Analisis pengelolaan pembelajaran multimedia di SMA Negeri 2 Demak Ahmad Munif

(1)

1

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh:

AHMAD MUNIF NIM: S.810908326

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

TESIS

ANALISIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA

DI SMA NEGERI 2 DEMAK

Oleh : AHMAD MUNIF NIM: S.810908326

Tesis ini disetujui dan disyahkan oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Drs. H. Haris Mudjiman, MA. Ph.D Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. NIP. 130344454 NIP. 130345741

Mengetahui :

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd NIP. 130367766


(3)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

ANALISIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA

DI SMA NEGERI 2 DEMAK

Disusun Oleh : AHMAD MUNIF NIM: S.810908326

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal : ... Januari 2010

Jabatan Nama Tanda tangan

Ketua : Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. ... NIP. 19430712 197301 1 001

Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. ... NIP. 19661108 199003 2 001

Anggota Penguji : 1. Prof. Drs. H. Haris Mudjiman, MA. Ph.D. ... NIP. 130344454

2. Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd ... NIP. 130345741

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19430712 197301 1 001


(4)

PERNYATAAN

Nama : Ahmad Munif NIM : S.810908326

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Analisis Pengelolaan Pembelajaran Multimedia di SMA Negeri 2 Demak betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Desember 2009 Yang membuat pernyataan,


(5)

MOTTO

Janganlah anda menyesali kegagalan yang anda alami dengan menuduh atau

menyalahkan orang lain, akan tetapi akuilah sungguh-sungguh bahwa

kegagalan itu adalah akibat perbuatannya sendiri.

Ikhlaslah menjadi diri sendiri agar hidup penuh dengan ketenangan dan keamanan

Jangan mengukur kebijaksanaan seseorang hanya kerana kepandaiannya berkata-kata

tetapi juga perlu dinilai buah fikiran serta tingkah lakunya


(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada: ⇥ Istriku Tercinta

⇥ Anakku Tersayang ⇥ Almamaterku


(7)

ABSTRAK

Ahmad Munif, S. 810908326, 2009, Analisis Pengelolaan Pembelajaran Multimedia di SMA Negeri 2 Demak, Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui (1) Untuk mengetahui penggunaan multimedia oleh guru IPA Yunior dan Senior di SMA Negeri 2 Demak. (2) Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan media multimedia di SMA Negeri 2 Demak. (3) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan media multimedia di SMA Negeri 2 Demak, (4) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dan cara mengatasi dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Demak dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis menggunakan logika deduksi.

Hasil penelitian (1) Penggunaan multimedia oleh Guru IPA yunior dan senior di SMA Negeri 1 mempunyai karakter yang bebeda, guru senior lebih cenderung kurang tertarik dengan penggunaan multimedia, bagi guru senior multimedia dianggapnya hal baru yang sebelumnya belum pernah dipelajari. Keengganan guru senior untuk tidak menggunakan multimedia disebabkan oleh kurangnya pengetahuan guru senior dalam mengoperasikan komputer (2) perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan media multimedia di SMA Negeri 2 Demak diawali dengan penyusunan RPP, persiapan sarana komputer dan perangkat lunak. (3) pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan media multimedia di SMA Negeri 2 Demak dilakukan sebatas powerpoint, yang penayangannya dibantu dengan LCD, (4) hambatan dalam penggunaan media multimedia antara lain: (a) tidak semua guru dapat menggunakan komputer, (b) belum tersedianya mata program pembelajaran interaktif mata pelajaran IPA. Untuk mengatasi kendala tersebut kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan komputer dan mewajibkan guru untuk menggunakan powerpoint untuk proses belajar mengajar.


(8)

ABSTRACT

Ahmad Munif, S. 810908326, 2009, Multimedia Learning Mangement Analysis in SMA Country 2 Demak, Thesis: Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Research has purposes to know (1) Multimedia using by SMA Country 2 Demak junior and senior teachers. (2) Scince learning planning by using multimedia media in SMA Country 2 Demak . (3) Science learning execution by using multimedia media in SMA Country 2 Demak . (4) The resistance and solving factor in science learning by using multimedia media in SMA Country 2 Demak.

Research has done in SMA Country 2 Demak by using qualitative approach. Data gathering technique used in research is detail review, observation and documentation. Analysis technique by using deduction logic.

Research results (1) Multimedia using by SMA Country 2 Demak junior and senior teachers have different characteristics, the senior teachers less attracted to multimedia using, they consider multimedia is a new thing which is never been learned before. This

attitude caused by senior teachers’ less knowledge in computer operation. (2) Science

learning planning by using multimedia media in SMA Country 2 Demak is started with RPP arrangement, computer media preparation and software. (3) Science learning execution by using multimedia media in SMA Country 2 Demak is limited to powerpoint, which is showed by using LCD. (4) resistances in using multimedia media such as: (a) only some teachers able to use computer, (b) there is not science interactive learning program yet. To solve those problems headmaster gives chances to teachers to joint computer training and they should use powerpoint in teaching learning process.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

KATA PENGANTAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Kajian Pustaka ... 5

1. Kurikulum ... 5

2. Perencanaan Pembelajaran ... 7

3. Proses Pembelajaran... 23

4. Evaluasi Pembelajaran ... 28

5. Prestasi Belajar ... 32

6. Media Pembelajaran ... 40

7. Media Pembelajaran Multimedia ... 47

8. Peran Guru ... 49

9. Peran Kapala Sekolah ... 58


(10)

B. Kerangka Pemikiran ... 64

BAB III METODE PENELITIAN ... 66

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 66

B. Lokasi Penelitian ... 68

C. Data dan Sumber Data/Informan ... 68

D. Teknik Pengumpulan Data ... 72

E. Teknik Analisis Data ... 74

F. Keabsahan Data ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80

A. Hasil Penelitian ... 80

1. Penggunaan Multimedia oleh Guru IPA Yunior dan Senior di SMA Negeri 2 Demak dalam Pembelajaran IPA 80 2. Perencanaan Pembelajaran IPA dengan menggunakan Media Multimedia di SMA Negeri 2 Demak ... 85

3. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Media Pembelajaran Multimedia ... 95

4. Faktor Hambatan dan Cara Mengatasi dalam Pembelajaran IPA dengan menggunakan Multimedia di SMA Negeri 2 Demak ... 104

B. Pembahasan ... 107

1. Penggunaan Multimedia oleh Guru IPA Yunior dan Senior di SMA Negeri 2 Demak dalam Pembelajaran IPA 107 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Media Pembelajaran Multimedia di SMA Negeri 2 Demak ... 111

3. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Media Pembelajaran Multimedia ... 115

4. Faktor Hambatan dan Cara Mengatasi dalam Pembelajaran IPA dengan menggunakan Multimedia di SMA Negeri 2 Demak ... 119


(11)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 121

A. Simpulan ... 121

B. Implikasi ... 123

C. Saran-saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 65

Gambar 2 Foto Kegiatan Persiapan Pembelajaran Multimedia ... 149

Gambar 3 Foto Kegiatan Guru Melengkapi Gambar dengan Audio ... 149

Gambar 4 Foto Kegiatan Guru Mencoba dengan LCD Proyektor Sebelum digunakan di kelas ... 150

Gambar 5 Kegiatan Guru Merancang Media Pembelajaran dengan Menggunakan Power Point ... 150

Gambar 6 Kegiatan Guru Mengatur Animasi ... 151

Gambar 7 Kegiatan Guru Mencoba Tampilan sebelum digunakan di kelas... 151

Gambar 8 Persiapan Guru di Kelas Sebelum Pelajaran dimulai ... 152

Gambar 9 Guru Mengajar dengan Multimedia ... 152

Gambar 10 Suasana Kelas dalam Pembelajaran dengan Multimedia ... 153


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Catatan Lapangan 1 ... 130

Lampiran 2 Catatan Lapangan 2 ... 132

Lampiran 3 Catatan Lapangan 3 ... 135

Lampiran 4 Catatan Lapangan 4 ... 137

Lampiran 6 Catatan Lapangan 6 ... 140

Lampiran 7 Catatan Lapangan 7 ... 141

Lampiran 8 Catatan Lapangan 8 ... 142

Lampiran 9 Catatan Lapangan 9 ... 145

Lampiran 10 Catatan Lapangan 10 ... 146

Lampiran 11 Fokus Penelitian ... 147


(14)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan tesis yang berjudul Analisis Pengelolaan Pembelajaran Multimedia di SMA Negeri 2 Demak.

Penulis juga mengucapkan banyak berterimakasih kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Drs. H. Haris Mudjiman, MA. Ph.D, selaku Pembimbing I yang memberikan arahan dalam penulisan tesis secara terinci, tertib dan disiplin.

4. Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan petunjuk dan saran-saran serta pengarahan hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan.

6. Seluruh Staf dan Karyawan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu kelancaran administrasi.

7. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang telah memberikan dukungan doa, bantuan dan semangat bagi penulis;


(15)

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran akan dapat menyempurnakan Tesis ini. Penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Desember 2009


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia Indonesia merupakan kebutuhan mutlak, terutama menghadapi perubahan dan perkembangan yang demikian pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan tersebut akan lebih terasa lagi dalam memasuki era pasar bebas. Pada era pasar bebas semua aspek kehidupan mempersyaratkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memadai.

Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia relatif jauh tertinggal dibanding dengan Malaysia, Philipina, Tailand dan Singapura. Dalam suatu penelitian oleh suatu badan internasional yang dipublikasikan oleh UNDP (United Nation Development Programme) tahun 2000 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 109 dari 174 negara. Dalam hal indeks pembangunan SDM (Human Development Index) seperti yang dilaporkan oleh UNDP dalam Human Development Report 2003 menempatkan Indonesia diurutan ke 112 dari 174 negara. Laporan yang sama pada tahun 2005 melorot ke urutan 117 dari 177 negara. Di sisi lain dari laporan WEF (World Economy Forum) tahun 2000 Indonesia hanya berada diurutan 44 dari 59 negara dalam daya saing ekonomi (Rosyada, 2004: 3).

Demikian pula peringkat daya saing sumber daya manusia Indonesia menempati nomor paling buncit di arena internasional. Masyarakat dunia, terutama Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah semakin melebarnya kesenjangan antara kelompok negara maju yang memiliki penguasaan IPTEK dan kelompok negara yang masih tertinggal


(17)

dalam penguasaan IPTEK. Bagi Indonesia, salah satu upaya untuk mengantisipasinya adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan, yakni melalui peningkatan kualitas pendidikan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan bukan merupakan masalah yang sederhana, tetapi memerlukan penanganan yang multidimensi dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait. Dalam konteks ini, kualitas pendidikan bukan hanya terpusat pada pencapaian target kurikulum semata, akan tetapi menyangkut semua aspek yang secara langsung maupun tidak langsung turut menunjang terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh sekolah khususnya dalam pembelajaran IPA yang menjadi pusat perhatian penelitian adalah dengan menggunakan media pembelajaran multimedia, dengan penggunaan media pembelajaran dengan multimedia, diharapkan peserta didik dapat termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Penggunaan media pembelajaran multimedia di sekolah hingga saat ini telah banyak digunakan, namun tentunya hal tersebut tidak berarti semua sekolah telah menggunakan media tersebut untuk pelajaran IPA. Berbagai permasalahan dalam penggunaan media antara lain: guru belum siap sebagai pengguna, sebagian sekolah belum memiliki sarana untuk penggunaan media tersebut, dan kemampuan guru dalam membuat aplikasi yang menarik masih perlu ditingkatkan.


(18)

Dengan hadirnya perangkat komputer sebagai sarana pembelajaran multimedia, tentunya hal tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, namun pada kenyataan sebagian siswa justru tidak termotivasi untuk mengikuti isi pelajaran, lebih tertarik dengan proses pembuatan animasi, dan penggunaan animasi dari media yang digunakan oleh guru.

SMA Negeri 2 Demak, merupakan Sekolah Ketegori Mandiri (SKM) yang saat ini dipersiapkan untuk Rintisan Sekolah Berstandart Internasional (RSBI) telah dilengkapi dengan media pembelajaran multimedia, sehingga setiap guru diharapkan dapat menggunakan media pebelajaran multimedia untuk membantu proses pembelajaran. Dikarenakan adanya perbedaan pembekalan yang dimiliki oleh guru, khususnya guru yang senior dan yunior, maka tidak semua guru menyambut baik multimedia tersebut, bahka beberapa guru hal tersebut merepotkan bagi guru.

Kenyataan tersebut di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang penggunaan multimedia di SMA Negeri 2 Demak dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran IPA.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan multimedia oleh guru IPA yunior dan Senior di SMA Netgeri 2 Demak?

2. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak?


(19)

3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak?

4. Faktor apa yang menjadi hambatan dan cara mengatasi dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penggunaan multimedia oleh guru IPA yunior dan Senior di SMA Netgeri 2 Demak.

2. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak.

4. Untuk mengetahui Faktor yang menjadi hambatan dan mengatasi dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA Negeri 2 Demak. D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak atau instansi yang terkait pada dunia pendidikan dalam pengambilan kebijakan dalam rangka peningkatan mutu atau kualitas pendidikan melalui penggunaan media pembelajaran multimedia. 2. Secara Praktis

Bagi sekolah penyelenggara dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk peningkatan prestasi belajar IPA melalui penggunaan media pembelajaran multimedia.


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum

Kurikulum berasal dari bahasa dari bahasa latin, yakni ”Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstrakurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum. Kurikulum memiliki lima definisi yaitu (Joko Muhammad Susilo, 2007: 77)

Kurikulum sebagai suatu program kegiatan terencana (program of planned activities) memiliki rentang yang cukup luas, hingga membentuk suatu pandangan yang menyeluruh. Di suatu pihak, kurikulum dipandang sebagai suatu dokumen tertulis dan di lain pihak, kurikulum dipandang sebagai rencana tidak tertulis yang terdapat dalam pikiran pihak pendidik.

Menurut Morrison, Gary R., Steven M. Ross, & Jerrold E. Kemp (2001: 2) menjelaskan tentang pengertian kurikulum adalah

The term curriculum refers to the subject content and skills that make up an educational program. Curriculum design is a process of formulating a specific educational platform that defines the beliefs, of what should be in the curriculum.


(21)

(Kurikulum adalah isi dan keterampilan yang membenahi program pendidikan. Desain kurikulum dalah proses pembentukan dasar-dasar pendidikan yang spesifik, menetapkan keyakinan apa yang harus ada dalam kurikulum).

Gary Borich (1998: 182) menjelaskan bahwa ”Curriculum guides at the grade, departement, and school district level usually clearly specify what

content must be covered in what period of time”. (Kurikulum merupakan panduan untuk tingkat, tingkat departemen dan tingkat wilayah sekolah secara jelas menspesifikasikan isi-isi pengajaran yang harus diberikan pada periode tertentu).

Kurikulum juga diartikan sebagai seperangkat rencana dan peraturan berdasarkan standar pendidikan tentang kemampuan dari sikap, materi dan pengalaman belajar dan penilaian yang berbasis potensi kondisi peserta didik (Sisdiknas, 2003 : 3). Kurikulum suatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan tentang manusia atau warga negera yang akan dibentuk. Kurikulum merupakan serangkaian pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak (potential Curriculum) (Nasution, 2003 : 8).

Made Pidarta (2004: 129) menyatakan bahwa “kurikulum merupakan seperangkat rancangan nilai, pengetahuan dan keterampilan yang harus ditransfer kepada peserta didik dan bagaimana proses transfer tersebut harus dilaksanakan”. Rencana nilai pengetahuan dan keterampilan yang hendak ditransfer kepada peserta didik selanjutnya dikembangkan berdasarkan kemampuan dasar minimal harus dikuasai seorang peserta didik di sekolah yang bersangkutan menyelesaikan satu unit pelajaran, satu satuan waktu dan satu satuan pendidikan. 2. Perencanaan Pembelajaran


(22)

a. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses hubungan mengajar dan belajar antara peserta didik dan guru. Tugas dan tanggung jawab utama seorang pengajar adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara guru dan peserta didik. Menurut Ahmad Rohani (2004: 1) menyatakan:

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistimatis yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan, untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik.

Menurut Smaldino, at all (2005: 6) menyatakan bahwa:

Learning is the development of new knowledge, skills, or attitudes as an individual interacts with information and the environment. The learning environment in cludes the physical facilites, the psychological atmosphere, intructional technology, media, and methods. (Pembelajaran adalah perkembangan dari pengetahuan baru, ketrampilan atau perilaku sebagai interaksi individu dengan informasi dan lingkungan. Lingkungan pembalajaran meliputi fasilitas fisik, suasana psikologi, teknologi instruksional, media dan metode.)

Menurut Hamzah. B. Uno (2007: 34) menyatakan bahwa:

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut. Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama kali diperkenalkan oleh


(23)

B.F. Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam ilmu perilaku

(behavorial science) dengan maksud untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Kemudian diikuti oleh Robert mager yang menulis buku yang berjudul “preparing instructional objective” pada tahun 1962.

selanjutnya diterapkan secara meluas pada tahun 1970 diseluruh lembaga pendidikan termasuk di Indonesia.

Penuangan tujuan pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi diperoleh hasil maksimal. Keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:

1). Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat. 2). Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi

pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit.

3). Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya disajikan dalam setiap jam pelajaran.

4). Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat. Artinya, peletakan masing-masing materi pelajaran akan memudahkan siswa dalam mempelajari isi pelajaran.

5). Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yang paling cocok dan menarik.

6). Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar.

7). Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar. 8). Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik

dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.

Banyak pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan pembelajaran, yang satu sama lain memiliki kesamaan di samping ada perbedaan sesuai dengan sudut pandang garapannya. Robert F. Mager (1962


(24)

dalam Hamzah B. Uno, 2007: 35) memberikan pengertian ”tujuan pembelajaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu”.

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkrit serta dapat dilihat dan fakta yang tersamar. Definisi ketiga oleh Fred Percival dan Hery Elington (Hamzah B. Uno, 2007: 35) yakni ”tujuan pembelajaran adalah suatu pertanyaan yang jelas dan menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar”.

b. Desain Pembelajaran

Menurut Ella Yulaelawati (2004: 48) menyatakan bahwa:

Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang misalnya disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi dan serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaanya.

Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan


(25)

pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.

Desain pembelajaran sebagai proses, merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampainnya.

Proses pembelajaran diharapkan dapat berjalan dengan efektif dana efisien dengan adanya desain pembelajaran, hal ini seperti dikemukakan oleh Morrison, at all (2001: 2) yang menyatakan:

Learning must be more effective and efficient. This need has given

rise to the instructional design process, a systematic planing method that

results in successful learning and performance. (Pembelajaran seharusnya lebih efektif dan efisien, kebutuhan ini telah memunculkan proses design instruksional yaitu sebuah metode perencanaan sistematik yang berhasil dalam pembelajaran dan hasil kerja yang sukses).

c. Silabus

Menurut Ella Yulaelawati (2004: 123) yang menyatakan bahwa: Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis


(26)

memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.

Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu standar kompetensi maupun satu kompetensi dasar. Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem penilaian, yang dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi, sistem penilaian selalu mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan pembelajaran yang terdapat di dalam silabus.

Proses pengembangan silabus berbasis kompetensi menurut Depdiknas 2004 yang menyatakan bahwa:

Secara umum proses pengembangan silabus berbasis kompetensi terdiri dari tujuh langkah utama sebagaimana tercantum dalam Buku Pedoman Umum Pengembangan Silabus yaitu: (1) penulisan identitas mata pelajaran; (2) perumusan standar kompetensi; (3) penentuan kompetensi dasar; (4) penentuan materi pokok dan uraiannya; (5) penentuan pengalaman belajar; (6) penentuan alokasi waktu; dan (7) penentuan sumber bahan.

Standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok, sudah disiapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu tugas guru adalah


(27)

mengembangkan setiap kompetensi dasar tersebut dengan jalan menentukan materi pokok, pengalaman belajar, alokasi waktu dan sumber bahan. Untuk implementasi di kelas, silabus perlu dijabarkan lagi ke dalam bentuk persiapan mengajar, baik dalam bentuk satpel maupun rencana pembelajaran. Secara rinci langkah-langkah pengembangan silabus adalah sebagai berikut: 1) Penulisan Identitas Mata Pelajaran

Pada bagian identitas mata pelajaran perlu dituliskan dengan jelas nama mata pelajaran, jenjang sekolah/madrasah, kelas, dan semester. Dengan informasi tersebut guru akan mendapatkan kejelasan tentang tingkat pengetahuan prasyarat, pengetahuan awal dan karakteristik siswa yang akan diberi pelajaran.

2) Penentuan Standar Kompetensi

Standar kompetensi mata pelajaran dapat didefinisikan sebagai pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Standar kompetensi mata pelajaran juga merupakan fokus dari penilaian, sehingga proses pengembangan kurikulum adalah fokus dari penilaian, meskipun kurikulum lebih banyak berisi tentang dokumen pengetahuan, keterampilan dan sikap pada bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa siswa yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal.


(28)

Dengan demikian standar kompetensi mata pelajaran diartikan sebagai kemampuan siswa dalam: (a) Melakukan suatu tugas atau pekerjaan berkaitan dengan mata pelajaran tertentu; (b) Mengorganisasikan tindakan agar pekerjaan dalam matapelajaran tertentu dapat dilaksanakan; (c) Melakukan reaksi yang tepat bila terjadi penyimpangan dari rancangan semula; dan (d) Melaksanakan tugas dan pekerjaan berkaitan dengan mata pelajaran dalam situasi dan kondisi yang berbeda.

Penentuan standar kompetensi hendaknya dilakukan dengan cermat dan hati- hati, karena jika setiap sekolah/madrasah atau setiap kelompok sekolah/madrasah mengembangkan standar kompetensi sendiri tanpa memperhatikan standar nasional, maka pemerintah pusat akan kehilangan sistem untuk mengontrol mutu sekolah/ madrasah. Akibatnya kualitas sekolah/madrasah akan bervariasi, dan tidak dapat dibandingkan antara kualitas sekolah/madrasah yang satu dengan kualitas sekolah/ madrasah yang lain.

3) Penentuan Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi. Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang minimal harus dikuasai peserta didik untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang ditetapkan. Untuk memperoleh perincian tersebut kita perlu melakukan analisis standar kompetensi. Caranya dengan jalan mengajukan


(29)

pertanyaan: Kemampuan dasar apa saja yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi? Jawaban atas pertanyaan tersebut berupa daftar lengkap pengetahuan, keterampilan, dan atau sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi. Kompetensi dasar untuk setiap standar kompetensi dapat berkisar antara 5 sampai 6 butir.

Kompentensi dasar dirumuskan dengan menggunakan kata- kata kerja operasional, yaitu kata kerja yang dapat diamati dan diukur, misalnya membandingkan, menghitung, menyusun, memproduksi. Setelah diperoleh daftar perincian tersebut, kemudian daftar tersebut diurutkan.

Komponen lain yang harus diperhatikan dalam menyusun silabus adalah penentuan materi pokok. Materi pokok harus disusun sedemikian rupa agar dapat menunjang tercapainya kompetensi. Materi pokok adalah pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian belajar.

Karena standar materi pokok telah ditetapkan secara nasional, maka materi pokok tinggal disalin dari buku Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Sementara tugas para pengembang silabus adalah memberikan jabaran/materi pokok tersebut ke dalam uraian materi pokok atau biasa


(30)

disebut materi pembelajaran untuk memudahkan guru, sekaligus memberikan arah serta cakupan materi pembelajarannya.

d. RPP

Mulyasa (2006: 213) menyatakan bahwa:

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

RPP merupakan komponen penting dari kurikulum yang dipergunakan pada program percepatan belajar yang mengacu pada KTSP. RPP pengembangannya harus dilakukan secara profesional. Tugas guru yang paling utama terkait dengan RPP adalah menjabarkan silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam pembelajaran. Dalam pengembangan RPP, guru diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi, dan menyesuaikan silabus dengan kondisi sekolah dan daerah, serta dengan karakteristik peserta didik. Hal ini harus dipahami dan dilakukan guru, terutama kalau sekolah tempatnya mengajar tidak mengembangkan silabus sendiri, tetapi menggunakan silabus yang dikembangkan oleh Depdiknas atau silabus dari sekolah lain.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan


(31)

pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Rencana pembelajaran berbasis kompetensi melalui pendekatan kontekstual dirancang oleh guru yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas yang berisi skenario tentang apa yang akan dilakukan siswanya sehubungan topik yang akan dipelajarinya. Secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen berikut (Masnur Muslich, 2008: 53):

1). Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar;

2). Tujuan pembelajaran; 3). Materi pembelajaran;

4). Pendekatan dan metode pembelajaran; 5). Langkah-langkah kegiatan pembelajaran; 6). Alat dan sumber belajar;

7). Evaluasi pembelajaran.

Menurut Masnur Muslich (2008: 54) adapun langkah-langkah yang dilakukan guru dalam penyusunan RPP adalah sebagai berikut:

1). Ambillah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan ditetapkan dalam pembelajaran.

2). Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut.

3). Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut

4). Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut.

5). Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut

6). Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/ dikenakan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan 7). Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan


(32)

8). Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

9). Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/ jenis materi pembelajaran.

10). Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/ unit pertemuan 11). Tentukan teknik penilaian, bentuk dan contoh instrumen penilaian yang

akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilaian berbentuk tugas, rumuskan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu penilaiannya. Jika instrumen penilaian berbentuk soal, cantumkan soal-soal tersebut dan tentukan rambu-rambu penilaiannya dan atau jawabannya. Jika penilaiannya berbentuk proses, susunlah rubriknya dan indikator masing-masingnya.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sedangkan dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar penilaian. Tugas utama guru dalam pembelajaran kontekstual adalah menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah. Selanjutnya mengemas hasil analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut ke dalam pembelajaran kontektual, yang di dalamnya mencakup silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (E. Mulyasa, 2006: 109).


(33)

Rencana pembelajaran dimulai dari pemahaman tujuan, seperti

halnya dikemukakan oleh Borich, D.Gary (1998: 180) menyatakan: ”Unit

planning begins with an understanding of the alternative goals, learning

needs, content, and methods that are involved in writing lesson plans.

(Perencanaan dimulai dengan pemahaman tentang tujuan alternatif, kebutuhan pembelajaran, isi, dan metode yang dibutuhkan dalam penulisan perencanaan pelajaran).

Menurut Mulyasa (2006: 213) “Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran”.

Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yakni: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar; dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan pontesi peserta didik; materi standar berindikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi peserta didik; sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukan kompetensi dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi standar belum terbentuk atau belum tercapai.

Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan oleh mereka


(34)

sebagai bagian dari kehidupannya dan mereka merasa memilikinya. Hal ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1) Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh melalui kegiatan pembelajaran; (2) Peserta didik didorong untuk mengenali dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar (3) Peserta didik dibantu untuk mengenal dan menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajarnya, baik yang datang dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).

Kedua, Identifikasi Kompetensi. Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah pembelajaran. Kompetensi yang jelas akan memberikan petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran, serta memberi petunjuk terhadap penilaian. Oleh karena itu, setiap kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (thinking skill). Uraian di atas mengisyaratkan bahwa pembentukan kompetensi melibatkan Intellegence quoteont (IQ), Emotional Quotient (EI),

Creativity Intellegence (CI), yang secara keseluruhan harus tertuju pada pembentukan spiritual intelegensi (SI). Dengan demikian terdapat


(35)

hubungan (link) antara tugas-tugas yang dipelajari peserta didik di sekolah dan untuk hidup bermasyarakat. Untuk itu, pengembangan silabus ke dalam bentuk RPP yang efektif menuntut kerja sama yang baik antara sekolah/satuan pendidikan dengan masyarakat dan dunia usaha/dunia kerja, terutama dalam mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang perlu dipelajari dan dimiliki oleh peserta didik.

Kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar yang mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkat-tingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objekatif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap suatu kompetensi sebagai hasil belajar. Dengan demikian dalam pembelajaran yang dirancang berdasarkan kompetensi, penilaian tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersifat subyektif.

2). Penyusunan program pembelajaran

Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaran, sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup kompetensi dasar,


(36)

materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. Dengan demikian rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi.

3). Fungsi RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi. Dalam RPP harus jelas kompetensi dasar yang akan dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai atau memiliki kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap RPP sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik. Menurut Mulyasa (2006: 217) ”Fungsi RPP dibedakan menjadi dua yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pengembangan RPP”.

4). Cara Pengembangan RPP

Cara pengembangan RPP dalam garis besarnya dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) Mengisi kolom identitas; (2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah


(37)

ditetapkan; (3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun; (4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan; (5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi standar merupakan uraian dari materi pokok/ pembelajaran; (6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan; (7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir; (8) Menentukan sumber belajar yang digunakan; dan (9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan.

Masnur Muslich (2008: 53) menyatakan bahwa ”Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas”. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.


(38)

Pengertian pengelolaan pembelajaran menurut (Ahmad Rohani, 2004: 1) adalah

Suatu upaya untuk mengatur (mengelola dan mengendalikan) aktivitas pembelajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk mensukseskan tujuan pembelajaran agar tercapai secara lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan strategi dan perencanaan, diakhiri dengan penilaian. Penilaian tersebut pada akhirnya akan dapat dimanfaatkan sebagai feedback (umpan balik) bagi perbaikan pembelajaran lebih lanjut.


(39)

Abin Syamsudin Makmun (2000: 220) menyatakan bahwa “Pendekatan secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu garis besar dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan”. Menurut Nana Sudjana (2000: 147) menyatakan bahwa:

Pendekatan adalah cara atau upaya yang dilakukan untuk mencapai sasaran tertentu. Pendekatan pembelajaran adalah tindakan guru melaksanakan rencana mengajar. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendekatan adalah cara menyikapi sesuatu dan cara pandang seseorang terhadap sesuatu yang menjadi landasan untuk tindak lanjutnya.

Menurut Atwi Suparman (2000: 157) menyatakan bahwa:

Pendekatan pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, siswa, peralatan, bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pendekatan pembelajaran sebagai suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga sasaran didik dapat menguasai isi pelajaran atau tujuan yang diharapkan. Salah satu keterampilan dalam mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah dapat memilih berbagai pendekatan dalam mengajar dan menggunakan pendekatan tersebut sesuai dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan dari materi tersebut. Pendekatan pembelajaran


(40)

mengandung kegiatan-kegiatan siswa yang belajar dan kegiatan guru yang mengajar.

Dimyati & Mudjiono (2006: 185) menyatakan bahwa:

Belajar dapat dilakukan di sembarang tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya informasi lewat radio, televisi, film, wisatawan, surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar. Meskipun informasi dengan mudah dapat diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dari padanya. Guru profesional memerlukan pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang hayat.

Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang pendekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat (1) pengorganisasian siswa, (2) posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan (3) pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan (1) pembelajaran secara individual, (2) pembelajaran secara kelompok, dan (3) pembelajaran secara klasikal. Pada ketiga pengorganisasian siswa tersebut tujuan pengajaran, peran guru dan siswa, program pembelajaran, dan disiplin belajar berbeda-beda. Pada ketiga pengorganisasian siswa tersebut seyogianya digunakan untuk membelajarkan siswa yang menghadapi kecepatan informasi pada masa kini.


(41)

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2006: 37), menyatakan bahwa: Konsep mengajar dalam proses perkembangannya masih dianggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan pengetahuan. Pandangan semacam ini masih umum digunakan di kalangan pengajar. Hasil penelitian dan pendapat para ahli sekarang ini lebih menyempurnakan konsep tradisional. Mengajar menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan mengajar yang kompleks dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar guru memiliki peran yaitu: (1) tahap sebelum pengajaran, (2) tahap pengajaran, dan (3) tahap setelah pengajaran.

Penilaian terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari pangajaran itu sendiri. Artinya, penilaian harus tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran. Penilaian proses bertujuan menilai efektivitas dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya. Obyek dan sasaran penilaian proses adalah komponen-komponen sistem pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan dengan masukan proses maupun dengan keluaran, dengan semua dimensinya (Ahmad Rohani, 2004: 168).

Komponen masukan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni masukan mentah (raw input), yaitu peserta didik, dan masukan alat (instrumental input), yakni unsur manusia dan non manusia yang mempengaruhi terjadinya proses. Komponen proses adalah interaksi semua komponen pengajaran seperti bahan pengajaran, metode dan alat, sumber belajar, sistem penilaian, dan lain-lain. Komponen keluaran adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah menerima proses pengajaran. Penilaian keluaran lebih banyak dibahas dalam penilaian hasil.


(42)

Penilaian terhadap masukan mentah, yakni peserta didik sebagai subyek belajar, mencakup aspek-aspek berikut:

a. Kemampuan peserta didik

Penilaian terhadap kemampuan peserta didik idealnya menggunakan pengukuran intelegensia atau potensi yang dimilikinya. Namun, mengingat sulitnya alat ukur tersebut diperoleh guru, maka guru dapat melakukan penilaian ini dengan mempelajari dan menganalisis kemajuan-kemajuan belajar yang ditunjukkannya.

b. Minat, Perhatian, dan Motivasi Belajar Peserta didik

Keberhasilan belajar peserta didik tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan yang dimilikinya, tetapi juga ditentukan oleh minat, perhatian, dan motivasi belajarnya. Sering ditemukan peserta didik yang mempunyai kemampuan yang tinggi gagal dalam belajarnya disebabkan oleh kurang minat, perhatian, dan motivasinya. Minat, perhatian, dan motivasi hakikatnya merupakan usaha peserta didik dalam mencapai kebutuhan belajarnya. Oleh sebab itu, studi mengenai kebutuhan peserta didik dalam proses pengajaran menjadi bagian penting dalam menumbuhkan minat, perhatian, dan motivasi belajar peserta didik dapat digunakan: pengamatan terhadap kegiatan belajar peserta didik, wawancara kepada peserta didik, studi data pribadi peserta didik, kunjungan rumah, dialog dengan orang tuanya, dan sebagainya.

c. Kebiasaan belajar

Kebiasaan belajar baik dari segi cara belajar, waktu belajar, keteraturan belajar, suasana belajar, dan lain-lain merupakan faktor penunjang keberhasilan belajar peserta didik. Kebiasaan ini perlu diketahui oleh guru bukan hanya untuk menyelesaikan pengajaran dengan kebiasaan yang menunjang prestasi atau sebaliknya. Kebiasaan belajar yang salah harus diperbaiki dan ditinggalkan dan guru mencoba mengembangkan kebiasaan belajar baru yang lebih bermakna. Untuk memperoleh informasi mengenai


(43)

kebiasaan belajar peserta didik, guru menggunakan teknik observasi atau pengamatan terhadap cara belajar.

d. Pengetahuan Awal dan Prasyarat

Pengajaran akan berhasil bila dimulai dari apa yang telah diketahui oleh peserta didik. Ini berarti bahwa guru harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan dan tingkah laku yang telah dimiliki oleh peserta didik, baik pengetahuan dan pengalaman dalam pengertian luas maupun pengetahuan dan tingkah laku prasyarat bagi bahan pengajaran berikutnya. Penilaian terhadap pengetahuan awal dan prasyarat dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik sebelum pengajaran diberikan. Pertanyaan ini berkenaan dengan bahan sebelumnya atau pengetahuan lain yang telah ada padanya, yang relevan dengan bahan pengajaran yang akan diberikan. Jika ternyata pengetahuan prasyaratnya belum dikuasai, sangat bijaksana bila guru menjelaskan terlebih dahulu sebelum memberikan bahan pengajaran baru yang telah dirancangnya.

e. Karakteristik peserta didik

Karakteristik pribadi peserta didik satu sama lain berbeda yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang keluarganya, kemampuannya, pengalaman, lingkungan yang membentuknya, dan sebagainya. Karakteristik ini mempengaruhi peserta didik dalam proses belajarnya. Sikap dan pendekatan guru dalam menghadapi peserta didik harus memperhitungkan karakteristik tersebut. Untuk mengetahui informasi mengenai karakteristik peserta didik, guru perlu mengamati tingkah laku peserta didik dalam berbagai situasi, melakukan analisis, data pribadi, melakukan wawancara, dan memberikan kuesioner atau daftar isian mengenai sifat dan karakter peserta didik (Ahmad Rohani, 2004: 169).

4. Evaluasi Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik (2007: 253) menyatakan bahwa ”Evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati


(44)

dan dapat dipertanggungjawabkan”. Dalam buku The School Curriculum,

evaluasi dinyatakan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis, yang bertujuan untuk membantu pendidik memahami dan menilai suatu kurikulum, serta memperbaiki metode pendidikan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui dan memutuskan apakah program yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan semula. Adapun dalam buku Curriculum Planning and Development, dinyatakan bahwa evaluasi adalah proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum. Di dalamnya terdapat tiga makna, yaitu:

a. Evaluasi tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang akan dicapai;

b. Untuk mencapai tujuan tersebut harus diperiksa hal-hal yang telah dan sedang dilakukan, dan;

c. Evaluasi harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu.

Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2007: 255):

a. Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi kurikulum;

b. Bersifat objektif, dalam artian berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui instrumen yang andal;

c. Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus


(45)

mendapat perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan pengambilan keputusan.

d. Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah, pemilik, orang tua, bahkan siswa itu sendiri, di samping merupakan tanggung jawab utama lembaga penelitian dan pengembangan. e. Efisien, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan

yang menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar hasil evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materiil yang digunakan.

f. Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan luar sistem sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum. Untuk itu, peran guru dan kepala sekolah sangatlah penting, karena mereka yang paling mengetahui pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan kurikulum.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 200) ”Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar”. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagai keperluan sebagai berikut:

a. Untuk diagnostik dan pengembangan. Yang dimaksud dengan hasil dari kegiatan evaluasi untuk diagnostik dan pengembangan adalah penggunaan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pendiagnosisan


(46)

kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab-sebabnya berdasarnya pendiagnosisan inilah guru mengadakan pengembangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Untuk seleksi, hasil dari kegiatan evaluasi hasil seringkali digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis jabatan atau jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar digunakan untuk seleksi.

c. Untuk kenaikan kelas. Menentukan apakah seorang siswa dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru. Berdasarkan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar siswa mengenai sejumlah isi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran, maka guru dapat dengan mudah membuat keputusan kenaikan kelas berdasarkan ketentuan yang berlaku.

d. Untuk penempatan. Agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan potensi yang mereka miliki, maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai. Untuk menempatkan penempatan siswa pada kelompok, guru dapat menggunakan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pertimbangan.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 107) yang menyatakan bahwa setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf.


(47)

Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Istimewa/maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

c. Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja dikuasai oleh siswa

d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

5. Prestasi Belajar

Hasil belajar (achievement) merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar (Sukmadinata, 2007: 102).

Menurut Rohani (2004: 179) penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan yaitu: a. Sasaran penilaian. Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.

b. Alat penilaian. Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang obyektif. Penilaian hasil belajar hendaknya dilakukan secara berkesinambungan agar


(48)

diperoleh hasil yang menggambarkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya di samping sebagai alat untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

c. Prosedur pelaksanaan tes. Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan sumatif. Sehingga hasilnya dapat digunakan untuk melihat program mana yang belum dikuasai oleh peserta didik sampai di mana kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi yang telah diberikan dalam kurun waktu tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 456) prestasi diartikan sebagai capaian hasil dari suatu yang telah dikerjakan sebelumnya istilah prestasi ini masih bersifat umum, yang secara luwes dapat dirangkai dengan istilah lain sebagai penjelasan pencapaian prestasi tertentu. Prestasi kerja berarti capaian kerja, prestasi belajar capaian belajar. Selanjutnya secara khusus prestasi belajar mengandung pengertian penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Tinjauan leksikal tersebut senada dengan pendapat para pakar pendidikan. Umumnya para pakar pendidikan menjelaskan prestasi belajar dengan menunjukkan pada cakupan makna belajar. Winkerl (1996: 161) mendefinisikan prestasi sebagai bukti usaha yang dicapai dalam belajar. Prestasi belajar sebagai perolehan berbagai kemampuan, keterampilan dan sikap. Tiga komponen tersebut merupakan ranah atau kawasan yang populer sering disebut sebagai taksonomi Bloom. Hasil belajar merupakan salah satu aspek dari hasil


(49)

pembelajaran. Dari dua pakar tersebut kemudian menyebutkan tiga jenis hasil pembelajaran yaitu, keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, ketiganya dapat diukur dengan taraf prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

Lebih khusus, belajar yang dilakukan secara formal di sekolah, prestasi belajar memiliki ukuran metode dan pelaporan yang khas. Umumnya prestasi belajar di sekolah dinyatakan dalam bentuk angka atau lebih yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes yang dilakukan setelah program pembelajaran selesai dikerjakan, angka atau nilai tersebut merupakan simbol atau lambang sebagai informasi perubahan tentang pengalaman dan keterampilan yang telah diperoleh siswa.

Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Depdikbud (1996: 700) merupakan pemberian batasan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang ditujukan dengan nilai yang diberikan oleh guru. Pemberian batasan dengan hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya dinyatakan dalam nilai-nilai yang dituangkan dalam rapor. Memberikan batasan dengan menunjukkan waktu tertentu yaitu hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh murid-murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka-angka, atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai dalam perihal tertentu dan dalam periode tertentu.

Prestasi belajar merupakan pencerminan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai konsep materi pelajaran yang telah dipelajari. Prestasi belajar dapat diketahui melalui alat ukur berupa butir tes yang telah dirancang sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pada setiap mata


(50)

pelajaran. Melalui pengukuran dan penilaian dalam pembelajaran akan diketahui tingkat keberhasilan peserta didik, karena dengan pengukuran tersebut dapat diketahui kemajuan dan keberhasilan suatu program pendidikan.

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang merupakan faktor dalam individu maupun dari luar individu. Adapun dua faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor eksternal, adalah faktor yang terdapat di luar individu meliputi faktor non sosial yang terdiri dari keadaan sekitar, keadaan tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar, sedangkan faktor sosial yang terjadi dari keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar.

b. Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri meliputi faktor fisiologis yang terdiri dari perhatian, minat, kepribadian, motif, dan sebagainya.

Menurut Nana Sudjana (2008: 56) penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut:

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siwa. Motivasi intrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. Siswa tidak akan mengeluh dengan prestasi yang rendah, dan siswa akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya. Sebaliknya, hasil belajar yang baik akan mendorong


(51)

untuk meningkatkan, setidak-tidaknya mempertahankan, apa yang telah dicapainya.

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya, siswa tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa siswa punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila siswa berusaha sebagaimana harusnya. Siswa juga yakin tidak ada sesuatu yang tak dapat dicapai apabila siswa berusaha sesuai dengan kesanggupannya.

c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan, ranah afektif atau sikap dan apresiasi, serta ranah psikomotoris, keterampilan, atau perilaku. Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperolehnya sedangkan ranah afektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya, baik efek instruksional maupun efek nurturant atau efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.


(52)

Menurut Nana Sudjana (2008: 3) penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Ciri-ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan kriteria. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif. Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama.

Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatau perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program, ada kriteria, dan ada interpretasi/judgment. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasi belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang


(53)

diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses (Nana Sudjana, 2008: 3).

Menurut Nana Sudjana (2008: 8) pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian. Adapun prinsip penilaian yang dimaksudkan antara lain:

a. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakannya.

b. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan. ”Tiada proses belajar mengajar tanpa penilaian”, hendaknya dijadikan semboyan bagi setiap guru. Prinsip ini mengisyaratkan pentingnya penilaian formatif sehingga dapat bermanfaat baik bagi siswa maupun bagi guru.


(54)

c. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.

d. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa. Demikian juga data hasil penilaian harus dapat ditafsirkan sehingga guru dapat memahami para siswanya terutama prestasi dan kemampuan yang dimilikinya.

6. Media Pembelajaran

Pengertian media seperti dinyatakan oleh Smaldino, Russel, Heinich, & Molenda (2005: 9) bahwa “A medium (plural, media) is a means of communication and source of information. Derived from the Latin word meaning

“between” the term refers to anything that carries information between a source and a receiver.

(Media adalah alat komunikasi dan sumber informasi, diambil dari bahasa latin yang berarti antara, istilah ini mengacu kepada segala hal yang mengantarkan informasi dari sumber kepada penerima).

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Robinson Situmorang, dan Atwi Suparman, 2000: 1). Media diartikan sebagai alat komunikasi yang membawa pesan dari sumber ke penerima. Media adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memperjelaskan materi atau mencapai


(55)

tujuan pembelajaran tertentu. Media pembelajaran adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan materi pelajaran kepada pembelajar (Suwarno Pringgawidagda, 2002: 145). Informasi yang terdapat dalam media dapat berupa sejumlah keterampilan maupun pengetahuan yang perlu dikuasai dan dipahami oleh siswa.

Menurut Sri Anitah (2008: 2) menyatakan bahwa ”media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Dengan pengertian itu, guru atau dosen, buku ajar, dan lingkungan adalah media pembelajaran. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Di dalamnya terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Informasi ini mungkin didapatkan dri buku-buku, rekaman, internet, film, dan mikrofilm.

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari


(56)

ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik (Akhmad Sudrajat 2208: 1).

Brown (1973, dalam Akhmad Sudrajat, 2008: 1) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Menurut Akhmad Sudrajat (2008: 1) Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur,


(57)

model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial;

b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik;

c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya;

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan;

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis; f. Media membangkitkan keinginan dan minat baru;

g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar;

h. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006: 120) media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahwa yang


(1)

Nasional Pendidikan yang dibuat oleh BSNP, walaupun dalam mengembangkan dan menyusun rencana tersebut guru diberikan keleluasaan untuk mengembangkan sesuai dengan kondisi sekolah dan kebutuhan masyarakat, dengan pengembangan dan menyusun rencana pembelajaran secara detail dan merencanakan prasarana yang akan digunakan dalam proses pembealajaran oleh guru maka guru dapat mengajar sesuai dengan yang diinginkan dan kemungkinan hasil belajar yang dicapai oleh siswa akan lebih baik.

Pelaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan media pembealajran multimedia telah dilakukan dengan mempersiapkan sebelum mengajar, pada saat mengajar, dan sesudah mengajar, dalam pelaksanaan pembelajaran guru memulai dengan penjelasan rencana pembelajaran, mengaitkan dengan materi lalu, menggunakan metode dan media pembelajaran, dan mengevaluasi siswa. Dengan demikikan dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut telah terjadi interaksi antara guru dan siswa yang memungkinkan siswa dapat menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang disampaikan oleh guru

Pelaksanakan evaluasi dan monitoring telah dilaksanakan dengan pre test dan post test, post test dilakukan oleh guru melalui ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan semester, hal tersebut memberikan implikasi bahwa guru telah melaksanakan tugasnya sebagai evaluator, dengan adanya evaluasi yang dilakukan oleh guru tersebut sekaligus guru dapat mengetahui kekurangan dalam pembelajaran dengan multimedia yang nantinya dapat digunakan sebagai masukan guru untuk memperbaiki rencana berikutnya


(2)

Agar semua guru IPA menggunakan multimedia sebagai media pembelajaran, disarankan agar kepala sekolah membuat keputusan atas kesepakatan guru tentang penggunaan multimedia, dengan adanya kesepakatan tersebut diharapkan semua guru dapat memanfatkan multimedia sebagai media pembelajaran IPA.

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa disarankan agar setiap guru menggunakan media pembelajaran multimedia dengan baik, dan tidak terbatas pada pemanfaatan powerpoint sebagai alat bantu mengajar, tetapi dapat ditampilkan gambar-gambar hidup berupa rekaman kejadian yang ada kaitannya dengan standar kompetensi. Selain itu disarankan agar sekolah melengkapi kelas dengan LCD yang telah terpasang secara permanen, sehingga setiap guru mengajar tinggal datang dan peralatan sudah siap untuk digunakan.

Untuk mengantisipasi tingkat kejenuhan anak dalam mengikuti pembelajaran dengan multimedia yang baru sebatas penggunaan powerpoint, maka disarankan agar sekolah mengupayakan CD-CD pembelajaran interaktif, sehingga siswa dapat langsung belajar di lab Komputer, bila perlu menyediakan fasilitan on-line, sehingga sesekali siswa perlu diarahkan pada pencarian pengetahuan melalui internet.

Untuk meningkatkan penggunaan multimedia sebagai media pembelajaran disarankan agar SMA Negeri 2 meningkatkan palatihan-pelatihan dalam bentuk in House Training, agar segiap guru nantinya mampu menggunakan multimedia sebagai media pembelajaran. Dengan adanya kegitan pelatihan tersebut guru yang sudah menguasai penggunaan media pembelajaran multimedia dapat melatih guru lain yang belum bisa.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmun. 2000. Psikologi Kependidikan.. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Akhmad Sudrajat 2008. Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah. http://akhmadsudrajat.wordpress.com

Atwi Suparman. 2000. Desain Instruksional. Jakarta. PAU-PPAI Universitas Terbuka. Briggs, Leslie J., 2001. Instructional Design Principles and Applications. Englewood

Chiffs New Jersey Education, London: Harvard University Press Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta

Djamarah Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan teoritis Psikologis. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya.

Hamzah B. Uno, 2007, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hasibuan dan Moedjiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

HB. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Joko Muhammad Susilo. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Levy, Jack. 2002. Diagnosing and improving the quality of teachers’ interpersonal behaviour,The International Journal of Educational Management, pg. 176. Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosda

Karya.

Made Pidarta. 2004. Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem. Jakarta: Rinneka Cipta.

Madsen, Susan R. 2004. Academic Service Learning in Human Resource Management”. Education Journal of Education for Business. Vol 49. edisi 4


(4)

Mantja, W. 2005. Etnografi Disain Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan. Malang. Penerbit Wineka Media.

Morrison, Gary R., Steven m. Ross, Jerrold E. Kemp, 2001, Designing Effective Instruction, John Wiley & Sons, Inc., New York;

Mulrine, Christopher, F. 2007. Creating A Virtual Learning Environment for Gifted and Talented Learners. Gifted Child Today. Academic Research Library, pg. 37.

Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muslich. Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Smaldino, Sharon, James D. Russel, Robert Heinich, Michael Molenda, 2005, Instructional Technology and Media for Learning, Pearson Merrill Prentice Hall. Upper Saddle river. Ohio: New Jersey colomcus.

Sri Anitah. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: LPP UNS Press

Nana Syaodih Sukmadinata. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Suwarno Pringgawidagda. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Jakarta: Adicita Karya Nusa.

Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik dan Permsasalahannya.. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.


(5)

Yudhi Munasi. 2008. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Perss.

Gary, Borich. D. 1998. Effective Teaching Methods Third Edition. Ohio: New Jersey Columbus. Menril. an imprint of Prentice Hall. Englewood Cliffs.


(6)

National Education Association, 1969 Rosyada, 2004

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995 Depdikbud, 1996

Depdiknas, 2004,

Sri Anitah, 2008 Winkerl, 1996

Yudhi Munadi, 2008 Briggs, 1977