HUBUNGAN PENERAPAN AKUNTANSIPERTANGGUNGJAWABAN DENGAN KEPUASAN KERJA MANAJER PADA PTPN XI PK. ROSELLA BARU SURABAYA.

(1)

 

SKRIPSI

Diajukan oleh :

Khoirul Huda

0513010031/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

HUBUNGAN PENERAPAN AKUNTANSI

PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN KEPUASAN KERJA

MANAJER PADA PTPN XI PK. ROSELLA BARU SURABAYA

Yang diajukan

Khoirul Huda 0513010031/FE/EA

Telah Disetujui untuk mengikuti ujian lisan oleh :

Pembimbing Utama

Drs.Ec. Munari, MM Tanggal :

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi. NIP. 030 217 167


(3)

hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “HUBUNGAN PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN KEPUASAN KERJA MANAJER DI PTPN XI PK ROSELLA BARU SURABAYA”

Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi, Selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, M.Si, Ketua Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(4)

ii

kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Kedua orang tuaku, adikku tercinta terima kasih atas doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Mei 2010


(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 6

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Pengertian dan Peranan Akuntansi Manajemen ... 9

2.2.2. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban ... 10

2.2.3. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban 12

2.2.4. Syarat - syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban ... 13

2.2.5. Unsur-unsur Akuntansi Pertanggungjawaban ... 14

2.2.5.1. Struktur Organisasi ... 15


(6)

2.2.5.2. Anggaran Biaya ... 18

2.2.5.2.1. Karakteristik Anggaran ... 19

2.2.5.2.2. Persyaratan Penyusunan Anggaran ... 20

2.2.5.2.3. Jenis-Jenis Anggaran ... 20

2.2.5.3. Pengertian dan Penggolongan Biaya ... 22

2.2.5.3.1. Definisi Biaya ... 22

2.2.5.3.2. Penggolongan Biaya ... 22

2.2.5.4. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban ... 23

2.2.5.4.1. Pengertian Pusat Pertanggung-jawaban ... 25

2.2.5.4.2. Jenis-Jenis Pusat Pertanggung-jawaban ... 26

2.2.5.5. Laporan Untuk Akuntasi Pertanggung-jawaban ... 28

2.2.6. Pengertian Dan Tujuan Akuntansi Keperilakuan ... 30

2.2.7. Kepuasan Kerja ... 31

2.2.8. Hubungan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Kepuasan Kerja ... 33

2.3. Kerangka Pikir ... 37

2.4. Hipotesis ... 39


(7)

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 44

3.2.1. Populasi ... 44

3.2.2. Sampel ... 45

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.3.1. Jenis Sumber Data ... 45

3.3.2. Pengumpulan Data ... 46

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 47

3.4.1.Uji Kualitas Data ... 47

3.4.2.Uji Hipotesis ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 49

4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 49

4.1.2. Struktur Organisasi ... 50

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 51

4.2.1. Penyajian Data Karakteristik Responden ... 51

4.2.2. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 55

4.2.2.1.Hasil Pengujian Validitas ... 55

4.2.2.2.Hasil Pengujian Reliabilitas ... 60

4.2.3. Penyajian Data Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) ... 61

4.2.4. Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y) ... 64


(8)

4.3.2. Hasil Pengujian Rank Spearman ... 68

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

4.5. Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 71

4.6. Keterbatasan Penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Tabel 1.1. Laba Rugi PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) Pabrik

Karung Rosella Baru Tahun 2005 – 2008 ... 2

Tabel 2.1. PT. X laporan Perbandingan Laba (Rugi) Selama Lima Tahun, 1977-1981 (Dalam Jutaan Rp.) ... 29

Tabel 2.2. Faktor Kepuasan dan Ketidakpuasan ... 34

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 52

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 53

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 53

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ... 54

Tabel 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menduduki Jabatan ... 55

Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) Awal ... 56

Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) Eliminasi Pertama ... 57

Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) Eliminasi Kedua ... 58

Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y) ... 58

Tabel 4.11. Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y) Eleminasi Pertama ... 59


(10)

Tabel 4.13. Hasil Uji Reliabilitas ... 61

Tabel 4.14. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) ... 62

Tabel 4.15. Pengelompokkan Penerapan Akuntansi Pertanggung-jawaban (X) ... 64

Tabel 4.16. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y) ... 65

Tabel 4.17. Pengelompokkan Kepuasan Kerja Manajer (X) ... 66

Tabel 4.18. Hasil Uji Normalitas ... 67

Tabel 4.19. Hasil Uji Rank Spearman ... 68


(11)

Gambar 2.1. Model Motivasi Porter dan Lewier ... 35 Gambar 4.1. Struktur Organisasi ... 51


(12)

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Rekapitulasi Hasil Penyebaran Kuesioner Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) dan Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y)

Lampiran 3 : Input Data

Lampiran 4.1 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) Awal

Lampiran 4.2 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) Eliminasi Pertama.

Lampiran 4.3 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) Eliminasi Kedua.

Lampiran 4.4 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y) Awal.

Lampiran 4.5 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y) Eliminasi Pertama.

Lampiran 4.6 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y) Eliminasi Kedua.

Lampiran 5 : Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) dan Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y). Lampiran 6 : Hasil Pengujian Normalitas.


(13)

Khoirul Huda Abstraksi

Manajemen pada suatu perusahaan memiliki beberapa fungsi yang terdiri dari, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, salah satu fungsi manajemen adalah pengendalian. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang baik akan membantu manajemen perusahaan untuk menilai kinerja dari setiap pusat pertanggungjawaban dalam rangka pengambilan keputusan dan mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dari laporan pertanggungjawaban, dapat dievaluasi dan dilakukan penilaian prestasi kerja manajer dengan membandingkan rencana dengan realisasinya. PTPN XI PK. rosella baru Surabaya adalah perusahan yang terus melakukan perbaikan pada penerapan akuntansi pertanggungjawaban dan kinerja manajer yang baik. Beberapa tahun terakhir perusahaan mengalami penurunan realisasi laba bersih sehingga mempengaruhi harga harga jual barang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan serta mengetahui apakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban mempunyai hubungan dengan kepuasan manajer di PTPN XI PK. Rosella Baru Surabaya.

Variabel penelitian adalah Penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai variabel bebas (x) dan Kepuasan kerja manajer sebagai variabel terikat (y). Sampel dalam penelitian ini adalah manajer yang ada pada PT. Perkebunan Nusantara XI (persero) PK. Rosella Baru Surabaya. Teknik analisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda dan uji hipotesis.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan yang menyatakan “Diduga bahwa ada hubungan penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan kepuasan kerja manajer pada PTPN XI PK. ROSELLA BARU SURABAYA” tidak terbukti kebenarannya.

Keywords: penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai variabel bebas,

kepuasan kerja manajer.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manajemen pada suatu perusahaan memiliki beberapa fungsi yang terdiri dari, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Salah satu fungsi manajemen adalah pengendalian atau control yang meliputi kegiatan penerapan (action) dan evaluasi kinerja (performance evalution). Fungsi manajemen ini harus dilaksanakan dan dikuasai oleh setiap tingkat manajemen yang ada pada perusahaan (Sidharta, 2004:92).

Salah satu bagian dari akuntansi manajemen adalah akuntansi pertanggungjawaban (Responbility Accounting), yang mengukur dan mengevaluasi suatu rencana atau anggaran dengan tindakan atau aktivitas manajemen dari setiap tingkat manajemen pada suatu perusahaan dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu bagii departemen atau divisi yang memiliki tanggung jawab yang bersangkutan.

Penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang baikk akan membantu manajemen perusahaan untuk menilai kinerja dari setiap pusat pertanggungjawaban dalam rangka pengambilan keputusan dan mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.

Struktur pertanggungjawaban (responbility structure) sebuah perusahaan terdiri dari pusat-pusat pertanggungjawaban secara periodik dilakukan evaluasi atas hasil kerja atau aktivitasnya. Hasil evaluasi kerja


(15)

tersebut akan digunakan oleh manajemen perusahaan untuk pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Dari laporan pertanggungjawaban, dapat dievaluasi dan dilakukann penilaian prestasi kerja manajer dengan membandingkan rencana dengan realisasinya.

PTPN XI PK. ROSELLA BARU SURABAYA adalah perusahan yang bergerak dalam bidang pembuatan karung baik karung goni maupun karung plastik. Untuk menjawab tantangan persaingan bisnis, PTPN XI PK ROSELLA BARU SURABAYA terus melakukan perbaikan pada penerapan akuntansi pertanggungjawaban dan kinerja manajer yang baik. Oleh karena itu setiap awal tahun perusahaan membuat RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) sehingga perusahaan dapat mengetahui selisih perbandingan proyeksi laba/(rugi) antara rencana dengan realisasi tiap tahun.

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat data laba bersih PTPN XI PK. ROSELLA BARU SURABAYA dalam 4 tahun sebagai berikut :

Laba Rugi

PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) Pabrik Karung Rosella Baru Tahun 2005 – 2008

Dalam Rp. 1000,-

Tahun RKAP Realisasi Selisih

2005 3.024.000 1.737.000 (1.287.000)

2006 3.794.000 4.669.000 875.000

2007 2.494.000 6.760.000 4.266.000

2008 3.770.000 3.895.000 125.000

Sumber : PTPN XI PK. Rosella Baru Surabaya


(16)

Berdasarkan data yang diperoleh mulai tahun 2005 sanpai dengan tahun 2008, dapat dilihat selisih antara realisasi dan rencana laba bersih tahun 2005 sebesar (Rp. 1.287.000.000). Pada tahun 2005 realisasi lebih kecil dari RKAP, ini disebabkan oleh pabrik karung plastik baru berdiri tahun 2004 sehingga penjualan karung plastik yang belum maksimal. Pada tahun 2006 realisasi laba bersih mengalami peningkatan sebesar Rp. 875.000.000 dan pada tahun 2007 realisasi laba bersih mengalami peningkatan tajam sebesar Rp. 4.266.000.000, akan tetapi pada tahun 2008 realisasi laba bersih mengalami penurunan tajam sebesar Rp. 125.000.000. hal ini disebabkan oleh variabel-variabel yang mempengaruhi, seperti terjadinya krisis ekonomi sehingga mempengaruhi harga bahan baku, harga jual, dan sebagainya.

Selain kendala diatas, timbul pertanyaan bagi peneliti apakah terjadinya fluktuasi ini juga mempengaruhi kepuasan kerja manajer dalam merealisasikan anggaran yang telah direncanakan (laba bersih)?

Dari uraian diatas, maka penerapan akuntansi pertanggungjawaban sangat diperlukan. Karena akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem pertanggungjawaban yang menentukan tanggung jawab manajer atas perbedaan antara anggaran dan hasil aktual (Garrison, 1997:651), dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan.

Sistem akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan secara baik pada setiap bagian dapat memberikan kemudahan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan manajemen, sehingga dapat menimbulkan kepuasan


(17)

kerja manajer karena berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan (Wardhani, 2001:3). Oleh sebab itu, kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja (Rivai, 2005:475) kemudian menurut kesimpulan teori Porter dan Lawier yang dikutip dari Supriyono (2000:251) menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki kaitan langsung dengan prestasi, karena prestasi yang baik mengarah ke akuntasi pertanggungjawaban yang baik pula.

Dengan terjadinya fluktuasi antara realisasi dengan rencana laba bersih dari tahun 2000 sampai tahun 2004, dan dukungan teori yang telah diuraikan sebelumnya, hal ini menarik perhatian peneliti yang merasa perlu mengetahui ”Hubungan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Kepuasan Manajer Pada PTPN XI PK Rosella Baru Surabaya”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Apakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja manajer?


(18)

5 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan serta mengetahui apakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban mempunyai hubungan dengan kepuasan manajer di PTPN XI ROSELLA BARU SURABAYA.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian tugas akhir ini baik bagi peneliti maupun bagi perusahaan antara lain meliputi:

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi perusahaan mengenai hubungan penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan kepuasan manajer.

2. Bagi Universitas

Diharapkan dapat menambah koleksi perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna kepentingan ilmiah sehingga dapat dijadikan acuan.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai praktek yang sesungguhnya di perusahaan dan sampai sejauh mana teori-teori yang telah didapat selama di bangku kuliah dapat diterapkan dalam praktek nyata.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu.

Penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan akuntansi pertanggungjawaban pernah dilakukan oleh :

1. Teresiyah Titis Kartikasari (2006) a. Judul :

“Hubungan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Penilaian Prestasi Dan Motivasi Kerja Manajer Dalam Rangka Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara X (persero) Pabrik Gula Gempol Mojokerto“

b. Permasalahan :

Apakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban mempunyai hubungan yang erat baik terhadap penilaian prestasi maupun motivasi kerja manajer ?

c. Hipotesis :

Diduga adanya hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan penilaian prestasi dan motivasi kerja.. d. Kesimpulan :

Terdapat hubungan penerapan akuntasi pertanggungjawaban dengan penilaian prestasi manajer dan motivasi kerja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi Rank Spearmen (rs) antara


(20)

penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan penilaian prestasi manajer sebesar 0,346 dan nilai korelasi Rank Spearmen (rs) antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan motivasi kerja sebesar 0,657 sehingga hipotesis yang diajukan teruji kebenarannya.

2. Deddy Indra Mardiansyah (2007) a. Judul :

“Hubungan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Kepuasan Kerja Manajer Pada PT. Petrokimia Gresik“

b. Permasalahan :

Apakah terdapat hubungan antara akuntansi pertanggungjawaban dengan kepuasan kerja manajer ?

c. Hipotesis :

Diduga adanya hubungan erat antara sistem akuntansi pertanggungjawaban dengan kepuasan kerja manajer.

d. Kesimpulan :

1. Terdapat hubungan yang nyata antara akuntansi pertanggungjawaban dengan kepuasan kerja manajer, hal ini dibuktikan dari hasil uji rs hitung 0,857 lebih besar dari rs tabel 0,643.

2. Pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban yang semakin lengkap dapat memberikan motivasi kerja kepada manajer pusat


(21)

pertanggungjawaban, sehingga dapat meningkatkan prestasi manajer dan mendorong prestasi kerja disetiap bagian – bagian perusahaan.

Antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terdapat persamaan dan perbedaan yaitu :

1. Persamaan

a. Sama sama menggunakan uji statistik uji Rank Spearmen, yaitu untuk menguji dan membuktikan serta mengetahui seberapa besar kuat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

b. Sama sama meneliti tentang akuntansi pertanggungjawaban. c. Pengambilan data dilakukan melalui kuesioner.

d. Pengambilan sampel ditujukan pada manajer 2. Perbedaan

1. Peneliti Terdahulu

a. Waktu penelitian bekisar tahun 2005-2006 dan 2006-2007.

b. Objek yang diteliti antara lain : PT. Perkebunan Nusantara X (persero) Pabrik Gula Gempol Mojokerto dan PT. Petrokimia Gresik.

2. Peneliti Sekarang

a. Waktu penelitian bekisar tahun 2009-2010.

b. Objek yang diteliti antara lain: PT. Perkebunan Nusantara XI (persero) PK. Rosella Baru Surabaya.


(22)

Dari uraian persamaan dan perbedaan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian sekarang bukan merupakan replikasi dari penelitian terdahulu karena dimensi waktu, objek, dan variabel yang digunakan berbeda.

2.2.Landasan Teori

Dalam bab ini dikemukan beberapa teori yang akan digunakan sebagai landasan teori dari bab-bab berikutnya. Teori-teori yang akan dikemukakan berhubungan erat dengan materi yang akan dibahas dalam penelitian ini, dan sebagai alat untuk membahas dan mengkaji seberapa besar hubungan penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan kepusan kerja manajer.

2.2.1. Pengertian dan Peranan Akuntansi Manajemen

Sebelum membahas tentang pengertian akuntansi pertanggungjawaban, maka dirasa perlu dibahas sedikit mengenai akuntansi manajemen, karena akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian dari akuntansi manajemen. Menurut Mulyadi (2001:2), akuntansi manajemen dapat dipandang dari dua sudut : akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe akuntansi dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi. Sebagai salah satu tipe akuntansi, akuntansi manajemen merupakan suatu sistem pengolahan informasi keuangan bagi kepentingan pemakai intern organisasi. Sebagai salah satu sistem tipe informasi, akuntansi manajemen merupakan tipe informasi kuantitatif yang menggunakan uang sebagai satuan ukuran yang


(23)

digunakan untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan.

2.2.2. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Pada umumnya perusahaan dibagi ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil yang masing-masing diberikan tanggung jawab tertentu. Bagian ini disebut divisi, departemen, unit bisnis dan lain-lain. Setiap bagian berisi individu-individu yang bertanggungjawab terhadap tugas atau fungsi manajerial tertentu. Pimpinan organisasi harus memastikan bahwa individu yang ada dalam setiap departemen bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh manajemen puncak. Akuntansi pertanggungjawaban (Sidharta, 2004:92), merupakan konsep dan alat yang digunakan manajemen untuk menilai kinerja individu dan departemen dalam rangka pencapaian tujuan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa konsep manajemen yang menghendaki pembagian wewenang dan tanggung jawab secara berimbang dan tugas dalam pencapaian tujuannya merupakan dasar timbulnya akuntansi pertanggungjawaban. Dapat dikatakan bahwa konsep akuntansi pertanggungjawaban timbul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan manajemen. Beberapa pengertian dan definisi akuntansi pertanggungjawaban, antara lain:


(24)

Menurut Mulyadi (2001:212) mengungkapkan bahwa:

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya serta pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan”.

Menurut Garrison (1997:651) menyatakan bahwa:

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem pertanggungjawaban yang menentukan tanggung jawab manajer atas pendapatan dan biaya yang ada di dalam kendalinya atau manajer bertanggung jawab atas perbedaan antara anggaran dan hasil aktual”.

Sedangkan menurut Hongren (1997:307) mengungkapkan bahwa:

“Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) adalah suatu sistem akuntansi yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan organisasi itu dan mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat itu dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu bari pusat yang memiliki tanggung jawab yang bersangkutan.


(25)

Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang disusun berdasarkan struktur organisasi yang secara tegas memisahkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing lapisan atau tingkat manajemen.

2. Akuntansi pertanggungjawaban mendorong setiap individu untuk turut ikut serta dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. 3. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan pendapatan dan biaya yang

terjadi dalam tiap-tiap pusat pertanggungjawaban .

4. Akuntansi pertanggungjawaban menghasilkan penilaian kinerja yang berguna bagi pimpinan didalam menyusun rencana kerja untuk periode mendatang, baik untuk masing-masing pusat pertanggungjawaban maupun untuk kepentingan perusahaan secara keseluruhan.

2.2.3. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban

Adapun tujuan akuntansi pertanggungjawaban (Sidharta 2004:93) dikatakan bahwa:

“Akuntansi pertanggungjawaban memberikan sarana-sarana dasar untuk mengadakan evaluasi atas kemampuan setiap manajer. Akibatnya, selain menyebabkan pimpinan tertinggi selalu mendapatkan informasi, akuntansi pertanggungjawaban juga membantu memberikan rangsangan


(26)

(insentif) bagi setiap manajer melalui laporan prestasi kerja (performance report)”.

Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi pertanggungjawaban bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para manajer divisi dalam menjalankan dan merencanakan aktivitas perusahaan guna sebagai dasar penilaian yang sewajarnya terhadap para manajer divisi tersebut.

Sedangkan manfaat penerapan akuntansi pertanggungjawaban (Sidharta,2004:93), adalah menghasilkan informasi akuntansi pada pusat pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa yang akan datang bermanfaat sebagai dasar penyusunan anggaran, sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa lalu berfungsi sebagai penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan pemotivasi manajer.

2.2.4. Syarat-syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban

Penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang baik agar mencapai tujuan yang diinginkan memerlukan beberapa persyaratan. Menurut Mas’ud (1991:207) persyaratan tersebut adalah :

1. Perusahaan menggunakan budget sebagai alat ukur pelaksanaan.

2. Perusahaan sudah menyusun organisasi yang formal untuk menilai tiap-tiap pusat biaya (Cost Center) dan tiap-tiap pusat biaya ditentukan siapa penanggungjawabnya.


(27)

3. Biaya bisa dipisahkan antara yang bisa diawasi atau dikendalikan (Controllable) dan yang tidak dapat diawasi atau tidak dapat dikendalikan (Uncontrollable) oleh pusat-pusat biaya dalam perusahaan.

2.2.5. Unsur-unsur Akuntansi Pertanggungjawaban

Unsur-unsur yang terkandung dalam akuntansi pertanggungjawaban (Mulyadi,1986:381-389) :

1. Struktur Organisasi.

Dalam akuntansi pertanggungjawaban harus terdapat desentralisasi tugas, wewenang, dan tanggung jawab pada masing-masing tingkatan manajemen.

2. Anggaran Biaya.

Untuk pengendalian biaya, anggaran biaya harus disusun sesuai dengan tingkatan manajemen dalam organisasi. Tiap-tiap manajer harus mengajukan rancangan anggaran biaya-biaya yang berada dibawah tanggungjawabnya masing-masing.

3. Penggolongan Biaya.

Adanya penggolongan biaya atas dasar dapat ditidaknya biaya tersebut dikendalikan oleh manajer masing-masing tingkatan manajemen. Biaya dipisahkan menjadi biaya terkendali dan tidak terkendali.


(28)

4. Sistem Akuntansi Biaya Yang Disesuaikan Dengan Struktur Organisasi. Sistem akuntansi pertanggungjawaban mempunyai karakteristik khusus, yaitu disesuaikan dengan struktur organisasinya. Sistem tata perkiraan disusun sedemikian rupa sehingga pendapatan dan biaya dikumpulkan, diklasifikasikan, dan dilaporkan berdasarkan pusat pertanggungjawaban yang ada pada laporan pertanggungjawaban.

5. Laporan Pertanggungjawaban.

Laporan pertanggungjawaban merupakan laporan yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan wewenang yang didesentralisasi pada manajer pusat pertanggungjawaban, yang mencakup realisasi dan anggaran. Laporan ini merupakan sarana penilaian prestasi kerja karyawan dan motivator bagi karyawan yang menilai prestasinya. Laporan pertanggungjawaban disampaikan dari manajemen tingkat bawah ke manajemen tingkat atas.

2.2.5.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah susunan sistem hubungan antar posisi-posisi kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi (Supriyono, 2000:200).

Mulyadi (1986:381), menjelaskan bahwa dalam penyusunan sistem akuntansi selalu didahului dengan pembenahan lebih dahulu terhadap organisasi. Penyusunan sistem akuntansi dan penyusunan struktur organisasi merupakan perkerjaan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, sebelum sistem akuntansi pertanggungjawaban disusun,


(29)

perlu dilakukan penilaian mendalam terhadap organisasi dan prosesnya serta dilakukan penyesuaian jika diperlukan.

Dalam akuntansi pertanggungjawaban, struktur organisasi yang desentralisasi merupakan struktur organisasi yang dianggap penting karena desentralisasi berarti pendelegasian wewenang pembuat pembuatan keputusan pada tingkat manajemen yang lebih rendah.

2.2.5.1.1. Sentralisasi

Menurut Mulyadi (2001:378), sentralisasi merupakan wewenang dalam pengambilan keputusan yang terpusat ditangan manajemen puncak.

Menurut Stoner (1995:52), kelebihan sentralisasi antara lain:

1. Ketrampilan khusus, bakat, dan teknologi kadang-kadang tidak mungkin diperoleh dan tidak praktis kalau harus ditempatkan di berbagai lokasi.

2. Lokasi desentralisasi biasanya terjadi tambahan biaya umum dan administrasi serta tambahan staf, sedangkan sentralisasi tidak.

3. Perbaikan dalam teknologi komunikasi mempermudah pergerakan pemrosesan data dari lokasi sentral.

Pada perusahaan yang menerapkan akuntansi pertanggungjawaban, sentralisasi tidak digunakan, karena penerapan akuntansi pertanggungjawaban memerlukan desentralisasi yang menghendaki pembagian wewenang dan tanggung jawab secara berimbang serta tugas dalam pencapaian tujuannya.


(30)

2.2.5.1.2. Desentralisasi

Menurut Mulyadi (2001:378). Desentralisasi adalah pendelegasian kebebasan untuk mengambil keputusan. Desentralisasi merupakan tingkat seberapa besar kebebasan untuk pengambilan keputusan didelegasikan oleh manajer puncak kepada manajer yang lebih rendah.

Menurut Mulyadi (2001:380), desentralisasi mempunyai keuntungan yaitu :

1. Para manajer tingkat yang lebih rendah mempunyai pengetahuan yang terbaik tentang kondisi setempat.

2. Memberikan kesempatan bagi para manajer tingkat yang lebih rendah dalam mempersiapkan diri untuk jabatan yang lebih tinggi.

3. Memberikan kebebasan bagi para manajer dalam pengambilan keputusan.

Kelemahan desentralisasi (Mulyadi, 2001:380-381), antara lain :

1. Para manajer mungkin hanya membuat keputusan-keputusan yang hanya hanya menguntungkan divisi yang dipimpinnya saja.

2. Para manajer cenderung memiliki sendiri unit organisasi penghasil jasa yang sebenarnya lebih murah jika disediakan secara terpusat.

3. Kadang-kadang biaya pengumpulan dan pengelolaan informasi mengalami kenaikan dalam perusahaan yang organisasinya sudah didesentralisasi.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa struktur organisasi merupakan hal yang mendasar dalam menjalankan suatu organisasi karena dengan


(31)

adanya struktur organisasi yang jelas maka jelas pula garis-garis tugas dan wewenang dari masing-masing unsur yang terdapat dalam organisasi tersebut.

2.2.5.2. Anggaran Biaya

Definisi anggaran menurut Hansen dan Mowen (2004:355), anggaran adalah rencana keuangan untuk masa depan dan rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya.

Anggaran menghendaki adanya organisasi yang baik, yang tiap-tiap manajernya mengetahui wewenang tanggung jawabnya masing-masing. Dengan demikian, jika terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan direncanakan anggaran, akan mudah ditunjuk siapa yang bertanggungjawab.

Mulyadi (1986:382), menjelaskan bahwa untuk pengendalian biaya, anggaran biaya harus disusun sesuai dengan tingkatan manajemen dalam organisasi. Tiap-tiap manajer harus mengajukan rancangan anggaran biaya yang berada diabawah tanggungjawabnya masing-masing. Setiap perubahan yang dilakukan terhadap rancangan tersebut harus dirundingkan dan diberitahukan dengan manajer yang bersangkutan dalam penyusunan anggaran biaya, hal ini menimbulkan partisipasi dan komitmen mereka dalam mencapai target yang ditetapkan.

Beberapa kelebihan kegiatan penganggaran (Hansen dan Mowen, 2004:355), yaitu :


(32)

1. Memaksa para manajer untuk melakukan perencanaan.

2. Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pembuatan keputusan.

3. Menyediakan .standar untuk evaluasi kerja. 4. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi.

Selain memiliki kelebihan, kegiatan penganggaran juga mempunyai kelemahan yang ber dampak langsung terhadap perilaku manajer (Ikhsan dan Ishak, 2005:159), antara lain :

1. Anggaran membatasi tindakan manajer untuk berinisiatif karena anggaran menetapkan batasan apa yang harus dilaksanakan oleh manajer.

2. Manajer merasakan tekanan dari anggaran yang ketat, kegelisahan dari laporan kinerja yang buruk, dan kegembiraan atau rasa puas karena memenuhi anggaran.

3. Manajer akan diperingatkan secara periodik jika tidak mencapai target yang dianggarkan.

2.2.5.2.1. Karakteristik Anggaran

Karakteristik anggaran menurut Mulyadi (2001:409) antara lain sebagai berikut :

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.


(33)

3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti para manajer setuju untuk menerima tanggungjawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.

4. Usulan anggaran direview dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran.

5. sekali disetujui anggaran dapat diubah dibawah kondisi tertentu.

6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan selisihnya, dianalisis dan dijelaskan.

2.2.5.2.2. Persyaratan Penyusunan Anggaran

Dalam menyusun anggaran perlu diperhitungkan beberapa pernyataan, menurut Adisaputro dan Asri (2003:7), yaitu :

1. Anggaran harus realistis, artinya tidak terlalu optimis dan tidak terlalu pesimis.

2. Anggaran harus luwes, artinya tidak terlalu kaku, mempunyai peluang untuk disesuaikan dengan keadaan yang mungkin berubah.

3. Anggaran bersifat kontinyu, artinya membutuhkan perubahan secara terus-menerus dan tidak merupakan suatu usaha yang insidentil.


(34)

2.2.5.2.3. Jenis-Jenis Anggaran

Jenis-jenis anggaran menurut Supriyono (2000:45) antara lain sebagai berikut :

1. Anggaran operasi

Anggaran kegiatan-kegiatan (aktivitas) dalam rangka mencapai tujuan laba tahun yang akan datang. Menurut Hansen dan Mowen (2004:50-51) biaya ini dapat diklasifikasikan lebih banyak yaitu :

a. Bahan Langsung

Bahan yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi. Sebagai contoh besi pada mobil, kayu pada pembuatan rumah, peti mati pada jasa penguburan, dan sebagainya.

b. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi. Sebagai contoh : koki restoran, perawat bedah yang terlibat dalam operasi jantung dan sebagainya.

c. Overhead

Semua biaya produksi selain dari biaya langsung dan tenaga kerja langsung, sebagai contoh : biaya pemeliharaan, perlengkapan, dan sebagainya.

2. Anggaran Pengeluaran Modal

Anggaran yang merupakan daftar rencana yang disetujui oleh manajemen mengenai proyek pemilikan fasilitas dan ekuipmen baru


(35)

beserta taksiran biaya setiap proyek dan ada saat pengeluaran modal tersebut akan dilakukan dalam tahun anggaran.

3. Anggaran Kas

Anggaran yang menunjukkan elemen-elemen dan jumlah kebutuhan kas dan sumber-sumber kas suatu organisasi atau unit bisnis tahun yang akan datang.

4. Anggaran Neraca

Anggaran yang menunjukkan implikasi berbagai macam anggaran pada elemen-elemen neraca yaitu aktiva, utang dan modal tahun yang akan datang.

2.2.5.3. Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.2.5.3.1. Definisi Biaya

Menurut Hansen dan Mowen (2004:40), biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau masa yang akan datang bagi organisasi. Sedangkan menurut Mulyadi (1998:8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

2.2.5.3.2. Penggolongan Biaya

Untuk pengendalian biaya, biaya dibedakan menjadi dua jenis. Menurut Mulyadi (2001:169) penggolongan biaya tersebut yaitu:


(36)

1. Biaya yang terkendali (Controllable Cost) adalah biaya yang dibebankan sedemikian rupa kepada manajer pusat pertanggungjawaban tertentu, sehingga biaya tersebut dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban.

2. Biaya yang tidak dikendalikan (Uncontrollable Cost) adalah biaya yang dialokasikan kepada suatu pusat pertanggungjawaban dengan dasar sembarang, tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.

2.2.5.4. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut Mulyadi 1986:384), sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem pengumpulan biaya untuk kepentingan pengendalian biaya, yaitu dengan cara menggolongkan, mencatat, dan meringkas biaya-biaya dalam hubungannya dengan tingkat-tingkat manjemen yang bertanggungjawab.

Penggolongan biaya dan pemberian kode rekening sangat diperlukan, karena penggolongan biaya sangat membantu proses pencatatan dokumen-dokumen, proses penjurnalan, pencatatan dalam buku besar, penyusunan laporan-laporan maupun kesalahan prosedur yang digunakan sistem akuntansi. Selain itu juga diperlukan guna mempermudah dalam pencarian-pencarian dokumen jika sewaktu-waktu dibutuhkan.


(37)

Sistem pemberian kode yang dapat menunjukkan pusat pertanggungjawaban ini, membantu beberapa aktivitas pengolahan data yang berhubungan dengan akuntansi pertanggungjawaban.

Menurut Mulyadi (1986:385), untuk memperjelas pengklasifikasian biaya, maka dalam rekening buku besar dibagi menjadi enam kelompok. (1) Aktiva, (2) Hutang, (3) Modal, (4) Penghasilan, (5) biaya dan (6) pendapatan biaya diluar usaha.

Bila dalam struktur organisasi yang ada menghendaki wewenang penggolongan usaha sampai pada tingkat kepala bagian, maka diperlukan adanya suatu pengklasifikasian sebagai berikut :

Kelompok Biaya Pusat Biaya Direksi Pusat Biaya Departemen Pusat Biaya Bagian

Selanjutnya pengelompokan biaya menurut jenis dan dapat dikendalikan tidaknya dilakukan sebagai berikut :

Pusat Biaya

Kelompok Jenis Biaya Jenis Biaya

Terkendali Tidaknya Biaya

XXXX X XXX X


(38)

Sistem pengkodean dalam pencatatan tranksaksi akan mempermudah pencatatan dan pengidentifikasian data, mempertinggi efisiensi dan kecermatan, pemrosesan, mempercepat pengambilan data dari arsip dan membantu dalam menyajikan laporan.

2.2.5.4.1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban

Dalam organisasi perusahaan, penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung jawab dilaksanakan dengan menetapkan pusat-pusat pertanggungjawaban dan tolak ukur kinerjanya. Menurut Sidharta (2004:93), pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Penentuan pusat-pusat pertanggungjawaban memerlukan desentralisasi. Desentralisasi berarti pendelegasian wewenang pembuatan keputusan pada tingkat manajemen yang lebih rendah.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pusat pertanggungjawaban merupakan unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap semua aktivitas yang berada dibawah kendalinya.

Dengan adanya penentuan pusat pertanggungjawaban yang jelas maka dengan mudah dapat diidentifikasikan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh para manajer.


(39)

2.2.5.4.2. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban

Menurut Mulyadi (2001:425), berdasarkan karakteristik masukan dan keluarannya serta hubungan diantara keduanya, pusat-pusat pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

1 Pusat Biaya (Cost Center)

Pusat pertanggungjawaban, yang manajer diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya) disebut pusat biaya. Pusat biaya mempunyai masukan (Input) berupa biaya-biaya (Costs) yang dapat diukur dalam nilai uang, namun keluarannya tidak dapat atau perlu diukur dalam wujud pendapatan. Hal ini disebabkan karena kemungkinan keluaran pusat biaya tersebut tidak dapat diukur secara kuantitatif, atau manajer pusat biaya tidak bertanggung jawab atas keluaran pusat biaya tersebut. Keluaran departemen produksi dapat diukur secara kuantitatif, namun karena tanggung jawabnya adalah menghasilkan keluaran tertentu dengan masukan serendah mungkin, maka tidak perlu untuk mengukur pendapatan departemen produksi. Oleh sebab itu, departemen produksi biasanya diperlakukan sebagai pusat biaya.

2 Pusat Pendapatan (Revenue Center)

Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat pendapatan diukur kinerjanya dari keluarannya (pendapatan) dan tidak diminta


(40)

pertanggungjawaban mengenai masukannya, karena dia tidak dapat mempengaruhi pemakaian masukan tersebut. Departemen penjualan biasanya diperlakukan sebagai pusat pendapatan.

3 Pusat Laba (Profit Center)

Pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertanggungjawaban, disebut pusat laba. Manajer pusat laba diukur kinerjanya dari selisih antara pendapatan biaya dengan dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena itu, baik masukan atau keluaran dalam pusat laba dapat diukur dalam satuan uang maupun menghitung laba, yang dipakai sebagai pengukur kinerja. Pendapatan yang digunakan sebagai komponen perhitungan laba tidak harus berasal dari penjualan produk atau jasa kepada pihak luar perusahaan. Pusat laba tidak diukur dengan laba saja, tanpa menghubungkan laba dengan investasi yang digunakan untuk mengahsilkan laba. Oleh karena itu, pusat laba dan pusat investasi pada dasarnya sama. Keduanya diukur kinerjanya dari kemampuannya dalam menghasilkan laba dari investasi yang ditanamkan pusat pertanggungjawaban.

4 Pusat Investasi (Investment Center)

Pusat investasi yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan, disebut pusat investasi.


(41)

Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa rasio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.

2.2.5.5. Laporan Untuk Akuntasi Pertanggungjawaban

Laporan pertanggungjawaban digunakan untuk menganalisis kinerja manajer dan sekaligus memotivasi manajer tersebut untuk melakukan tindakan koreksi atas penyimpangan atau prestasi yang tidak memuaskan. Dalam laporan pertanggungjawaban terdapat selisih antara anggaran dengan hasil yang sesungguhnya. Selisih tersebut merupakan variance. Dari variance ini bisa diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Laporan kinerja atau laporan pertanggungjawaban merupakan tahap penting dalam proses pengendalian. Karena laporan pertanggungjawaban memusatkan pada tanggung jawab pribadi.

Karakteristik laporan pertanggungjawaban (Mas’ud, 1991:198), yaitu: 1 Laporan disiapkan dan disediakan tepat pada waktunya.

2 Laporan sebaiknya sederhana, dapat dimengerti dan hanya melaporkan informasi yang penting saja.

3 Bahasa dalam laporan hendaknya yang mudah dimengerti oleh pembaca laporan.

4 Laporan harus menggambarkan hal-hal yang sebenarnya. 5 Laporan sedapat mungkin bentuknya menarik.

6 Laporan hendaknya disesuaikan dengan tingkat pejabat yang akan membaca.


(42)

7 Laporan harus bermanfaat untuk disampaikan.

8 Biaya pembuatan laporan juga harus dipikirkan seefesien mungkin. Agar laporannya lebih efektif, maka informasi tersebut harus dipilih dan dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan agar dapat digunakan sebagai dasar bagi manajer untuk bertindak. Prinsip-prinsip dasar penyajian laporan efektif dikemukan (Mas’ud, 1991:194), sebagai berikut.

1 Konsep pertanggungjawaban harus digunakan.

2 Prinsip “Exception” seharusnya digunakan sebaik-baiknya. 3 Angka dalam laporan sebaiknya ada pembandingnya.

4 Laporan sebaiknya makin ke tingkat atas makin berbentuk ringkasan. 5 Laporan sebaliknya meliputi komentar dan keterangan serta

interprestasi yang baik dari pembuat laporan.

Tabel 2.1 dibawah ini adalah salah satu contoh bentuk laporan pertanggungjawaban untuk laporan informasi :


(43)

PT.X

Laporan Perbandingan Laba/(Rugi) Selama Lima Tahun, 1977-1981

(Dalam Jutaan Rp.)

Uraian 1977 1978 1979 1980 1981

Penjualan bersih Rp 800 Rp 840 Rp 844 Rp 856 Rp1.020 Harga pokok penjualan Rp 530 Rp 540 Rp 550 Rp 294 Rp 736 Laba kotor operasi Rp 270 Rp 300 Rp 294 Rp 294 Rp 284 Biaya operasi Rp 200 Rp 206 Rp 208 Rp 210 Rp 250 Laba bersih operasi Rp 70 Rp 94 Rp 86 Rp 84 Rp 34 Pendapatan/biaya diluar

operasi Rp 10 Rp 8 Rp 12 Rp 6 Rp 8

Laba bersih sebelum pajak Rp 80 Rp 102 Rp 98 Rp 90 Rp 42

Pajak 50% Rp 40 Rp 51 Rp 49 Rp 45 Rp 21

Laba bersih sesudah pajak Rp 40 Rp 51 Rp 49 Rp 45 Rp 21 Sumber : Mas’ud (1991:200)

Tabel diatas merupakan contoh bentuk laporan pertanggungjawaban untuk laporan informasi laba/rugi selama lima tahun PT.X. hal ini dapat dijelaskan bahwa penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan menghasilkan laba kotor operasi, kemudian dikurangi biaya operasi menghasilkan laba bersih sebelum pajak, kemudian dikurangi dengan pajak akan menghasilkan laba bersih sesudah pajak.

2.2.6. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi keperilakuan merupakan salah satu cabang utama dari akuntansi yang memberikan perhatian lebih terhadap hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, termasuk didalamnya akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen (Siegel dan Marconi, 1989:6).


(44)

Menurut Siegel dan Marconi (1989:6), tujuan akuntansi keperilakuan adalah usaha untuk melakukan pengukuran dan pengevaluasian segala tindakan yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan dan pengambilan keputusan, baik yang bersifat eksternal dan internal. Akuntansi perilaku akan memberikan manajemen tidak hanya dengan informasi tentang bagaimana orang berperilaku, tetapi juga dengan alasan mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka dan merekomendasi untuk mengubah perilaku yang negatif (dysfunctional) (Siegel dan Marcono,1989:6)

2.2.7. Kepuasan Kerja

Kemampuan manajer untuk memotivasi mempengaruhi, mengarahkan, dan berkomunikasi dengan para bawahannya akan menentukan efektivitas manajer. Karena manajer tidak dapat mengarahkan kecuali bawahan dimotivasi untuk mengikuti. Motivasi mempunyai pengaruh meningkatkan prestasi atau kepuasan kerja.

Menurut Handoko (2000:193), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.

Sedangkan menurut Rivai (2004:475), kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada, karena individu karyawan berbeda standar


(45)

kepuasannya. Indikator kepuasan kerja ini hanya diukur dengan kedisiplinan, moral kerja dan dedikasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja itu adalah jumlah dari perasaan itu sendiri yang didasarkan pada setiap individu dalam mengerjakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Dua kelompok faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang dalam organisasi adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2005:120):

1. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja.

2. Faktor pekerjaan yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.

Sedangkan menurut Hariandja (2002:291) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah :

1. Gaji

Adalah jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai imbalan dari pelaksanaan kerja, apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil. 2. Pekerjaan itu sendiri

Isi pekerjaan yang dilakukan seseorang, apakah memiliki elemen yang memuaskan.


(46)

3. Rekan sekerja

Teman-teman kepada siapa seseorang senantiasa berinteraksi dalam pekerjaannya. Seseorang dapat memuaskan rekan kerjanya sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan.

4. Atasan

Seseorang yang senantiasa memberi perintah dan petunjuk dalam pelaksanaan kerja.

2.2.8. Hubungan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Kepuasan Kerja Hubungan akuntansi pertangungjawaban dengan kepuasan kerja dapat dijelaskan dari teori motivasi. Teori ini adalah teori dua faktor yang dikemukan oleh Dr. Frederick Herzberg yang dikutip dari Supriyono (2000:247) serta teori Porter dan Lawier yang dikutip dari Supriyono (2000:251).

a. Teori Dua Faktor.

Teori dua faktor atau teori motivasi – higiene memisahkan dua perangkat yang menerangkan sikap terhadap tugas karyawan, yaitu (1) faktor kepuasan, dan (2) faktor ketidakpuasan. Dari penelitian herzberg diketahui bahwa kepuasan kerja diperoleh karena melakukan pekerjaan baik. Kepuasan tersebut merupakan motivasi yang semuanya berhubungan dengan apa yang harus dikerjakan atau terhadap isi pekerjaan, sehingga faktor ketidakpuasan disebut juga faktor lingkungan atau faktor higiene.


(47)

Faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan dan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan menurut herzberg yang dikutip dari Supriyono (2000:247).

Tabel 2.2

Faktor Kepuasan dan Ketidakpuasan Faktor Kepuasan

(Faktor Motivasi)

Faktor Ketidakpuasan (faktor Higiene)

Prestasi Kebijaksanaan dan administrasi

perusahaan Pengakuan

Pertanggungjawaban Kemajuan

Supervisi (pengawasan) Kondisi kerja

Hubungan antar manusia

Perkembangan Gaji atau penghasilan

Status

Keamanan kerja Kehidupan personal Sumber : Supriyono (2000:247)

b. Teori Porter dan Lawier.

Teori ini dapat dijelaskan setelah melihat gambar dari model motivasi Porter dan Lawier yang dikutip Supriyono.


(48)

Nilai imbalan

Kemampuan melaksanakan

tugas

Persepsi imbalan yang sepadan dan

adil

Usaha Keberhasilan prestasi

Imbalan intrinsik

Imbalan ekstrinsik

Kepuasan

Persepsi usaha dan probabilitas

imbalan

Persepsi tugas yang diberikan

Sumber : Supriyono (2000:252)

Gambar 2.1

Model Motivasi Porter dan Lawier

Dari gambar diatas dijelaskan sebagai berikut :

a. Jeleknya prestasi mungkin tejadi jika kemampuan karyawan kurang, peranan prestasi individual terhadap tugas ternyata salah, dan usaha untuk mencapai prestasi juga kurang. Jadi, keberhasilan prestasi


(49)

dipengaruhi oleh kemauan karyawan melaksanakan tugas persepsi yang benar terhadap tugas tersebut, dan usaha yang baik untuk mencapai prestasi.

b. Keberhasilan prestasi membentuk persepsi tentang imbalan yang dirasakan sepadan dan adil, serta menuju kearah penentuan besarnya imbalan intrinsik dan imbalan ekstrinsik. Disamping itu, keberhasilan prestasi membentuk persepsi usaha dan probabilitas imbalan.

c. Faktor imbalan intrinsik dan ekstrinsik tersebut setelah dipertemukan dengan persepsi rasa adil dan kesepadanan atas imbalan yang diterima akan menimbulkan kepuasan.

d. Kepuasan, bisa berarti rasa puas atau tidak puas, menentukan nilai imbalan.

e. Pada akhirnya, nilai imbalan serta persepsi usaha dan probabilitas imbalan diharapkan menentukan usaha yang akan dilakukan berikutnya sebagai suatu siklus yang berulang.

Dari penjelasan teori Porter dan Lawier diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja memiliki kaitan langsung dengan prestasi karena prestasi yang baik mengarah ke akuntansi pertanggungjawaban yang baik pula, dalam artian bisa merealisasikan anggaran yang direncanakan. Sehingga, menimbulkan imbalan intrinsik dan ekstrinsik yang lebih tinggi dan didukung oleh persepsi imbalan yang sepadan dan adil.

Teori Porter dan Lawier didukung oleh pendapat Wardhani(2001:3) yang menyatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan


(50)

secara baik pada setiap bagian, dapat memberikan kemudahan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan manajemen, sehingga dapat menimbulkan kepuasan kerja karena manajer berhasil menyelesaikan pekerjaan.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dikemukan sebelumnya, maka dapat diambil premis-premis sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengambil hipotesis. Adapun premis-premis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Premis 1 : Dalam akuntansi pertanggungjawaban harus terdapat desentralisasi tugas, wewenang, dan tanggung jawab pada masing-masing tingkatan manajemen (Mulyadi, 1986:381). Premis 2 : Untuk pengendalian biaya , anggaran biaya harus disusun

sesuai dengan tingkatan manajemen dalam organisasi (Mulyadi, 1986:382).

Premis 3 : Penggolongan biaya atas dasar dapat tidaknya biaya tersebut dikendalikan oleh manajer masing-masing tingkatan manajemen adalah agar laporan pertanggungjawaban benar-benar mencerminkan tingkat pertanggungjawaban dari masing-masing tingkatan manajemen.


(51)

Premis 4 : Sistem akuntansi pertanggungjawaban mempunyai karakteristik khusus, disesuaikan dengan struktur organisasinya (Mulyadi,1986:384).

Premis 5 : Laporan pertanggungjawaban merupakan laporan yang digunakan mempertanggungjawabkan wewenang yang didesentralisasi pada manajer pusat pertanggungjawaban, yang mencakup realisasi dan anggaran (Mulyadi, 1986:389).

Premis 6 : Akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan secara baik pada setiap bagian, dapat memberikan kemudahan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan manajemen, sehingga dapat menimbulkan kepuasan kerja karena manajer berhasil mengerjakan pekerjaan.

Premis 7 : Kepuasan kerja memiliki kaitan langsung dengan prestasi karena prestasi yang baik mengarah ke akuntansi pertanggungjawaban yang baik pula (Teori Porter dan Lawier yang dikutip Supriyono 2000:251-252).

Premier 8 : Salah satu faktor kepuasan (faktor motivasi) adalah pertanggungjawaban (Teori Herzberg yang dikutip Supriyono 2000:247).


(52)

Berdasarkan uraian premis, maka dapat disusun suatu kerangka pikir sebagai berikut :

Kepuasan kerja Manajer Akuntansi

Pertanggungjawaban

(Y)

(X) Rank

Spearman

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian dari perumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu dan berdasarkan teori yang digunakan, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

“Diduga bahwa ada hubungan penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan kepuasan kerja manajer pada PTPN XI PK. ROSELLA BARU SURABAYA”.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.

Definisi operasional adalah mengoperasionalkan, atau secara operasional mendefinisikan sebuah konsep untuk membuatnya bisa diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek atau sifat yang ditunjukkan oleh konsep (Sekaran, 2006:4)

Dalam penelitian hal-hal yang perlu didefinisikan dan diamati atau diobservasi adalah hubungan penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan kepuasan manajer.

Variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai variabel bebas (x).

Adalah suatu sistem akuntansi yang disusun berdasarkan struktur organisasi yang secara tegas memisahkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing lapisan atau tingkat manajemen, sehingga biaya yang dikumpulkan dan dilaporkan berdasarkan tingkat pertanggungjawaban. Adapun indikator dari penerapan akuntansi pertanggungjawaban yaitu:

1. Struktur Organisasi.

Dalam penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban mengharuskan adanya struktur organisasi yang menghubungkan


(54)

antara tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pusat-pusat pertanggungjawaban. Dalam penelitian ini pertanyaan yang akan diajukan ke responden mengenai struktur organisasi terdiri atas 2 (dua) pertanyaan.

2. Anggaran Biaya.

Proses pertanggungjawaban menghendaki adanya partisipasi aktif dari masing-masing pusat pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran biaya. Dalam penelitian ini pertanyaan yang akan diajukan ke responden mengenai anggaran biaya terdiri atas 2 (dua) pertanyaan.

3. Penggolongan biaya sesuai dengan dikendalikan tidaknya.

Laporan pertanggungjawaban perlu diadakan pemisahan biaya atas dasar dapat tidaknya biaya tersebut dikendalikan oleh pusat-pusat pertanggungjawaban. Dalam penelitian ini pertanyaan yang akan diajukan ke responden mengenai penggolongan biaya sesuai dengan dikendalikan tidaknya terdiri atas 4 (empat) pertanyaan. 4. Sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur

organisasi.

Dalam sistem akuntansi biaya mengharuskan adanya struktur organisasi yang memudahkan pengendalian biaya menjadi tanggung jawab pusat pertanggungjawaban. Dalam penelitian ini pertanyaan yang akan diajukan ke responden mengenai sistem


(55)

akuntasi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi terdiri atas 4 (empat) pertanyaan.

5. Laporan Pertanggungjawaban.

Laporan pertanggungjawaban biaya digunakan untuk mempermudah tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap pusat pertanggungjawaban. Dalam penelitian ini petanyaan yang diajukan ke responden mengenai laporan pertanggungjawaban terdiri atas 3 (tiga) pertanyaan.

Dengan mengacu pada indikator penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebelumnya, dapat disertakan suatu cara penilaian data kualitatif melalui kuesioner dengan menggunakan teknik skala Guttman yang pernah dikembangkan dalam penelitian terdahulu oleh (Deddy, 2007). Melalui penelitian ini dapat diketahui pula pengelompokkan penerapan akuntansi pertanggungjawaban (X). Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval menggunakan rumus : Range (R) : Skor tertinggi – Skor terendah

Jenjang yang diinginkan

Keterangan:

Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan.

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item pertanyaan.


(56)

Jika nilai 3 : Menunjukkan bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan di perusahaan sudah baik.

Jika nilai 2 : Menunjukkan bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan di perusahaan sudah cukup baik.

Jika nilai 1 : Menunjukkan bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan di perusahaan jelek dalam artian tidak baik.

2. Kepuasan kerja manajer sebagai variabel terikat (y).

Adalah keadaan emosional yang menggambarkan perasaan seseorang senang, tidak senang, puas, dan tidak puas terhadap pekerjaannya. Dari definisi kepuasan kerja diatas, dapat disertakan suatu cara penilaian data kualitatif melalui kuesioner dengan menggunakan teknik skala Guttman yang pernah dikembangkan dalam penelitian terdahulu oleh (Deddy, 2001). Melalui penelitian ini dapat diketahui pula pengelompokkan kepuasan kerja manajer (Y). Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval menggunakan rumus :

Range (R) : Skor tertinggi – Skor terendah


(57)

Keterangan:

Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan.

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item pertanyaan.

Jika nilai 3 : Menunjukkan bahwa kepuasan kerja yang diterapkan di perusahaan sudah baik.

Jika nilai 2 : Menunjukkan bahwa kepuasan kerja yang diterapkan di perusahaan sudah cukup baik.

Jika nilai 1 : Menunjukkan bahwa kepuasan kerja yang diterapkan di perusahaan jelek dalam artian tidak puas.

3.2. Teknik Penentuan Sampel. 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan himpunan individu atau unit ataupun elemen yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang sama, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44). Obyek penelitian ini adalah PT. Perkebunan Nusantara XI (persero) PK. Rosella Baru Surabaya, sedangkan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer / kepala bagian yang ada dalam PT.


(58)

Perkebunan Nusantara XI (persero) PK. Rosella Baru Surabaya yang berjumlah 12 orang.

3.2.2. Sampel

Menurut Sumarsono ( 2004 : 44 ) Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi. Sampel yang diambil adalah jumlah keseluruhan dari manajer yang ada pada PT. Perkebunan Nusantara XI (persero) PK. Rosella Baru Surabaya, karena jumlah populasi yang sedikit maka sampel ini disebut sebagai sampling jenuh yaitu teknik penetuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, hal ini juga dilakukan bila jumlah populasi relatif sedikit kurang dari 30 orang. Sampling jenuh juga biasa disebut istilah sensus dimana semua populasi dijadikan sebagai sampel.( Sugiyono, 2006 : 96 ), oleh karena itu, dalam penelitian ini jumlah anggota sampel yang digunakan sebanyak 12 orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data. 3.3.1. Jenis Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penulisan ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut :


(59)

Data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel yang digunakan untuk tujuan spesifik studi.

2. Data Sekunder.

Data yang dikumpulkan tidak secara langsung dari responden yang berkaitan dengan variabel yang digunakan untuk tujuan spesifik studi.

3.3.2. Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh data primer dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Yaitu cara memperoleh data dengan menggunakan komunikasi langsung secara lisan atau tatap muka dengan pihak-pihak yang bersangkutan di perusahaan yang diteliti.

2. Kuisioner

Yaitu cara untuk memperoleh data dengan memberikan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada pihak-pihak yang dianggap perlu. 3. Observasi

Yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada obyek penelitian untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.


(60)

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis. 3.4.1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuesioner) apa yang di inginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat di uji dengan mengoreksi antara skor yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyan. Apabila korelasi antara skor total dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan (ditunjukkan dengan taraf signifikan < 0,05), maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai validitas. (Sumarsono, 2004: 31).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah pengujian yang dimaksudkan untuk menunjukkan sifat suatu alat ukur dalam pegertian apakah alat ukur yang digunakan cukup akurat, stabil, atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin di ukur. Pengukuran reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha, suatu kuesioner dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60 (Santoso, dkk.,2005: 251).


(61)

3.4.2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam mengolah data, langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan mengolah yang diperoleh dari jawaban responden.

Untuk mengetahui hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan kepuasan manajer digunakan uji statistik

Rank Spearman (Djarwanto, 1996) dengan menggunakan rumus :

Prosedur pengujian hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah: 1. H0 : ρ = 0, menunjukkan tidak ada korelasi atau hubungan antara

penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan kepuasan kerja manajer.

H1 : ρ ≠ 0, menunjukkan adanya korelasi atau hubungan antara

penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan kepuasan kerja manajer. 2.

 

   2 2 2 2 ) ( )

( X n Y Y

X n Y X XY n r ………(Djarwanto, 2001:182)

3. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas [n-2], dimana n : jumlah observasi


(62)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Pabrik Karung Rosella Baru adalah sebuah perusahaan yang bermodal dari pemerintah Indonesia dan Belanda, yang mana pada awalnya perusahaan ini hanya khusus memproduksi karung gula. Pada bulan Agustus Tahun 1952 terjadi kesepakatan antara FIRMA TIEDEMAN & VAN MARCHEN serta BANK INDUSTRI NEGARA untuk mengelola perusahaan yang bergerak di industri karung tersebut. Dalam pelaksanaannya, segala pembangunan dan berdirinya pabrik ini disuplai peralatan di segala bidang oleh BANK INDUSTRI NEGARA, sehingga pada tahun 1953 pabrik ini mulai dibangun dan selesai pada tahun 1954.

Pada tanggal 25 Januari 1954, pabrik karung Rosella berdiri atas akta notaris Mr. Soewandi No. 764/1954 dan pada saat itu pimpinan pabrik dipegang oleh Bapak R. Mogni. Pada Tahun 1954 - 1955 salah satu industri negara yang menyelenggarakan perkebunan serat adalah NV. CULTURE MIJTANI MULYA yang mana pada saat itu mendapat tugas untuk menjadi pemasok atau supplier serat Rosella sebagai bahan baku pembuatan karung untuk pabrik karung Rosella. Pada Tanggal 16 Desember 1960 NV. CULTURE MIJTANI MULYA diambil alih oleh


(63)

NV. Pabrik Karung Rosella sepenuhnya, dan juga dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1960, Pabrik Karung Rosella diambil alih oleh Pemerintah kemudian dimasukkan ke dalam Departemen Pendataan dan selanjutnya pabrik tersebut diserahkan kepada Departemen Pertanian.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1963 pabrik karung Rosella diserahkan kepada Departemen Perkebunan Negara yang kemudian berubah menjadi Perusahaan Negara dan dimasukkan ke dalam unit induk Perusahaan Perkebunan Negara XVII (Persero) di Semarang. Pada Tanggal 31 Juli 1974 dengan akta notaris GBS LUMBAN TOBING nama Perusahaan Perkebunan Negara XVII (Persero) diubah menjadi PT. Perkebunan XVII (Persero). Pabrik Karung Rosella Surabaya termasuk salah satu unit produksi PT. Perkebunan Rosella XVII (Persero), yang kemudian pada Tanggal 30 Juni 1992 dilikuidasi oleh Pemerintah.

Pada Tanggal 1 Agustus 1992 Pabrik Karung Rosella kembali dioperasikan kembali dalam lingkungan PT. Perkebunan XXIV – XXV ( (Persero). PT. Perkebunan XXIV – XXV oleh BUMN kemudian dijadikan satu manajemen menjadi PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) yang hingga saat ini menjadi Kepala Unit Tetap PK. Rosella Baru Surabaya.

4.1.2. Struktur Organisasi

Beikut ini adalah struktur organisasi yang ada pada pabrik karung Rosela Abadi:


(64)

Gambar 4.1. Struktur Organisasi

Sumber: Pabrik Karung Rosela

4.2.Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Penyajian Data Karakteristik Responden 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada para responden diketahui bahwa karakteristik para responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut :


(65)

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia (tahun) Jumlah Prosentase (%)

1 25-35 3 25

2 36-45 5 41,6

3 >45 4 33,4

Total 12 100

Sumber: Hasil penyebaran kuesioner

Dari penyebaran kuesioner diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia 36-45 tahun yaitu sebanyak 5 orang (41,6%), selanjutnya yang berusia lebih dari 45 tahun sebanyak 4 orang atau 33,4% dan sisanya sebanyak 3 orang atau 25% berusia antara 25-35 tahun.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada para responden diketahui bahwa karakteristik para responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)

1 Pria 10 83,33

2 Wanita 2 16,67

Total 12 100

Sumber: Hasil penyebaran kuesioner

Dari penyebaran kuesioner diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah responden yang berjenis kelamin pria yaitu sebanyak 10 orang (83,33%) dan sisanya sebanyak 2 orang atau sebanyak 16,67% adalah wanita.


(66)

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada para responden diketahui bahwa karakteristik para responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Terakhir Jumlah Prosentase (%)

1 S-1 8 66,7

2 S-2 4 33,3

Total 12 100

Sumber: Hasil penyebaran kuesioner

Dari hasil penyebaran kuesioner sebelumnya diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki pendidikan terakhir setara S-1 yaitu sebanyak 8 orang (66,7%) dan sisanya sebanyak 4 orang atau 33,3% berpendidikan terakhir S2.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada para responden diketahui bahwa karakteristik para responden berdasarkan lama bekerja adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja No Lama Bekerja Jumlah Prosentase (%)

1 <10 tahun 7 58,33

2 10-20 tahun 3 25,00

3 > 20 tahun 2 16,67

Total 12 100

Sumber: Hasil penyebaran kuesioner

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini telah bekerja di pabrik karung Rosella Baru kurang


(67)

dari 10 tahun yaitu sebanyak 7 orang atau 58,33%, selanjutnya sebanyak 3 orang (25%) telah bekerja di perusahaan selama 10-20 tahun dan sisanya sebanyak 2 orang atau 16,67% bekerja lebih dari 20 tahun di pabrik karung Rosella Baru Surabaya.

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada para responden diketahui bahwa karakteristik para responden berdasarkan jabatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

No Jabatan Jumlah Prosentase (%)

1 Kepala 1 8,33

2 Kepala A.K.U 1 8,33

3 Kasie Hak / Umum 1 8,33

4 Kasie Keuangan 1 8,33

5 Kasie SDM 1 8,33

6 Kasie Pembukuan 1 8,33

7 Kasie Gudang 1 8,33

8 Kepala Produksi 1 8,33

9 Kasie Teknolog 3 25

10 Kasie Teknik 1 8,33

Sumber: Hasil penyebaran kuesioner

Dari tabel di atas nampak bahwa penyebaran kuesioner dalam penelitian ini menyebar dengan cukup merata bagi semua manajer di pabrik karung Rosella Baru. Distribusi jawabannya antara lain Kepala (1) orang, Kepala AKU (1) orang, Kasie Hak/Umum (1) orang, Kasie Keuangan (1) orang, Kasie SDM (1) orang, Kasie Pembukuan (1) orang, Kasie Gudang (1) orang, Kepala Produksi (1) orang, Kasie Teknolog (3) orang dan Kasie Teknik (1) orang.


(68)

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menduduki Jabatan Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada para responden diketahui bahwa karakteristik para responden berdasarkan lama menduduki jabatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menduduki Jabatan

No Lama menduduki

jabatan Jumlah Prosentase (%)

1 < 1 tahun 4 33,33

2 1-2 tahun 5 41,67

3 > 2 tahun 3 25,00

Total 12 100

Sumber: Hasil penyebaran kuesioner

Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa para responden dalam penelitian ini yaitu para manajer di pabrik karung Rosella Baru sebagian besar telah menduduki jabatan yang disandangnya saat ini selama 1-2 tahun yaitu sebanyak 5 orang (41,67%), selanjutnya sebanyak 4 orang atau 33,33% telah menduduki jabatannya saat ini kurang dari 1 tahun dan sisanya sudah menduduki jabatannya lebih dari 2 tahun yaitu sebanyak 3 orang (25%).

4.2.1. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas 4.2.1.1.Hasil Pengujian Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuesioner) apa yang diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat di uji dengan mengoreksi antara skor yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyan. Apabila korelasi antara skor total


(69)

dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan (ditunjukkan dengan taraf signifikan <0,05), maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai validitas. (Sumarsono, 2004: 31).Hasil pengujian validitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) Awal

Item Pertanyaan

Nilai Pearson Correlation

Tingkat

signifikansi Keterangan

X1 0,686 0,014 Valid

X2 0,801 0,002 Valid

X3 -0,276 0,385 Tidak Valid

X4 0,718 0,009 Valid

X5 0,607 0,036 Valid

X6 0,721 0,008 Valid

X7 0,625 0,030 Valid

X8 0,660 0,020 Valid

X9 -0,070 0,829 Tidak Valid

X10 0,718 0,009 Valid

X11 -0,442 0,151 Tidak Valid

X12 -0,442 0,151 Tidak Valid

X13 0,718 0,009 Valid

X14 -0,271 0,395 Tidak Valid

X15 -0,361 0,249 Tidak Valid

Sumber : Lampiran 4.1

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari pengujian validitas awal untuk keseluruhan item pertanyaan variabel penerapan akuntansi pertanggungjawaban (X) belum sepenuhnya memenuhi syarat pengujian validitas yaitu memiliki tingkat signifikansi kurang dari 0,05. Oleh karena itu beberapa item pertanyaan dalam variabel tersebut yang tidak valid harus dikeluarkan atau dieleminasi. Beberapa item tersebut antara lain X3, X9, X11, X12, X14 dan X15.


(70)

Untuk selanjutnya perlu dilakukan pengujian validitas kembali dengan mengeliminasi item-item yang tidak valid tersebut. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas setelah eliminasi pertama.

Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) Eliminasi Pertama

Item Pertanyaan

Nilai Pearson Correlation

Tingkat

signifikansi Keterangan

X1 0,560 0,058 Tidak Valid

X2 0,813 0,001 Valid

X4 0,869 0,000 Valid

X5 0,723 0,008 Valid

X6 0,802 0,002 Valid

X7 0,535 0,073 Tidak Valid

X8 0,687 0,014 Valid

X10 0,869 0,000 Valid

X13 0,699 0,011 Valid

Sumber : Lampiran 4.2

Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian validitas setelah dilakukan eleminasi tahap pertama, dimana pada tahap ini juga masih ada beberapa item pertanyaan variabel penerapan akuntansi pertanggungjawaban (X) yang masih memberikan tingkat signifikansi lebih dari 0,05 sehingga tidak valid. Oleh karena itu proses yang dilakukan adalah mengeluarkan atau mengeliminasi item pertanyaan X1 dan X7 dan selanjutnya melakukan pengujian validitas kembali.

Berikut ini adalah hasil pengujian validitas eleminasi tahap kedua tanpa menyertakan item pertanyaan X1 dan X7.


(71)

Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban (X) Eliminasi Kedua

Item Pertanyaan

Nilai Pearson Correlation

Tingkat

signifikansi Keterangan

X2 0,813 0,001 Valid

X4 0,869 0,000 Valid

X5 0,723 0,008 Valid

X6 0,802 0,002 Valid

X8 0,687 0,014 Valid

X10 0,869 0,000 Valid

X13 0,699 0,011 Valid

Sumber : Lampiran 4.3

Setelah melakukan pengujian validitas selama 3 tahap dan mengeliminasi item-item pertanyaan yang tidak valid maka berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk variabel penerapan akuntansi pertanggungjawaban (X) dari semula memiliki 15 item pertanyaan lolos uji validitas dengan mengeliminasi 8 item pertanyaan dan menyisakan 7 item pertanyaan yang valid. Untuk selanjutnya proses pengujian hanya menyertakan ke tujuh item pertanyaan tersebut.

Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y)

Item Pertanyaan

Nilai Pearson Correlation

Tingkat

signifikansi Keterangan

Y1 0,886 0,000 Valid

Y2 -0,258 0,418 Tidak Valid

Y3 0,375 0,229 Tidak Valid

Y4 0,728 0,007 Valid

Y5 0,662 0,019 Valid

Y6 -0,345 0,272 Tidak Valid

Y7 0,727 0,007 Valid

Y8 0,729 0,007 Valid

Y9 0,797 0,002 Valid

Y10 0,886 0,000 Valid

Sumber : Lampiran 4.4

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 10 item pertanyaan dalam variabel kepuasan kerja manajer (Y) tidak seluruhnya memenuhi


(72)

kriteria validitas yang disyaratkan yaitu memiliki tingkat signifikansi kurang dari 0,05. beberapa item pertanyaan tersebut antara lain Y2, Y3 dan Y6. oleh karena itu, proses yang dilakukan adalah mengeluarkan atau mengeliminasi item pertanyaan tersebut dan melakukan pengujian validitas kembali.

Berikut ini adalah hasil pengujian validitas variabel kepuasan kerja manajer tahap kedua tanpa menyertakan item pertanyaan Y2, Y3 dan Y6, seperti terangkum dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.11. Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y) Eleminasi Pertama

Item Pertanyaan

Nilai Pearson Correlation

Tingkat

signifikansi Keterangan

Y1 0,948 0,000 Valid

Y4 0,748 0,005 Valid

Y5 0,552 0,063 Tidak Valid

Y7 0,807 0,002 Valid

Y8 0,803 0,002 Valid

Y9 0,803 0,002 Valid

Y10 0,948 0,000 Valid

Sumber : Lampiran 4.5

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pengujian validitas eleminasi pertama, masih ada 1 item pertanyaan yang tidak valid yaitu item pertanyaan Y5 karena memiliki tingkat signifikasi lebih besar dari 0,05. oleh karena itu harus dilakukan pengujian validitas kembali dengan mengeluarkan atau mengeliminasi item pertanyaan Y5.

Berikut ini adalah hasil pengujian validitas eleminasi kedua tanpa menyertakan item pertanyaan Y5 seperti terangkum pada tabel berikut ini :


(73)

Tabel 4.12. Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Manajer (Y) Eleminasi Kedua

Item Pertanyaan

Nilai Pearson Correlation

Tingkat

signifikansi Keterangan

Y1 0,966 0,000 Valid

Y4 0,722 0,008 Valid

Y7 0,837 0,001 Valid

Y8 0,817 0,001 Valid

Y9 0,817 0,001 Valid

Y10 0,966 0,000 Valid

Sumber : Lampiran 4.6

Setelah melakukan pengujian validitas selama 2 tahap dan mengeliminasi item-item pertanyaan yang tidak valid maka berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk variabel kepuasan kerja manajer (Y) dari semula memiliki 10 item pertanyaan, lolos uji validitas dengan mengeliminasi 4 item pertanyaan dan menyisakan 6 item pertanyaan yang alid. Untuk selanjutnya proses pengujian hanya menyertakan ke enam item pertanyaan tersebut.

4.2.1.2.Hasil Pengujian Reliabilitas

Setelah dilakukan pengujian validitas, selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas dari masing-masing kuesioner. Uji reliabilitas adalah pengujian yang dimaksudkan untuk menunjukkan sifat suatu alat ukur dalam pegertian apakah alat ukur yang digunakan cukup akurat, stabil, atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin di ukur. Pengukuran reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha, suatu kuesioner dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60 (Santoso, dkk., 2005: 251). Dari hasil pengujian diperoleh hasil sebagai berikut:


(1)

Penelitian :

Deddy, 2007, “Hubungan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Kepuasan Kerja Manajer di PT. Petrokimia Gresik”, Jurusan Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur.

Kartikasari, 2006, “Hubungan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Penilaian Prestsi dan Motivasi Kerja Manajer Dalam Rangka Pengendalian BIaya Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara X (persero) Pabrik Gula Gempol Mojokerto”, Jurusan Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur.

Jurnal :

Prabu, Desember 2005, “Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai”, Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis Vol.3, No. 6, Jurusan Manajemen dan Bisnis Universitas Sriwijaya Palembang.

Damayanti, 2004, “Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Melalui Pusat Biaya Sebagai Alat Pengendalian Manajemen”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 2, Jilid 9, Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma Depok.


(2)

PERMOHONAN KUISIONER

Penelitian tentang Hubungan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Kepuasan Manajer di PTPN XI PK.Rosella Baru Surabaya.

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan adanya penelitian yang saya lakukan pada dinas ini, maka bersama ini saya :

Nama : Khoirul Huda

NPM : 0513010031

Mahasiswa : Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur

Memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi pertanyaan yang terlampir. Bapak/Ibu dimohon untuk menjawab pertanyaan ini sesuai dengan aktivitas sehubungan dengan pekerjaan dan pengalaman Bapak/Ibu.

Daftar pertanyaan ini saya ajukan semata-mata untuk memperoleh data skripsi sebagai syarat menempuh strata-1 (S1). Kuisioner ini sama sekali tidak ada hubungan dengan penelitian perusahaan terhadap pendapatan, jabatan, dan kode etik Bapak/Ibu.


(3)

IDENTITAS RESPONDEN

Mohon Bapak / Ibu menjawab pertanyaan ini :

1. Usia : ………..tahun

2. Jenis Kelamin : laki-laki perempuan

3. Pendidikan Terakhir : D-III S-I S-II Dan Lain-Lain 4. Bekerja di perusahaan ini sejak tahun : ………..

5. Jabatan Saat ini : ………..

6. Lamanya Menduduki Jabatan ini : ……….. 7. Apakah Bapak / Ibu menghendaki ringkasan hasil penelitian ini ?

Ya, dialamatkan ke……… ……… Tidak

Terima kasih dan penghargaan yang tinggi saya ucapkan atas kesediaan dan atensi Bapak/Ibu menjadi bagian penting dalam penelitian/riset ini.


(4)

Kuisioner untuk penerapan akuntansi pertanggungjawaban .

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

Struktur Organisasi

1 Apakah struktur organisasi telah menetapkan secara tugas dan tanggungjawab semua tingkat manajemen.?

2 Apakah telah dilakukan pendelegasian wewenang dalam organisasi perusahaan sehingga berbentuk pusat pertanggungjawaban ?

Sistem anggaran biaya

3 Apakah sistem anggaran biaya yang diterapkan ada partisipasi aktif dari seluruh bagian dalam penyusunan anggaran ?

4 Apakah anggaran yang disusun oleh suatu bagian dikoordinasikan dengan bagian yang lain di bawah bagian pengawasan komisi anggaran ?

Penggolongan biaya sesuai dengan dikendalikan tidaknya biaya oleh manajemen

5 Apakah penerapan sistem kode rekening untuk pendapatan dan biaya pada tingkat manajemen sesuai dengan akuntansi pertanggungjawaban ?

6 Apakah klasifikasi pendapatan sudah didasarkan pada jenis kegiatannya?

7 Apakah klasifikasi biaya menurut kegiatan dan penggolongannya sudah dikaitkan oleh yang mempertanggungjawabkan biaya tersebut sebagai biaya terkendali dan tidak terkendali ?

8 Apakah setiap tingkatan manajemen sudah bertanggungjawab pada biaya yang dapat dikendalikan ?


(5)

Sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi.

9 Apakah laporan yang dihasilkan dari sistem akuntansi setiap tingkat manajemen dapat digunakan sebagai penilaian dasar prestasi kerja dari unit organisasi ?

10 Apakah laporan pertanggungjawaban dilaporkan ke manajemen puncak dapat memantau kegiatan operasi setiap pusat pertanggungjawaban ?

11 Apakah laporan pertanggungjawaban dilaporkan manajer tingkat bawah ke manajer tingkat atas ?

12 Apakah sistem akuntansi biaya disesuaikan dengan struktur organisasi perusahaan ?

Sistem pelaporan pertanggungjawaban

13 Apakah setiap pusat pertanggungjawaban menyusun laporan pertanggungjawaban secara tertulis ?

14 Apakah laporan pertanggungjawaban terdiri dari anggaran realisasi dan analisis penyimpangan yang terjadi ?

15 Apakah laporan pertanggungjawaban dapat digunakan untuk mempertanggungjawabkan wewenang setiap pusat pertanggungjawaban ?


(6)

Kuisioner Untuk Kepuasan Kerja

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah Bapak/Ibu ingin diakui sebagai bagian dari perusahaan yang dapat menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan perusahaan ?

2 Apakah Bapak/Ibu ingin berprestasi untuk kepuasan pribadi? 3 Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa evaluasi kinerja yang

dilaksanakan perusahaan dapat mendorong untuk bekerja sebaik-baiknya ?

4 Apakah Bapak/Ibu setuju jika pekerjaan yang dilakukan dapat memacu kreativitas dan semangat kerja ?

5 Apakah hasil yang Bapak/Ibu peroleh benar-benar mencerminkan nilai usaha yang telah dilakukan saat ini ? 6 Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa ada kemungkinan untuk

menaikkan jabatan memacu semangat untuk bekerja lebih giat dan tekun ?

7 Apakah Bapak/Ibu setuju jika ide dan pendapat dihargai oleh pimpinan maka semangat untuk bekerja sebaik-baiknya meningkat ?

8 Apakah Bapak/Ibu setuju jika merasa ikut bertanggungjawab memajukan perusahaan maka akan bekerja sebaik-baiknya? 9 Apakah Bapak/Ibu ingin mencapai prestasi dalam

melaksanakan pekerjaan ?

10 Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa yang telah dicapai belum cukup , maka akan berusaha lagi meningkatkannya ?