,000 -1,200

Sumber : Data Sekunder Bursa Efek Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (5/5), merosot 3,81 persen terkait mundurnya Sri Mulyani Indrawati sebagai menteri keuangan. IHSG ditutup melemah 112,776 poin menjadi 2.846,239. Sementara indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan juga melemah 23,920 poin atau 4,18 persen ke posisi 548,295. Pengunduran Sri Mulyani berdampak negatif pada IHSG. Harga saham-saham di BEI mayoritas melemah. Beberapa saham yang mengalami penurunan diantaranya, Astra International (ASII) turun Rp2.100 ke Rp43.450, Indo Tambang Raya turun Rp 2.000 ke Rp 36.650, United Traktor turun Rp 1.200 ke Rp 18.000 (Liputan6.com). Nilai transaksi tercatat Rp5,25 triliun dengan volume sebanyak 2,88 miliar lembar saham. Sebanyak 206 saham terpantau melemah, 33 saham menguat dan 45


(15)

saham tidak berubah. Semua sektor tampak memerah dengan dipimpin sektor tambang yang anjlok hingga 89,33 poin, sektor perkebunan turun hingga 43 poin, sektor infrasktutur turun 15,99 poin, sektor manufaktur turun 15,35 poin dan sektor konsumsi yang tadinya masih menguat juga akhirnya turun sebanyak 6,9 poin(ciptapangan.com).

Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti berupaya melakukan Event Study

mengenai kaitan antara perubahan abnormal return dan aktivitas volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia dengan peristiwa politik dalam negeri yakni “Mundurnya Sri Mulyani Indrawati Sebagai Menteri Keuangan”.

Penelitian ini mencoba menguji kekuatan muatan informasi (Information)

lain hendak mengamati reaksi pasar modal terhadap event berupa peristiwa politik berskala nasional.

Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu peristiwa, jika peristiwa mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu berita tentang peristiwa tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditujukan dengan adanya perubahan harga dengan menggunakan return dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan Abnormal return pada investor. Sebaliknya jika peristiwa tidak mengandung informasi, tidak akan memberikan Abnormal return kepada investor (Jogiyanto, 2000). Agus Sartono dan Yarmanto (Periode pengamatan 1992-1994) mengatakan bahwa ada kecendrungan di bursa efek Jakarta bereaksi


(16)

secara tidak wajar (over reaction) dalam menyesuaikan diri terhadap informasi baru. Hasil Ini konsisten dengan teori over reaction, dimana pelaku akan menilai saham terlalu tinggi dalam bereaksi terhadap kabar baik dan menilai saham terlalu rendah dalam bereaksi terhadap kabar buruk.

Dari uraian diatas maka penulis melakukan penelitian yang diberi judul

“Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Event Study : Peristiwa Mundurnya Sri Mulyani Indrawati Sebagai Menteri Keuangan)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan antara abnormal return di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan?

2. Apakah ada perbedaan antara volume transaksi saham di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :


(17)

1. Untuk menguji dan mengetahui secara empiris perbedaan abnormal return di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.

2. Untuk menguji dan mengetahui secara empiris perbedaan volume transaksi saham di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara lain :

1. Bagi para investor dan calon investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan dan strategi investasi yang tepat sehingga dapat mengalokasikan dana dengan efisien. 2. Bagi manajemen perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan pengendalian dan pengembangan perusahaan khususnya dalam menentukan pilihan peningkatan modal perusahaan.

3. Bagi kalangan akademisi

Menambah referensi dan meningkatkan pemahaman mengenai penelitian

event study khususnya yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pasar modal di Indonesia.


(18)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan serta bahan kajian yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain :

1. Mery Isprastyo Putranto (2005)

Judul Penelitian

“Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Event Study Pada Peristiwa Terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI Periode 2004-2009)”.

Permasalahan yang dikemukakan

1. Untuk mengetahui perbedaan abnormal return di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa Terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI Periode 2004-2009?

2. Untuk mengetahui perbedaan volume transaksi saham di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa Terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI Periode 2004-2009?


(19)

Hipotesis

1. Abnormal return sebelum terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI (µ1).

2. Abnormal return sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI (µ2).

3. Trading Volume Activity (TVA) sebelum terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI (µ3).

4. Trading Volume Activity (TVA) sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI (µ4).

Kesimpulan

1. Hipotesis pertama yang diajukan yakni pada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20 Oktober 2004, tidak dapat terbukti kebenarannya, hal tersebut didukung oleh hasil pengujian dengan uji t dimana diperoleh uji sebesar 0,763 dengan taraf signifikan 0,465.

2. Hipotesis kedua yang diajukan yakni ada perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20 Oktober 2004, tidak dapat terbukti kebenarannya, hal tersebut didukung oleh pengujian dengan uji t dimana diperoleh uji sebesar 2,212 dengan taraf signifikan 0,054.


(20)

3. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan pada abnormal return dan trading volume activity, yang disebabkan oleh sikap para investor yang cenderung menunggu kebijakan-kebikan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah yang baru maupun informasi-informasi.

2. Ade Noviansyah (2005)

Judul Penelitian

“Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Event Study Peristiwa Pemilihan Presiden RI Putaran II Tahun 2009)”.

Permasalahan yang Dikemukakan

1. Untuk mengetahui perbedaan abnormal return di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa Pemilihan Presiden RI Putaran II Tahun 2004?

2. Untuk mengetahui perbedaan volume transaksi saham di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa Pemilihan Presiden RI Putaran II Tahun 2004?

Hipotesis

1. Ada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa Pemilihan Presiden RI Putaran II.

2. Ada perbedaan volume transaksi saham (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa Pemilihan presiden RI Putaran II.


(21)

Kesimpulan

1. Hipotesis pertama yang diajukan yakni pada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa Pemilihan Presiden putaran II tanggal 20 September 2004 tidak dapat terbukti kebenarannya. Hal tersebut didukung oleh hasil pengujian hipotesis, dimana menunjukkan nilai thitung 0,320 dengan taraf signifikan 0,756, dari taraf signifikan yang lebih besar dari 0,05 tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa Pemilihan Presiden putaran II tanggal 20 September 2004.

2. Hipotesis kedua yang diajukan yakni ada perbedaan trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa Pemilihan Presiden putaran II tanggal 20 September 2004 tidak dapat terbukti kebenarannya. Hal tersebut didukung dari hasil pengujian hipotesis, dimana menunjukkan nilai thitung -0,294 dengan taraf signifikan 0,776, dari taraf signifikan yang lebih besar dari 0,05 tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa Pemilihan Presiden putaran II tanggal 20 September 2004.

3. Meskipun kondisi politik serta keamanan yang stabil dan kondusif serta pelaksanaan pemilihan presiden yang berlangsung aman, tertib dan lancar. Namun para pemodal masih mempertimbangkan imbas dari hasil


(22)

pemilihan presiden putaran II tersebut, mereka masih ragu apabila ada pergantian presiden maka akan muncul kebijakan-kebijakan baru khususnya di bidang perekonomian yang kemungkinan tidak sesuai dengan kebijakan yang mereka inginkan.

3. Rifki Baya’sud (2006)

Judul Penelitian

“Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Ekonomi Dalam Negeri (Event Study Pada Peristiwa Naiknya Harga BBM pada Tanggal 1 Oktober 2005)”.

Permasalahan yang Dikemukakan

1. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM pada perusahaan perdagangan eceran yang go publik di Bursa Efek Jakarta?

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM pada perusahaan perdagangan eceran yang go publik di Bursa Efek Jakarta?

Hipotesis

1. Abnormal return sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak (µ1) 2. Abnormal return sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak (µ2)

3. Trading Volume Acitivity (TVA) sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak (µ3)


(23)

4. Trading Volume Acitivity (TVA) sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak (µ3)

Kesimpulan

1. Hipotesis pertama yang diajukan yakni ada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM pada perusahaan perdagangan eceran yang go publik di Bursa Efek Jakarta, tidak terbukti kebenarannya.

2. Hipotesis kedua yang diajukan yakni ada perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM, tidak dapat terbukti kebenarannya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pasar modal

2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal

Menurut Anoraga (1995:6) pasar modal hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, memungkinkan penambahan financial assets (dan hutang) pada saat yang sama memungkinkan investor untuk selalu merubah dan menyesuaikan portofolio investasinya (melalui pasar sekunder). Bagi perusahaan (emiten) pasar modal merupakan sarana untuk meningkatkan kebutuhan jangka


(24)

panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi pada para pemilik dana (investor) baik golongan maupun lembaga-lembaga usaha.

U Tun Wai dan Hugh T. Patrick dalam sebuah makalah IMF, mereka menyebutkan 3 pengertian tentang pasar modal sebagai berikut : (Danareksa, 1986 dan ekonomika FEUI, 1987)

1. Definisi yang luas

Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek, primer, dan tidak langsung.

2. Definisi dalam arti menengah

Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang jangka waktu lebih dari 1 tahun) termasuk saham-saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotik dan tabungan serta deposito berjangka.

3. Definisi dalam arti sempit

Pasar modal adalah pasar terorganisir yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner dan underwriter.

Secara formal pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa


(25)

diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 1998:3).

Menurut Anwar (2005:70) mengenai pengertian pasar modal pada hakikatnya tidak berbeda dengan pasar barang atau pasar tradisional yang sudah dikenal masyarakat, yaitu tempat melakukan perdagangan atas suatu produk antara pihak pembeli dan pihak lain sebagai penjual.

Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal merupakan suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah, 2003:4).

2.2.1.2. Peranan dan fungsi Pasar Modal

Peranan pasar modal dilihat dari sudut ekonomi makro adalah sebagai suatu piranti untuk melakukan alokasi sumber daya ekonomi secara optimal. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu Negara. Hal ini dimungkinkan karena pasar


(26)

modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor yang produktif. Apabila pengerahan dana masyarakat melalui lembaga-lembaga keuangan maupun pasar modal sudah dapat bekerja dengan baik, maka dana pembangunan yang bersumber dari luar negeri makin lama makin dikurangi.

Menurut Husnan (1998 : 4) pasar modal mengandung dua fungsi yaitu:

1. Fungsi Ekonomi

Dalam melaksanakan fungsi ekonominya pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan data dari lender ke borrower. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lender mengharapkan akan memperoleh imbalan dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus penyerahan dana tersebut. Dari sisi borrower tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu dana dari hasil operasi perusahaan.

2. Fungsi Keuangan

Fungsi ini dilakukan dengan jalan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrower dan para lender menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. Meskipun harus diakui perbedaan fungsi ekonomi dan keuangan ini sering tidak jelas. Pasar modal menjalankan fungsi


(27)

ekonomi dan keuangan suatu Negara. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender kepada borrower.

Suatu perusahaan jika memerlukan untuk go publik, atau melakukan penawaran penjualan saham perusahaan tersebut harus siap berbagi kepemilikan dan keuntungan perusahaan yang selama ini hanya dikuasai oleh satu orang atau sebagian kecil orang. Disini pembelian saham mencerminkan pemerataan kepemilikan suatu perusahaan dan pemeratan pendapatan.

Pasar modal merupakan alternatif memperoleh dana segar, yaitu dengan go publik. Dengan adanya pasar modal, maka perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana sehingga kegiatan ekonomi diberbagai sektor ditingkatkan.

2.2.1.3. Manfaat Pasar Modal

Basjiruddin A. sarida (Anoraga, 2001 : 15) menyatakan arti pentingnya pasar modal ialah sangat bermanfaat sebagai sumber pembelanjaan perusahaan, bisa berasal dari sumber internal (internal source) dan sumber eksternal (external source). Dana yang berasal dari sumber internal adalah dan yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan.


(28)

Dana-dana yang berasal dari luar perusahan meliputi dana-dana yang dari kreditur dan pemilik atau pengambil bagian dari perusahaan yang bersangkutan. Modal yang berasal dari kreditur merupakan utang perusahaan sehingga perusahaan mempunyai beban tetap untuk membayar bunga. Pembiayaan ini dikenal dengan debt financing. Sumber eksternal lainnya antara lain kredit dan supplier, lembaga perbankan, lembaga keuangan non-bank, dan pasar modal.

Manfaat dengan adanya pasar modal menurut TC. Reilly adalah dunia usaha dan perusahaan-perusahaan akan memiliki pintu masuk untuk mendapatkan pembelanjaan jangka panjang yang diwujudkan dalam barang-barang modal (capital assets), yang akan menambah kapasitas produksi dan menambah kesejahteraan ekonomi.

Dana akan teralokasi secara tepat oleh pasar pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan secara produktif. Perusahaan-perusahaan-perusahaan akan berusaha disiplin dan profesional untuk mendapatkan laba sehingga stabilitas pembagian dividen dapat terjamin dan pada akhirnya akan dapat menjamin tingkat harga pasar saham yang terus meningkat dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Biaya pembelanjaan dengan go publik acapkali dapat lebih murah daripada sumber lain, misalnya pinjaman dari bank.


(29)

Lukman Nul Hakim berpendapat (Anoraga, 2001:17) bahwa pasar modal bermanfaat bagi perusahaan (emitten), investor dan pemerintah (pembangunan). Dengan berkembangnya pasar modal dimana perusahaan-perusahaan menjual sahamnya di bursa efek, maka hal ini akan sejalan dengan tujuan pemerataan hasil pembangunan, membuka kesempatan kerja dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengurangi ketegangan sosial di kalangan masyarakat. Manfaat lain dari perkembangan pasar modal ini adalah pendayagunaan secara optimal dana yang dimiliki masyarakat untuk dimanfaatkan dalam mendorong pembangunan.

Perkembangan pasar modal di Indonesia tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh perusahaan besar dan kuat untuk memperoleh modal, baik berupa equity maupun obligasi. Sejak deregulasi pasar modal Indonesia bulan Desember 1987 yang lalu, pemerintah telah membuka kemungkinan bagi perusahaan kecil dan menengah untuk memanfaatkan pasar modal dalam pasar sekunder diluar Bursa Efek Indonesia yaitu Bursa Pararel atau OTC. Kesempatan inipun masih belum dimanfaatkan oleh perusahaan Indonesia.

Bagi investor dengan perkembangan pasar modal Indonesia yang menerbitkan saham, obligasi dan sekuritas jelas membuka kesempatan lebih mengoptimalkan perolehan dari dana yang dimilikinya. Dengan adanya penelitian dalam investasinya dibandingkan bila melakukan investasi langsung.


(30)

Manfaat pasar modal menurut Fakhruddin (2001 : 2) adalah :

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

3. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi Negara.

4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat.

6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.

2.2.1.4. Jenis-Jenis Pasar Modal

Pengertian pasar modal menurut Samsul (2002:46) dapat dikategorikan menjadi 4 pasar, yaitu :

1. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Di sini dikatakan tempat karena secara fisik masyarakat pembeli dapat


(31)

bertemu dengan penjamin emisi ataupun agen penjual untuk melakukan pesanan sekaligus membayar uang pesanan.

2. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antarinvestor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Dikatakan tempat karena secara fisik para perantara efek berada dalam satu gedung di lantai perdagangan (trading floor), seperti di Bursa Efek Jakarta.

3. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga adalah saran transaksi jual-beli efek antara market maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. Investor dapat memilih marker maker yang member harga terbaik. Marker maker adalah anggota bursa. Para market maker ini akan bersaing dalam menentukan harga saham, karena satu jenis saham dipasarkan oleh lebih dari satu market maker.

4. Pasar Keempat (Fourth Marker)

Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk saham atas pembawa.


(32)

2.2.2. Saham

2.2.2.1. Pengertian saham

Definisi saham menurut Darmadji (2001:5) adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut.

Sedangkan menurut Anoraga (2001:58) adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut.

2.2.2.1.Jenis-Jenis Saham

Menurut Fakhruddin (2001 : 12) saham dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Saham biasa (common stocks)

Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham bisa merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar.

2. Saham Preferen (preferend stocks)

Saham preferen merupakan saham yang memiliki karateristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan


(33)

tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki saham prioritas

Menurut Darmadji (2001:6), jenis-jenis saham dapat dilihat dari cara peralihan saham yaitu :

1. Saham Atas Unjuk (bearer stocks)

Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

2. Saham Atas Nama (registered stocks)

Saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

2.2.2.2. Indeks Harga Saham

Indeks harga saham menurut Darmadji (2001:95) merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi :

1. Sebagai indikator trend pasar

2. Sebagai indikator ukur kinerja suatu portofolio 3. Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio


(34)

4. Mamfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Memfasilitasi berkembangnya produk detivatif

Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu (http://www.idx.co.id)

Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini; apakah sedang naik, stabil atau turun. Misal, jika di awal bulan nilai indeks 300 dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa secara rata-rata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%.

Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.

Di Bursa Efek Indonesia terdapat 7 (tujuh) jenis indeks, antara lain:

1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI.


(35)

2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur.

3. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.

4. Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk kedalam LQ 45 tersebut.

5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam Indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti:

• Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.


(36)

• Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.

• Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram

• Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat

6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan. Yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan.

7. Indeks KOMPAS 100. merupakan Indeks Harga Saham hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS

2.2.3. Pendekatan Untuk Penilaian Investasi Saham

2.2.3.1. Pendekatan Tradisional

Untuk menganalisa surat berharga saham dengan pendekatan tradisional menurut Sunariyah (2004 : 168) digunakan dua analisis yaitu :

1. Analisis Teknikal

Analisis teknikal (technical analysis) merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data dan catatan mengenai pasar itu sendiri untuk


(37)

berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti : harga saham, volume perdagangan, perkembangan kurs, kekuatan pasar, indeks saham gabungan dan individual, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis pasar (market analysis) atau analisis internal (internal analysis).

2. Analisis Fundamental

Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasikan oleh para pemodal atau analis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan yang menghasilkan return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price). Harga pasar suatu saham merupakan refleksi dari nilai rata-rata nilai intrinsiknya.

2.2.3.2. Pendekatan Portofolio Modern

Pendekatan portofolio menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar efisien


(38)

diartikan bahwa harga-harga saham yang terefleksikan secara menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa.

Terlepas dari pendekatan fundamental mana yang dugunakan, bila seseorang pemodal atau analisis ingin menggunakan pedekatan analisis secara cermat, maka dia memerlukan kerangka kerja (frame work). Kerangka kerja tersebut berupa tahapan analisis yang harus dilakukan secara sistematik. Tahapan analisis diantaranya (Sunariyah, 2004 : 179) :

1. Analisis Ekonomik

Analisis ekonomik bertujuan untuk mengetahui jenis prospek bisnis suatu perusahaan. Aktivitas ekonomik akan mempengaruhi laba perusahaan. Jadi lingkungan ekonomi yang sehat, akan sangat mendukung perkembangan perusahaan. Dalam analisis ekonomik ini terdapat banyak variabel yang bersifat makro, antara lain : pendapatan nasional, kebijakan moneter dan fiskal, tingkat suku bunga dan sebagainya.

2. Analisis Industri

Dalam analisis industri perlu diketahui kelemahan dan kekuatan jenis industri perusahaan yang bersangkutan. Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan para pemodal dan analisis saham misalnya seperti penjualan dan laba perusahaan, permanen industri, sikap dan kebijakan pemerintah terhadap industri, kondisi persaingan harga saham yang sejenis.


(39)

3. Analisis Perusahaan

Analisis perusahaan untuk mengetahui kinerja perusahaan. Para penanam modal memerlukan informasi tentang perusahaan yang relevan sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Informasi tersebut baik informasi intern dan ekstern perusahaan. Informasi tersebut antara lain tentang informasi laporan keuangan periode tertentu. Disamping itu, dapat pula dianalisis mengenai solvabilitas, rentabilitas, dan likuiditas perusahaan. Informasi yang penting lagi adalah informasi yang bersifat ekspektasi yaitu informasi tentang proyeksi keuangan atau forecasting. Hal itu mengingat bahwa kebutuhan informasi didasarkan atas pertimbangan bahwa harga saham ditentukan oleh kinerja perusahaan dimasa lalu dan ekspektasi dimasa mendatang.

2.2.4. Efisiensi Pasar Modal

2.2.4.1. Pengertian Efisiensi Pasar Modal

Menurut Brealey (Anoraga, 2001:83) pasar modal dikatakan efisien sebagai berikut :

1. Pasar tidak punya ingatan, harga yang tercermin hari ini tidak bisa dipakai untuk memprediksi, sehingga dianggap pasar tidak mempunyai ingatan. Hal ini akibat sekuritas yang random walk.


(40)

2. Adanya kepercayaan pasar.

3. Tidak adanya khayalan keuangan. Investor tidak memungkinkan mendapat return abnormal.

4. Investor dapat membuat alternatif transaksi untuk dirinya sendiri. 5. Refleksi satu sekuritas mencerminkan sekuritas secara keseluruhan.

Menurut James L. Bicksler, yang dimaksud efisien pasar adalah harga sekuritas yang sepenuhnya memperlihatkan semua informasi yang relevan. Efisiensi pasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Tidak ada biaya transaksi.

2. Informasi untuk keputusan tidak ada biayanya dan digunakan untuk semua investor.

3. Persetujuan untuk semua investor pada margin yang diperhatikan dampaknya pada informasi yang berlaku untuk harga sekarang, dan distribusi dari harga yang akan datang untuk masing-masing sekuritas individual.

2.2.4.2. Bentuk Efisiensi pasar Modal

Ada tiga bentuk atau tingkatan untuk menyatakan efisiensi pasar modal yang dikemukakan oleh Jogiyanto (2000 : 353) yaitu :


(41)

1. Efisiensi pasar bentuk lemah

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisien pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory).

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)

Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully relect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicaly available information) termasuk yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten.

3. Efisiensi bentuk kuat (strong form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.

Ketiga bentuk efisiensi pasar ini berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan ini berupa tingkatan kumulatif, yaitu bentuk lemah merupakan


(42)

bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat.

Tingkatan kumulatif gambar dibawah ini mempunyai implikasi bahwa pasar efisien bentuk setengah kuat adalah juga pasar efisien bentuk lemah. Pasar efisien bentuk setengah kuat adalah juga pasar efisien bentuk setengah kuat dan pasar efisien bentuk lemah. Implikasi ini tidak berlaku sebaliknya bahwa pasar efisien bentuk setengah kuat.

Gambar 2.1: Tingkatan Kumulatif Dari Tiga Bentuk Pasar Efisien

Sumber : Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hal 357

2.2.4.3. Arti Penting Efisiensi Pasar

Dewasa ini, laporan keuangan bukanlah satu-satunya sumber informasi dalam suatu perusahaan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk melakukan penilaian kondisi suatu perusahaan yang tidak semata-mata terbentuk dari informasi keuangan. Pertimbangan politis misalnya akan mempengaruhi secara langsung terhadap perusahaan yang

Pasar efisien bentuk kuat Pasar efisien bentuk setengah kuat

Pasar efisien bentuk lemah


(43)

secara ekonomis dapat mempengaruhi kelangsunag operasi perusahaan tersebut.

Dengan begitu banyaknya informasi yang perlu dipertimbangakan. Maka efisiensi pasar mempunyai arti penting sebagai berikut (Sunariyah, 2004: 188) :

1. Jika pasar efisien, para manajer perusahaan akan bekerja memperbaiki kinerja perusahaannya. Ini berarti bahwa perusahaan dengan prospek yang bagus akan mempunyai harga saham yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan prospek yang kurang bagus, sahamnya akan dinilai pada harga yang rendah. Tinggi rendahnya harga mencerminkan keyakinan investor pada perusahaan.

2. Pasar efisien digunakan untuk memperoleh biaya modal. Ini berarti bahwa perusahaan dengan prospek tinggi akan memperoleh modal pada harga yang wajar. Harga saham merupakan cermin tentang kondisi perusahaan. 3. Jika pasar efisien, lembaga keuangan tidak khawatir tentang harga saham

dengan kata lain lembaga keuangan menaruh kepercayaan terhadap harga saham yang berlaku dipasar modal.

4. Pada pasar efisien, biaya iklan untuk saham baru kecil. Biaya iklan diperlukan untuk melakukan penyebaran informasi mengenai saham dipasar, meskipun pada pasar efisien secara cepat informasi akan tersebar dan direfleksikan dengan harga saham.


(44)

5. Pada pasar efisien, para manajer tidak dapat memanipulasi teknik data akuntansi atau prosedur-prosedur untuk member gambaran perusahaan yang berbeda. Mereka dapat memanipulasi dengan mengumumkan laba per lembar saham yang cenderung naik. Dengan laba yang meningkat, hal ini akan meningkatkan harga saham dipasar.

6. Dipasar efisien para investor tidak memerlukan sumber informasi lain. Informasi direfleksikan pada harga saham, investor tidak khawatir membeli saham pada harga yang cukup optimistic. Mereka menilai harga yang benar adalah seperti yang mereka lihat dipasar.

Menurut Anoraga (1995: 79) dengan efisiensi pasar dapat mengetahui: 1. Perkembangan ekonomi

Dengan adanya pasar modal yang efisien, pertumbuhan ekonomi akan lebih terjamin dengan adanya pengalokasian dana dari sektor kurang produktif ke sektor yang lebih produktif.

2. Perkembangan Pasar Modal

Dengan mengetahui efisiensi pasar modal para penentu kebijaksanaan dan pihak-pihak yang menaruh kepentingan investor akan lebih dapat mengambil langkah-langkah perbaikan.


(45)

3. Perkembangan Perusahaan/Emiten

Dengan mengetahui efisiensi pasar modal, perusahaan dalam pengelolaannya lebih terarah dan dapat mengembangkan usahanya dengan tersedianya dana serta lebih efisien dalam memilih investasi.

4. Perkembangan Pemodal/Investor

Dengan mengetahui efisiensi pasar modal, para pemodal/investor tidak akan ragu-ragu membeli saham dan instrumen lainnya di pasar modal.

2.2.4.4. Informasi Dalam Kaitan dengan Efisiensi Pasar Modal

Secara umum dapat dikatakan bahwa informasi berguna jika dapat membantu penilaian dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan investasi. Dengan kata lain seorang penambil keputusan (investor) akan membuat keputusan yang lebih baik jika menggunakan informasi yang tepat.

Informasi yang berkaitan erat dengan keputusan informasi di pasar modal tentunya tidak dapat diabaikan atau dilupakan bagi siapa saja yang berkecimpung dalam investasi. Supaya informasi khususnya informasi yang menyangkut keuangan dan prestasi perusahaan bermanfaat, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Anoraga, 1995:73).

1. Relevan

Informasi yang relevan adalah informasi yang berhubungan dengan tindakan yang direncanakan untuk dicapai.


(46)

2. Akurat

Pada dasarnya sifat ini berkaitan erat dengan pengukuran dan pemrosesan informasi yang bebas dari kesalahan adalah informasi yang akurat

3. Konsistensi/Komparabilitas

Informasi diperlukan karena adanya ketidakpastian. Ketidakpastian berkaitan erat dengan waktu sekarang dan waktu yang akan datang. Kualitas informasi akan bertambah jika informasi tersebut dapat dipertimbangkan dari waktu ke waktu atau dengan informasi yang lain. 4. Obyektivitas

Obyektivitas ini berkaitan dengan pengukuran yang dapat diulang oleh pihak lain yang inndependen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.

5. Ketepatan waktu

Ketepatan waktu ini berkaitan dengan umur informasi. Umur informasi sangat mempengaruhi kualitas informasi.

6. Dapat dimengerti

Sifat ini berhubungan dengan kemampuan pemakai untuk dapat menangkap pesan yang disampaikan. Informasi akan bermanfaat kalau pemakai dapat mengerti makna terkandung didalamnya.

Keputusan dalam investasi berkaitan dengan informasi. Hasil keputusan dapat ditentukan oleh informasi yang dimiliki decision maker.


(47)

Terlebih-lebih keputusan investasi dalam instrumen pasar modal, peranan informasi sangatlah vital. Juga efisiensi pasar modal sangatlah tergantung pada informasi ini. Pasar yang efisien secara informasi merupakan pasar yang adil. Dikatakan adil, karena diharapkan semua pelaku pasar mendapatkan informasi yang sama, sehingga tidak ada investor yang dapat menikmati abnormal return diatas kerugian investor yang lain. Informasi yang relevan telah tercerminkan dalam harga saham tersebut. Sehingga semakin cepat informasi baru tercermin pada harga saham, maka semakin efisien pasar tersebut.

2.2.4.5. Karateristik Pasar Modal efisiensi

Menurut klasifikasi pasa pasar modal efisien, efisiensi pasar menunjukkan suatu tingkatan. Tingkatan-tingkatan karateristik suatu pasar efisien akan bervariasi dari suatu pasar modal ke pasar modal lain.

Beberapa karateristik pasar modal efisien secara umum yaitu (Sunariyah, 2004: 189) :

1. Harga saham akan merefleksikan secara cepat dan akurat terhadap semua bentuk informasi yang baru.

2. Harga saham bersifat random, jadi harga tidak mengikuti beberapa kecenderungan maupun informasi masa lalu untuk digunakan menentukan kecenderungan harga.


(48)

3. Saham-saham yang menguntungkan (profitable) tidak mudah untuk diprediksi karena harga saham dipasar selalu merefleksikan informasi yang akan datang. Jadi para analis dan investor mempunyai kesiapan informasi dalam menentukan harga saham. Disamping itu mereka tidak menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk memprediksi return atau profit dari pasar modal.

2.2.5. Event Study

Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumumann. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efiensi pasar bentuk setengan kuat.

Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumujman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Rekasi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return.


(49)

Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar. (Jogiyanto, 2000:392)

2.2.6. Kondisi Pengunduran Diri Sri Mulyani Sebagai Menteri Keuangan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dinilai telah membimbing Indonesia melewati resesi global, sukses melawan korupsi, dan memperkuat tata kelola yang baik. Hal itu menjadi salah satu pertimbangan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick meminta Sri Mulyani menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia. Sri Mulyani mengajukan pengunduran diri hanya sehari setelah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus Bank Century.

Ditengah sorotan tentang sejumlah kebijakan yang pernah diputuskannya, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.presiden telah menyetujui penunjukkan Sri Mulyani sebagai managing director Bank dunia.

Sri Mulyani menyatakan, penunjukan dirinya sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia adalah kehormatan yang sangat tinggi bagi dirinya dan Indonesia. Ini kesempatan besar bagi dirinya dan Indonesia untuk


(50)

memberikan kontribusi pada misi-misi yang sangat penting di Bank Dunia dalam mengubah dunia. Robert Zoellick menegaskan, kemampuan Sri Mulyani membimbing Indonesia melewati resesi global mendapatkan pujian dari rekan-rekannya dari negara lain.

Selama ini jabatan presiden Bank Dunia selalu diisi warga AS. Karena itu, managing director adalah jabatan tertinggi di Bank Dunia yang bisa diduduki warga non-AS. Di forum internasional, Sri Mulyani termasuk cukup getol menyuarakan agar jabatan puncak Bank Dunia tidak hanya diisi warga AS.

Kepastian penunjukan Sri Mulyani sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia disampaikan Robert Zoellick dalam siaran pers yang dipublikasikan Bank Dunia dari Washington, Amerika Serikat, tertanggal 4 Mei 2010. Dijelaskan, Sri Mulyani membawa kompetensi dan keahlian yang khas, serta pengalaman di Grup Bank Dunia. Selain itu, Sri Mulyani dikenal secara global atas kesuksesannya melawan korupsi dan memperkuat tata kelola yang baik.

Menurut Presiden, sebagai Menteri Keuangan, Sri Mulyani telah bekerja keras mengembangkan kebijakan fiskal yang tepat dan melakukan reformasi keuangan untuk mendisiplinkan penggunaan anggaran. Sri Mulyani, kata Presiden, memimpin reformasi perpajakan serta Bea dan Cukai yang


(51)

berhasil meningkatkan penerimaan negara dengan signifikan. Selain itu, Sri Mulyani juga menjadi ujung tombak diplomasi Indonesia di tingkat internasional, terutama dalam forum G-20 dan sejumlah forum penting lainnya.

2.2.6.1. Pengaruh Pengunduran Diri Sri Mulyani Sebagai Menteri Keuangan Pada Bursa saham Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (5/5), merosot 3,81 persen terkait mundurnya Sri Mulyani Indrawati sebagai menteri keuangan. IHSG ditutup melemah 112,776 poin menjadi 2.846,239. Sementara indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan juga melemah 23,920 poin atau 4,18 persen ke posisi 548,295.

Pengunduran Sri Mulyani berdampak negatif pada IHSG. Harga saham-saham di BEI mayoritas melemah. Beberapa saham yang mengalami penurunan diantaranya, Astra International (ASII) turun Rp2.100 ke Rp43.450, Indo Tambang Raya turun Rp 2.000 ke Rp 36.650, United Traktor turun Rp 1.200 ke Rp 18.000 (Liputan6.com).

Nilai transaksi tercatat Rp5,25 triliun dengan volume sebanyak 2,88 miliar lembar saham. Sebanyak 206 saham terpantau melemah, 33 saham menguat dan 45 saham tidak berubah. Semua sektor tampak memerah dengan


(52)

dipimpin sektor tambang yang anjlok hingga 89,33 poin, sektor perkebunan turun hingga 43 poin, sektor infrasktutur turun 15,99 poin, sektor manufaktur turun 15,35 poin dan sektor konsumsi yang tadinya masih menguat juga akhirnya turun sebanyak 6,9 poin (ciptapangan.com).

Tabel 2.1: Indeks Saham Pada Saat Mundurnya Sri Mulyani

No Indeks Previous Highest Lowest Today Change

1 IHSG 2959.02 2958.520 2834.963 2846.239 -112.776 2 Sektor Perkebunan 1889.75 1881.169 1794.291 1809.649 -80.096 3 Sektor Pertambangan 2521.48 2509.491 2389.478 2403.569 -117.912 4 Sektor Konsumsi 872.842 880.384 852.362 870.238 -2.604 5 Sektor Infrastruktur 694.156 693.937 673.013 675.395 -18.761 6 Sektor Manufaktur 662.167 657.954 640.190 643.549 -18.618 7 LQ45 572.215 572.090 546.016 548.295 -23.920 8 ASII 45,550 45,000 43,400 43,450 -2,100 9 ITMG 38,650 38,150 36,500 36,650 -2,000 10 UNTR 19,200 19,000 17,950 18,000 -1,200 Sumber : Data Sekunder Bursa Efek Indonesia

2.2.7. Abnormal Return

Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return) yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relative terhadap harga sebelumnya, sedangkan return ekspektasi merupakan return


(53)

yang harus diestimasi. Pada periode estimasi umumnya merupakan periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window). Periode peristiwa (event period) pada penelitian ini selama 11 hari, yakni terdiri dari 5 hari sebelum peristiwa (pre-event), 1 hari pada saat peristiwa (event day), dan 5 hari setelah peristiwa (post-event).

2.2.8. Trading Volume Activity

Trading Volume Activity (TVA) merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar. Ditinjau dari fungsinya, maka dapat dikatakan bahwa TVA merupakan suatu variasi dari event study. Perbedaan dari keduanya adalah pada parameter yang digunakan untuk mengukur reaksi pasar terhadap suatu kejadian. Pendekatan TVA ini dapat juga digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisiensi pada bentuk lemah. Hal ini karena pada pasar yang belum efisien atau efisien dalam bentuk lemah, perubahan harga belum mencerminkan informasi yang ada, sehingga penelitian hanya dapat mengamati reaksi pasar modal melalui pergerakan volume perdagangan pada pasar modal yang diteliti (Asri, 1998). Perhitungan TVA dilakukan dengan membandingkan jumlah saham


(54)

perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan pada kurun waktu yang sama.

2.3. Kerangka Pikir

Peningkatan trading volume activity (TVA) dapat mempunyai arti ganda. Apabila volume perdagangan meningkat akibat peningkatan permintaan (demand) terhadap suatu peristiwa yang terjadi maka pelaku pasar mengkategorikan sebagai good news. Sebaliknya, jika peningkatan penjualan (supply) saham, maka pelaku pasar mengkategorikan peristiwa tersebut sebagai bad news dan dianggap sebagai sinyal negatif bagi prospek investasi. Sedangkan return normal adalah return ekspektasi, return ekspektasi merupakan return yang diestimasi. Periode estimasi merupakan periode sebelum periode peristiwa, apabila sebelum dan sesudah peristiwa terjadi perubahan maka secara langsung akan mempengaruhi harga saham sehingga reaksi pasar modal juga terpengaruh. Jadi antara Abnormal Return dan TVA (Trading Volume Activity) hubungannya adalah sama-sama mempengaruhi reaksi pasar modal pada saat terjadi suatu peristiwa tertentu yang mengakibatkan perubahan volume perdagangan saham pada bentuk lemah dan perubahan harga pasar saham di Bursa Efek Jakarta (Marwan Asri, 1998). Dari uraian diatas digambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut :


(55)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian hubungan abnormal return dan TVA tersebut, disusun hipotesis sebagai berikut :

1. “Bahwa ada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa Mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan RI 2010”.

2. “Bahwa ada perbedaan volume transaksi saham sebelum dan sesudah peristiwa Mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan RI 2010”.

Pasar Bereaksi

Paired sample t test

Abnormal Return dan Volume Transaksi Saham Sesudah Mundurnya Sri Mulyani Sebagai

Menteri Keuangan RI Abnormal Return dan Volume

Transaksi Saham Sebelum Mundurnya Sri Mulyani Sebagai


(56)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pertanyaan tentang pengoperasian dan pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi variabel-variabel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya (Anonim, 2003: 4-10).

Untuk mengetahui reaksi pasar modal akibat peristiwa (mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan RI) dapat diuji dengan melihat return

tidak normal (abnormal return) yang terjadi dan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap suatu informasi digunakan melalui parameter pergerakan volume transaksi saham di pasar modal yang merupakan suatu variasi dari

event study, karena jika terjadi peningkatan keduanya maka fluktuasi dari peningkatan tersebut berpengaruh positif dimata pelaku pasar yang berarti juga peristiwa yang terjadi good news begitu juga sebaliknya (Marwan asri, 1998). Berdasarkan hal tersebut, berikut akan diuraikan definisi operasional serta pengukuran masing-masing variabel.

1. Abnormal Return Sebelum Mundurnya Sri Mulyani dari Menteri Keuangan (µ1)


(57)

hari atau tanggal yang sama, pada saat sebelum Mundurnya Sri Mulyani dari Menteri Keuangan. Yang diukur dengan menggunakan rumus berikut ini :

(Jogiyanto, 2000: 416) Dimana :

ARit = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Rit = actual return untuk sekuritas i pada periode peristiwa

t

E(Rit) = return yang diharapkan terhadap sekuritas ke-i pada periode

peristiwa ke-t

Variabel abnormal return ini diukur dengan menggunakan skala rasio. 2. Abnormal Return Sesudah Mundurnya Sri Mulyani dari Menteri Keuangan

(µ2)

Diartikan sebagai selisih antara expected return dengan actual return pada hari atau tanggal yang sama, pada saat sesudah Mundurnya Sri Mulyani dari Menteri Keuangan. Yang diukur dengan menggunakan rumus berikut ini :


(58)

ARit = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Rit = actual return untuk sekuritas i pada periode peristiwa

t

E(Rit) = return yang diharapkan terhadap sekuritas ke-i pada periode

peristiwa ke-t

Variabel abnormal return ini diukur dengan menggunakan skala rasio.

a. Actual Return

Return sesungguhnya yang merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang terhadap harga sebelumnya, pada saat sebelum dan sesudah Mundurnya Sri Mulyani dari Menteri Keuangan. Yang diukur dengan menggunakan rumus berikut ini :

Dimana :

Rit = Actual return untuk sekuritas ke-i pada peristiwa ke-t

Pit = Harga Saham untuk sekuritas ke-i pada peristiwa ke-t


(59)

Return Ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi dengan menggunakan metode market adjusted return, pada saat sebelum dan sesudah Mundurnya Sri Mulyani dari Menteri Keuangan. (Jogiyanto, 2000:420)

Yang diukur dengan menggunakan rumus berikut ini :

Dimana :

E(Rit) = Expected return untuk sekuritas ke-i pada peristiwa ke-t

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan untuk sekuritas ke-i pada

peristiwa ke-t

IHSGit-1 = Indeks Harga Saham Gabungan untuk sekuritas ke-i pada

peristiwa ke-t-1

3. Trading Volume Activity (TVA) Sebelum Mundurnya Sri Mulyani dari Menteri Keuangan (µ3)

Yang dimaksud dengan aktivitas volume perdagangan saham adalah jumlah saham yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu. Perhitungan TVA dengan cara membandingkan saham yang ditransaksikan pada periode event window dengan saham yang beredar pada event window. Diukur dengan skala rasio dengan satuan persen (Marwan Asri, 1998).


(60)

Variabel trading volume activity ini diukur dengan menggunakan skala rasio.

4. Trading Volume Activity (TVA) Sesudah Mundurnya Sri Mulyani dari Menteri Keuangan (µ4)

Yang dimaksud dengan aktivitas volume perdagangan saham adalah jumlah saham yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu. Perhitungan TVA dengan cara membandingkan saham yang ditransaksikan pada periode event window dengan saham yang beredar pada event window. Diukur dengan skala rasio dengan satuan persen (Marwan Asri, 1998).

Variabel trading volume activity ini diukur dengan menggunakan skala rasio.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi sebagai obyek/ sasaran penelitian, adalah merupakan himpunan individu/ unit/ unsur/ elemen yang memiliki ciri atau karateristik yang sama (pedoman penyusunan skripsi, 2010). Populasi dalam penelitian


(61)

28 April 2010 sampai dengan 12 Mei 2010, kurang lebih 402 perusahaan.

3.2.2. Sampel

Adalah sebagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2003:56). Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilaksanakan dengan cara pengambilan subyek atas tujuan tertentu (Djarwanto, 2001:114). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sektor perusahaan Consumer Goods yang perdagangannya aktif di Bursa Efek Indonesia pada bulan April-Mei 2010. Dengan kriteria tersebut maka perusahaan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 26 perusahaan. Peneliti memilih sampel sektor perusahaan

Consumer Goods, karena perusahaan Consumer Goods merupakan produsen barang-barang konsumsi yang menjadi kebutuhan sehari-hari bagi konsumen.

Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan pengelompokkan dalam penentuan sampel penelitian yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap hasil analisis. Adapun kriterianya adalah perusahaan yang melakukan aktivitas mulai tanggal 28 April sampai tanggal 12 Mei 2010 (tidak termasuk libur Sabtu-Minggu).


(62)

28 April 2010 5 Mei 2010 12 Mei 2010

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan untik penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah :

1. Harga pasar saham harian yang merupakan harga penutupan harian. 2. Volume perdagangan saham selama event window.

3. Indeks harga saham sektoral selama event window.

3.3.2. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara :

a. Studi kepustakaan

Dengan menduplikasikan catatan, buku-buku, dokumen dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini untuk memahami permasalahan yang diteliti dan alternatif analisis dan penyelesaiannya.


(63)

Dokumentasi diambil dari Bursa Efek Indonesia, melalui Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia yang ada di Surabaya juga tulisan-tulisan yang berhubungan dengan topik yang bersangkutan.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis “Ada perbedaan abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa Mundurnya Sri Mulyani Sebagai Menteri Keuangan RI” digunakan uji beda dua sample yang berpasangan (paired sample t test).

Dengan perumusan sebagai berikut :

Ho : µ1,3 = µ2,4 ; (tidak terdapat perbedaan abnormal return dan trading

volume activity sebelum dan sesudah mundurnya Sri Mulyani dengan reaksi harga saham sesudah mundurnya Sri Mulyani)

Ha : µ1,3 ≠ µ2,4 ; (terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume

activity sebelum dan sesudah mundurnya Sri Mulyani dengan reaksi harga saham sesudah mundurnya Sri Mulyani)


(64)

µ1,3 = abnormal return dan trading volume activity sebelum mundurnya

Sri Mulyani

µ2,4 = abnormal return dan trading volume activity sesudah mundurnya

Sri Mulyani

α = 0,05

df = (n1+n-1) dimana n = jumlah pengamatan

ttab = t(0,05) (n1+n-1)

1). Uji beda

Beda rata-rata observasi yang digunakan untuk mengukur perbedaan abnormal return dan trading volume activity antara sebelum dan sesudah mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan RI pada perusahaan manufaktur yang berspesifikasi pada sektor perusahaan Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia.

Keterangan :

SD = Standar Deviasi

d = Perbedaan abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan RI.


(65)

2). Teknik Pengujian Hipotesis

Untuk menguji signifikan atau tidak signifikannya standar deviasi di atas, maka dilakukan uji-t, sebagai berikut : (Djarwanto, 1992:159)

Keterangan :

t test = Nilai t hasil perhitungan

d = Nilai rata-rata perbedaan abnormal return dan trading volume activity

sebelum dan sesudah mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan RI.

Dengan menggunakan derajat kebebasan (n-1), dan α = 5% serta uji dua sisi (kemungkinan terdapat atau tidak terdapat perbedaan), maka hasil perhitungan t test dibandingkan dengan t tabel, dimana :

1) Hipotesis diterima apabila nilai ttest > ttabel, artinya Ho ditolak dan Hi

diterima.

2) Hipotesis diterima apabila nilai ttest < ttabel, artinya Ho diterima dan Hi


(66)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia

Pasar modal di Indonesia sudah dimulai sejak zaman pemerintah kolonial Belanda. Perdagangan efek dimulai pada tanggal 14 Desember 1912 bersamaan dengan berdirinya Vereniging voor de Effectenhandel, anggotanya adalah semula 13 makelar yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, juga obligasi yang dikeluarkan pemerintah Belanda, sertifikat saham perusahaan Amerika dan efek Belanda lainnya.

Pada tanggal 11 Januari 1925 di Jakarta pernah dibentuk suatu perserikatan perdagangan uang dan efek. Atau tiga tahun setelah dibentuk perserikatan yang sama (1912). Kemudian pada tahun 1927 dibentuk bursa-bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di bursa efek tersebut praktis terhenti karena situasi politik saat itu. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya tahun 1951 pemerintah


(67)

memberlakukan Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951 yang kemudian disahkan sebagai undang-undang yaitu Undang-Undang No. 15 tentang Bursa Efek.

Pada tanggal 10 Agustus 1990 berdasarkan Keputusan Republik Indonesia No. 52 tahun 1976, pasar modal di Indonesia dari tahun 1977 sampai tahun 1987 relatif kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersendat-sendatnya perkembangan pasar modal selama itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan campur tangan pemerintah dalam penetapan harga saham pada pasar perdana.

4.1.2. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI)

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange merupakan akhir perjalanan panjang pasar modal Indonesia. Sejarah pasar modal Indonesia dimulai dengan dibentuknya bursa efek di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1912 oleh Vereniging voor de Effectenhandel. Kemudian pada tahun 1952 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu Bursa Efek Semarang dan Surabaya. Ketiga bursa ini menghentikan


(68)

aktifitasnya menjelang Invasi Jepang pada tahun 1942, dan dimulai kembali dengan dibukanya bursa efek di Jakarta pada tahun 1952. Program nasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 1956, mengakibatkan terhentinya aktifitas pasar modal.

Pada 10 Agustus 1977 pemerintah mengaktifkan kembali kegiatan pasar modal dengan membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), sebuah badan pemerintah dibawah Departemen Keuangan. Kebijaksanaan pemerintah menerbitkan Paket 24 Desember 1987 (PakDes 24), menjadikan pasar modal Indonesia memasuki “bullish”. Masa bullishlah yang berkelanjutan itu akhirnya membutuhkan profesionalisme dalam pengelolaan bursa, oleh karena itu pada tahun 1990. Pemerintah mengeluarkan peraturan tentang swastanisasi bursa efek. Pada tanggal 4 Desember 1991 berdirilah PT. Bursa Efek Jakarta.

PT. Bursa Efek Jakarta (Perseroan) didirikan berdasarkan Akta Jakarta, Nomor 27, dibuat dihadapan Ny. Siti Poerbaningsih Adiwarsito, SH, notaris di Jakarta pada tanggal 4 Desember 1991 dengan 221 perusahaan efek sebagai pemegang sahamnya dan modal dasar sebesar Rp. 15 Milyar serta modal disetor sebesar Rp. 11.820 juta. Kedudukan perseroan sebagai hukum telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI. No. C2-8146 HT. 01,01, tanggal 26 Desember 1991 dan dimuat dalam tambahan Berita Negara RI No. 1355, tanggal 27 Maret 1992. Perseroan resmi mendapat izin usaha dari Menteri


(69)

Keuangan RI berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 323/KMK.010/1992 tanggal 18 Maret 1992. Penyerahan pengelolaan bursa dari Badan Pelaksana Pasar. Modal (Bapepam) dilaksanakan pada tanggal 16 April 1992, dengan Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adiwarsito, SH nomor 68, tanggal 16 April 1992, di Jakarta.

Tahun 1995 merupakan era baru untuk PT. Bursa Efek Jakarta dengan diterapkan sistem perdagangan otomatis (Jakarta Automated Trading System

atau JATS). Sistem ini memungkinkan frekuensi perdagangan saham yang lebih besar dan menjamin perdagangan lebih wajar dan transparan. Di samping itu, JATS memberikan pula sumbangan yang besar dalam likuidasi pasar dan melindungi para investor secara maksimal dan bersamaan dengan itu, sistem terpadu ini menghubungkan perdagangan, pengawasan kliring dan penyelesaian serta sistem depositori dan sistem akuntansi anggota bursa. Pada tahun 2002, BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh

(remote trading). Di tahun 2007 penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).


(70)

4.1.3. Misi dan Visi Bursa Efek Indonesia

Visi daripada Bursa Efek Indonesia adalah suatu tempat yang efisien untuk menghimpun dana bagi investasi dan sebagai tempat yang efisien untuk perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional.

Misi daripada Bursa efek Indonesia adalah bertekad mewujudkan Bursa Efek berskala internasional yang menawarkan kesempatan berinvestasi secara luas sejalan dengan perkembangan perekonomian di Indonesia dan bertekad mempunyai sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi yang dipercaya, lengkap, dan tepat waktu. Dengan demikian Bursa Efek Indonesia dapat menjadi Bursa Efek yang transparan, likuid, wajar dan efisien yang dapat menjadi Bursa efek Indonesia sejajar dengan bursa-bursa efek dunia. Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi di dalam mengembangkan basis investor lokal yang luas dan kokoh sebagai stabilitator pasar modal yang semakin meningkat. Sehingga Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat optimal, baik bagi pemodal domestik maupun asing.


(71)

4.1.4. Sejarah Singkat Perusahaan Sampel

1. PT. Akasha Wira International, Tbk. (ADES)

PT. Akasha Wira International, Tbk Perseroan didirikan di Jakarta dengan nama PT. Alfindo Putra Setia tanggal 6 Maret 1985. Tanggal 2 Juni 2009 nama Perseroan berubah menjadi PT. Akasha Wira International Tbk. Bidang usaha Industri ini melakukan kegiatan pengolahan dan penjualan air minum dalam kemasan, melakukan aktivitas pengolahan air minum dalam kemasan,bertindak sebagai distributor danbertindak sebagai importer.

2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. (AISA)

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk didirikan pada 1959 dan menjadi perusahaan publik pada 2003. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan makanan. Berbekal pengalaman yang panjang, tradisi, serta loyalitas konsumen, TPS-Food berhasil meraih posisi sebagai produsen mie kering dan bihun terdepan di pasar Indonesia.

3. PT. Cahaya Kalbar, Tbk. (CEKA)

PT Cahaya Kalbar, Tbk (“Perusahaan”) dahulu bernama CV Tjahaja Kalbar, didirikan di Pontianak tanggal 3 Februari 1968 dan perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas tanggal 9 Desember 1980. Ruang lingkup kegiatan usaha Perusahaan meliputi bidang industri makanan berupa


(72)

industri minyak nabati dan minyak nabati spesialitas, perdagangan umum termasuk impor dan ekspor.

4. PT. Davomas Abadi, Tbk. (DAVO)

PT. Davomas Abadi, Tbk didirikan tanggal 14 Maret 1990. Bergerak dalam bidang Industri pengolahan biji coklat menjadi kakao lemak, kakao bubuk, industri pengolahan coklat dan produk makanan dan minuman yang berhubungan dengan coklat.

5. PT. Delta Djakarta, Tbk. (DLTA)

Pabrik “Anker Bir” didirikan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam perkembangannya, kepemilikan dari pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta Djakarta pada tahun 1970. Bidang Usaha industri ini memproduksi dan menjual bir plisener dan bir hitam dan produk minuman non alkohol.

6. PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk. (DVLA)

PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk. Adalah salah satu industri farmasi di Indonesia. Industri ini mulai membaik menyusul terciptanya stabilitas sosial dan politik di era reformasi serta meredanya badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia sejak pertengahan 1997.


(73)

7. PT. Gudang Garam, Tbk. (GGRM)

PT. Gudang Garam, Tbk adalah sebuah perusahaan produsen rokok populer asal Indonesia. Didirikan pada 26 Juni 1958, perusahaan ini merupakan pemimpin dalam produksi rokok kretek. Perusahaan ini memiliki kompleks tembakau sebesar 514 are di Kediri, Jawa Timur.

8. PT. H M Sampoerna, Tbk. (HMSP)

PT. HM Sampoerna, Tbk. adalah perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang resmi didirikan pada tahun 1963. Kantor pusatnya berada di Surabaya, Jawa Timur. Perusahaan ini sebelumnya merupakan perusahaan yang dimiliki keluarga Sampoerna, namun sejak Maret 2005 kepemilikan mayoritasnya berpindah tangan ke Philip Morris International, perusahaan rokok terbesar di dunia dari Amerika Serikat.

9. PT. Indofarma, Tbk. (INAF)

PT. Indofarma, Tbk. dimulai pada saat didirikannya yaitu pada tahun 1918, dimulai dari pabrik kecil dengan fasilitas terbatas yang hanya dapat memproduksi beberapa jenis salep dan kasa pembalut, untuk memenuhi kebutuhan Rumah Sakit Pusat Pemerintah Belanda. Seiring dengan bertambahnya fasilitas produksi untuk tablet dan injeksi, pabrik kecil ini mulai dikenal dengan nama Pabrik Obat Manggarai. Selama perang dunia kedua, Takeda Jepang memegang kendali manajemen pabrik.


(74)

10. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. (INDF)

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1972. Indofood memproduksi bahan pangan yang sebagian besar berupa makanan instan siap saji. Produk Indofood bahkan sudah diekspor hingga luar negeri, beberapa diantaranya adalah Australia, kawasan Asia, dan Eropa.

11. PT. Kimia Farma, Tbk. (KAEF)

PT. Kimia Farma, Tbk. merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Didirikan pada tahun 1958 dengan nama PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.

12. PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk. (KDSI)

PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1973 yang merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi bahan rumah tangga yang bermarkas di Surabaya, Indonesia. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan rumah tangga.


(1)

4.7. Keterbatasan Penelitian

Terdapat berbagai macam keterbatasan-keterbatasan pada penelitian ini, keterbatasan tersebut antara lain :

1. Penelitian ini bersifat kuantitatif, maka penelitian ini hanya dapat memberikan kemungkinan penyebab mengenai ada atau tidaknya abnormal return dan trading volume activity terhadap suatu peristiwa non keuangan. Untuk memberikan jawaban yang lebih pasti mengenai penyebab-penyebab tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan penelitian dengan metode yang berbeda, misalnya dengan metode kualitatif.

2. Sampel yang digunakan pada penelitian ini tidak dikelompokkan lebih spesifik dan peneliti hanya meneliti pada perusahaan-perusahaan Consumer

Good saja, sedangkan perusahaan dagang, jasa dan perbankan serta

manufaktur tidak diteliti pada kesempatan penelitian kali ini.

4.8. Implikasi Penelitian

Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya melakukan pengambilan keputusan investasi. Namun tidak semua informasi merupakan informasi yang berharga, akibatnya para pelaku pasar modal harus secara tepat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

91

memilah informasi-informasi yang layak dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan. Berikut ini implikasi penelitian yang berkaitan dengan informasi peristiwa Mundurnya Sri Mulyani Sebagai Menteri Keuangan :

1. Penelitian ini menemukan bahwa Bursa Efek Indonesia serta para pelaku pasar modal baik itu para investor maupun analisis pasar modal, cukup sensitif dalam menghadapi peristiwa politik yang terjadi.

2. Pelaku pasar modal juga dituntut untuk berhati-hati dalam menimbang pengaruh dari peristiwa-peristiwa politik yang terjadi dengan pergerakan saham baik menganai harga saham maupun volume perdagangan saham di lantai bursa.


(3)

92 5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Hipotesis pertama yang diajukan yakni ada perbedaan abnormal return

sebelum dan sesudah peristiwa mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan, dapat terbukti kebenarannya.

2. Hipotesis kedua yang diajukan yakni ada perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan, tidak dapat terbukti kebenarannya.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian, pengujian hipotesis serta kesimpulan dari hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran :

1. Bagi Investor

Hasil penelitian ini disarankan dapat digunakan oleh para investor sebagai bahan pertimbangan dan untuk menentukan suatu strategi dalam melakukan investasi yang tepat sehingga dapat mengalokasikan dana dengan efisien dan menguntungkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

93

2. Bagi Emiten

Emiten diharapkan dapat digunakan dalam mempertimbangkan penetapan keputusan yang berkaitan dengan harga saham pada pasar modal di Indonesia khususnya Bursa Efek Indonesia.


(5)

Buku Teks :

Anoraga, Pandji dan Widiyanti, Ninik, 1995, Pasar Modal, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

dan Pakarti, Piji, 2001, Pengantar Pasar Modal, Edisi Refisi, Rineka Cipta, Semarang.

Anwar, Jusuf, 2005, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, PT. Alumni, Bandung.

Darmadji, Tjiptono dan M. Fakhruddin, Hendy, 2001, Pasar Modal di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Hadianto, M. Sopian dan Fakhruddin, M, 2001, Perangkat dan Model Analisis

Investasi di Pasar Modal, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Husnan, Suad, 1998, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, AMP YKPN, Yogyakarta.

Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, BPFE UGM, Yogyakarta.

Samsul, Mohamad, 2002, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Erlangga, Jakarta.

Sunariyah, 2004, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, UPP AMP, YKPN, Yogyakarta.

Sugiono, 2002, “Metode Penelitian Bisnis”, CV. Alfabeta, Bandung.

Jurnal :

Eka, Bayu, 2010, Reaksi Harga Saham Dengan Adanya Peristiwa Pemilihan

Presiden Tahun 2009, Skripsi FE Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

Lamasigi, Treisye, 2002, Reaksi Pasar Modal Terhadap Peristiwa Pergantian

Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001: Kajian Terhadap Return Saham LQ-45 di PT. Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi 5, September 2002 :275-285, Semarang.

Noviansyah, Ade, 2005, Reaksi Pasar Modal Indonesia Pada Peristiwa Politik Dalam Negeri (Event Study Peristiwa Pemilihan Presiden RI Putaran II Tahun 2004), Skripsi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Purnomo, Andi, 2005, Analisis Reaksi Pasar Modal Terhadap Peristiwa Peledakan Bom Kuningan 09 September 2004 (Kajian Terhadap Abnormal Return Dan volume Transaksi Saham), Skripsi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Sundari, Vini, 2009, Reaksi Pasar Modal Indonesia Atas Pelaksanaan Pemilihan Umum 9 April 2009 Pada Bursa Efek Indonesia, Skripsi FE Universitas Gunadarma, Jakarta.

Web :

http://berita.liputan6.com/ekbis/201005/275654/Sri.Mulyani

http://ciptapangan.com/index.php?module=newsmodule&action=view&id=9596

http://www2.idx.co.id/MainMenu/TentangBEI/History/tabid/61/lang/id-ID/language/id-ID/Default.aspx

http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors/industri_barang_konsumsi

www.detikfinance.com/read/2010/05/10/144553/1354516/4/bps-mundurnya-sri-mulyani-pengaruhi-optimisme-pebisnis

www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=16964Mundur.IHSG.Merosot.381.Pe rsen


Dokumen yang terkait

Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Peledakan Bom Bali 12 Oktober 2002 (Event Study)

0 23 3

PROFILING MENTERI KEUANGAN SRI MULYANI INDRAWATI DALAM PEMBERITAAN PROFILING MENTERI KEUANGAN SRI MULYANI INDRAWATI DALAM PEMBERITAAN DI HARIAN BISNIS INDONESIA (Analisis Framing Pencitraan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Pemberitaan di Harian Bisni

0 4 19

REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PERISTIWA POLITIK DALAM NEGERI: PEMILU PRESIDEN 09 JULI 2014 Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri: Pemilu Presiden 09 Juli 2014.

0 3 13

PENDAHULUAN Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri: Pemilu Presiden 09 Juli 2014.

0 2 7

REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PERISTIWA POLITIK DALAM NEGERI: PEMILU PRESIDEN 09 JULI 2014 Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri: Pemilu Presiden 09 Juli 2014.

0 2 17

REAKSI PASAR MODAL TERHADAP PERISTIWA POLITIK DALAM NEGERI (EVENT STUDY PADA PERISTIWA REAKSI PASAR MODAL TERHADAP PERISTIWA POLITIK DALAM NEGERI (EVENT STUDY PADA PERISTIWA LENGSERNYA PRESIDEN SOEHARTO PADA TANGGAL 27 MEI 1998).

0 0 12

PENDAHULUAN REAKSI PASAR MODAL TERHADAP PERISTIWA POLITIK DALAM NEGERI (EVENT STUDY PADA PERISTIWA LENGSERNYA PRESIDEN SOEHARTO PADA TANGGAL 27 MEI 1998).

0 0 8

ANALISIS REAKSI PASAR MODAL TERHADAP PERISTIWA SEBELUM DAN SESUDAH PENGUNDURAN DIRI SRI MULYANI INDRAWATI SEBAGAI MENTERI KEUANGAN RI TAHUN 2010 (KAJIAN TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM LQ45 DI PT. BEI).

0 1 69

REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PERISTIWA POLITIK DALAM NEGERI (Event Study : Pada Peristiwa Mundurnya Sri Mulyani Indrawati Sebagai Menteri Keuangan)

0 2 17

ANALISIS REAKSI PASAR MODAL TERHADAP PERISTIWA SEBELUM DAN SESUDAH PENGUNDURAN DIRI SRI MULYANI INDRAWATI SEBAGAI MENTERI KEUANGAN RI TAHUN 2010 (KAJIAN TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM LQ45 DI PT. BEI)

0 0 18